MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Teknik Jalan Raya yang diampu
oleh Dr. TS. Drs. H. Supratman Agus, M. T.
Disusun Oleh:
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis telah mampu menyelesaikan Makalah berjudul "Kajian Infrastruktur
5 Ruas Jalan di Kota Tangerang Provinsi Banten". Makalah ini disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah Teknik Jalan Raya.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Dr. Supratman Agus, M.T, selaku dosen yang telah memberikan kepercayaan
kepada penulis untuk menangani tugas makalah ini;
2. Rekan-rekan satu kelas yang saling memotivasi untuk menyelesaikan tugas
makalah ini sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh sebab
itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurrnaan
makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................... 21
3.1. Kajian Infrastruktur 5 Ruas Jalan Utama Di Kota Tangerang ........................... 22
3.1.1. Jalan Daan Mogot .......................................................................................... 22
3.1.2. Jalan Gatot Subroto ....................................................................................... 24
3.1.3. Jalan Mh. Thamrin ........................................................................................ 26
3.1.4. Jalan Moh. Toha ............................................................................................ 28
3.1.5. Jalan Prabu Siliwangi .................................................................................... 30
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
KAJIAN TEORI
3
4
Menurut Supratman Agus dalam bukunya Geometri Jalan Raya (2002), sistem jalan
raya primer adalah sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan jasa distribusi untuk
pengembangan semua wilayah pada tingkat nasional. Pada sistem ini jaringan jalan raya
primer menghubungkan simpul-simpul jasa distribusi penting meliputi :
a) menghubungkan secara menerus ibu kota provinsi, ibu kota kabupaten/kota, kota-
kota kecamatan, dan kota-kota yang lebih kecil pada jenjang dibawahnya.
b) menghubungkan antar ibu kota provinsi yang satu dengan ibu provinsi lainnya
(antar ibu kota provinsi).
Jalan raya primer di peruntukkan melayani keperluan lalu lintas kendaraan berat
(high vehicle) seperti bus, truk 2 as, truk 3 as, truk gandengan semi trailer dan trailer
dengan kecepatan 60 sampai 120 km/jam, serta untuk melayani tingkat kepadatan lalu
lintas yang sangat tinggi.
Jalan raya primer ini disebut juga dengan jalan arteria tau jalan raya utama yaitu
jalan raya yang berperan sebagai urat nadi perekonomian bangsa, berfungsi untuk
menjamin kelancaran lalu lintas orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya,
serta menjamin kelancaran pengangkutan dan pendistribusian bahan – bahan pokok
keperluan masyarakat sehari – hari.
Sistem jaringan jalan primer dapat dibedakan menjadi jalan arteri primer, jalan
kolektor primer, dan jalan lokal primer. Berikut penjelasan lebih lanjut :
1) Jalan arteri primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu dengan
kota jenjang kedua. Untuk jalan arteri primer wilayah perkotaan, mengikuti kriteria
sebagai berikut:
- Jalan arteri primer dalam kota merupakan terusan arteri primer luar kota.
- Jalan arteri primer melalui atau menuju kawasan primer.
- Jalan arteri primer dirancang berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60
km/jam.
- Lebar badan jalan tldak kurang dari 11 meter.
5
- Lalu lintas jarak jauh pada jalan arteri primer adalah lalu lintas regional. Untuk itu,
lalu lintas tersebut tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik dan lalu lintas
lokal, dan kegiatan lokal.
- Kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum bus dapat diijinkan menggunakan
jalan ini.
- Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien, jarak antara jalan masuk/akses langsung
tidak boleh lebih pendek dari 500 meter.
- Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu, sesuai dengan volume lalu
lintasnya.
- Mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas harian rata-rata.
- Besarnya lalu lintas harian rata-rata pada umumnya lebih besar dari fungsi jalan
yang lain.
- Lokasi berhenti dan parkir pada badan jalan ini tidak diijinkan.
2) Jalan kolektor primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kedua dengan
kota jenjang kedua atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan kota jenjang
ketiga. Untuk wilayah perkotaan kriterianya:
- Jalan kolektor primer kota merupakan terusan jalan kolektor primer luar kota.
- Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan arteri primer,
- Dirancang untuk kecepatan rencana 40 km/jam
- Lebar badan jalan tidak kurang dari 9 meter.
- Jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien dan jarak antaranya lebih dari 400 meter.
- Kendaraan angkutan berat dan bus dapat diijinkan melalui jalan ini.
- Persimpangan diatur dengan pengaturan tertentu sesuai dengan volume lalu
lintasnya.
- Kapasitasnya sama atau lebih besar dari volume lalu lintas harian ratarata.
- Lokasi parkir pada badan jalan dibatasi dan tidak diijinkan pada jam sibuk.
- Besarnya LHR umumnya lebih rendah daripada jalan arteri primer.
3) Jalan lokal primer, adalah jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatu dengan
persiil atau menghubungkan kota jenjang kedua dengan persiil atau jenjang ketiga
dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota dibawahnya, atau jenjang
ketiga dengan persiil atau kota dibawah jenjang ketiga sampai persiil.
Kriteria untuk jalan lokal primer:
- Merupakan terusan jalan lokal primer luar kota.
- Melalui atau menuju kawasan primer atau jalan primer lainnya.
6
tidak melebihi 12.000 mm, ukuran paling tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat
8 ton.
3) Jalan kelas III, yaitu jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100 mm, ukuran panjang
tidak melebihi 9.000 mm, ukuran paling tinggi 3.500 mm, dan muatan sumbu terberat
8 ton.
4) Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 mm, ukuran panjang melebihi 18.000 mm, ukuran paling
tinggi 4.200 mm, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 ton.
Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan medan yang
diukur tegak lurus garis kontur. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan
geometrik dapat dilihat sebagai berikut :
1. Jalan Nasional, yang termasuk kelompok ini adalah jalan arteri primer, jalan kolektor
primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi dan jalan lain yang mempunyai
nilai strategis terhadap kepentingan nasional. Penerapan status suatu jalan sebagai
jalan nasional dilakukan dengan keputusan Menteri.
2. Jalan Propinsi, yang termasuk kelompok jalan propinsi adalah jalan kolektor primer
yang menghubungkan Ibukota Propinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kotamadya atau
antar Ibukota Kabupaten/ Kotamadya. Penetapan suatu jalan sebagai jalan propinsi
dilakukan dengan keputusan Menteri Dalam Negeri atas usulan Pemda Tingkat I
yang bersangkutan, dengan memperhatikan pendapat Menteri.
3. Jalan Kabupaten, yang termasuk kelompok jalan Kabupaten adalah jalan kolektor
primer yang tidak termasuk jalan nasional dan jalan propinsi, jalan lokasi primer,
jalan sekunder dan jalan lain yang tidak termasuk dalam kelompok jalan nasional
atau jalan propinsi serta jalan kotamadya. Penetapan status suatu jalan sebagai jalan
kabupaten dilakukan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas usul
Pemda Tingkat II yang bersangkutan.
4. Jalan Kotamadya, yang termasuk kelompok jalan Kotamadya adalah jalan sekunder
di dalam kotamadya. Penetapan status suatu ruas jalan arteri sekunder dan atau ruas
jalan kolektor sekunder sebagai jalan Kotamadya dilakukan dengan keputusan
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I atas usulan Pemda Kotamadya yang
bersangkutan.
5. Jalan Tol, adalah jalan yang dibangun dimana kepemilikan dan penyelenggaraannya
ada pada pemerintah atas usul Menteri, Presiden menetapkan suatu ruas jalan tol dan
haruslah merupakan alternatif lintas jalan yang ada. Jalan tol harus mempunyai
spesifikasi yang lebih tinggi daripada lintas jalan umum yang ada. Persyaratan
11
lainnya, jalan tol harus memberikan keandalan yang lebih tinggi kepada para
pemakaiannya daripada jalan umum yang ada, yang pelaksanaannya diatur dengan
peraturan pemerintah.
Tabel 4. Fungsi Jalan dikaitkan dengan Penanggung Jawab Pembinaan
Status Fungsi Perencanaan Pelaksanaan
AP Menteri Menteri
Nasional
KP1 Menteri Menteri
KP 2 Menteri PEMDA TK. I
Provinsi
KP 3 Menteri PEMDA TK. I
LP Menteri PEMDA TK. II
Kabupaten
AS, KS, LS PEMDA TK. II PEMDA TK. II
Kota AS, KS, LS PEMDA TK. II PEMDA TK. II
Sumber : Materi Perkuliahan Rekayasa Lalu Lintas
Keterangan :
AP = Arteri Primer
KP 1 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Propinsi
KP 2 = Kolektor Primer yang menghubungkan Ibu Kota Propinsi ke Kabupaten/Kota
KP 3 = Kolektor Primer yang menghubungkan Kota dengan Kabupaten/Kota
AS = Arteri Sekunder KS = Kolektor Sekunder
LS = Lokal Sekunder LP = Lokal Primer
Sumber :
13
Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan,
yang memperlihatkan bagian-bagian jalan. Pada umumnya, kelengkapan bagian-bagian
jalan terdiri dari :
2.4.1. Lajur Lalu Lintas
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka jalan.
Besarnya lebar jalur lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung di
lapangan karena :
a. Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan dapat diikuti oleh lintasan kendaraan
lain dengan tepat
b. Lajur lalu lintas tak mungkin tepat sama dengan lebar kendaraan maksimum. Untuk
keamanan dan kenyamanan setiap pengemudi membutuhkan ruang gerak antara
kendaraan
c. Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu lajur lalu lintas, karena
kendaraan selama bergerak akan mengalami gaya-gaya samping seperti tidak ratanya
permukaan, gaya sentrifugal di tikungan, dan gaya angin akibat kendaraan lain yang
menyiap.
Jumlah lajur yang dibutuhkan sangat tergantung dari volume lalu lintas yang akan
memakai jalan tersebut dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan. Jumlah lajur
ditetapkan mengacu kepada MKJI berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, dimana
16
untuk suatu ruas jalan dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap kapasitas yang
nilainya tidak lebih dari 0,80. Beberapa tipe jalur lalu lintas, diantaranya:
• 2/2 TB (2/2 UD) : 2 lajur, 2 jalur, tak terbagi
• 2/1 TB (2/1 UD) : 2 lajur, 1 jalur, tak tebagi
• 4/2 B (4/2 D) : 4 lajur, 2 jalur, terbagi
• n/2 B (n/2 D) : n lajur, 2 jalur, terbagi
Umumnya bentuk saluran samping adalah trapesium, atau persegi panjang. Untuk
daerah perkotaan dengan terbatasnya tanah yang ada saluran samping dibuat empat persegi
panjang dari beton bertulang dan ditempatkan di bawah trotoar. Sedangkan di daerah
pedalaman karena tanah yang tersedia biasanya masih longgar, saluran samping umumnya
berbentuk trapesium. Dinding saluran bisa dibuat dari tanah asli atau pasangan batu kali.
Lebar dasar disesuaikan dengan debit air yang akan mengalir pada saluran tersebut.
Landai dasar saluran biasanya dibuat mengikuti kelandaian jalan, tetapi jika
kelandaian jalan cukup besar dan dasar saluran hanya dibuat dari tanah asli maka landai
dasar saluran tidak dibuat mengikuti landai jalan tetapi bertingkat. Hal ini dilakukan untuk
menghindari gerusan air kedasar saluran.
2.4.5. Median
Jalan raya yang mempuyai 4 lajur atau lebih harus mempunyai median. Median
adalah suatu jalur yang terletak di tengah jalan untuk membagi jalan dalam masing-masing
arah. Bagian ini mungkin ada tetapi juga mungkin tidak ada karena tujuannya untuk
memisahkan lajur dengan arah lalu lintas demi keamanan dengan demikian melaju dengan
kecepatan yang tinggi. Fungsi yang lain adalah membatasi belokan (U-turn) agar lalu lintas
lebih lancar, juga untuk membentuk lajur belok kanan pada persimpangan dan untuk
mengurangi sorotan lampu. Median dapat berfungsi untuk menyediakan jalur hijau dan
pembuatan taman kota. Jalan dengan median juga disebut daerah cariage way / divided
carriage way. Selain itu, median juga berfungsi untuk :
1) Menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi masih dapat
mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat
18
2.4.6. Trotoar
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas yang
digunakan khusus untuk pejalan kaki (pedestrian). Untuk keamanan pejalan kaki maka
trotoar harus dibuat terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kerb.
Trotoar tidak dibutuhkan pada jalan raya di daerah luar kota bila lalu lintas dan
tingkat kepadatan penduduk rendah. Dalam situasi demikian sebagian lebar bahu jalan
dapat menggantikan trotoar. Jika volume lalu lintas atau jumlah pejalan kaki lebih tinggi,
maka harus dipakai bahu jalan yang lebih lebar.
Di daerah perkotaan yang memiliki banyak gedung komersial, banyak pejalan kaki
dan lalulintas yang padat, dibutuhkan suatu trotoar yang ditinggikan. Lebar trotoar yang
dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang
diinginkan, dan fungsi jalan. Lebar trotoar yang umum digunakan berkisar 1,5 – 3,0 m.
2.4.7. Kereb
kereb adalah penonjolan atau peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan, yang
terutama dimaksudkan untuk keperluankeperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan
dari tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-jalan di daerah perkotaan, sedangkan
untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya dipergunakan jika jalan tersebut direncanakan
untuk lalu lintas dengan kecepatan tinggi atau apabila melintasi perkampungan.
Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas :
19
1) Kereb peninggi (mountable curb) adalah kereb yang direncanakan agar dapat didaki
kendaraan, biasanya terdapat di tempat parkir di pinggir jalan/ jalur lalu lintas. Untuk
kemudahan didaki oleh kendaraan maka kereb harus mempunyai bentuk permukaan
lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm.
2) Kereb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang direncanakan untuk menghalangi
atau mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar,
pada jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25-30 cm.
3) Kereb berparit (gutter curb) adalah kereb yang direncanakan untuk membentuk
sistem drainase perkerasan jalan. Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan
sistem drainase perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar dari
perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi dalam. Tingginya berkisar
antara 10-20 cm.
4) Kereb penghalang berparit (barrier guter curb) adalah kereb penghalang yang
direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar
antara 20-30 cm.
PEMBAHASAN
21
22
Data-Data Jalan :
23
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis jalan daan mogot
termasuk jalan raya (highway). Karena data - data dari jalan daan mogot tersebut
memenuhi beberapa spesfikikasi dari jalan raya (highway), yaitu :
1) Jalan daan mogot dilengkapi dengan median,
2) Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
3) Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.
Data-Data Jalan :
Status jalan : Jalan Nasional
Fungsi Jalan : Arteri Primer
Type Jalan : 4/2 D
Lebar Jalan : 11 m
Panjang Jalan : 6402 m
Volume Lalu Lintas :
Kajian Jalan :
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis jalan Gatot Subroto
termasuk jalan raya (highway). Karena data - data dari jalan daan mogot tersebut
memenuhi beberapa spesfikikasi dari jalan raya (highway), yaitu :
4) Jalan daan mogot dilengkapi dengan median,
5) Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
6) Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter.
26
Data-Data Jalan :
Status jalan : Jalan Kota
Fungsi Jalan : Arteri Sekunder
Type Jalan : 6/2 D
Lebar Jalan : 10,8 m
Panjang Jalan : 3100 m
Tabel 9. Data Cross Section Jalan Mh. Thamrin :
Data Cross Section Sisi Kiri Sisi Kanan
Saluran 0,6 -
Spesi - -
Bahu Jalan 2,1 1,2
Lebar Perkerasan 1,4 9
Tipe Perkerasan Aspal
Median 0,9
Sumber : Dinas Binamarga dan Pengairan Kota Tangerang
Kajian Jalan :
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis jalan Mh. Thamrin
termasuk jalan raya (highway). Karena data - data dari jalan daan mogot tersebut
memenuhi beberapa spesfikikasi dari jalan raya (highway), yaitu :
7) Jalan daan mogot dilengkapi dengan median,
8) Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
9) Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter
28
Median -
Sumber : Dinas Binamarga dan Pengairan Kota Tangerang
Kajian Jalan :
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis jalan Moh. Toha
termasuk jalan raya (highway). Karena data - data dari jalan daan mogot tersebut
memenuhi beberapa spesfikikasi dari jalan raya (highway), yaitu :
1) Jalan daan mogot dilengkapi dengan median,
2) Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
3) Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter
30
Median -
Sumber : Dinas Binamarga dan Pengairan Kota Tangerang
Kajian Jalan :
Berdasarkan data-data diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis jalan Prabu
Siliwangi termasuk jalan raya (highway). Karena data - data dari jalan daan mogot
tersebut memenuhi beberapa spesfikikasi dari jalan raya (highway), yaitu :
4) Jalan daan mogot dilengkapi dengan median,
5) Paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah,
6) Lebar lajur paling sedikit 3,5 meter
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hasil kajian, penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Secara umum ruas jalan yang ada di kota Tangerang merupakan sistem jaringan jalan
sekunder yang berfungsi sebagiai jalan arteri dengan jenis jalan raya (highway).
2. Masih banyak yang harus diperbaiki dalam infrastruktur jalan raya di kota Tangerang.
3. Permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi di kota Tangerang adalah kemacetan berkala
dan kerusakan jalan akibat kendaran-kendaraan besar seperti truk dan tronton. Serta dilengkapi
dengan bencana banjir pasca hujan lebat turun.
4.2. Saran
Adapun saran dari hasil kajian ini, adalah :
1. Saran untuk pemerintah, seharusnya lebih peduli terhadap masalah-masalah yang
terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan konstruksi jalan dan permasalahan lalu
lintas, karena Masih banyak yang harus diperbaiki dalam infrastruktur jalan raya di
kota Tangerang agar menjadi ideal dan sesuai standar.
2. Saran untuk masyarakat, agar masyarakat sadar untuk mentaati aturan lalu lintas,
peduli terhadap lingkungan sekitar seperti menjaga kebersihan lingkungan di sekitar
jalan.
32
DAFTAR PUSTAKA
Agus, Supratman. (2002). Geometrik Jalan Raya. Bandung : Teknik Sipil FPTK UPI
Bandung.
Departemen PU. (2009). Geometri Jalan Bebas Hambatan Untuk Jalan Tol. Jakarta :
Direktoral Binaarga.
Tim Konsultan. (2012). Updating Database dan Sistem Informasi Jalan Kota Tangerang.
Tangerang : Bahara Nusantara.
33