Aji Muhammad Nizar Sinta Alia Cempaka Irham Pranesa • Suatu bentuk struktur berdimensi tiga yang tipis dan kaku serta memiliki permukaan lengkung dan permukaan cangkang dapat memiliki bentuk yang sembarang. (Schodeck, 1998)
• Struktur Cangkang harus didirikan dari material yang
dapat dilengkungkan seperti beton bertulang, kayu, logam, bata, batu, atau plastik.
• Bentuk cangkang tidak harus selalu memenuhi
persamaan matematis sederhana. Segala bentuk cangkang mungkin saja digunakan untuk suatu struktur.
• Struktur cangkang cocok digunakan untuk memikul
beban merata pada atap gedung.Struktur ini tidak cocok untuk memikul beban terpusat • Struktur cangkang yang bersifat tipis membuat tidak adanya momen tahanan yang berarti. Tipisnya permukaan cangkang lebih tepat dipakai untuk memikul beban terbagi rata pada atap gedung dan tidak sesuai untuk memikul beban terpusat.
• Akibat dari menahan beban dan terjadinya tegangan
pada arah dalam bidang, struktur cangkang yang tipis bisa memiliki bentang yang relatif besar.
• Struktur cangkang selalu memerlukan penggunaan
cincin tarik pada tumpuannya.
• Beban-beban yang bekerja pada struktur cangkang
diteruskan ke tanah dengan menyebabkan terjadinya tegangan tarik, tekan serta geser pada arah dalam bidang. Perkembangan Struktur Shell Struktur shell baru dikenal pada permulaan abad XX, tetapi 2000 tahun yang lalu yaitu zaman Romawi penggunaan bentuk-bentuk shell telah ditemukan.
• Arch dan vault merupakan contoh-contoh
paling mula dari optimasi struktural pasangan bata. • Dome Pantheen pada zaman Romawi • Bentuk tiga dimensional , dibuat dari batang- batang kaku dan pendek telah diperkenalkan pada tahun 1863. • Kubah schwender di Berlin, yang terdiri dari jaringan-jaringan batang bersendi tidak teratur dengan bentang 48 m. • Kubah geodesik yang diperkenalkan Buckminster yang menggunakan batang- batang yang sama panjangnya. Sebagai sebuah struktur menurut Sukawi (2010), Shell digolongkan menjadi beberapa macam berdasarkan Geometrinya : Kubah adalah suatu elemen struktural dari arsitektur yang berbentuk atap tetapi memiliki rongga dan membentuk seperti sebuah bola, tepatnya setengah lingkaran. Struktur atau kerangka kubah masjid, umumnya terbuat dari berbagai bahan material dan memiliki garis kesamaan terhadap arsitektur lama maupun merujuk ke masa prasejarah. Kubah masjid yang paling awal ditemukan adalah di empat tempat tinggal kecil yang terbuat dari gading Mammoth dan tulang, ditemukan oleh seorang petani di Mezhirich, Ukraina, pada tahun 1965 ketika ia menggali di ruang bawah tanah tanah. Dan perkiraan para arkeologis, bangunan kubah itu berusia dari 19280 – 11700 SM. Masjid ini mempunyai kubah berjumlah lima, yakni satu kubah utama dan empat buah kubah kecil. Bentuk kubah utama menyerupai kubah bangunan Taj Mahal di India. Kubah tersebut mempunyai diameter bawah 16 m, diameter tengah 20 m dan tinggi 25 m. Sementara kubah-kubah kecil lainnya memiliki diameter bawah 6 m, diameter tengah 7 m dan tinggi 8 m. Seluruh kubah tersebut dilapisi emas setebal 2 hingga 3 mm dan dihiasi oleh mozaik Kristal. Kubah besar dengan diameter 45 m, terbuat dari kerangka baja antikarat dari Jerman Barat dengan berat 86 ton, sementara bagian luarnya dilapisi dengan keramik. Merencanakan data struktur • Menghitung Beban-beban yang bekerja pada struktur Menghitung kombinasi beban • Menghitung gaya-gaya dalam yang bekerja Pendimensian tulangan Diketahui : Panjang radian : 10 m. Tinggi cangkang : 10 m Tebal cangkang : 8 cm Mutu tegangan tekan kubah adalah K-400, maka nilai f’c = 40 * 0.83 = 33.2 Mpa Mutu tegangan leleh tulangan adalah fy = 320 Mpa (tulangan utama) dan fy = 200 Mpa (tulangan geser). Pelat Atap : (3.14x102) x 0.08 x 24 = 602.88 KN Balok : (1x(27x0.3x0.45) + (29x0.3x0.45)) x 24 = 181.44 KN Kolom(30x30) : (3x(0.3x0.3x3.5)) x 24 = 22.68 KN Kolom(D40) : (49x(3.14x0.42)) x 24 = 590.82 KN Spesi : (3.14x102) x 0.02 x 21 = 131.88 KN Dinding Bata : (4x(29+27) x 0.15 x 3.5) x 17 = 1999.2 KN DL Total = 3528.9 KN Beban Hidup : Beban Gempa: LL Atap : 100 kg = 1 KN –Waktu Getar Bangunan : Koefisien Reduksi = 0.5 Tx = Ty = 0.06 (H)3/4 = 0.06 (7)3/4 = 0.258 LL Total = 1 x 0.5 = 0.5 KN –Koefisien Gempa Dasar (C) : Beban total (Wt)= DL + LL = 3529.4 Berdasarkan grafik respon spektrum gempa KN rencana (SNI 2002) untuk wilayah Medan terdapat pada wilayah gempa 3, dengan nilai T = 0.258 diperoleh koefisien gempa dasar sebesar 0.75.
–Faktor Keutamaan (I) dan Faktor Daktilitas (R)
: Untuk gedung umum, diambil I = 1.0 dan R diperoleh = 5.6 “Katakanlah, apakah sama antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak tahu.” [Az Zumar : 9]