Anda di halaman 1dari 24

STRUKTUR DAN KONSTRUKSI V

“5 ELEMEN STRUKTUR DALAM ARSITEKTUR”

Disusun oleh : Vincent Christa


NIM : 1643100910
Dosen : Djudjun R. ST,MT

FAKULTAS TEKNIK ARSITEKTUR


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS
SEMARANG
Pendahuluan
• Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk
menyalurkan beban oleh adanya bangunan diatas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan untuk
memberikan kekuatan dan kekakuan yang di perlukan untuk mencegah sebuah bangunan mengalami
sebuah keruntuhan. Struktur merupakan bagian bangunan yang merupakan bagian bangunan yang
menyalurkan beban. Beban beban tersebut menumpu pada elemen elemen untuk selanjutnya di
salurkan kebagian bawah tanah bangunan sehingga beban beban tersebut akhirnya dapat di tahan.

• Secara singkat sejarah teknik struktur dapat dijelaskan melalui perubahan-perubahan sistem
struktur dari penggunaan desain coba-coba yang digunakan oleh Mesir dan Yunani kuno hingga sistem
struktur canggih yang digunakan saat ini. Perubahan bentuk struktur berhubungan erat dengan
penggunaan material, teknologi konstruksi, pengetahuan perencana pada perilaku struktur atau analisis
struktur, hingga keterampilan pekerja konstruksinya. Keberhasilan terbesar para ahli teknik Mesir adalah
digunakannya batu-batu yang berasal dari sepanjang sungai Nil untuk membangun kuil dan piramid.
Karena kemampuan daya dukung batu yang rendah dan kualitas yang sangat tidak menentu, yang
disebabkan adanya retak-retak dalam dan rongga-rongga, maka bentang balok-balok tersebut harus
sependek mungkin untuk mempertahan kerusakan akibat lentur. Oleh karenanya sistem post-and-lint
l yaitu balok batu masif bertumpu pada kolom batu yang relatif tebal, memiliki kapasitas terbatas untuk
menahan beban-beban horisontal atau beban eksentris vertikal, bangunan-bangunan menjadi relatif
rendah.

• Untuk dapat memahami suatu bidang ilmu termasuk struktur bangunan,pengetahuan tentang
kriteria dan kemungkinan hubungan dari bentuk-bentuk menjadi dasar untuk mengklasifikasikan
struktur bangunan. Metode umum yang sering digunakan adalah mengklasifikasikan elemen struktur
dan sistemnya menurut bentuk dan sifat fisik dasar dari suatu konstruksi.
1. STRUKTUR MEMBRAN

Membran adalah struktur permukaan fleksibel tipis yang memikul beban dengan
mengalami tegangan tarik. Struktur membran adalah sebuah alternatif untuk struktur bentang
lebar yang dapat diterapkan untuk penutup atap bangunan.

Dasar mekanisme pikul beban pada struktur membran adalah tarik. Membran yang
memikul beban tegak lurus terhadap permukaannya dapat mengalami deformasi secara tiga
dimensi (bergantung pada kondisi tumpuan dan pembebanannya). Aksi pikul beban ini serupa
dengan yang terjadi pada sistem kabel menyilang. Selain tegangan tarik, terjadi juga tegangan
geser tangensial pada struktur membran.
Sistem membran pada bangunan bentang lebar biasanya masih harus dibantu oleh
struktur lainnya seperti kabel atau space frame, karena sistem membran bila terkena gaya dari
angin maka harus ada daya tarik menuju tumpuan(pondasinya).
Sistem membran yang dipakai kebanyakan untuk bangunan skala besar harus
mempertimbangkan bahan tenda dan arah angin. Tiang-tiang penyangga flaksibel terhadap gaya
tekan oleh angin, hal ini menyebabkan tenda dapat terus berdiri.
Contoh bangunan yang menggunakan struktur membrane :

Khan Shatyr ("Royal Marquee") ,karya NORMAN FOSTER (FOSTER & PARTNERS)

Adalah tenda transparan yang terletak di Astana (ibu kota Kazakhstan). Dibangun
dengan gaya neofuturist, proyek arsitektur ini diresmikan oleh Presiden Kazakhstan Nursultan
Nazarbayev pada 9 Desember 2006.

Tenda setinggi 150 m (500 kaki) ini memiliki pijakan elips 200 m yang meliputi 140.000
meter persegi (14 ha; 35 hektar). [2] Di bawah tenda, area yang lebih besar dari 10 stadion
sepak bola, adalah taman internal berskala urban, tempat perbelanjaan dan hiburan dengan
alun-alun dan jalan berbatu, sungai berperahu, pusat perbelanjaan, minigolf, dan resor pantai
dalam ruangan. Atap kain dibangun dari bantal ETFE yang disediakan oleh Vector Foiltec yang
tergantung pada jaringan kabel yang digantung dari puncak menara. Bahan transparan
memungkinkan sinar matahari yang melaluinya, bersama dengan efek tumpukan, sistem
pemanas dan pendingin udara, dirancang untuk mempertahankan suhu internal antara 15–30 °
C (59-86 ° F) di ruang utama dan 19–24 ° C (66-75 ° F) di unit ritel, sedangkan suhu di luar
bervariasi antara −35 dan 35 ° C (−31 dan 95 ° F) sepanjang tahun.
2. STRUKTUR CANGKANG

Cangkang adalah bentuk struktural berdimensi tiga yang kaku dan tipis serta mempunyai permukaan
lengkung. Permukaan cangkang dapat mempunyai bentuk sembarang. Bentuk yang umum adalah
permukaan yang berasal dari kurva yang diputar terhadap 1 sumbu (misalnya, permukaan bola, elips,
kerucut, dan parabola),permukaan translasional yang dibentuk dengan menggeserkan kurva bidang di
atas kurva bidang lainnya, (misalnya permukaan bola eliptik dan silindris).

Permukaan yang dibentuk dengan menggeserkan 2 ujung segmen garis pada 2 kurva bidang
(misalnya permukaan bentuk hiperbolik parabolid dan konoid). Dan berbagai bentuk yang merupakan
kombinasi dari yang sudah disebutkan di atas.

Bentuk cangkang tidak harus selalu memenuhi persamaan matematis sederhana. Segala bentuk
cangkang mungkin saja digunakan untuk suatu struktur. Bagaimanapun, tinjauan konstruksional
mungkin akan membatasi hal ini.

Beban-beban yang bekerja pada cangkang diteruskan ke tanah dengan menimbulkan tegangan
geser, tarik, dan tekan pada arah dalam bidang (in-plane) permukaan tersebut.Tipisnya permukaan
cangkang menyebabkan tidak adanya tahan Momen yang berarti Struktur cangkang tipis khusunya
cocok digunakan untuk memikul beban merata pada atap gedung. Struktur ini tidak cocok untuk
memikul beban terpusat. Struktur cangkang selalu memerlukan penggunaan cincin tarik pada
tumpuannya.

Sebagai akibat cara elemen struktur ini memikul beban dalam bidang (terutama dengan cara
tarik dan tekan), struktur cangkang dapat sangat tipis dan mempunyai bentang yang relatif besar.
Perbandingan bentang tebal sebesar 400 – 500 saja digunakan (misalnya tebal 3 in. (8 cm) mungkin saja
digunakan untuk kubah yang berbentang 100 sampai 125 ft (30 sampai 38 m). Cangkang setipis ini
menggunakan material yang relatif baru dikembangkan, misalnya beton bertulang yang didesain khusus
untuk membuat permukaan cangkang. Bentuk-bentuk 3 dimensional lain, misalnya kubah pasangan
(bata), mempunyai ketebalan lebih besar, dan tidak dapat dikelompokkan struktur yang hanya memikul
tegangan dalam bidang karena, pada struktur tebal seperti ini, momen lentur sudah mulai dominan.

Bentuk 3 dimensional juga dibuat dari batang-batang kaku dan pendek. Struktur seperti ini pada
hakikatnya adalah struktur cangkang karena perilaku strukturalnya dapat dikatakan sama dengan
permukaan cangkang menerus, hanya saja tegangannya tidak lagi menerus seperti pada permukaan
cangkang, tetapi terpusat pada setiap batang. Struktur demikian baru pertama kali digunakan pada awal
abad XIX. Kubah Schewedler, yang terdiri atas jaring-jaring batang bersendi tak teratur, misalnya,
diperkenalkan pertama kali oleh Schwedler di Berlin pada tahun 1863, pada saat ia mendesain kubah
dengan bentang 132 ft (48 m). Struktur baru lainnya adalah menggunakan batang-batang yang
diletakkan pada kurva yang dibentuk oleh garis membujur dan melintang dari suatu permukaan putar.
Banyak kubah besar di dunia ini yang menggunakan cara demikian.

Untuk menghindari kesulitan konstruksi yang ditimbulkan dari penggunaan batang-batang yang
berbeda dalam membentuk permukaan cangkang, kita dapat menggunakan cara-cara lain yang
menggunakan batang-batang yang panjangnya sama. Salah satu diantaranya adalah kubah
geodesik yang diperkenalkan oleh Buckminster Fuller. Karena permukaan bola tidak dapat dibuat, maka
banyaknya pola berulang identik yang akan dipakai untuk membuat bagian dari permukaan bola itu akan
terbatas. Icosohedronbola, misalnya, terdiri atas 20 segitiga yang dibentuk dengan menghubungkan
lingkaran-lingkaran besar yang mengelilingi bola. Tinjauan geometris demikian inilah yang digunakan
oleh Fuller. Kita harus berhati-hati dalam menggunakan cara seperti ini karena sifat strukturnya dapat
membingungkan. Keuntungan struktural yang didapat tidak selalu lebih besar daripada bentuk kubah
lainnya.

Bentuk-bentuk lain yang bukan merupakan permukaan putaran juga dapat dibuat dengan
menggunakan elemen-elemen batang. Beberapa di antaranya adalah atap barrel ber-rib dan
atap Lamella yang terbuat dari grid miring seperti pelengkung yang membentuk elemen-elemen diskrit.
Bentuk yang disebut terakhir ini yang terbuat dari material kayu sangat banyak dijumpai, tetapi baja
maupun beton bertulang juga dapat digunakan. Dengan sistem Lamella, kita dapat mempunyai
bentangan yang sangat besar.

Berikut adalah contoh design bangunan yang menggunakan struktur cangkang

L'Oceanogràfic (El Oceanográfico), City of Arts and Sciences, Valencia, Spain, with Calatrava

Karya Félix Candela Outeriño


3. STRUKTUR KABEL

Adalah sebuah sistem struktur yang bekerja berdasarkan prinsip gaya tarik, terdiri atas kabel baja, sendi,
batang, dsb yang menyanggah sebuah penutup yang menjamin tertutupnya sebuah bangunan.
(Makowski, 1988)
Struktur kabel dan jaringan dapat juga dinamakan struktur tarik dan tekan, karena pada kabel-kabel
hanya dilimpahkan gaya-gaya tarik, sedangkan kepada tiang-tiang pendukungnya hanya dilimpahkan
gaya tekan. (Sutrisno, 1983)
Prinsip konstruksi kabel sudah dikenal sejak zaman dahulu pada jembatan gantung, di mana gaya-gaya
tarik digunakan tali. Contoh lainnya adalah tenda-tenda yang dipakai para musafir yang menempuh
perjalanan jarak jauh lewat padang pasir.
Setelah orang mengenal baja, maka baja digunakan sebagai gantungan pada jembatan. Pada taraf
permulaan baja itu dapat berkarat. Pada zaman setengah abad sebelum sekarang, ditemukanlah baja
dengan tegangan tinggi yang tahan terhadap karat.
Pada jembatan gantung, kabel-kabel letak dalam bidang datar (dua dimensi), sedangkan pada struktur
kabel dan jaringan rangkaian kabel yang berjumlah banyak, disusun ortogonal dalam bidang lengkung,
masing-masing kearah yang berkebalikan untuk kepentingan bersama, sehingga menghasilkan sistem
yang stabil dalam tiga dimensi.
Pemakaian struktur tersebut berkembang menjadi struktur atap gantung ruang, memakai bahan yang
ringan, kuat dan tahan cuaca, di antaranya adalah fiberglass dan acrylic yang dipasang di antara jala-jala
dari kabel baja mutu tinggi. Jaringan laba-laba adalah suatu contoh di alam yang merupakan jaringan
dalam bidang (dua dimensi) dan mempunyai perubahan bentuk (deformasi) yang elastis.
Pada zaman sekarang sesuai dengan pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, struktur kabel juga
berkembang. Pemakaian struktur tersebut tidak terbatas pada bangunan untuk pameran atau
pertunjukan, tetapi telah digunakan untuk stadion dengan bentangan ruang yang besar.

Sejarah Perkembangan Struktur Kabel


Asal mula struktur kabel merupakan salah satu struktur tradisional yang awalnya berupa jembatan dan
tenda. Jembatan dengan sistem kabel tarik awalnya diterapkan pada daerah pegunungan seperti
Himalaya atau di daerah hutan hujan seperti Peru. Kemudian berkembang hingga Eropa
yang diprakarsai oleh Faustus Verantinus pada tahun 1616 yang menggunakan rantai sebagai pengganti
kabel yang dingkurkan pada menara. Pada saat itu hingga menjelang abad ke-20, kabel hanya menjadi
sistem yang membantu perkuatan karena belum dapat mengatasi factor beban angin.
Bentuk tenda sering digunakan oleh suku nomaden di Eropa Utara, Asia dan Timur Tengah. Tenda-tenda
tersebut dapat dikelompokkan atas tiga jenis, yaitu :
1. Bentuk kerucut dengan penutup dari kulit
Merupakan bentuk yang paling sederhana dengan satu atau lebih tiang utama di dalam dan beberapa
tiang pembentuk yang menyatu di puncak tiang utama
2. Bentuk silinder dengan atap perpaduan bentuk kubah dan kerucut
Dinding silinder dibentuk dengan batang-batang yang saling menyilang dengan batang pembentuk atap
menyatu ditengah dan diperkuat dengan cincin
3. Bentuk black tent
Bentuk ini hanya menggunakan kabel tarik yang ditutupi terpal tanpa batang pengaku. Fungsi utamanya
adalah sebagai perlindungan terhadap matahari dan temperature yang rendah pada malam hari.

C. Struktur kabel pada abad ke 19


Prinsip struktur kabel mengadaptasi bentuk tenda dan jembatan, hanya saja diterapkan pada bentang
yang lebih luas. Dipicu oleh revolusi industri dimana terjadi pertambahan penduduk yang cepat dan
pertumbuhan di bidang industri, mengakibatkan munculnya kebutuhan akan bangunan dengan bentang
lebar untuk pabrik, stasiun kereta api dan fasilitas umum lainnya. Sistem struktur yang sering digunakan
adalah struktur rangka sedangkan struktur kabel jarang digunakan. Namun terdapat beberapa contoh
yang dapat diklasifikasikan menjadi :
• Perpaduan struktur kabel dengan elemen jembatan
Bangunan pertama adalah sebuah pabrik di pelabuhan Perancis yang dibangun tahun 1839. Terdiri atas
dua gedung memanjang dengan ruang diantaranya sepanjang 40 m yang tertutup atap tanpa dinding.
Atap didikat oleh sistem kabel catenary yang diangkurkan pada tower bangunan.
• Atap dengan rantai dan kabel tarik
Jaringan rantai besi atau kabel digunakan sebagai penutup atap, sebagai alternatif atap yang tahan api.
• Jaringan kabel dua arah pada lantai
Jaringan kabel dan batang besi digabung membentuk suatu plat lantai yang pre-tension
• Masted Structure
Diilhami oleh tuntutan bangunan berbentang lebar yang ringan, biaya rendah dan konstruksi yang tahan
api, maka digunakan prinsip jembatan dengan mengikat rantai atau kabel (sebagai rangka atap) pada
kolom yang diteruska ke atas
Dasar-Dasar Struktur Kabel
Daya Tarik yang tinggi dari baja dengan efisiensi tarik murni memungkinkan kabel baja sebagai elemen
struktur yang dapat membentangi jarak besar. Kabel adalah fleksibel karena ukurannya dari sisi kecil
dibandingkan dengan panjangnya. Fleksibel menunjukan daya lengkung yang terbatas.
Karena tegangan-tegangan lengkung tidak sama, dapat diatasi oleh fleksibelnya kabel. Beban-beban
yang dipikul oleh batang-batang tarik terbagi di antara kabel-kabel. Masing-masing kabel memikul
beban dengan tegangan yang sama dan di bawah tegangan yang diperkenankan.
Untuk mendapat gambaran mengenai mekanisme kabel yang memikul beban vertikal, dapat dilihat pada
gambar dibawah ini, terlihat suatu kabel yang ujung-ujungnya dipegang kuat oleh angkur pada tembok
dan dibebani beban P ditengahnya. Karena beban P, kedua bagian kabel tertarik dan membentuk
segitiga, tiap bagian kabel memikul ½ p
Bentuk segitiga yang terbentuk oleh kabel memilki ciri khas lenturan,
yaitu jarak vertikal antara landasan gantung sampai dengan titik terendah pada kabel. Kabel tanpa
lenturan tak dapat memikul beban karena gaya tarik yang terdapat dalam kabel yang mendatar tidak
dapat mengadakan keseimbangan dengan gaya atau beban vertikal. Gaya tarik arah kedalam pada
kedua landasan akibat melenturnya kabel dapat dibagi menjadi dua bagian yang sama karena
pembebanan simetri. Bilamana landasan perletakan tidak cukup kuat, maka kedua bagian kabel akan
berimpit menjadi satu. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dipasang batang penunjang mendatar
antara kedua landasan.
Mekanisme kabel :
• Makin panjang kabel
- lenturan makin besar
- tetapi tegangan menjadi lebih rendah
- dapat dipakai kabel dengan potongan lintang yang kecil.
• Makin pendek kabel,
- lenturan pun makin kecil
- tegangan menjadi lebih tinggi
- diperlukan kabel dengan potongan lintang yang lebih besar.

Yang paling ekonomis adalah dengan mengambil lenturan dengan sudut 45 º.


Apabila beban diperbanyak, maka kabel-kabel dengan garis lurus yang disebabkan karena tegang,
membentuk segi banyak. Bentuk segi banyak itu disebut juga Funicular Polygon dari bahasa Latin :
Funis = tali dan dari bahasa Greek : Poly = banyak, dan Gonia = sudut. Lenturan maksimal pada Funicular
Polygon yaitu 3/10 dari bentangan.
Terdapat pula Polygon Catenari, dari bahasa Latin : Catena = lengkungan yang teratur, dimana beban-
beban yang sama besarnya disusun dengan jarak-jarak yang sama di atas kabel utama dan lebih baik,
maka batang-batang segi banyak gaya membentuk lengkungan yang agak lain dari bentuk parabola
tatepi tidak banyak selisih. Lenturan maksimal pada Katenari yaitu 3/10 dari bentangan dan dengan
lenturan itu lengkungan katenari hampir berimpit dengan parabola. Kabel yang memikul berat sendiri
dan beban terbagi rata yang didistribusikan mendatar mendapat bentuk pertengahan antara katenari
dan parabola.
Perbedaan antara bentuk lengkung Katenari dengan bentuk lengkung Parabola
Klasifikasi Struktur Kabel
Secara Garis Besar, Struktur kabel dapat dibedakan menjadi :
1. Struktur Kabel Tunggal Sistem Roda Sepeda ( Single Layer Sistem)
Pada sistem ini dipakai satu susunan kabel yang menghubungkan cincin dinding luar dari
beton sebagai penahan tiang yang silindris ke cincin dalam di titik pusat lingkaran dari baja.
Dinding tepi melingkar dibuat dari beton tulang yang tipis.
Penutup atap terdiri dari pelat beton prefabrikasi berbentuk baja yang didukung oleh kabel-
kabel radial. Ujungnya ditekuk ke atas pada tulangan pelat. Agar stabil, pelat-pelat dibebani bata
atau kantong-kantong berisi pasir sementara untuk memberi tarik tambahan pada kabel.
Lubang-lubang diantara dua pelat sebagai cetakan diisi adukan beron. Bilamana beton
mongering, atap menjadi pelat yang monolit dan merupakan bundaran. Kabel akan memendek
tetapi ditahan oleh beton tepi yang merupakan silinder yang telah membantu.
Jadi atap beton yang melengkung ke bawah itu mendapat prategang dari kabel-kabel, sehingga
cukup kaku untuk menahan flutter effect (mengepak seperti sayap). Drainase air hujan
dilakukan dengan memompa air yang ada di atas atap melalui pipa-pipa.
Penerapan Struktur Kabel dalam Arsitektur
Struktur kabel merupakan suatu generalisasi terhadap beberapa struktur yang menggunakan
elemen tarik berupa kabel sebagai ciri khasnya. Struktur ini bekerja terhadap gaya tarik sehingga
lebih mudah berubah bentuk jika terjadi perubahan besar atau arah gaya. Struktur kabel
merupakan struktur funicular dimana beban pada struktur diteruskan dalam bentuk gaya tarik
searah dengan material konstruksinya, sehingga memungkinkan peniadaan momen.
2. Struktur Kabel Ganda Sistem Roda Sepeda (Double Layer Sistem)

Sistem kabel ganda terdiri atas dua susunan kabel yang letaknya tidak sebidang, tidak
berpotongan tetapi bersilang. Kedua susunan kabel ini merupakan struktur utama dari atap,
susunan yang satu melengkung ke atas dan susunan yang lainnya melendut ke bawah. Kedua
susunan kabel dijaga supaya tetap pada tempatnya oleh penunjang-penunjang tekan dengan
berbagai panjang yang masing-masing dapat disetel.
Bahan atap terdiri dari pelat metal prefabrikasi. Atap bebas dari bahaya flutter effect karena
gaya tarik dalam kabel yang cukup besar membuat susunan keseluruhan lebih kaku daripada
kabel-kabel yang digantungkan.
A . Deformasi Struktur Kabel
Beban merata pada struktur kabel menyebabkan terbentuknya 2 macam kurva, yaitu :
• Kurva parabola, terjadi akibat beban horizontal yang merata
• Kurva katenari, terjadi akibat beban merata searah kabel
B. Sistem Stabilisasi
Beberapa sistem stabilisasi yang dapat digunakan untuk mengantisipasi deformasi pada struktur
kabel antara lain :
1. Peningkatan beban mati
Stabilisasi ini dilakukan dengan penerapan material dengan berat yang memadai dan
merupakan material yang homogen sehingga diperoleh beban yang terdistribusi merata.
2. Pengaku busur dengan arah berlawanan (inverted arch)
Stabilisasi dengan pengaku bususr atau kabel ini berusaha mencapai bentuk yang kaku dengan
menambah jumlah kabel sehingga kemudian menghasilkan suatu jaring-jaring (cable net
structure).
3. Penggunaan batang-batang pembentang (spreader)
Stabilisasi ini menggunakan batang-batang tekan sebagai pemisah antara dua kabel sehingga
menambah tarikan internal didalam kabel.
4. Penambatan/pengangkuran ke pondasi (ground anchorage)
Sistem ini hanya berlaku bagi kabel karena adanya gaya-gaya taik yang dinetralisir oleh pondasi
sehingga menghasilkan stabilisasi.Pada pondasi terjadi tumpuan tarik akibat perlawanan gaya
tarik kabel.
5. Metoda prategang searah kabel (masted structure)
Ciri utamanya adalah tiang-tiang dan kabel yang secara keseluruhan membentuk suatu struktur
kaku. Kabel ditempatkan pada keadaan tertegang dengan jalan memberikan beban yang
dialirkan searah kabel.
Gaya-Gaya Pada Kabel
Untuk menghitung gaya-gaya kabel, dapat ditempuh dengan memanfaatkan keseimbangan titik-
titik hubung struktur.
Kabel adalah struktur, dimana besar gaya-gaya pada kabel tersebut tidak konstan, ini berarti
setiap segmen pada konstruksi kabel akan menerima gaya yang berbeda.
Tiupan angin diatas permukaan atap yang melendut menyebabkan terjadinya gaya isapan. Gaya
isapan menyebabkan atap fleksibel mengarah cembung ke atas
Pada saat atap berubah bentuk sebagai akibat gaya isapan, pengaruh angin terhadap bentuk
yang berubah tadi menyebabkan gaya tekan.
• Keuntungan struktur kabel :
1. Elemen kabel merupakan elemen konstruksi paling ekonomis untuk menutup permukaan
yang luas
2. Ringan, meminimalisasi beban sendiri sebuah konstruksi
3. Memiliki daya tahan yang besar terhadap gaya tarik, untuk bentangan ratusan meter
mengungguli semua sistem lain
4. Memberikan efisiensi ruang lebih besar
5. Memiliki faktor keamanan terhadap api lebih baik dibandingkan struktur tradisonal yang
sering runtuh oleh pembengkokan elemen tekan di bawah temperatur tinggi. Kabel baja lebih
dapat menjaga konstruksi dari temperatur tinggi dalam jangka waktu lebih panjang, sehingga
mengurangi resiko kehancuran
6. Dari segi teknik, pada saat terjadi penurunan penopang, kabel segera menyesuaikan diri pada
kondisi keseimbangan yang baru, tanpa adanya perubahan yang berarti dari tegangan
7. Cocok untuk bangunan bersifat permanen.

• Kelemahan struktur kabel :


Pembebanan yang berbahaya untuk struktur kabel adalah getaran. Struktur ini dapat bertahan
dengan sempuna terhadap gaya tarik dan tidak mempunyai kemantapan yang disebabkan oleh
pembengkokan, tetapi struktur dapat bergetar. Dalam hal gejala resonansi yang umum dikenal
dapat timbul dan mengakibatkan robohnya bangunan.
Dan berikut adalah contoh bangunan yang menggunakan struktur kabel

Karya : Philip Samyn (M&G Ricerche )

Lokasi alamat: Venafro


Lokasi Negara: Italia
Nama Guido klien / pemilik gedung: Ghisolfi, Sinco Teknik SPA, Tartona
Fungsi Laboratorium: membangun & pusat penelitian
Derajat struktur kandang: tertutup Sepenuhnya
Iklim zona: musim dingin dan musim panas yang ringan
Jumlah lapisan: lapisan mono
4. STRUKTUR FOLDED PLATE

Dalam bahasa yang sangat sederhana, struktur tersebut dinamakan Folded Plate yang terlihat
seperti kertas yang ditekuk – tekuk. Penggunaan struktur ini biasanya digunakan pada bangunan pabrik.

Pelat adalah struktur planar kaku yang secara khas terbuat dari material monolith yang tingginya kecil
(tipis) dibandingkan dengan dimensi-dimensi lainnya. Beban yang umum pada pelat mempunyai sifat
banyak arah. Pelat dapat ditumpu diseluruh tepinya atau hanya pada titik-titik tertentu (misalnya oleh
kolom atau campuran antara tumpuan menerus dan titik). Kondisi tumpuan dapat sederhana atau jepit.
Pelat ini terbuat dari material padat , homogen yang memiliki sifat sama di segala arah.

Dengan membentuk lipatan-lipatan kaku pada suatu sistem struktur yang bekerja secara efisien untuk
menyalurkan beban sehingga memungkinkan dicapainya bentang-bentang lebar di antara tumpuan-
tumpuan yang direncanakan. Efisiensi dari struktur bidang lipat dicapai karena struktur tersebut bekerja
sekaligus sebagai pelat datar (slab), balok (beam), dan rangka kaku (truss).

Transfer beban dalam struktur lipat terjadi melalui kondisi struktural dari pelat (beban tegak
lurus terhadap bidang tengah) atau melalui kondisi struktural dari paralel (slab load ke pesawat).

Pada awalnya, kekuatan eksternal akan ditransfer karena kondisi struktural pelat ke pinggir lebih pendek
dari satu elemen lipat. Di sana, reaksi sebagai kekuatan aksial dibagi antara elemen yang berdekatan
yang menghasilkan strain kondisi struktural dari lembaran. Ini mengarah pada pengiriman pasukan
untuk bantalan.

Ketika selembar kertas tipis terletak antara dua benda, kertas tersebut akan membungkuk karena ia
memiliki kekuatan yang cukup untuk membawa beratnya sendiri.

Jika sepotong kertas yang sama dilipat maka akan mampu mendukung seratus kali beratnya sendiri.

Jika beban meningkat melewati titik ini maka struktur akan gagal dan lipatan akan meratakan keluar.
Bentuk -bentuk yang dapat dijadikan dasar perkembangan bentuk konstruksi lipat, yaitu bentuk-
bentuk dasar: pyramidal, prismatic dan semi prismatic. Bentuk prismatic ialah bentuk yang terdiri dari
bidang-bidang datar bersudut siku-siku dan bidang-bidang yang melintang tegak lurus pada kedua belah
sisi ujung bidang datar bersudut siku-siku.

Struktur plat lipat dapat dibuat dari hampir semua jenis material. Salah satu material yang banyak
digunakan untuk plat lipat adalah beton bertulang. Material ini paling baik digunakan karena dapat
dengan mudah dibuat. Material lain yang sering digunakan adalah baja, plastik, dan kayu.

JENIS FOLDED PLATE


A. Folded plate dua segmen

Komponen dasar dari struktur folded plate terdiri dari: plat miring, plat tepi yang digunakan untuk
menguatkan plat yang lebar, pengaku untuk membawa beban ke penyangga dan menyatukan plat, serta
kolom untuk menyangga struktur.

B. Folded plate tiga segmen

Pengaku terakhirnya berupa rangka yang lebih kaku daripada balok penopang bagian dalam.
Kekuatan dari reaksi plat di atas rangka kaku tersebut akan cukup besar dan di kolom luar tidak akan
diseimbangkan oleh daya tolak dari plat yang berdekatan. Ukuran rangka dapat dikurangi dengan
menggunakan tali baja antara ujung kolom.
C. Bentuk Z

Masing-masing unit di atas mempunyai satu plat miring yang lebar dan dua plat tepi yang diatur
dengan jarak antara unit untuk jendela. Bentuk ini disebut Z shell dan sama dengan louver yang
digunakan untuk ventilasi jendela. Bentuk Z ini adalah bentuk struktur yang kurang efisien karena tidak
menerus dan kedalaman efektifnya lebih kecil daripada kedalaman vertikalnya.

D. Dinding yang menerus dengan plat

Pada struktur ini , dinding merupakan konstruksi beton yang miring. Dinding didesain menerus dengan
plat atap. Kolom tidak dibutuhkan di pertemuan
tiap-tiap panel dinding karena dinding ditahan
di ujung atas.
E. Kanopi

Bentuk ini digunakan untuk kanopi kecil di


entrance bangunan. Struktur ini mempunyai
empat segmen. Pengaku struktur disembunyikan
di permukaan atas sehingga tidak terlihat dan plat
(shell) akan muncul untuk menutup dari kolom
vertikal. Di dinding bangunan harus ada juga
pengaku struktur tersembunyi di konstruksi
dinding.

F. Folded plate yang meruncing ke ujung (Tapered Folded plate)

Struktur ini dibentuk oleh elemen-elemen runcing. Berat


plat di tengah bentang merupakan dimensi kritis untuk
kekuatan tekukan. Struktur ini tidak efisien dan tidak
cocok untuk bentang lebar karena kelebihan beban
untuk bentang lebar.

G. Folded plate penyangga tepi (edge supported folded plate)

Pada struktur ini, plat tepi dapat dikurangi dan struktur


atap dapat dibuat terlihat sangat tipis jika plat tepi
ditopang oleh rangkaian kolom. Struktur ini cocok
digunakan untuk bangunan dengan estetika tinggi
dengan desain atap yang tipis.
H. Folded plate truss

Terdapat ikatan horizontal melintang di sisi lebar hanya di


tepi bangunan. Hal ini memungkinkan folded plate digunakan pada bentang lebar dengan pertimbangan
struktural yang matang.

I. Rangka kaku folded plate

Sebuah lengkung dengan segmen lurus biasanya disebut


rangka kaku. Struktur ini tidak efisien untuk bentuk kurva lengkung karena momen tekuk lebih besar.
Contoh bangunan menggunakan struktur folded plate karya Rryuichi Ashizawa
5. STRUKTUR DEKONSTRUKSI

Dekonstruksi berlandaskan pada semangat konstruktivisme Rusia. Di mana di dalamnya


mencoba untuk mengoyak mimpi indah tersebut melalui penampilan bidang-bidang yang simpang siur
dan garis-garis yang merentang sehingga keseluruhan struktur seolah-olah akan segera runtuh. Banyak
kritik dilontarkan terhadap usaha Johnson dan Wigley dalam membeberkan paralelisme antara
arsitektur dan dekonstruktivisme dengan kontruktivisme Rusia. Alasannya karena mereka hanya
mendasarkan pada kemiripan bentuk dan prinsip estetik, tapi sama sekali mengabaikan konteks social,
politik, dan ideologis di mana kedua gejala tersebut tumbuh.

Bahkan Charles Jenks kemudian menyebutnya dengan istilah Neo Constructivism. Pada akhirnya,
dekonstruksi yang lahir dari pengaruh filsafat derrida disebut sebagai dekonstukdi derridian.

Yang lahir sekedar sebagai produk pragmatis dan formal disebut sebagai dekonstruksi non derridian,
lebih melihat segi estetiknya. Sebutan ini dipelopori oleh Geoffrey Broadbent dalam bukunya.

Ciri-ciri Arsitektur Dekontruksi :

– Penampilan bidang-bidang simpang siur

– Garis-garis yang tidak beraturan

– Keseluruhan struktur seperti runtuh

– Dekonstruksi membawa bentuk-bentuk geometri yang cenderung berbentuk “aneh”. Hal ini
disebabkan oleh adanya pembatasan penerimaan keabsolutan terhadap keaslian bentuk-bentuk
geometri yang selama ini dikenal.

Salah satu Arsitek terkenal yang menganut Arsitektur Dekontruksi adalah Frank O. Gehry.
Contoh karyanya adalah Weisman art museum dan Der Neue Zollhof. Weisman art museum berlokasi di
Minneapolis, Minnesota dekat dengan sungai missisipi. Ciri dari Arsitektur Dekontruksi yang dapat jelas
dilihat adalah Gehry menggunakan bentuk-bentuk yang sangat tidak lazim pada bangunan ini. Dan dapat
dilihat dengan kemampuan imajinasi, Weisman art museum seakan-akan dapat berbicara dan
mengungkapkan sesuatu kepada yang melihatnya. Dengan bentuk yang tidak lazim dan gaya
expressionist modern, Frank Gehry telah menunjukkan sisi dekonstruksi dari Weisman art museum.
Akan tetapi, esensi sebuah karya arsitektur dekonstruksi bukanlah dari bentuk, akan tetapi lebih kepada
makna dibaliknya.Der Neue Zollhof berlokasi di tepi sungai Rheine di daerah publik yang berskala urban,
Dusseldorf, Germany. Unsur simpang siur yang menjadi salah satu ciri dari arsitektur dekonstruksi masih
nampak jelas . Penampilan bentukan 3 dimensi membuat eksistensi bangunan ini sebagai bangunan
yang berlanggam dekonstruksi tampak nyata. Permainan bidang – bidang menjadi salah satu pemicunya.
Weisman art museum

Der Neue Zollhof


Prinsip Arsitektur Dekonstruksi

Ideologi dekonstruksi antara lain :

– Pentingnya perbedaan, keterbedaan dari yang lain.

– Bentuk asemantik.

– Memperlihat ke dekonstruksiannya dengan kesan tulisan yang didapat dari bangunan.

– Tiap arsiteknya memiliki hak penuh atas desain bangunannya.

– Menaklukkan suatu kasus perancangan.

– Terpecah-pecah, terbagi-bagi (fragmented), tidak jelas bentuknya (destructive).

– Arsitek adalah metafisika.

Gaya yang dianut :

– Kontradiksi antar elemen bangunan, ada irama.

– Kompleksitas disjungsi, kecenderungan kaku ; kacau ; bengkok dan berbeda dari. yang lain.

– Ruang eksplosif dengan lantai mirin ( tilted floors ) ; cocktail sticks ;


penyimpangan/pembengkokan ( warps ) ; distorsi ; anamorfisme.

– Bentuk abstrak yang ekstrim.

– Frenzled cacophony ; violated perfection ; random noise.

– Tidak adanya keterikatan antara bentuk dan ruang yang ada di dalamnya.

– Estetika nol derajat ( degree zero ), kekosongan erotik mesin ( machine eroticism ).

– Ornamen pokoknya : pemecahan / fractal ; skala ; self similiarity ; catachresis ; apocalypse.

– Memperlihatkan kode pribadi.

– Pro restricted metaphors : planetary arch ; flying beam/ balok melayang ; knife blades ; fish
bananas.

– Memunculkan kembali sejarah yang ada.

– Kehancuran semu.

– Simbolik pribadi.

Ide desainnya antara lain :

– Non place sprawl ; grid point ; teori chaos/kehancuran.

– Fungsi indeterminan.

– Ahistorikal dan neo constructivist.


– Mengandung banyak kata-kata yang halus ( rhetorically redundant).

– Ruang dan massa yang saling berpenetrasi chora.

– Objek skulptur yang tidak berkesinambungan.

– Patahan, ruang yang terjadi karena ketidaksengajaan .

– Dekomposisi, pemusatan ulang.

– Ketidakharmonisan, random noise.

Tanpa disadari dekonstruksi telah menggariskan prinsip-prinsip penting sebagai berikut:

– Tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Tidak ada satu cara atau gaya yang terbaik. Gaya klasik,
tradisional, modern, dan lainnya mempunyai posisi dan kesempatan yang sama untuk berkembang.

– Tidak ada antologi dan teologi dalam artsitektur. Tidak ada tokoh atau figure yang perlu didewakan.

– Dominasi pandangan dan nilai absolut dalam arsitektur harus segera diakhiri. Perkembangan
arsitektur selanjutnya harus mengarah pada keragaman pandangan dan tata nilai.

– Visiocentrism atau pengutamaan indera penglihatan dalam arsitektur harus diakhiri. Potensi indera
lain harus dimanfaatkan pula secara seimbang.

– Arsitektur tidak lagi identik dengan produk bangunan. Arsitektur terkandung dalam ide, gambar,
model, dan fisik bangunan dengan jangkauan dan aksentuasi yang berbeda. Prioritas yang diberikan
pada ide, gambar, model, ke bangunan harus setara karena ide, gambar, dan model tidak hanya
berfungsi sebagai simulasi atau representasi gedung, tetap bisa menjadi produk atau tujuan akhir
arsitektur.
KESIMPULAN

Dari penjabaran diatas , menurut kesimpulan saya, struktur adalah bagaiamana bagian-bagian
dari sesuatu berhubungan dengan lainnya atau bagaimana hubungan tersebut dapat disatukan.
Struktur merupakan sifat fundamental bagi setiap system. Identifikasi suatu struktur adalah suatu tugas
subjektif, karena tergantung pada asumsi kriteria bagi pengenalan bagian-bagiannya dan hubungan
mereka. Dan dapat saya simpulkan juga bahwa, struktur bangunan sangat berpengaruh dalam
mencegah kerusakan bangunan , terutama kekenyalan struktur sehingga dapat meminimalisir kerugian.

Maka dalam perancangan arsitektur, pengetahuan struktur sangat penting , karena menyangkut
fungsi dalam bangunan serta dapat menjadi symbol estetika bangunan tersebut. Dan sebagai calon
arsitek , hal hal seperti ini harus dipahami betul. Karena dalam merancang kita harus memperhatikan
fungsi berserta estetika dalam perancangan sebuah bangunan.
Daftar Pustaka
WWW.GOOGLE.COM

Anda mungkin juga menyukai