Anda di halaman 1dari 10

RELEVANSI FISIKA DALAM

KONSTRUKSI BANGUNAN
MONUMENTAL

Disusun oleh:
Irenisa Nabila A (193005)
Aziz Ilmiansyah S (193010)
Azkia Fahri Alvian (193037)
Lana Adi Surya P (193040)
Mareta Layang W (193042)
PENDAHULUAN

1. Pengertian Museum
Kata Museum berasal dari bahasa Yunani kuno “Museion” yang berarti rumah dari sembilan
dewi Yunani (Mouse) yang menguasai seni murni ilmu pengetahuan. Pengertian Museum menurut
ICOM (International Council of Museum) pasal tiga dan empat yang berbunyi “Museum adalah
suatu lembaga yang bersifat tetap dan memberikan pelayanan terhadap kepentingan masyarakat
dan kemajuannya terbuka untuk umum tidak bertujuan semata-mata mencari keuntungan untuk
mengumpulkan, memelihara, meneliti, dan memamerkan benda-benda yang merupakan tanda
bukti evolusi alam dan manusia untuk tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Jenis museum yaitu
museum arkeologi, museum seni, museum biografi, museum anak, museum universal, museum
etnologi, museum rumah bersejarah, museum sejarah, museum maritime, museum militer dan
perang, dan lain-lain.
2. Pokok Bahasan
3. Rumusan Masalah
4. Tujuan Penulisan
BAB II

1. GAYA

a. Gaya Terpusat (point load)


Akibat berat manusia, berat kendaraan, berat kolom dan lain lain.

b. Gaya Terbagi Rata (distributed load)


Akibat berat lantai, balok, aspal, genangan air, dan angin.

c. Gaya Momen
2. TUMPUAN

a. Tumpuan Sendi

 mampu menahan gaya vertical


 mampu menahan gaya horizontal
 tak mampu menahan momen

b. Tumpuan Roll

 mampu menahan gaya vertical


 tidak mampu menahan gaya horizontal
 tidak mampu menahan gaya momen
c. Tumpuan Jepit
 mampu menahan gaya vertical
 tidak mampu menahan gaya horizontal
 tidak mampu menahan gaya momen)

ANALISIS BEBAN
Setelah dimensi dari struktur itu diketahui, sangat penting kemudian menentukan beban
apa saja yang ditanggung dari struktur. Beban disain biasanya dispesifikasi oleh peraturan
bangunan yang berlaku. Untuk wilayah hukum Indonesia digunakan SNI 03 1727
1989 Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung. Ada dua jenis beban pada struktur
yang harus dipertimbangkan dalam desain. Tipe pertama ini disebut dengan Beban mati yang
merupakan berat dari kumpulan setiap anggota struktur maupun berat objek benda yang
ditempatkan secara permanen. Sebagai contoh, kolom, balok, balok penopang (girder), pelat lantai,
dinding, jendela, plumbing, alat listrik, dan lain sebagainya. Kedua adalah Beban hidup, yang
mana beban yang bergerak atau bervariasi dalam ukuran maupun lokasi. Contohnya adalah beban
kendaraan pada jembatan, beban pengunjung pada gedung, beban hujan, beban salju, beban
ledakan, beban gempa, dan beban alami lainnya.

Yang termasuk kedalam Beban Mati adalah :


1. Berat sendiri ( berat struktur sendiri )
Contoh : gelagar beton pada jembatan
2. Beban mati tambahan, beban yang melekat ke struktur tetapi bukan bagian dari struktur
Contoh : lampu , lapisan semen.
3. Beban mechanical dan electrical

4. Beban dinding

Yang termasuk kedalam Beban Hidup adalah :

1. Beban hidup manusia


2 Beban hidup kendaraan
3. Beban Angin, Bila struktur merintangi aliran angin, energi kinetik angin dikonversikan ke dalam
energi potensial tekanan, yang menyebabkan terjadinya suatu pembebanan angin. Efek angin
pada struktur bergantung pada kerapatan dan kecepatan udara, sudut datang angin, bentuk dan
kekakuan struktur dan kekesaran permukaannya. Pembebanan angin bisa ditinjau dari
pendekatan statik maupun dinamik.

4. Beban Gempa, Gempa bumi menghasilkan pembebanan pada suatu struktur melalui interaksi
gerakan tanah dan karakteristik respon struktur. Pembebanan ini merupakan hasil dari distorsi
struktur yang disebabkan oleh gerakan tanah dan kekakuan struktur. Besarnya bergantung pada
banyak dan tipe percepatan gerak tanah, masa dan kekakuan struktur. Pembebanan dan analisis
gempa di Indonesia merujuk pada SNI 03 1726 2010 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa
Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung.
5. Tekanan Hidrostatika dan Tekanan tanah, Bila struktur-struktur digunakan untuk menahan air,
tanah atau materi glanural, tekanan yang dihasilkan oleh beban-beban ini menjadi suatu kriteria
desain yang penting. Contohnya adalah bendungan atau dinding penahan (retaining wall). Disini
hukum-hukum hidrostatik dan mekanika tanah dipakai untuk menentukan pembebanan struktur.

ANALISIS GAYA DALAM


Suatu struktur tidak hanya memiliki gaya-gaya yang berasal dari luar. Struktur juga akan
membentuk gayanya sendiri dari dalam. Yang termasuk gaya dalam adalah :

1. Momen Lentur

Sebuah balok langsing yang diberi perletakan sederhana akan menghasilkan lenturan.
Sebutan masalah lentur diartikan pada studi mengenai tegangan dan deformasi yang timbul pada
elemen yang mengalami aksi gaya. Umumnya tegak lurus pada sumbu elemen sehingga salah
satu tepi serat mengalami perpanjangan dan tepi serat lainnya mengalami penyusutan.biasanya
lenturan terjadi pada beban merata(q). Persamaan sederhana untuk menentukan tegangan lentur
pada balok dengan perletakan sederhana adalah
2. Gaya Geser (lintang)

gaya yang tegak lurus terhadap sistem. Balok akan mengalami patah geser akibat gaya
yang tegak lurus bidang. Patah geser lebih berbahaya dibandingkan Momen lentur.

3. Gaya Normal

gaya yang searah bidang. Balok akan mengalami gaya tekan atau tarik. Ada gaya yang
sejajar balok dan menuju kearah tumpuan maka balok akan mengalami tekanan, dan apabila ada
gaya luar yang sejajar bidang dan menjauhi tumpuan maka balok mengalami tarikan.
http://yobi-engineering.blogspot.com/2015/01/relevansi-ilmu-fisika-teknik-sipil.html

FISIKA BANGUNAN MUSEUM


1. PENCAHAYAAN
Pencahayaan pada bangunan museum pada umunya sama dengan bangunan lainnya kecuali
pada areal pameran. Pada areal pameran, pada umumnya pencahayaan terdistribusi secara tidak
merata. Pada umunya penhayaan menggunakan pencampuran angtara cahaya buatan dan cahaya
matahari. Akan tetapi pada museum science hanya menggunakan pencahayaan buatan. Hal ini
dikarenakan penvahayaan buatan dapat lebih memberikan efek yang lebih bagus pada benda yang
dipamerkan dibandingkan cahaya alami. Akan tetapi, seorang manusia pada umunya lebih memilih
keberadaan cahaya alami walaupun sedikit. Hal ini dikarenakan efek cahaya matahari yang
berkesan hidup dibandingkan cahaya buatan yang berkesan mati. Seorang arsitek diharapkan dapat
mendesain bangunan dengan percampuran antara cahaya buatan dan cahaya alami. Hal ini
dikarenakan untuk keseimbangan antara penglihatan dan perasaan dalam suatu
bangunan.Pencampuran penhayaan tersebut adalah seperti: “The natural partner in the
combination varies widely in chromaticity and quantity, from day to day, and season to season,
and frequently will change in both color and quanity in matter of minutes”. Warna pencahayaan,
merupakan factor yang sangat penting. Menurut penelitian. Pencahayaan dalam bangunan exhibisi
diperlukan dua jenis cahaya. Ruangan dapat diterangi secara tidak langsung dengan cahaya lampu
incandescent tanpa filter dengan suhu 2800-3100 memberi pencahayaan spot pada objek
individual, maupun pencahayaan flood di lokasi tertentu. Pencahayaan ruangan diharapkan tidak
melebihi terangnya pencahayaan terhadap objek. Akan tetapi pencahayaan ruangan juga tidak
diharapkan terlalu gelap sehingga objek yang dipamerkan terlalu kontras. Perletakan pencahayaan
harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah efek silau, dan pantulan dari silau. Usaha untuk
mencegah efek silau ini dilakukan pencahayaan secara tidak langsung pada areal pameran di dalam
sebuah museum. Pemanfaatan skylight cukup membantu dalam hal ini. Penggunaan refleksi
cahaya juga mendapat peran yang cukup penting dalam hal ini.

2. TATA SUARA
Penataan bunyi pada bangunan memiliki dua maksud yaitu untuk kesehatan dan untuk
kenikmatan. Ini dimaksudkan untuk memberikan efek nyaman baik bagi perseorangan maupun
grup. Percakapan manusia (human speech) berada di Antara frekuensi 600 – 4000 Hz. Dan
kepekaan telinga manusia terhadap frekuensi suara berkisar 100 – 3200 Hz. Kepekaan telinga
manusia berbeda untuk fungsi yang berbeda. Penataan akustik ruang luar lebih sulit daripada
ruang dalam. Budaya akan mempengaruhi tingkat kebisingan. Untuk negara tropis berkembang ,
tingkat kebisingan antara 65-70 dbA masih dianggap wajar. Dan untuk ruang-ruang seperti
Ruang Konferensi, Auditorium, Orientasi harus didesain oleh ahlinya atau spesialis di
bidangnya.
3. TATA UDARA

a. Standar Kelembaban Relatif (RH)


Umumnya, professional museum merekomendasikan RH konstan setiap tahun pada Level
50 %. Ini merupakan nilai ekstrim tertinggi yang harus diakui baik oleh sang Arsitek ataupun
insinyur dalam perancangannya.
b. Standar Temperatur
RH sangat berpengaruh pada temperature. Ini juga karena koleksi-koleksi museum
biasanya lebih bertoleransi pada variasi temperatur daripada RH. Maka temperatur harus konstan
daripada RH. Kenyamanan yang dirasakan oleh manusia pada range 72° F – 76 ° F. Untuk ruang
pameran public dianjurkan memiliki range 68° F sampai 70° F. Selain ruang pameran publik, untuk
ruang penyimpanan Koleksi Pameran adalah 60° F sampai 68°F.
c. Sistem penataan HVAC
Dampak besar pada desain ialah pentingnya peletakkan lokasi AHU itu sendiri. Pipa
distribusi utama sebaiknya tidak berada di atas ruang-ruang yang kritis. Pertimbangan desain ialah
kemungkinannya pengembangan bangunan pada masa yang akan datang dan penambahan alat-
alat. Lokasi pipa-pipa masuk suplay udara harus jauh dari tempat penerimaan barang, pipa
pembuangan Restoran, pipa pembuangan Kimia dan Ventilasi pemipaan bangunan.
Museum menyimpan berbagai spesimen penting seperti artefak dan koleksi karya seni sehingga
memerlukan perhatian ekstra terhadap spesimen-spesimen tersebut disertai dengan perawatan
tingkat lanjut. Dalam pelestarian benda-benda bersejarah, mempertahankan kondisi udara dalam
keadaan stabil sangat diperlukan untuk pemeliharaan yang tepat.
Suhu dan kelembaban relatif (RH) biasanya harus disesuaikan dan dikontrol setiap hari. Kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan dapat membahayakan artefak sehingga bisa menimbulkan
kerusakan. Data Logger HOBO yang terhubung dengan Building Monitoring System dapat membantu
pengelola museum dalam mempertahankan keadaan lingkungan dalam museum sesuai dengan
benda-benda didalamnya dan membantu dalam menyeimbangkan pelestarian benda-benda di dalam
museum dengan kenyamanan para pengunjung.

Carnegie Museum of Natural History (CMNH) di Pittsburgh yang menyimpan 22 juta spesimen dan
artefak dari berbagai disiplin sejarah seperti antropologi, paleontologi, botani, ornitologi, mamalia dan
geologi. Potongan-potongan di dalam museum terdapat foto-foto, spesimen taxidermy, dan barang-
barang dari perunggu dan kayu. Selain itu, museum CMNH ini memiliki kerangka fosil yang hampir
lengkap dari dinosaurus pemakan tumbuhan besar yang digunakan oleh ahli paleontologi untuk
mengidentifikasi fosil dari jenis lain.
Benda-benda bersejarah ini harus dipelihara dalam kondisi lingkungan yang stabil untuk mencegah
kerusakan mereka. Untuk memverifikasi kondisi lingkungan seperti itu, CMNH mengundang spesialis
lingkungan interior untuk melakukan survei lingkungan dalam ruangan. Karena kerumitan bangunan
museum, spesialis tersebut menyarankan untuk menggunakan HOBO nirkabel seri ZW Onset
dan Building Monitoring System untuk pengumpulan data suhu dan kelembaban relatif di seluruh area
dalam ruangan seluas 420.000 kaki persegi yang tersebar di tiga gedung.

Anda mungkin juga menyukai