Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM

PERCOBAAN I :
MENGUKUR POTENSIAL AIR UMBI KENTANG
SABTU, 26 FEBRUARI 2013

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 1


I. TOPIK
Mengukur potensial air umbi kentang.

II. TUJUAN
Menghitung Potensial Air (PA) umbi kentang.

III. LANDASAN TEORI


Dalam fisiologi tumbuhan, potensial kimia air atau potensial air (PA)
merupakan konsep yang sangat penting. Ralph O. Slatyer (Australia) dan Sterling A
Taylor (Utah State University) pada tahun 1960, mengusulkan bahwa potensial air
digunakan sebagai dasar untuk sifat air dalam sistem tumbuhan-tanah-udara.
Potensial air merupakan sesuatu yang sama dengan potensial kimia air dalam suatu
sistem, dibandingkan dengan potensial kimia air murni pada tekanan atmosfir dan
suhu yang sama. Mereka menganggap bahwa PA air murni dinyatakan sebagai (0)
nol (merupakan konvensi) dengan satuan dapat berupa tekanan (atm, bar) atau
satuan energi. Difusi air melintasi membran semipermeabel dinamakan osmosis.
Molekul air dapat berdifusi secara bebas melintasi membran, dari larutan dengan
gradien konsentrasi larutan rendah ke larutan dengan gradien konsentrasi larutan
tinggi (Ismail, 2006).
Status energi bebas air adalah suatu pernyataan Potensial air, suatu ukuran
daya yang menyebabkan air bergerak kedalam suatu sistem, seperti jaringan
tumbuhan, jaringan tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau suatu bagian dari bagian
lain dalam suatu sistem. (Ismail, 2009).
Potensial air adalah potensial kimia air dalam suatu system atau bagian
system. Dinyatakan dalam satuan tekanan dan dibandingkan dengan potensial
kimia air murni (juga dalam satuan tekanan) pada tekanan atmosfer dan pada suhu
serta ketinggian yang sama potensial murni ditentukan sama dengan nol. Faktor-
faktor penghasil gradient yaitu konsentrasi atau aktifitas, suhu, tekanan, efek
larutan terhadap potensial kimia pelarut, matriks. Mengukur metode air dengan
metode volume jaringan, metode chordate, metode tekanan uap (Salisbury dan
ross, 1995)
Hubungan antar potensial air adalah dengan melibatkan peristiwa osmose
karena osmose merupakan peristiwa difusi dimana antara 2 tempat tersedianya
difusi dipisahkan oleh membrane atau selaput. Maka dapat diartikan bahwa
dinding sel atau membrane protoplasma adalah merupakan membrane pembatas

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 2


antara zat yang berdifusi karena pada umumnya sel tumbuh-tumbuhan tinggi
mempunyai dinding sel maka sebagian besar proses fitokimia dalam tumbuh-
tumbuhan adalah merupakan proses osmose (Heddy, 1987)
Pada fisiologi tanaman adalah hal biasa untuk menunjukkan energi bebas
yang di kandung di dalam air dalam bentuk potensial air (ψ). Definisi dari potensial
air adalah energi per unit volume air, potensial air berbanding lurus dengan
suhunya (Fitter, A.h dan Hay, R.K.M, 1981)
Besar jumlah potensial air pada tumbuhan dipengaruhi oelah 4 macam
komponen potensial, yaitu gravitasi, matriks, osmotic dan tekanan. Potensial
gravitasi bergantung pada air didalam daerah gravitasi . potensial matriks
bergantung pada kekuatan mengikat air saat penyerapan. Potensial osmotic
bergantung pada hidrostatik atau tekanan angina dalam air (Deragon, 2005).

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
NO. ALAT JUMLAH
1. Alat pengebor gabus 1 set
1. Gelas kimia 5 buah
2. Pisau silet 1 buah
3. Cutter 2 buah
4. Penggaris 3 buah
5. Kertas Aluminium secukupnya
6. Kertas Millimeter Block 1 lembar
7. Alat Tulis secukupnya

b. Bahan
No. BAHAN JUMLAH
1. Umbi Kentang 2 buah
2. Larutan Sukrosa 0,2 M 30 ml
3. Larutan Sukrosa 0,4 M 30 ml
4. Larutan Sukrosa 0,6 M 30 ml
5. Larutan Sukrosa 0,8 M 30 ml
6. Larutan Sukrosa 1,0 M 30 ml

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 3


GAMBAR ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

V. PROSEDUR KERJA
CARA KERJA
1. Membuat silinder umbi dengan menggunakan alat pengebor gabus.
2. Memotong silinder umbi sama panjang yaitu 3 cm.
3. Mengisi masing-masing gelas kimia yang sudah diberi label berdasarkan
konsentrasi larutasn sukrosa yang akan dimasukkan dengan 30 ml
larutan sukrosa sesuai dengan konsentrasi yang telah ditentukan.
4. Memasukkan 3 potongan umbi pada masing-masing gelas kimia secara
cepat untuk mengurangi terjadinya penguapan dan menutup rapat-rapat
dengan kertas aluminium.
5. Membiarkan silinder umbi selama 90 menit.
6. Setelah 90 menit, kami melakukan pengukuran panjang silinder umbi
pada masing-masing konsentrasi larutan.
7. Kemudian merata-rata panjang silinder tiap konsentrasi larutan sukrosa
8. Membuat grafik dari data yang tadi dengan molarlitas sebagai sumbu X
dan rata-rata panjang sebagai sumbu Y.

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 4


DOKUMENTASI

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 5


VI. HASIL PENGAMATAN
Tabel Pengamatan

Pj M 0,2M 0,4M 0,6M 0,8M 1,0M

1 3,3 3,2 3,1 3,4 2,9


2 3,2 3,1 3,2 3,3 3
3 3,1 3,1 3,3 3,4 3
Rata-rata 3,2 3,13 3,1 3,2 2,96
*satuan panjang silinder : cm
Grafik Hubungan Molaritas Larutan Sukrosa (X)
Dengan Rata-Rata Panjang Silinder (Y)

Grafik Potensial Air Umbi Kentang


3.25

3.2 3.2 3.2

3.15
3.13
3.1 3.1

3.05
Rata-Rata Panjang Silinder
3 Umbi Kentang

2.95 2.96

2.9

2.85

2.8
0,2 M 0,4 M 0,6 M 0,8 M 1,0 M

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 6


VII. PEMBAHASAN
Struktur dinding sel dan membran sel berbeda. Membran memungkinkan
molekul air melintas lebih cepat daripada unsur terlarut; dinding sel primer biasanya
sangat permeable terhadap keduanya. Memang membran sel tumbuhan
memungkinkan berlangsungnya osmosis, tapi dinding sel yang tegar itulah yang
menimbulkan tekanan. Sel hewan tidak mempunyai dinding, sehingga bila timbul
tekanan didalamnya, sel tersebut sering pecah, seperti yang terjadi saat sel darah
merah dimasukkan dalam air. Sel yang turgid banyak berperan dalam menegakkan
tumbuhan yang tidak berkayu (Salisbury, 1995).
Air mempunyai sejumlah sifat yang unik atau tidak lazim sehingga
memungkinkan terlaksananya banyak peranan khusus dalam biosfer. Pada suhu
rendah air berbentuk padat, pada suhu normal air berbentuk cair, sedang pada suhu
tinggi air dalam wujud gas. Keberadaan air dalam sel tumbuhan, menyebabkan
terjadinya difusi ataupun osmosis ketika terjadi ketidaksetimbangan zat-zat terlarut
dalam ruang-ruang sel tumbuhan (Kimball, 1983).
Osmosis sangat ditentukan oleh potensial kimia air atau potensial air, yang
menggambarkan kemampuan molekul air untuk dapat melakukan difusi. Sejumlah
besar volume air akan memiliki kelebihan energi bebas daripada volume yang sedikit,
dibawah kondisi yang sama. Energi bebas suatu zat per unit jumlah, terutama per berat
gram molekul (energi bebas mol-1) disebut potensial kimia. Potensial kimia zat terlarut
kurang lebih sebanding dengan konsentrasi zat terlarutnya. Zat terlarut yang berdifusi
cenderung untuk bergerak dari daerah yang berpotensi kimia lebih tinggi menuju
daerah yang potensial kimianya lebih kecil (Sasmitamihardja, 1996).

Gambar proses OSIMOSIS

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 7


Potensial air merupakan alat diagnosis yang memungkinkan penentuan
secara tepat keadaan status air dalam sel atau jaringan tumbuhan. Semakin rendah
potensial dari suatu sel atau jaringan tumbuhan, maka semakin besar kemampuan
tanaman untuk menyerap air dari dalam tanah. Sebaliknya, semakin tinggi potensial
air, semakin besar kemampuan jaringan untuk memberikan air kepada sel yang
mempunyai kandungan air lebih rendah (Basahona, 2011).
Huruf yunani psi (Ψ), digunakan untuk menyatakan potensial air dari suatu
sistem, apakah ssstem itu berupa sampel tanah tempat tumbuhan, atau berupa suatu
larutan. Potensial air dinyatakan dalam bar. Pada umumnya nilai potensial air dalam
tumbuhan mempunyai nilai yang lebih kecil dari 0 bar, sehingga mempunyai nilai
yang negative. Nilai potensial air di dalam sel dan nilainya di sekitar sel akan
mempengaruhi difusi air dari dan ke dalam sel tumbuhan. Dalam sel tumbuhan ada
tiga faktor yang menetukan nilai potensial airnya, yaitu matriks sel, larutan dalam
vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Hal ini menyebabkan potensial air
dalam sel tumbuhan dapat dibagi menjadi 3 komponen yaitu potensial matriks,
potensial osmotik dan potensial tekanan (Basahona, 2011).
Potensial kimia air atau biasanya dinyatakan sebagai potensial air, PA (ψ, psi)
penting untuk diketahui agar dapat dimengerti pergerakan air di dalam sistem
tumbuhan, tanah dan udara. Potensial air biasanya dinyatakan dalam satuan bar, atm,
seperti satuan tekanan. Air akan bergerak dari PA tinggi ke PA yang lebih rendah. Jadi
difusi termasuk osmosis, terjadi sebagai akibat adanya gradient dalam energi bebas
dari partikel-partikel yang berdifusi (Ismail, 2011).
Potensial air adalah suatu pernyataan dari status energi bebas air, suatu
ukuran datat yang menyebabkan air bergerak ke dalam suatu sistem, seperti jaringan
tumbuhan, tanah atau atmosfir, atau dari suatu bagian ke bagian lain dalam suatu
sistem. Potensial air mungkin merupakan parameter yang paling bermanfaat untuk
diukur dalam hubungannya dengan sistem tanah, tanaman dan atmosfir
(Ismail,..2011).
Silinder umbi kentang yang direndam dengan konsentrasi larutan sukrosa 0,2
M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M dan 1,0 M ditutup dengan kertas aluminium agar tidak
mengalami penguapan. Silinder umbi kentang didiamkan selama 90 menit dan
kemudian dilakukan pengukuran panjang silinder umbi kentang. Dari percobaan ini,
pada larutan sukrosa 0,2 M terjadi pertambahan panjang silinder umbi kentang
dengan rata-rata ketiga umbi kentang dalam 0,2 M adalah 3,2 cm. Pada larutan
sukrosa 0,4 M terjadi pertambahan panjang silinder dengan rata-rata 3,13 cm.

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 8


Pertambahan panjang silinder umbi kentang pada larutan sukrosa 0,6 M yaitu 3,1 cm.
Sedangkan pada larutan 0, 8 M mengalami pertambahan panjang silinder rata-rata 3,2
dan pada larutan 1,0 M mengalami pertambahan panjang silinder rata-rata sebesar
2,96cm.
Sebelumnya kita harus mengenal terlebih dahulu bagaimana mekanisme
kerja larutan sukrosa disini. Larutan sukrosa adalah larutan yang sifatnya
hipertonik atau rendah, sehingga jika sel dimasukkan dalam larutan ini maka sel akan
kehilangan air dan menjadi mengkerut. Larutan sukrosa merupakan larutan yang
sering digunakan dalam mengestimasi potensial air. Sampel yang dimasukkan dalam
seri larutan akan kehilangan/menyerap air secara osmosis. Jika densitas larutan tidak
berubah, berarti Potensial Air sampel yang di uji sama dengan larutan sukrosa
tersebut.
Hasil percobaan menunjukkan bahwa semua silinder umbi kentang yang
direndam dalam larutan sukrosa 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M dan 1,0 M mengalami
rata-rata pengurangan panjang setelah adanya proses osmosis.
Pada percobaan ini, pengurangan panjang silinder kentang dikarenakan
terjadinya perpindahan air secara osmosis ke luar sel dari sel-sel kentang yang
bersifat hipotonis keluar menuju larutan sukrosa yang bersifat hipertonis.
Perpindahan terjadi karena sel kentang hipotonis terhadap larutan gula yang
hipertonis. sebagian molekul dari larutan sukrosa berpindah ke dalam silinder umbi
kentang selama direndam dalam larutan sukrosa. Pertambahan rata-rata panjang
silinder umbi kentang pada larutan sukrosa 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M dan 1,0 M
terjadi karena air bersifat hipotonis maupun hipertonis terhadap sel umbi kentang.
Akibat perbedaan konsentrasi tersebut, molekul air dari larutan sukrosa berpindah
ke silinder umbi kentang. Semakin besar konsentrasi larutan sukrosa, maka
pertambahan silinder umbi kentang semakin besar pula. Pertambahan panjang
silinder umbi kentang diakibatkan perpindahan air dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi.
M 0,2M 0,4M 0,6M 0,8M 1,0M
Pj
1 3,3 3,2 3,1 3,4 2,9

2 3,2 3,1 3,2 3,3 3

3 3,1 3,1 3,3 3,4 3

Rata-rata 3,2 3,13 3,1 3,2 2,96

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 9


Pergerakan air dari sel kentang menuju larutan sukrosa menunjukkan bahwa
konsentrasi air dalam sel kentang lebih tinggi dari larutan sukrosa. Dengan demikian
larutan sukrosa 0,2 M ; 0,4 M ; 0,6 M ; 0,8 M dan 1,0 M disebut larutan hipertonis
(larutan dengan kandungan solute yang lebih rendah dari larutan lain). Sehingga
terjadi perpindahan molekul air dari sel kentang yang hipotonis ke dalam larutan
sukrosa yang hipertonis. Hal ini berarti telah sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa air bergerak dari potensial air tinggi ke potensial air yang rendah.
Perpindahan atau pergerakan molekul air dari potensial air yang tinggi kepotensial
air yang rendah disebut dengan osmosis. Dan osmosis yang terjadi adalah osmosis
keluar sel yang menyebabkan sel kentang mengalami kekurangan air, kemudian
mengkerut. Peristiwa mengkerutnya sel kentang inilah yang mempbuat bertambah
pendeknya silinder kentang yang kami amati. Ato dengan kata lain, silinder kentang
kami mengalami penyusutan akibat kekurangan air melalui peristiwa osmosis.
Berkurangnya panjang dari silinder umbi kentang, atau penyusutan dari umbi
kentang dapat dilihat dengan sangat jelas pada grafik yang kami buat berikut :

Grafik Potensial Air Umbi Kentang


3.25

3.2 3.2 3.2

3.15
3.13
3.1 3.1

3.05
Rata-Rata Panjang
3 Silinder Umbi Kentang
2.95 2.96

2.9

2.85

2.8
0,2 M 0,4 M 0,6 M 0,8 M 1,0 M

Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik sebagian besar molekul air
terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit molekul air yang
bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan hipotonik, memiliki lebih
banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul terlarut) sehingga lebih
banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu, dalam osmosis aliran
molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonis

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 10


VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan 2 hal, yaitu :
1. Bertambah pendek atau menyustnya silinder umbi kentang terjadi karena adanya
proses osmosis keluar sel dari sel kentang yang berifat hipotonik menuju larutan
sukrosa yang hipertonis.
2. Memendeknya silinder umbi kentang ini dikarenakan adanya perpindahan molekul
air dari potensial air (PA) tinggi ke potensial air (PA) rendah.

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 11


IX. DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A, Jane B Reece, dan Lawrence G Mitchel. 2010. Biologi Edisi ke 8 jilid II.
Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kimball, John W. 1983. Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Kuspriyadani, Ratih. 2011. Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan PO,


http://ratihkuspriyadi.blo.....kum-fisiologi-tumbuhan.html , diakses pada tanggal
03 Maret 2012 pukul 17.00 WIB

Sasmitamihardja, Dardjat, dan Arbayah Siregar. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan Biologi
ITB, Bandung.
Sunariyati, Siti. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas Palangka Raya :
Palangka Raya
Sunariyati, Siti. 2013. Bahan Ajar. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Palangka Raya : Palangka
Raya

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 12


LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM
PERCOBAAN II :
MENGUKUR POTENSIAL OSMOTIK (PO) SEL
DENGAN CARA PLASMOLISIS
SABTU, 26 FEBRUARI 2013

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 13


I. TOPIK
Mengukur potensial osmotik (PO) sel dengan cara plasmolisis.

II. TUJUAN
Mengukur potensial osmotik (PO) cairan sel dengan cara plasmolisis.

III. LANDASAN TEORI


Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang
diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992).
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka
arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan
nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar
ke dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya,
artinya sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel
daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami
plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui
dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula
diperlihatkan oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara
dinding dengan protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di
tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak
akan mengalami plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang
protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang
tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar
daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah
(Salisbury, 1995).
Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap
menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat
lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut
plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh
jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 14


sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan
potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai
(Salisbury and Ross, 1992)

IV. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
NO. ALAT JUMLAH
1. Mikroskop 1 set
2. Tabung reaksi 6 buah
3. Pisau silet 1 buah
4. Cutter 2 buah
5. Kaca benda dan penutup 3 pasang

GAMBAR ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN

b. Bahan
No. BAHAN JUMLAH
1. Daun Rhoeo discolor secukupnya
2. Larutan Sukrosa 0,24 M secukupnya
3. Larutan Sukrosa 0,22 M secukupnya

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 15


4. Larutan Sukrosa 0,20 M secukupnya
5. Larutan Sukrosa 0,18 M secukupnya
6. Larutan Sukrosa 0,16 M secukupnya
7. Larutan Sukrosa 0,14 M secukupnya

V. CARA KERJA
CARA KERJA
1. Menyiapkan 6 buah tabung reaksi dan mengisi masing-masing tabung dengan
larutan sukrosa hingga 1/3 tabung sesuai konsentrasi yang telah disiapkan.
2. Menyayat lapisan epidermis bawah daun Rhoeo discolor yang masih
berwarna ungu dan memeriksanya di bawah mikroskop apakah sayatan
sudah cukup baik untuk digunakan.
3. Memasukkan 3 sayatan pada masing-masing tabung yang sudah diisi larutan
sukrosa.
4. Merendam sayatan tersebut selama 30 menit.
5. Menentukan konsentrasi sukrosa yang 50 % dari jumlah sel epidermis
mengalami plasmolisis.
6. Menghitung potensial osmotik dengan menganggap bahwa larutan yang
menyebabkan 50 % sel mengalami plasmolisis mempunyai potensial osmotik
yang sama dengan cairan sel.
DOKUMENTASI

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 16


VI. HASIL PENGAMATAN
Gambar hasil pengamatan yang difoto dari pengamatan melalui mikroskop.
SETELAH DIRENDAM DALAM LARUTAN SUKROSA

Larutan Sukrosa 0,24 M Perbesaran 10 X 10

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 17


Larutan Sukrosa 0,22 M
Perbesaran 4 X 10

Larutan Sukrosa 0,20 M


Perbesaran 4 X 10

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 18


Larutan Sukrosa 0,18 M
Perbesaran 4 X 10

Larutan Sukrosa 0,16 M


Perbesaran 4 X 10

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 19


Larutan Sukrosa 0,14 M
Perbesaran 10 X 10

Dari gambar hasil plasmolisis tersebut, maka data yang kami peroleh :
M Plasmolisis pasa daun Rhoeo Plasmolisis pasa daun Rhoeo
discolor sebelum direndam discolor setelah direndam
0,24 0% ± 75 %
0,22 0% ± 60 %
0,20 0% ± 55 %
0,18 0% ± 40 %
0,16 0% ± 25 %
0,14 0% ± 20 %

Nilai Potensial Osmotik :


a. Larutan Sukrosa 0,24 M dan suhu ruangan.

Dketahui : M = 0,24 M
T = 270 C (suhu ruangan) = (27 + 273 ) = 300 K
Ditanya : Potensial Osmotik (PO)
Jawab :
PO = 22,4 MT
273

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 20


PO = 22,4 x 0,24 x 300 = 5,9076…. ≈ 5,9
273

b. Larutan Sukrosa 0,22 M dan suhu ruangan.

Dketahui : M = 0,22 M
T = 270 C (suhu ruangan) = (27 + 273 ) = 300 K
Ditanya : Potensial Osmotik (PO)
Jawab :
PO = 22,4 MT
273
PO = 22,4 x 0,22 x 300 = 5,415…. ≈ 5,4
273

c. Larutan Sukrosa 0,20 M dan suhu ruangan.

Dketahui : M = 0,20 M
T = 270 C (suhu ruangan) = (27 + 273 ) = 300 K
Ditanya : Potensial Osmotik (PO)
Jawab :
PO = 22,4 MT
273
PO = 22,4 x 0,20 x 300 = 4,430…. ≈ 4,9
273

d. Larutan Sukrosa 0,18 M dan suhu ruangan.

Dketahui : M = 0,18 M
T = 270 C (suhu ruangan) = (27 + 273 ) = 300 K
Ditanya : Potensial Osmotik (PO)
Jawab :
PO = 22,4 MT
273
PO = 22,4 x 0,18 x 300 = 3,938…. ≈ 4,4
273

e. Larutan Sukrosa 0,16 M dan suhu ruangan.

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 21


Dketahui : M = 0,16 M
T = 270 C (suhu ruangan) = (27 + 273 ) = 300 K
Ditanya : Potensial Osmotik (PO)
Jawab :
PO = 22,4 MT
273
PO = 22,4 x 0,164 x 300 = 3,938…. ≈ 3,9
273

f. Larutan Sukrosa 0,14 M dan suhu ruangan.

Dketahui : M = 0,14 M
T = 270 C (suhu ruangan) = (27 + 273 ) = 300 K
Ditanya : Potensial Osmotik (PO)
Jawab :
PO = 22,4 MT
273
PO = 22,4 x 0,14 x 300 = 3,446…. ≈ 3,4
273

VII. PEMBAHASAN
Dalam proses osmosis, disamping komponen potensial air (PA) dan potensial
tekanan (PT) komponen lain yang penting adalah potensial osmotic (PO). Potensial
osmotic dari suatu larutan lebih menyatakan status larutan yang dinyatakan dalam
satuan konsentrasi, satuan tekanan atau satuan energi.
Potensial osmosis merupakan kemampuan sel untuk mampu melakukan
peristiwa osmosis. Dapat dikatakan juga bahwa potensial osmosis mampu
menggambarkan tentang perbandingan pelarut dan zat terlarutnya. Semakin besar
potensial air tersebut, maka peristiwa osmosis akan mudah terjadi. Cairan sukrosa
memiliki potensial osmosis yang lebih rendah dibandingkan dengan air murni.
Sedangkan, Incipient Plasmolisis adalah suatu keadaan dimana setengah sel dari
jumlah seluruh sel yang dimasukkan ke dalam larutan sukrosa menunjukkan tanda-
tanda plasmolisis. Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplasma agar
tetap menempel pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat
lepasnya protoplasma dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 22


plasmolisis insipien. Plasmolisis insipien terjadi pada jaringan yang separuh
jumlahnya selnya mengalami plasmolisis. Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel =
0. potensial osmotik larutan penyebab plasmolisis insipien setara dengan potensial
osmotik di dalam sel setelah keseimbangan dengan larutan tercapai (Salisbury and
Ross, 1992).
Berdasarkan hasil praktikum yang telah kami lakukan terlihat pada
mikroskop, pada sayatan pertama sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam
larutan sukrosa 0,24 M mengalami plasmolisis sel yang paling banyak. Semakin
rendah konsentrasi larutan sukrosa, jumlah sel yang mengalami plasmolisis pun
semakin sedikit. Hal ini menyatakan bahwa keadaan dimana setengah sel dari jumlah
seluruh sel yang dimasukkan ke dalam larutan sukrosa menunjukkan tanda-tanda
plasmolisis.

Seperti pada percobaan pada praktikum pertama telah dijelaskan bahwa


larutan sukrosa bersifat hipertonis sedangan sel-sel Rhoeo discolor bersifat hipotonik.
Hal ini membuat pelarut yang ada di dalam sel berosmosis keluar sel menuju larutan
sukrosa hingga akhirnya sel mengkerut dan terlepas dari memban sel. Peristiwa ini
yang dinamakan plasmolisis. Jika pada percobaan pertama yang terlihat dari secara
tampak mata kita adalah penyusutan panjang dari silinder umbi kentang, disini
melalui mikroskop kita dapat melihat kondisi dari selnya langsung yaitu sel daun
Rhoeo discolor dimana protoplasma sel menyusut atau mengkerut akibat kehilangan
akhir hingga akhirnya protoplasma terlepas dari dinding sel. Inilah Plasmolisis yang
terjadi pada tumbuhan.

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 23


Osmosis merupakan peristiwa perpindahan air dari daerah yang konsentrasi
airnya tinggi ke daerah yang konsentrasi airnya rendah melalui membran
semipermeabel. Membran semipermeabel yaitu membran yang hanya mengizinkan
lalunya air dan menghambat lalunya zat terlarut. Osmosis sangat ditentukan oleh
potensial kimia air atau potensial air yang menggambarkan kemampuan molekul air
untuk melakukan difusi.
Osmosis pada hakekatnya adalah suatu proses difusi. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa osmosis adalah difusi air melaui selaput yang permeabel secara
differensial dari suatu tempat berkonsentrasi tinggi ke tempat berkonsentrasi
rendah. Tekanan yang terjadi karena difusi molekul air disebut tekanan osmosis.
Makin besar terjadinya osmosis maka makin besar pula tekanan osmosisnya.
Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan
desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan
konsentrasi.
Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka
arah gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan
nilainya didalam sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke
dalam sel, bila potensial larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya
sel akan kehilangan air. Apabila kehilangan air itu cukup besar, maka ada
kemungkinan bahwa volum sel akan menurun demikian besarnya sehingga tidak
dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh dinding sel. Membran dan
sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan plasmolisis. Sel
daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami
plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang
mengalami plasmolisis.
Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui
dari proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan
oleh sel-sel yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan
protoplas diisi udara, maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang
berwarna kebiru-biruan. Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami
plasmolisis. Molekul gula dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang
menembus lubang-lubang kecil pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal
dengan sebutan plasmolema, dimana diameternya lebih besar daripada molekul
tertentu sehingga molekul gula dapat masuk dengan mudah (Salisbury, 1995).

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 24


Berdasarkan hasil percobaan, menentukan nilai PO cairan sel dengan
menggunakan rumus berikut :

Padi percobaan yang kami lakukan, kami memperoleh data sebagai berikut :

M Plasmolisis pasa daun Rhoeo Plasmolisis pasa daun Rhoeo


discolor sebelum direndam discolor setelah direndam
0,24 0% ± 75 %
0,22 0% ± 60 %
0,20 0% ± 55 %
0,18 0% ± 40 %
0,16 0% ± 25 %
0,14 0% ± 20 %

Maka, dapat diketahui :


1. Semakin besar molaritas pada larutan sukrosa yang merupakan media dimana
irisan dari sayatan Rhoeo discolor direndam, semakin besar pula plasmolisis
yang terjadi
2. Larutan sukrosa 0,20 , 0,22 , dan 0,24 menghasilkan lebih dari 50 % jumlah sel
epidermis yang mengalami plasmolisis yang berarti larutan sukrosa tersebut
dapat dianggap mempunyai Potensial Osmotik sama dengan cairan sel.

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 25


Dan data dari nilai Potensial Osmotik dari semua Rhoeo discolor yang direndam dari
seri larutan sukrosa adalah sebagai berikut :
M Plasmolisis pasa daun Rhoeo Potensial
discolor setelah direndam Osmosis (PO)
0,24 ± 75 % 5,9
0,22 ± 60 % 5,4
0,20 ± 55 % 4,9
0,18 ± 40 % 4,4
0,16 ± 25 % 3,9
0,14 ± 20 % 3,4

Dari data tersebut terlihat bahwa semakin tinggi molalitas maka akan
semakin besar plasmolisis yang terjadi dan potensial osmosis pun bernilai semakin
besar. Dapat dikatakan bahwa ketiganya berbanding lurus.

Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis


(solut) dan potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel,
air murni cenderung memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel
mengakibatkan air meninggalkan sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan
jika potensial turgornya sama dengan nol yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis.
Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan terlarut yang larut di dalamnya,
matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik dalam isi sel. Nilai
potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga semakin besar.
Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya maka
nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-
partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah
(Meyer and Anderson, 1952).
Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50%
berplasmolisis dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien.
Plasmolisis ini terjadi apabila sel berada dalam keadaan tanpa tekanan. Nilai
potensial osmosis sel dapat diketahui dengan menghitung nilai potensial osmosis
larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel. Menurut Salisbury dan Ross
(1992), potensial air murni pada tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 26


larutan tersebut sama dengan nol, maka potensial air suatu larutan air pada tekanan
atmosfer bernilai negatif.

VIII. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan 2 hal, yaitu :
1. Semakin besar molaritas pada larutan sukrosa yang merupakan media dimana
irisan dari sayatan Rhoeo discolor direndam, semakin besar pula plasmolisis
yang terjadi
2. Larutan sukrosa 0,20 , 0,22 , dan 0,24 menghasilkan lebih dari 50 % jumlah sel
epidermis yang mengalami plasmolisis yang berarti larutan sukrosa tersebut
dapat dianggap mempunyai Potensial Osmotik sama dengan cairan sel.

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 27


IX. DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. Penetapan Potensial Osmotik Jaringan Sel,


http://jummencarica.blogs.../fisiologi-tumbuhan.html , diakses pada tanggal 03
Maret 2013 pukul 19.00 WIB
Campbell, Neil A. 2003. BIOLOGI Edisi Kelima Jilid II. Erlangga: Jakarta.
Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia: Jakarta.
Muliana. 2012. Laporan Fisiologi Tumbuhan, http://naturelovers-biomuli.../Laporan-fisologi-
tumbuhan, diakses pada tanggal 03 Maret 2013 pukul 19.00 WIB
Salisbury, F.B., Cleon W.R. 1995. Fisiologi Tumbuhan, jilid 1. Penerbit ITB: Bandung.
Sunariyati, Siti. 2013. Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Universitas Palangka Raya :
Palangka Raya
Sunariyati, Siti. 2013. Bahan Ajar. Fisiologi Tumbuhan. Universitas Palangka Raya : Palangka
Raya

Laporan Lengkap Praktikum Fisiologi Tumbuhan 28

Anda mungkin juga menyukai