Anda di halaman 1dari 27

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kami
rahmat sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya.
Kami juga ingin berterimakasih selaku dosen mata kuliah bahasa Indonesia karena
kita diberi tugas seperti ini kepada kami.
Kami berharap dengan makalah ini kami dapat memberikan manfaat kepada
orang-orang yang membaca dan memahami isi dari makalah kami. kami juga
menyadari bahwa makalah yang kami buat terdapat kesalahan.
Semoga makalah yang sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membaca. sebelumnya kami mohon maaf apabila di makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan yang tidak sengaja maupun disengaja, kami juga ingin
meminta kritik dan saran yang bisa membangun di masa yang akan datang.

Jember, 01 Maret 2018

Penulis

i|Page
Daftar Isi
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 1
1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3
2.1 Kalimat..................................................................................................................... 3
2.1.1 Definisi Kalimat................................................................................................ 3
2.1.2 Unsur-unsur Kalimat....................................................................................... 3
2.2 Kalimat Efektif ........................................................................................................ 7
2.2.1 Definisi Kalimat Efektif ................................................................................... 7
2.2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif .................................................................................. 7
2.3 Paragraf ................................................................................................................. 12
2.3.1 Definisi Paragraf ............................................................................................ 12
2.3.2 Ciri-ciri Paragraf ........................................................................................... 12
2.3.3 Fungsi Paragraf .............................................................................................. 12
2.3.4 Syarat-syarat Pragraf .................................................................................... 12
2.3.5 Jenis-jenis Paragraf ....................................................................................... 13
2.3.6 Kata Penghubung antar Paragraf ................................................................ 18
2.3.7 Pengembangan Pragraf ................................................................................. 21
2.4 Pikiran Utama dan Kalimat Topik...................................................................... 23
2.4.1 Pikiran utama ................................................................................................. 23
2.4.2 Kalimat Topik ................................................................................................ 23
BAB III............................................................................................................................. 24
PENUTUP........................................................................................................................ 24
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 24
3.2 Saran ................................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kalimat merupakan faktor utama dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan
karena dengan perantara kalimatlah seseorang baru dapat menyampaikan
maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan bentuk bahasa yang sudah kita kenal
sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (misalnya, tidak) dan frase atau
kelompok kata (misalnya, tidak tahu). Kata dan frase tidak dapat mengungkapkan
suatu maksud secara lengkap dan jelas, jika kata dan frase itu sedang berperan
sebagai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami
terlebih dahulu struktur dasar kalimat. Pada dewasa ini orang tidak tahu cara
membedakan antara kata, frase, dan kalimat.
Tidak hanya kalimat, pada umumnya para mahasiswa kurang memahami
pengetahuan dalam menulis paragraf. Kelemahan seperti ini sering dijumpai pada
karangan yang terdiri dari rangkaian paragraf baik dalam penulisan makalah,
skripsi, ataupun tesis. Oleh karena itu, kami menyajikan makalah ini, agar para
mahasiswa mampu mengembangkan penulisan kalimat dan paragraf secara baik
dan benar.Dan tidak terjadi kesalahan dalam penulisan karya ilmiah. Semoga
makalah yang disajikan penyusun dapat membantu para pembaca.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang , maka rumusan masalah ini adalah :
1. Apakah pengertian Kalimat, kalimat efektif, dan paragraf?
2. Bagaimana unsur-unsur kalimat yang baik?
3. Bagaimana Struktur kalimat yang baik?
4. Bagaimana ciri-ciri kalimat efektif dan paragraf?
5. Apa macam-macam paragraf?
6. Apa syarat-syarat utama paragraf yang baik?

1|Page
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan makalah , maka tujuan makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian kalimat, kalimat efektif dan paragraf.
2. Mengetahui unsur-unsur kalimat dan paragraf yang baik.
3. Mengetahui struktur kalimat yang baik.
4. Mengetahui ciri-ciri kalimat efektif dan paragraph.
5. Mengetahui macam-macam paragraf..
6. Mengetahui syarat-syarat utama paragraf yang baik

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kalimat
2.1.1 Definisi Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
suatu pikiran yang utuh. Dalam suatu kalimat terdiri dari beberapa unsur antara lain subyek,
predikat, obyek, pelengkap dan keterangan. Kalimat dikatakan sempurna jika minimal memiliki
unsur Subyek dan Predikat.
Menurut KBBI, dfinisi kalimat:
1. Kesatuan ujar yg mengungkapkan suatu konsep pikiran dan perasaan;
2. Perkataan;
3. satuan bahasa yg secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara
aktual ataupun potensial terdiri atas klausa.
2.1.2 Unsur-unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang biasa disebut juga jabatan kata atau peran
kata,yaitu subjek(S), predikat(P), objek(O), pelengkap(P), dan keterangan (Ket)1[1].Kalimat
bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur ,yakni S dan P.Unsur yang lain
(O,Pel,dan Ket) dapat wajib hadir,atau tidak wajib hadir dalam suatu kalimat.
Unsur-unsur kalimat dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pada pelaku,tokoh,sosok,sesuatu
hal,atau suatu masalah yang menjadi pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata
benda/frasa nominal,kata kerja /frasa verbal,dan klausa.Subjek kalimat dapat dicari dengan
rumus pertanyaan apa ataupun siapa. Contoh :
a) Kakek itu sedang melukis (S yang diisi kata benda/frasa nominal)
b) Berjalan kaki menyehatkan badan (S yang diisi kata kerja/frasa verbal).
c) Gunung Kidul itu tinggi (S yang diisi kata benda/frasa nominal).

3|Page
4|Page
2. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberi tahu melakukan perbuatan (action)
apa S, yaitu pelaku/tokoh atau sosok di dalam suatu kalimat. Satuan bentuk pengisian P
dapat berupa kata atau frasa namun sebagian besar berkelas verbal atau adjektiva, tetapi
dapat juga numeral, nominal atau frasa nominal. Pemakaian kata adalah pada predikat biasa
terdapat pada kalimat nominal. Predikat (P) dapat dicari dengan rumus pertanyaan
bagaimana,mengapa, ataupun diapakan. Contoh :
a) Ibu sedang tidur siang (P yang diisi dengan kata kerja/frasa verbal).
b) Soal ujian ini sulit sekali (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
c) Karangan itu sangat bagus (P yang diisi dengan kata sifat/frasa adjektif).
d) Santi adalah seorang kolektor (P dengan pemakaian kata adalah pada frasa
nominal).
3. Objek (O)
Objek merupakan bagian kalimat yang melengkapi Predikat (P). Objek biasanya diisi
oleh nomina, frasa nominal atau klausa. Letak Objek (O) selalu di belakang P yang berupa
verba transitif, yaitu veba yang menuntut wajib hadirnya O. Objek dapat dicari dengan
rumus pertanyaan apa atau siapa terhadap tindakan Subjek. Contoh :
a) Mereka memancing ikan Pari (O yang diisi dengan kata benda/frasa nominal).
b) Orang itu menipu adik saya (O yang diisi dengan kata benda/frasa nominal).
4. Pelengkap
Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verbal. Posisi ini juga bisa ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga bisa sama, yaitu nominal atau frasa nominal, akan tetapi
antara Pel dan O terdapat perbedaan. Contoh :
a) Ketua MPR //membacakan //Pancasila.
S P O
b) Banyak orsospol // berlandaskan // Pancasila
S P Pel
Kedua kalimat aktif di atas yang Pel dan O-nya sama-sama nominal Pancasila,jika
hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat pertama dengan ubahan sbb :

5|Page
Pancasila //dibacakan // oleh Ketua MPR
S P Ket
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol (tidak gramatikal karena posisi Pancasila
sabagai Pel pada kalimat kedua ini tidak dapat dipindahkan ke depan menjadi S dalam
bentuk kalimat pasif).
Hal lain yang membedakan Pel dengan O adalah jenis pengisiannya.Pel bisa diisi oleh
adjektiva, frasa adjektif, frasa verbal,dan frasa preposisional. Contoh :
1) Kita benci pada kemunafikan (Pel-nya frase preposisional).
2) Mayang bertubuh mungil (Pel-nya frase adjektiva).
3) Sekretaris itu mengambilkan bosnya air minum (Pel-nya frase nominal).
4) Pak Lam suka bermain tenis (Pel-nya frase verbal).
5. Keterangan
Keterangan adalah bagian kalimat yang menerangkan Pel dan klausa dalam sebuah
kalimat.Pengisi Ket adalah adverbial,frasa nominal,frasa proposisional,atau klausa. Posisi
Ket boleh manasuka,di awal,di tengah, atau di akhir kalimat. Contoh :
1) Antoni menjilid makalah kemarin pagi.
2) Antoni kemarin pagi menjilid makalah.
3) Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
4) Kemarin pagi Antono menjilid makalah.
Keterangan terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya keterangan waktu,tempat,cara,
alat, alasan/sebab,tujuan,similatif,dan penyerta. Contoh :
1. Aulia memotong tali dengan gunting. (Ket.alat)
2. Mahasiswa fakultas Hukum berdebat bagaikan pengacara. (Ket.similatif)
3. Karena malas belajar, mahasiswa itu tidsk lulus ujian. (Ket.sebab)
4. Polisi menyelidiki masalah narkoba dengan cara hati-hati.(Ket.cara)
5. Amir pergi dengan teman-teman sekelasnya. (Ket.penyetara)
6. Karena malas belajar, Petrus tidak lulus ujian. (Ket.penyebab)

6|Page
2.2 Kalimat Efektif
2.2.1 Definisi Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan penutur/penulisnya
secara tepat sehingga dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal
ini adalah ukuran kalimat yang memiliki kemampuan menimbulkan gagasan atau pikiran pada
pendengar atau pembaca. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili
pikiran penulis atau pembicara secara tepat sehingga pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis atau
pembicaranya.
2.2.2 Ciri-ciri Kalimat Efektif
Untuk dapat mencapai keefektifan, suatu kalimat harus memenuhi paling tidak enam syarat
berikut, yaitu adanya:
1. Kesepadanan
Kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang
dipakai. kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat memiliki beberapa ciri, seperti tercantum dibawah ini:
a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas.
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif.
Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian
kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di
depan subjek. Contoh:
1) Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah)
2) Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh;
1) Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
2) Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
1) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen.
2) Saat itu bagi saya kurang jelas.

c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal.

7|Page
Contoh:
1) Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
2) Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut:
1) kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
2) Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki. Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia membeli
sepeda motor Suzuki.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata “yang”.
Contoh:
1) Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
2) Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah sebagai berikut:
1) Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.
2) Sekolah kami terletak di depan bioskop Gunting.
2. Keparalelan
Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh:
1) Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes.
2) Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki
dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
“Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes”

8|Page
Kalimat (b) tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut:
“Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.”
3. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat, yaitu;
1) Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
A. “Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan
kemampuan yang ada pada dirinya.” Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
B. “Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.”
Penekanannya Harapan presiden. Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan
mengubah posisi kalimat.
2) Membuat urutan kata yang bertahap
Contoh:
A. “Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anakterlantar.” Seharusnya: “Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar.
3) Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
A. “Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka” Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
B. “Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur.”
4) Mempergunakan partikel penekanan (penegasan).
Contoh: “Saudaralah yang bertanggung jawab.”

9|Page
4. Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan
kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti
penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata
bahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek.
Contoh:
a. “Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Hadirin serentak berdiri
setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.” Perbaikan: “Karena tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu. Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui
bahwa presiden datang.”
2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada
hiponimi kata
Contoh:
a. “Ia memakai baju warna merah.” Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Perbbaikan: “Ia memakai baju merah”
b. “Di mana engkau menangkap burung pipit itu?” Kata pipit sudah mencakupi kata
burung. Perbaikan: Di mana engkau menangkap pipit itu?
3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu
kalimat.
Contoh:
a. “Dia hanya membawa badannya saja.” Perbaikan: “Dia hanya membawa badannya.
b. “Sejak dari pagi dia bermenung.” Perbaikan: “Sejak pagi dia bermenung.”
4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk
jamak.
Contoh:
a. Bentuk tidak baku: para tamu-tamu, beberapa orang-orang. bentuk baku : para tamu,
beberapa orang.

10 | P a g e
5. Kecermatan
Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut:
a. “Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.” Kalimat tersebut
memilik makna ganda, yaitu “siapa yang terkenal”, “mahasiswa” atau “perguran tinggi”
b. “Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan.” Kalimat tersebut memiliki makna
ganda, yaitu berapa jumlah uang, “seratus ribu rupiah” atau “dua puluh lima ribu rupiah”
6. Kepaduan.
Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Seperti:
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Contoh: “Kita
harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak
keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan
beradab”
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. Contoh: “Surat itu saya sudah baca. Saran
yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan”. Kalimat di atas tidak menunjukkan
kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Perbaikan: “Surat itu sudah saya
baca. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan”
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti “daripada” atau
“tentang” antara predikat kata kerja dan objek penderita. Contoh:
1. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
2. “Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat.”
Seharusnya: “Mereka membicarakan kehendak rakyat.” Atau “Makalah ini akan
membahas desain interior pada rumah-rumah adat.”
7. Kelogisan
Yang dimaksut dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

11 | P a g e
2.3 Paragraf
2.3.1 Definisi Paragraf
Menurut Dr. Djago Tarigan, Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis sistematis
yang merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran pokok yang
tersirat dalam keseluruhan karangan.Adapun pengertian lain “Paragraf atau Alinea adalah
Pengelompokkan gagasan dalam satu kesatuan yang runtun.”( Prof.Dr.Suherli K, M .Pd.,2012:1 )
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan
(biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis baru).
2.3.2 Ciri-ciri Paragraf
1. Peletakan kata dalam kalimat pertama ke dalam sebanyak 5 spasi bagi jenis karangan yang
biasa.
2. Menggunakan pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat utama atau kalimat topik.
3. Setiap paragraf menggunakan suatu kalimat topik dan selebihnya adalah sebuah kalimat
pengembang yang memiliki fungsi untuk menjelaskan, mendeskripsikan, atau
menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat utama.
2.3.3 Fungsi Paragraf
1. Sebagai penampung fragmen ide pokok atau gagasan pokok keseluruhan paragraf;
2. Untuk memudahkan pernbaca memahami jalan pikiran penulis;
3. Penanda bahwa pikiran baru dimulai;
4. Alat bagi pengarang untuk mengembangkan jalan pikiran secara sistematis;
5. Dalam rangka keseluruhan karangan, paragraf dapat berguna bagi pengantar, transisi, dan
penutup.
2.3.4 Syarat-syarat Pragraf
1. Kesatuan
Kesatuan paragraf ialah semua kalimat yang membangun paragraF secara bersama-
sama menyatakan suatu hal atau suatu tema tertenru.Kesatuan di sini tidak boleh diartikan
bahwa paragraf itu memuat satu hal saja.
2. Kepaduan
Kepaduan (koherensi) adalah kekompakan hubungan antara suatu kalimat dan kalimat
yang lain yang membentuk suatu paragraf kepaduan yang baik tetapi apabila hubungan
timbal balik antar kalimat yang membangun paragraf itu baik, wajar, dan mudah dipahami.
Kepaduan sebuah paragraf dibangun dengan memperhatikan beberapa hal, seperti

12 | P a g e
pengulangan kata kunci, penggunaan kata ganti, penggunaan transisi, dan
kesejajaran(paralelisme).
3. Kelengkapan
Kelengkapan adalah suatu paragraf yang berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup
untuk menunjang kalimat topik.Paragraf yang hanya ada satu kalimat topik dikatakan
paragraf yang kurang lengkap.Apabila yang dikembangkan itu hanya diperlukan dengan
pengulangan-pengulangan adalah paragraf yang tidak lengkap.
4. Panjang Paragraf
Panjang paragraf dalam sebagai tulisan tidak sama, bergantung pada beberapa
jauh/dalamnya suatu Bahasa dan tingkat pembaca yang menjadi sasaran.
Memperhitungkan 4 hal yaitu; Penyusunan kalimat topik, Penonjolan kalimat topik dalam
paragraf, Pengembangan detail-detail penjelas yang tepat, Penggunaan kata-kata transisi,
frase,dan alat-alat lain di dalam paragraf.
5. Pola Susunan Paragraf
Rangkaian pernyataan dalam paragraf harus disusun menurut pola yang taat asas,
pernyataan yang satu disusun oleh pernyataanyang lain dengan wajar dan bersetalian secara
logis. Dengan cara itu pembaca diajak oleh penulis untuk memahami paragraf sebagai satu
kesatuan gagasan yang bulat. Pola susunannya bermacam-macam, dan yang sering
diterapkan dalam tulisan ilmiah.antara lain: Pola runtunan waktu, pola uraian sebab akibat,
pola perbandingan dan pertentangan, pola analogi, pola daftar dan lain-lain.
2.3.5 Jenis-jenis Paragraf
2.3.5.1 Jenis paragraf berdasarkan sifat isinya
1. Eksposisi
Paragraf Eksposisi adalah paragraf yang bertujuan untuk menjelaskan dan menerangkan
kembali sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca mendapat gambaran yang
sejelas-jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang dimaksud pengarang.
Karakteristik:
a. Bersifat nonfiksi atau ilmiah
b. Bertujuan menjelaskan atau memaparkan
c. Isi harus berdasarkan fakta
d. Tidak bermaksud mempengaruhi

13 | P a g e
Contoh:
Para pedagang daging sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak
pemberitaan mengenai impor daging ilegal.Sebab, hampir seminggu terakhir mereka
kehilangan pembeli sampai 70 persen.Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan
telur kini melejit sehingga harganya meningkat.
2. Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang berisi mengenai argumen atau pendapat yang
disertai alasan-alasan kuat dan meyakinkan.Dalam paragraf argumentatif, penulis
bermaksud untuk mempengaruhi pembaca melalui penjelasan yang disertai alasan yang
kuat sesuai dengan fakta.
Karakteristik:
a. Memilki ide pokok atau berupa argumen atau pendapat tentang suatu masalah;
b. Memiliki fakta sebagai penjelas yang mendukung gagasan;
c. Memiliki hubungan sebab-akibat;
d. Menggunakan penjelasan-penjelasan lain untuk memperkuat argumen atau pendapat.
Contoh:
Sebagian anak Indonesia belum dapat menikmati kebahagiaan masa
kecilnya.Pernyataan demikian pernah dikemukakan oleh seorang pakar psikologi
pendidikan Sukarton (1992) bahwa anakanak kecil di bawah umur 15 tahun sudah banyak
yang dilibatkan untuk mencari nafkah oleh orang tuanya.Hal ini dapat dilihat masih
banyaknya anak kecil yang mengamen atau mengemis di perempatan jalan atau mengais
kotak sampah di TPA, kemudian hasilnya diserahkan kepada orang tuanya untuk
menopang kehidupan keluarga.Lebih-lebih sejak negeri kita terjadi krisis moneter,
kecenderungan orang tua mempekerjakan anak sebagai penopang ekonomi keluarga
semakin terlihat di mana-mana.
3. Deskripsi
Berisi gambaran mengenai suatu hal atau keadaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
Karakteristik:
a. Menggambarkan atau melukiskan obyek tertentu
b. Menceritakan sebuah obyek dari hasil pengindraan

14 | P a g e
c. Bermaksud agar pembaca menyaksikan atau mengalami sendiri
Contoh:
Gadis itu menatap Doni dengan seksama.Hati Doni semakin gencar memuji gadis yang
mempesona di hadapanya Ya, karena memang gadis didepannya itu sangat
cantik.Rambutnya hitam lurus hingga melewati garis pinggang.Matanya bersinar lembut
dan begitu dalam, memberikan pijar mengesankan yang misterius. Ditambah kulitnya yang
bersih, dagu lancip yang menawan,serta bibir berbelah, dia sungguh tampak sempurna.
4. Persuasi
Paragraf persuasif atau paragraf ajakan adalah paragraf yang berisitentang suatu gagasan
mengenai suatu permasalahan dengan maksud untuk meyakinkan dan mengajak pembaca
melakukan seperti yang diharapkan penulis.
Karakteristik:
a. Bertujuan untuk mempengaruhi dan mengajak pembaca sesuai yang diharapkan;
b. Memiliki fakta atau bukti untuk mempengaruhi dan mengajak pembaca;
c. Menggunakan bahasa yang menarik unutk mensugesti pembaca untuk melakukan
sesuatu yang harapkan pengarang.
Contoh:
Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia
sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah
mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya,
mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan.Sebagai sesama anggota
masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling
mencintai.Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian
dan saling mencintai.
5. Narasi
Paragraf narasi atau paragraf kisahan adalah paragraf yang mengisahkan atau
memaparkan suatu kejadian secara berurutan atau kronologis.Karangan ini berusaha
menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis), dengan
maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian, sehingga pembaca dapat
memetik hikmah dari cerita itu.

15 | P a g e
Karakteristik:
a. Adanya tokoh;
b. Adanya alur atau jalan cerita;
c. Adanya latar atau setting;
d. Mementingkan urutan waktu atau urutan peristiwa;
e. Tidak hanya terdapat dalam karya fiksi tetapi terdapat dalam karya non fiksi.
Contoh:
Jam istirahat. Roy tengah menulis sesuatu di buku agenda sambil menikmati bekal dari
rumah. Sesekali kepalanya menengadah ke langit-langit perpustakaan, mengernyitakan
kening,tersenyum dan kembali menulis. Asyik sekali,seakan diruang perpustakaan hanya
ada dia.
2.3.5.2 Jenis paragraf berdasarkan fungsi
1. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka biasanya memiliki sifat ringkas menarik, dan bertugas menyiapkan
pikiran pembaca kepada masalah yang akan diuraikan.
Contoh:
Pemiliu baru saja usai. Sebagian orang, terutama caleg yang sudah pasti jadi, merasa
bersyukur karena pemilu berjalan lancer seperti yang diharapkan.Namun, tidak demikian
yang dirasakan oleh para caleg yang gagal memperoleh kursi di parlemen. Mereka
mengalami stress berat hingga tidak bias tidur dan tidak mau makan.
2. Paragraf Penghubung
Paragraf penghubung berisi inti masalah yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Secara fisik, paragraf ini lebih panjang dari pada paragraf pembuka. Sifat paragraf-paragraf
penghubung bergantung pola dari jenis karangannya. Dalam karangan-karangan yang
bersifat deskriptif, naratif, eksposisis, paragraf-paragraf itu harus disusun berdasarkan
suatu perkembangan yang logis. Bila uraian itu mengandung pertentangan pendapat, maka
beberapa paragraf disiapkan sebagai dasar atau landasan untuk kemudian melangkah
kepada paragraf-paragraf yang menekankan pendapat pengarang.

16 | P a g e
3. Paragraf penutup
Paragraf penutup biasanya berisi simpulan (untuk argumentasi) atau penegasan kembali
(untuk eksposisi) mengenai hal-hal yang dianggap penting.
Contoh:
Demikian proposal yang kami buat.Semoga usaha kafe yang kami dirikan mendapat
ridho dari Tuhan YME serta bermanfaat bagi sesama. Atas segala perhatiannya, kami
ucapkan terima kasih.
2.3.5.3 Jenis paragraf berdasarkan letak kamat utama
1. Deduktif
Paragraf deduktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama
di awal paragraf dan dimulai dengan pernyataan umum yang disusun dengan uraian atau
penjelasan khusus.
Contoh:
Kemauannya sulit untuk diikuti. Dalam rapat sebelumnya, sudah diputuskan bahwa dana
itu harus disimpan dulu. Para peserta sudah menyepakati hal itu. Akan tetapi, hari ini ia
memaksa menggunakannya untuk membuka usaha baru.
2. Paragraf Induktif
Paragraf induktif ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di akhir paragraf dan
diawali dengan uraian atau penjelasan bersifat khusus dan diakhiri dengan pernyataan
umum.
Contoh:
Semua orang menyadari bahwa bahasa merupakan sarana pengembangan budaya.
Tanpa bahasa, sendi-sendi kehidupan akan lemah. Komunikasi tidak lancer.Informasi
tersendat-sendat. Memang bahasa merupakan alat komunikasi yang penting, efektif
dan efisien.
3. Paragraf Campuran
Paragraf campuran ditandai dengan terdapatnya kalimat utama di awal dan akhir
paragraph.Kalimat utama yang terletak diakhir merupakan kalimat yang bersifat penegasan
kembali.

17 | P a g e
Contoh:
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat dilepaskan dari
komunikasi. Kegiatan apa pun yang dilakukan manusia pasti menggunakan sarana
komunikasi, baik sarana komunikasi yang sederhana maupun yang modern. Kebudayaan
dan peradaban manusia tidak akan bias maju seperti sekarang ini tanpa adanya sarana
komunikasi.
2.3.6 Kata Penghubung antar Paragraf
Sebuah paragraf lazimnya disusun oleh kalimat-kalimat yang satu sama lain
berhubungan sehingga membentuk kesatuan yang bersifat kohesif dan koheren.2[5]
Kalimat-kalimat itu dipertalikan dengan berbagai piranti yang cukup banyak (tidak kurang
dari 15) jenisnya.3[6] Salah satu alat pemadu kalimat-kalimat pembangun paragraf itu
adalah penghubung antarkalimat atau lazim juga disebut ungkapan penghubung. Dalam
kaitannya dengan perangkaian dengan penghubung antarkalimat, kata di mana yang
merupakan penerjemahan langsung dari bahasa Inggris where juga menampakkan
pengaruhnya.
Kata penghubung yang menghubungkan paragraf sebelumnya dengan paragraf
berikutnya. Kata penghubung ini ditandai oleh kata (a) adapun, mengenai serta (b) alkisah,
konon. Kelompok kata penghubung (a) sering digunakan di dalam bahasa Indonesia.
Kelompok kata (b) umumnya terdapat pada naskah karya sastra lama.
Berikut adalah contoh-contoh konjungsi yang lazim digunakan dalam hubungan antar
paragraf:
a. Konjungsi yang menyatakan tambahan pada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya.
Misalnya: begitu pula, demikian juga, tambahan lagi, di samping itu, kedua, dan akhirnya.
b. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang telah disebutkan
sebelumnya. Misalnya: bagaimanapun juga, sebaliknya, dan namun.

18 | P a g e
c. Konjungsi yang menyatakan perbandingan. Misalnya: sebagaimana dan sama halnya.
d. Konjungsi yang menyatakan akibat atau hasil. Misalnya: oleh karena itu, jadi, dan
akibatnya.
e. Konjungsi yang menyatakan tujuan. Misalnya: untuk maksud itu, untuk mencapai hal itu,
dan untuk itulah.
f. Konjungsi yang menyatakan intensifikasi. Misalnya: ringkasnya, secara singkat, dan pada
intinya.
g. Konjungsi yang menyatakan waktu. Misalnya: sementara itu, dan kemudian.
Macam-macam kata penghubung berdasarkan fungsinya yaitu:
A. Kata penghubung aditif (gabungan) yaitu Kata penghubung koordinatif yang
menghubungkan satuan kebahasaan yang sejajar, atau sederajat. Contohnya: dan,
lagi, lagipula, serta.
B. Kata penhubung pertentangan yaiu kata penghubung koordinatif antar kalimat yang
sederajat, namun mempertentangkan kehua bagian tersebut. Dengan kalimat kedua
menduduki posisi yang lebih penting daripada yang pertama. Contohnya: tetapi,
akan tetapi, melainkan, sebaliknya, sedangkan, padahal, dan namun.
C. Kata penghubung disjungtif (pilihan) yaitu kata penghubung koordinatif yang
menggabungkan unsur sederajat dengan salah satu dari dua hal atau lebih. Contoh:
atau, atau …atau.., maupun, baik…baik, dan entah…entah.
D. Kata penghubung temporal (waktu) yaitu kata penghubung yang menjelaskan
hubungan waktu antara dua hal dan peristiwa. Kata-kata konjungsi itu ada yang
menghubungkan hal-hal yang setara contohnya: apabila, bila, bilamana, demi,
hingga, ketika, sambil, sebelum, sampai, sedari, sejak, selama, semenjak,
semantara, seraya, waktu, setelah, sesudah, dan tatkala. Sementara konjungsi yang
menggambarkan hubungan yang bertingkat adalah kata: sebelumnya dan
sesudahnya.
E. Kata penghubung final (tujuan) merupakan kata penghubung modalitas yang
menjelaskan maksud dan tujuan suatu acara atau tindakan. Contoh kata yang
dipakai: supaya, untuk, agar, dan guna.

19 | P a g e
F. Kata penhubung sebab (kausal) menjelaskan bahwa suatu peristiwa atau tindakan
terjadi atas sebab tertentu, contoh kata yang digunakan: sebab, sebab itu, karena,
dan oleh karena itu.
G. Kata penghubung akibat (konsekutif) yaitu konjungsi yang menggambarkan suatu
peristiwa atau tindakan terjadi atas sebab peristiwa lain. Konjungsi yang dipakai
adalah: sehingga, sampai, dan akibatnya.
H. Kata penghubung syarat (kondisional) yaitu konjungsi syarat yang menjelaskan
suau hal bias terpenuhi apabila syarat yang ada dipenuhi, atau dijalankan. Contoh
kata yang digunakan adalah jika, jikalau, apabila, asalkan, kalau, dan bilamana.
I. Kata penghubung tak bersyarat yaitu kata penghubung yang menjelaskan bahwa
suatu hal dapat terjadi dengan sendirinya, tanpa syarat-syarat yang harus dipenuhi.
Contoh kata: walaupun, meskipun, dan biarpun.
J. Kata penghubung perbandingan yaitu kata penghubung perbandingan yang
berfungsi menghubungkan dua hal dengan cara meperbandingkan dua hal tersebut.
Contoh kata: sebagai, sebagaimana, seperti, bagai, bagaikan, seakan-akan, ibarat,
umpama, dan daripada.
K. Kata penghubung korelatif yaitu kata penghubung yang menghubungkan dua buah
kalimat yang memiliki hubungan sedemikian rupa sehingga salah satu
mempengaruhi atau melengkapi yang lain. Contoh kata: semakin...semakin,
kian…kian…, bertambah...bertambah…, tidak hanya…, tetapi juga…, sedemikian
rupa…, sehingga …, baik…, dan maupun….
L. Kata penghubung penegas (menguatkan atau mengintensifkan), konjungsi ini
berfungsi sebagai menegaskan atau meringkas suatau hal yang telah disebut
sebelumnya. Contoh: apalagi, yakni, yaitu, umpama, misalnya, ringkasnya, dan
akhirnya.
M. Kata penghubung penetapan, konjungsi ini berfungsi unuk menegaskan atau
meringkas suatu bagian kalimat yang telah disebut sebelumnya. Termasuk
konjungsi hal-hal yang berupa rincian. Contoh: bahkan, apalagi, yakni, yaitu,
umpama, misalnya, ringkasnya, dan akhirnya.
N. Kata penghubung pembenaran (konsesif) yaitu konjungsi penjelas yang berfungsi
menggabungkan suatu kalimat dengan bagian penjelasnnya. Contoh: bahwa

20 | P a g e
O. Kata penghubung urutan, yaitu konjungsi yang menyatakan urutan suatu hal.
Contoh: mula-mula, lalu, kemudian.
P. Kata penghubung pembatasan yaitu kata penghubung yang menyatakan
pembatasan terhadap sesuatu hal atau dalam batas-batas mana perbuatan dapat
dilakukan. Contoh: kecuali, selain, asal.
Q. Kata penghubung penanda Konjungsi ini menyatakan penandaan terhadap sesuatu
hal. Kata-kata yang ada dalam konjungsi ini adalah misalnya, umpama, dan contoh.
Konjungsi lain yang termasuk dalam jenis ini adalah konjungsi pengutamaan.
Contoh: yang penting, yang pokok, paling utama, dan terutama.
R. Kata penghubung situasi yait konjungsi yang menggambarkan suatu perbuatan
yang terjadi, atau berlangsung dalam keadaan tertentu. Contoh: sedang,
sedangkan, padahal, dan sambil.
2.3.7 Pengembangan Pragraf
1. Pengembangan Alamiah
Pengembangan secara alamiah ini seorang penulis dapat menggunakan pola yang sudah ada
pada obyek atau kajian yang dibicarakan. Penulis dapat menggunakan dua pola. Pertama, pola
spesial atau urutan ruang, misalnya gambaran dari depan ke belakang, dari luar kedalam dan
sebagainya. Kedua, pola kronologis atau urutan waktu, misalnya gambaran urutan terjadinya
peristiwa, perbuatan atau tindakan, tadi sekarang, nanti, besok, dan sebagainya.
2. Pengembangan klimaks dan antiklimaks
Pembuatan klimaks dilakukan dengan penampilan gagasan utama yang rinci dari persoalan
yang paling rendah kedudukannya. Sementara itu pengembangan antiklimaks merupakan
kebalikan dari klimaks.
3. Pengembangan Perbandingan dan Pertentangan
Paragraf perbandingan dan pertenntangan ialah cara pengarang menunjukkan kesamaan atau
perbedaan antara dua orang , subjek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu (Keraf
dalam Mudlofar 2002: 99).
Contoh:
Fanatisme dan semangat yang dua hari lalu sempat pudar, di pertandingan semi final hari
Kamis malam telah kembali. Dengan modal itu pula dan teknik permainan yang lumayan baik
PSSI A maju ke final turnamen sepak bola Piala Kemerdekaan V, setelah mendudukkan Malaysia

21 | P a g e
2-0 (1-0). Di final hari Sabtu, PSSI A menghadapi Australia yang mengalahkan Thailand 2-0.
(Sumber: Kompas)
4. Pengembangan analogi
Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk membandingkan sesuatu yang sudah
terkenal umum dengan yang tidak dikenal umum.
5. Pengembangan contoh-contoh
Gagasan yang terlalu umum sifatnya sulit dipahami. Agar pembaca menjadi jelas diperlukan
ilustrasi-ilustrasi konkret. Ilustrasi konkret inilah yang nantinya dikembangkan menjadi contoh-
contoh.
6. Pengembangan Akibat -Sebab akibat
Hubungan kalimat dalam sebuah paragraf dapat berupa hubungan sebab akibat dan akibat
sebab. Sebab dapat bertindak sebagai kalimat utama, sedangkan akibat merupakan kalimat
penjelas. Dapat pula sebaliknya , akibat sebagai pikiran utama dan sebab sebagai pikiran penjelas.
7. Pengembangan definisi luas
Yang dimaksud pengembangan definisi luas ialah pengarang bermaksud memberikan
keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal (keraf dalam Mudlofar 2002: 102).
8. Pengembangan klasifikasi
Dalam pengembangan karangan kadang-kadang diperlukan pengelompokan hal-hal yang
mempunyai persamaan. Pengelompokan ini bekerja kedua arah yang berlawanan, yaitu pertama
mempersatukan satuan-satuan kedalam satu kelompok., dan kedua, memisahkan satuan-satuan
tadi dari kelompok yang lain (keraf dalam Mudlofar 2002: 103).
9. Pengembangan umum khusus-khusus umum
Cara pengembangan paragraf umum khusus-khusus umum merupakan cara yang paling umum
dipakai. Paragraf umum khusus dikembangkan dengan meletakkan pikiran utama pada awal
paragraf kemudian rician-rincian berada pada kalimat-kalimat berikutnya. Sebaliknya paragraf
khusus umum, mula-mula dikembangkan rincian-rincian kemudian pada akhir paragraf
disampaikan generalisasinya. Jadi paragraf umum khusus bersifat deduktif, sedangkan paragraf
induktif bersifat khusus umum.

22 | P a g e
2.4 Pikiran Utama dan Kalimat Topik
2.4.1 Pikiran utama
Pikitan utama atau kalimat utama adalah kalimat yang menjadi inti/dasar suatu paragraf.
Jika kalimat tersebut sengaja dihilangkan, maka isi paragraf tersebut akan hilang. Hal ini tidak
terjadi dengan kalimat-kalimat lain yang memang hanya berfungsi sebagai penjelas.
Kalimat utama berupa ringkasan dari sebuah paragraf yang rupakan pandangan mendalam
dari ide pokok penulis dalam paragraf tersebut. Sebagai contoh, perhatikan paragraf berikut.
“Banyak orang tua yang makin tidak awas terhadap bahaya MRSA. Sementara mereka yang
mengetahuinya khawatir jika telah mengabaikan tanda-tanda awal. Sebenarnya, anda tak perlu
terburu-buru ke dokter tiap kali anak batuk atau muncul ruam di kulit. Anda bisa menemukan
sendiri tanda-tanda infeksi dengan mengamati kulit anak dari dekat.”
Kalimat utama pada paragraf tersebut adalah “Anda bisa menemukan sendiri tanda-tanda infeksi
dengan mengamati kulit anak dari dekat.” Ketika kalimat tersebut dihapus, maka isi dari paragraf
tersebut akan buyar atau bahkan hilang. Tetapi itu tidak akan terjadi pada kalimat pertama dan
kedua. Kalimat tersebut mengandung permasalahan yang diuraikan kalimat penjelas.
Secara garis besar, kalimat utama akan memiliki point-point berikut:
1. Mengandung permasalahan yang potensial untuk diuraikan;
2. Mempunyai arti yang jelas tanpa dihubungkan dengan kalimat lain;
3. Umumnya berada di awal paragraf (untuk paragraf deduktif), dan di akhir paragraf
(paragraf induktif).
2.4.2 Kalimat Topik
Kalimat Topik adalah gagasan atau pendapat dapat dikemukakan secara lisan dan tertulis.
Pada prinsipnya penyampaian gagasan atau pendapat secara lisan dan tulis hampir tidak berbeda.
Dalam mengemukakan pendapat diperlukan rumusan ide pokok yang jelas dan ide pendukung
yang memadai. Mengemukakan pendapat secara tertulis dalam bentuk paragraf-paragraf perlu
menggunakan cara pengaturan ide pokok dan ide pendukung yang baik.
Berdasarkan isinya, kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf dapat dibedakan menjadi
kalimat topik dan penjelas. Kalimat topik sering juga disebut kalimat utama, kalimat pokok,
kalimat sentral dan juga kalimat tesis. Kalimat ini merupakan kalimat yang sangat penting, karena
berisi ide pokok paragraf. Kalimat ini sebagai pusat kalimat-kalimat yang lain dalam paragraf
tersebut. Rumusan kalimat topik harus mengandung dua unsur pokok, yaitu topik dan pembatas.

23 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kalimat adalah gabungan dari dua buah kata atau lebih yang menghasilkan suatu
pengertian dan pola intonasi akhir. Paragraf/alinea adalah suatu bagian dari bab pada sebuah
karangan yang mana cara penulisannya harus dimulai dengan garis baru.Secara umum
paragraf/alinea diperlukan untuk mengungkapkan ide yang lebih luas dari kalimat. Syara-
syarat paragraf/alinea yang baik harus memiliki dua ketentuan yaitu kesatuan, kepaduan,dan
kejelasan paragraf/alinea. Paragraf/alinea dapat ditandai dengan memulai kalimat pertama
agak menjorok ke dalam atau memberikan jarak agak renggang dari paragraf sebelumnya.
Sedangkan Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara
secara tepat sehingga pndengar/ pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah,
jelas dan lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.

3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang
lebih dapat di pertanggung jawabkan.

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

 http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/1963060819880
31-MEMEN_DURACHMAN/Paragrafx.pdf
 http://digilib.unila.ac.id/11430/14/BAB%20II.pdf
 http://lecturer.ukdw.ac.id/othie/PengertianKalimat.pdf
 https://akmalik.files.wordpress.com/2014/09/modul-3-pola-dan-jenis-jenis-kalimat-g1.pdf
 http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Buku%20Penyuluhan%20
Kalimat.pdf

25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai