Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK NEGATIF PENOLAKAN KLAIM TERHADAP

PERUSAHAAN

RAJA T.P SIHOMBING

PT. Asuransi Jiwasraya (Persero) Kantor Pusat


DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................. i
DAFTAR ISI .................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................... 2
B. Perumusan Masalah .................................................. 4
C. Batasan Masalaj ......................................................... 4
D. Tujuan Penulisan ........................................................ 4

BAB II ISI
A. Kerangka Pemikiran ................................................. 5
B. Permasalahan........................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN


A. Alternatif Pemecahan Masalah .................................. 10

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................ 12
B. Saran ......................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 13

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Asuransi pada hakikatnya merupakan suatu sarana keuangan dalam
tata kehidupan rumah tangga yang paling efisien dan efektif, baik dalam
menghadapi risiko terhadap diri kita sendiri maupun atas harta benda yang
dimiliki.
Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1992 tentang usaha perasuransian
menyebutkan bahwa perusahaan asuransi jiwa adalah perusahaan yang
memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup
atau matinya seseorang yang dipertanggungkan.
Perbedaan yang esensial antara asuransi jiwa dan asuransi lainnya
yang dirancang terutama untuk melindungi terhadap suatu peril
(bencana/musibah) tertentu adalah, bahwa asuransi jiwa mempunyai fungsi
tambahan, yaitu fungsi akumulasi (tabungan), kecuali asuransi jiwa berjangka
(term insurance). Sebagian premi yang telah dibayarkan untuk asuransi jiwa
oleh tertanggung merupakan suatu akumulasi pembayaran yang pada
akhirnya akan merupakan dana investasi yang akan diserahkan oleh pihak
penanggung kepada pihak tertanggung. Jadi, peranan ganda dari asuransi jiwa
adalah perlindungan dan investasi atau tabungan.
Pada saat ini usaha dibidang asuransi tumbuh dengan cepat, seiring
majunya masyarakat,semakin terbuka dan berkembangnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya asuransi. Hal ini membuat para pengusaha
dalam bidang asuransi berlomba untuk menjadi yang terdepan dalam
bidangnya.Dalam hal tersebut setiap perusahaan berlomba menonjolkan
keunggulan produk-produk dan jasa guna untuk memenuhi kebutuhan
tertanggung yang saat ini semakin kompleks dan beragam, hal inilah yang

2
menyebabkan perusahaan harus berorientasi kepada kepuasan
tertanggung/pemegang polis.
PT. Asuansi Jiwasraya (Persero) yang merupakan satu-satunya
perusahan asuransi jiwa milik Negara yang telah berdiri sejak 31 Desember
1859 mampu bertahan dan terus berubah untuk menjadi lebih baik di tengah-
tengah persaingan industri asuransi yang telah melewati 3 kali tahun
keemasan. Saat ini, lebih dari 7 juta nasabah telah mempercayakan masa
depannya kepada PT. Asuransi Jiwasraya (Persero).Perusahaan menyadari
bahwa kepercayaan merupakan keutamaan yang harus selalu dipegang teguh
demi menjaga hubungan baik dengan para nasabah dalam memberikan
nasihat keuangan dan solusi yang tepat. Kini Asuransi Jiwasraya memiliki
1.200 karyawan dan lebih dari 13.000 Agen yang tersebar di 17 Kantor Wilayah
dan 71 Kantor Cabang di seluruh Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu Negara dengan jumlah penduduk
terbanyak di dunia dengan berbagai segmen masyarakat, dewasa ini memang
telah menjadi pangsa pasar perusahaan asuransi dari seluruh dunia. Hal
tersebut membuat PT. Asuransi JIwasraya sebagai salah perusahaan asuransi
tertua di Indonesia secara otomatis harus terus memperbaharui produk-
produknya agar dapat bersaing dengan perusahaan asuransi lainnya.
Dewasa ini Indonesia membuat perubahan signifikan dari segi tingkat
kredit masyarakat. Hal ini membuat perusahaan-perusahaan jasa keuangan
berlomba-lomba menawarkan kredit kepada masyarakat. Jiwasraya yang
berlabel Perusahaan Asuransi harus “gigit jari” dengan trend saat ini, di
kerenakan izin perusahaan yang hanya sebagai perusahaan asuransi. “Kredit
macet” yang diakibatkan oleh kreditur yang meninggal dunia membuat
perusahaan-perusahaan jasa keuangan mengalami kendala, hal ini menjadi
celah bagi Jiwasraya agar dapat ikut dalam trend di Indonesia. Jiwasraya
menawarkan solusi kepada perusahaan jasa keuangan lewat produk Askred
(Asuransi kredit).

3
Pada awalnya Askred menjanjikan potensi bisnis yang cukup
menjanjikan bagi Jiwasraya, namun lambat laun Jiwasraya menemukan
kendala klaim produk Askred ini. Kendala tersebut menjadi perhatian serius
perusahaan belakangan ini.
Dari urian tersebut diatas penulis tertarik untuk membuat sebuah tulisan
dengan judul “Dampak Negatif Penolakan Klaim Terhadap Perusahaan”.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan
permasalahan penulisan ini adalah :
1. Bagaimana dampak dari klaim dengan desisi ditolak terhadap
perusahaan.
2. Bagaimana cara mengatasi klaim-klaim dengan strategi yang efektif
bagi perushaan.

C. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah dari penulisan karya tulis ini adalah penulis
membatasi untuk masalah klaim meninggal dunia dengan usia asuransi kurang
dari 2 tahun dan juga khusus untuk produk Askred kumpulan.

D. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai bahan referensi untuk
pimpinan PT. Asuransi Jiwasraya (persero) dalam mengatasi polemic klaim
meninggal dunia produk Askred Kumpulan.

4
BAB II
ISI

A. Kerangka Pemikiran
Dewasa ini perusahaan asuransi di Indonesia sedang mengalami trend
penjualan produk asuransi kredit kumpulan. Jiwasraya sebagai salah satu
perusahaan asuransi tertua di Indonesia ikut memasarkan produk tersebut.
Pada awalnya trend asuransi kredit sangat menjanjikan perusahaan
asuransi, namun seiring waktu hampir semua perusahaan asuransi mengalami
kendala dengan klaim meninggal dunia debitur dalam produk asuransi kredit
kumpulan ini, termasuk Jiwasraya sebagai perusahaan asuransi yang ikut
memasarkan produk tersebut.
Klaim meninggal dunia debitur dalam produk asuransi kredit kumpulan
saat ini sudah benar-benar menjadi ancaman serius bagi perusahaan asuransi
di Indonesia. Berdasarkan data yang penulis dapatkan, beberapa perusahaan
asuransi sudah mendapat gugatan dari pihak perusahaan pemberi kredit
perihal klaim yang ditolak maupun yang belum dibayarkan oleh perusahaan
asuransi, tanpa terkecuali Jiwasraya.
Jiwasraya sudah mulai memberi perhatian khusus terhadap produk ini.
Himbauan pimpinan-pimpinan perusahaan agar underwiriting terhadap produk
ini lebih “diketatkan” sudah mulai muncul ke permukaan. Tingginya tingkat
klaim dari produk asuransi kredit kumpulan ini yang membuat Jiwasraya harus
lebih “memutar otak” untuk mengatasi dan mencari solusi.

B. Permasalahan
Dewasa ini Jiwasraya bahkan perusahaan asuransi sedang trend dalam
penjualan produk asuransi kredit. Jiwasraya sebagai salah satu perusahaan
asuransi ikut memasarkan produk tersebut. Produk asuransi ini menurut
penulis, berpotensi untuk mengganggu kesehatan perusahaan asuransi. Klaim

5
meninggal dunia untuk produk asuransi ini termasuk salah satu yang
berpotensi mengganggu kesehatan perusahaan asuransi.
Pada produk Asuransi Kredit Kumpulan, dominan klaim meninggal
dunia adalah bermasalah. Klaim meninggal dunia dengan usia asuransi < 2
tahun yang membuat klaim tersebut bermasalah. Jiwasraya, menurut
Ketentuan perusahaan Asuransi dalam Pre Existing conditioning dan masa
Sanggah (Contestable period), mengenai klaim meninggal dunia dengan usia
asuransi < 2 tahun, perlu dilakukan investigasi klaim. Investigasi klaim
menghasilkan 2 opsi keputusan, pertama desisi klaim diterima dan yang kedua
desisi klaim ditolak.
Umumnya dalam kasus Asuransi Kredit Kumpulan, Klaim meninggal
dunia usia asuransi < 2 tahun desisi klaim di tolak ( data diambil dari buku
Logbook klaim Meninggal Dunia PK kantor cabang Palu). Desisi klaim ditolak
ini, menurut penulis menghasilkan beberapa kemungkinan kejadian bagi
perusahaan.
1. Mengurangi beban pertanggungan perusahaan, kemungkinan ini
baik bagi perusahaan.
2. Membuat hubungan yang tidak baik antara pihak jiwasraya dengan
pihak lain yang bersangkutan, baik itu perusahaan pemberi kredit
sebagai pemegang polis, maupun keluarga debitur.
3. Pembengkakan biaya perusahaan akibat perlunya investigasi.
Dalam kasus investigasi klaim meninggal dunia usia asuransi < 2 tahun,
penulis coba menjabarkan ilustrasi klaim meninggal dunia PK - ASK.
1. Pemegang Polis : PT. BPR PAS
2. Peserta : Bpk. Dasran
3. Usia Peserta : 37 Tahun
4. Plaffon : Rp. 7.500.000,-
Saat peserta meninggal dunia usia asuransi adalah 12 bulan, maka menurut
aturan perlu dilakukan investigasi klaim untuk pengambilan keputusan klaim.

6
Karena asuransi kredit kumpulan adalah produk menurun anuitas, maka klaim
yang akan dibayarkan setelah investigasi klaim adalah besarnya sisa kredit
peserta. Sisa kredit peserta saat meninggal dunia adalah Rp. 3.200.000.
investigasi klaim dilakukan oleh pejabat bagian pertanggungan kantor
setempat (biasanya dilakukan oleh kepala seksi pertanggungan). Biaya
investigasi yang dilakukan oleh kepala seksi pertanggungan adalah Rp.
4.200.000 biaya ini meliputi biaya SPPD, dan biaya-biaya lain.
Dari ilustrasi diatas dapat disimpulkan bahwa biaya Klaim < biaya
investigasi. Setelah investigasi, hasil investigasi membuat desisi klaim
diterima, perusahaan wajib membayarkan klaim meninggal dunia tersebut.
Total biaya untuk 1 kasus klaim meninggal dunia tersebut adalah Rp.
7.400.000. dapat dilihat bahwa terjadi pembengkakan biaya perusahaan akibat
klaim tersebut, yang semestinya perusahaan hanya membayarkan klaim
sebesar Rp. 3.200.000, harus meningkat menjadi Rp.7.400.000 akibat
investigasi klaim. Dari hal diatas penulis melihat regulasi klaim meninggal
dunia ini kurang efektif.
Penulis mencoba menganalisa klaim meninggal dunia pertanggungan
kumpulan yang ada di kantor cabang palu.
Tabel 1.
Bulan Produk Desisi
B.01.2015 PK – ASK Diterima
B.02.2015 PK – ASK Diterima
B.03.2015 PK – ASK Diterima
PK – ASK Ditolak
PK – ASK Diterima
B.06.2015 PK – ASK Ditolak
PK – SHT Diterima
B.07.2015 PK – ASK Ditolak

7
PK – ASK Ditolak
PK – ASK Ditolak
PK – SHT Diterima
PK – SHT Diterima
B.09.2015 PK – ASK Diterima
Tabel Peta Klaim Meninggal Dunia Produk PK JS KC Palu (01/2015 – 09/2015)

Dari data Klaim Meninggal dunia tahun 2015 terdapat 13 klaim meninggal
dunia Produk kumpulan, 10 diantaranya Produk Asuransi kredit. Setengah dari
Klaim meninggal dunia produk Asuransi kredit kumpulan jenis desisi ditolak.
Beberapa dari klaim Meninggal dunia produk asuransi kredit kumpulan yang
desisi diterima, terdapat beberapa klaim yang memerlukan investigasi.
Potensi yang penulis analisa dari kejadian klaim di cabang Palu adalah,
dari 10 klaim produk Asuransi kredit kumpulan setengah dari klaim ditolak.
Penolakan klaim tersebut menyebabkan hubungan yang tidak baik dengan
perusahaan pemberi kredit. Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak adanya lagi
penambahan peserta dari perusahaan tersebut, diperparah dengan adanya
laporan dari pihak pemberi kredit ke pihak OJK (Otoritas Jasa Keuangan), yang
melaporkan Jiwasraya kantor cabang Palu.
Penolakan Klaim memberi efek domino bagi perusahaan asuransi.
Untuk kasus kantor cabang palu, penolakan klaim yang tinggi membuat
produksi kantor cabang palu menurun. Hal ini dapat dilihat dari grafik produksi
NB.PK kantor cabang palu yang menurun. Penolakan klaim tersebut membuat
“image” perusahaan menjadi tidak baik di masyarakat, hal ini berimbas kepada
kurangnya NB.PP dikantor cabang palu.
Penulis melihat kesalahan tidak terjadi pada produk Asuransi kredit
kumpulan, produk Asuransi kredit kumpulan menurut penulis produk yang
berpotensi. Trend yang terjadi di Indonesia membuat produk ini sangat
berpotensi. Namun penulis menilai produk ini juga dapat mengancam

8
perusahaan, hal ini dikarenakan tingkat klaim yang tinggi dari produk ini.
Diperlukan regulasi baru untuk mengatasi tingkat klaim yang tinggi dari produk
ini, agar potensi dampak yang tidak baik yang telah dijabarkan sebelumnya
tidak membuat efek domino bagi perusahaan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

A. Alternatif Pemecahan Masalah


Dari uraian permasalahan diatas penulis mencoba menganalisa
permasalahan dan efek-efek yang berpotensi terjadi bagi perusahaan. Penulis
melihat penolakan klaim sangatlah tidak tepat bagi perusahaan pada kasus
produk PK-ASK. Penulis melakukan pertimbangan kemungkinan kejadian
yang akan terjadi bagi perusahaan dengan penolakan klaim tersebut.
Pertimbangan Pertama :
Dengan adanya penolakan klaim maka akan tercipta hubungan yang
tidak baik antara Jiwasraya dengan perusahaan pemberi kredit. Hubungan
yang tidak baik akan menciptakan “image” yang tidak baik bagi perusahaan
sehingga berimbas kepada produksi perusahaan.
Pertimbangan Kedua :
Regulasi mengenai investigasi klaim untuk kasus klaim meninggal dunia
dengan usia Asuransi < 2 tahun menurut penulis berpotensi menciptakan
pemakaian uang perusahaan yang tidak lagi efisien. Pada Produk PK-ASK
yang tipe produk menurun anuitas, sering terjadi Biaya investigasi > Biaya
Klaim. Hal ini sangatlah tidak tepat bagi perusahaan.
Dari pertimbangan diatas, penulis mencoba memberikan solusi berupa
regulasi pembayaran klaim yang penulis coba bagi dalam kelas-kelasnya.
Kelas I.
Produk PK-ASK dengan usia Asuransi saat pengajuan klaim 0 – 6 Bulan
Pembayaran Klaim : 10 % * Plaffon
Kelas II.
Produk PK-ASK dengan usia Asuransi saat pengajuan Klaim 6 – 12 Bulan
Pembayaran Klaim : 20 % Plaffon

10
Kelas III.
Produk PK-ASK dengan usia Asuransi saat pengajuan klaim 12 – 18 Bulan
Pembayaran Klaim : 45 % * Plaffon
Kelas IV.
Produk PK-ASK dengan usia asuransi saat pengajuan Klaim 18 – 24 Bulan
Pembayaran Klaim : 60 % * Plaffon
Kelas V.
Produk PK-ASK dengan Usia Asuransi > 24 Bulan
Pembayaran Klaim : 100 % * Plaffon

Penulis menawarkan solusi ini kepada perusahaan untuk mengatasi


Klaim pada produk PK-ASK. Solusi ini dapat dituangkan dalam SUP Produk
PK-ASK sehingga Pemegang polis (Perusahaan pemberi kredit) dan Peserta
(Debitur) sudah dapat mengetahui regulasi pembayaran klaim berdasarkan
kelas-kelasnya.
Dengan solusi ini penulis melihat penolakan klaim pada produk PK-ASK
tidak terjadi lagi, sehingga potensi kejadian dari penolakan klaim dapat
dihindari. “Image” perusahaan juga dapat terjaga dengan solusi ini. Kemudian
pemakaian uang perusahaan juga lebih efektif, hal ini disebabkan tidak adanya
lagi biaya investigasi klaim meninggal dunia, yang pada dasarnya sangatlah
tidak efektif.

11
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :
1. Penolakan klaim berdampak buruk bagi perusahaan. Terjadi
rentetan akibat dari penolakan klaim pada produk PK-ASK. Citra
buruk perusahaan akibat dampak penolakan klaim membuat
produksi perusahaan menurun sehingga perusahaan sulit
bersaing dengan perusahaan Asuransi lainnya.
2. Regulasi Klaim meninggal dunia sangatlah tidak efektif.
Investigasi klaim untuk usia Asuransi < 2 tahun tidak perlu
dilakukan bila perusahaan melakukan langkah pembayaran
klaim berdasarkan kelas usia Asuransi. Hal ini membuat
efektifitas pemakaian uang perusahaan, dan penekanan biaya
proses bisnis perusahaan.

B. Saran
Perusahaan perlu memperhatikan setiap dampak yang mungkin
timbul dari setiap regulasi yang ada. Regulasi perlu dilakukan
pembaharuan melihat kondisi pasar, dengan mempertimbangkan
dampak yang dapat timbul dari setiap regulasi yang ada.

12
DAFTAR PUSTAKA

Cooper, Donald R & Schindler, Pamela S (2003). Business Research


Methods, Pdf, Diakses pada 10 September 2015

M.hukumonline.com, Tidak bayar klaim perusahaan asuransi digugat,


diakses pada 13 september 2015 pkl. 22.12

Manual logbook Klaim PK, Kantor cabang Palu (2015).

13

Anda mungkin juga menyukai