Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN.................................................................. i
KATA PENGANTAR................................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
ABSTRAK................................................................................................... iv

BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah.............................................................. 1
B. Rumusan masalah........................................................................ 3
C. Tujuan penelitian.......................................................................... 3
D. Manfaat penelitian....................................................................... 3
E. Penjelasan Istilah......................................................................... 4

BAB II. KAJIAN TEORITIS.................................................................... 5


A. Dioda........................................................................................... 5
B. Dioda sebagai saklar.................................................................... 6

BAB III. APLIKASI TEORI..................................................................... 17


A. Lokasi dan Jadwal Penelitian...................................................... 17
B. Prosedur Kerja............................................................................. 17
C. Data Pengamatan......................................................................... 18
D. Pengolahan Data.......................................................................... 20

BAB IV. PENUTUP.................................................................................... 27


1. Kesimpulan.................................................................................. 27
2. Saran-Saran.................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 28
LAMPIRAN
POWER POINTS

BIODATA PENULIS

ABSTRAK
Pengertian Dioda adalah komponen aktif yang memiliki dua kutub dan bersifat
semikonduktor. Dioda juga bisa dialiri arus listrik ke satu arah dan menghambat arus dari
arah sebaliknya. Pada rangkaian listrik bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada
suatu titik percabangan sama dengan jumlah arus yang keluar dan hal ini sesuai
dengan Hukum I Kirchhoff.

.
BIODATA PENULIS

1. Nama Lengkap : BAIHAQI


2. Tempat/ Tanggal Lahir : Blangme, 2 Mai 1990
3. Jenis Kelamin : Laki-Lki
4. Agama : Islam
5. Kebangsaan : Indonesia
6. Status : Belum Kawin
7. Riwayat Pendidikan
a. MIN 1 Kutablang : Tamat Tahun 2004
b. MTSN Kutablang : Tamat Tahun 2007
c. MAN Matang Glumpang Dua : Tamat Tahun 2010
8. Alamat : Darussalam
9. Nama Orangtua
a. Ayah : Ismail Daud
b. Ibu : Nafsiyah
10. Pekerjaan Orangtua
a. Ayah : Tani
b. Ibu : IRT
: Jln Water Intek lr. Muda Husen Gamp Blangme Kec. Kutablang Kab. Bireun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau Sains. Fisika
sebagai IPA yang menyangkut gejala-gejala alam yang dinyatakan dalam zat dan energi.
Sehingga yang menjadi pusat perhatian para ahli adalah hal-hal yang berhubungan dengan zat
dan energi yang ada diseluruh alam, bukan hanya yang ada di bumi melainkan diseluruh jagat
raya ini.[1]
Melahirkan penemuan-penemuan tentang alam ini maka para ahli fisika melakukan
kegiatan penyelidikan. Kegiatan penyelidikan dalam fisika dapat diwujudkan dengan
kegiatan eksperimen, maupun kajian teoritis dengan selalu berdasarkan pada metode ilmiah.
Dari rangkaian kegiatan itu akan dapat dihasilkan suatu kebenaran berupa konsep, asas,
teorema ataupun hukum serta tetapan yang dapat diakui secara umum. Dalam kehidupan
sehari-hari banyak kita temukan benda-benda yang digunakan untuk menunjang semua
aktivitas manusia. Ada tiga jenis wujud zat (benda) yang kita ketahui yaitu, zat padat, zat
cair, dan gas.
Gas dan fluida merupakan medium perambatan, baik perambatan gelombang
permukaan air maupun perambatan gelombang bunyi.
Bunyi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan kita. Bunyi
ditimbulkan oleh sesuatu yang bergetar, Istilah lain untuk bunyi adalah suara, kita
berkomunikasi sebagian besar melalui bunyi, yaitu suara yang kita keluarkan dalam bentuk
kata-kata dan suara yang kita keluarkan akan terdengar oleh orang lain.
Gelombang bunyi yang merambat pada frekuensi tertentu akan menggetarkan
gendang telinga kita. Lalu memberikan informasi ke otak sebagai suara atau bunyi tertentu
sehingga setiap saat kita bisa mendengar orang berbicara, suara hewan, suara lonceng,
nyanyian dan suara alat-alat musik yang dimainkan.
Bermacam-macam alat musik yang dapat menghasilkan bunyi yang nyaring dan
indah, minsal sekelompok pemain orchestra yang sedang memainkan berbagai alat musik
dibawah komando seorang dirigen, seperti terompet yang ditiup, gendang yang di tabuh,
biola yang gesek serta gitar yang dipetik. Alat-alat musik ini menghasilkan beragam
frekuensi, mulai dari rendah hingga tinggi.
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang terjadi dalam satu sekon. Frekuensi bunyi
yang dapat didengar oleh manusia antara 20 Hz–20.000 Hz, bunyi yang berada pada rentang
frekuensi ini dinamakanaudiosonik. Bunyi yang memiliki frekuensi kurang dari 20 Hz
disebut infrasonik dan bunyi yang memiliki frekuensi lebih dari 20.000 Hz
disebut ultrasonik. Tinggi nada bunyi tergantung pada frekuensi atau panjang gelombang.
Makin tinggi frekuensi atau makin pendek panjang gelombang makin tinggi nada bunyi.
Gitar merupakan alat musik petik yang memiliki tujuh buah senar dengan lubang
dibagian depannya, ketika senar dipetik secara perlahan-lahan maka akan terdengar bunyi
yang berbeda untuk ketujuh tali senar tersebut. Bunyi yang berbeda-beda ini dipengaruhi
oleh amplitudo maupun frekuensinya. Untuk mengetahui hubungan frekuensi terhadap
panjang senar, luas penampang, dan tegangan maka penulis mengambil judul“Membuktikan
Hukum Marsenne”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana hubungan panjang senar pada frekuensi?
2. Bagaimana hubungan luas penampang pada frekuensi?
3. Bagaimana hubungan massa tegangan pada frekuensi?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui panjang senar terhadap frekuensi.
2. Untuk mengetahui luas penampang terhadap frekuensi.
3. Untuk mengetahui tegangan terhadap frekuensi.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah membuka wawasan tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi senar pada alat musik petik yang banyak
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
E. Penjelasan Istilah
1. Bunyi
Bunyi adalah getaran yang merambat dari suatu medium yang merupakan gelombang
longitudinal yang dapat merambat melalui zat padat, cair dan gas.
2. Frekuensi
Frekuensi merupakan banyaknya getaran yang dilakukan tiap satu sekon. Satuannya dala SI
adalah Hertz (Hz).
Hubungan antara frekuensi dan periode:
T=f =
Keterangan:
T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)
3. Amplitudo
Amplitudo adalah simpangan terbesar dari titik kesetimbangan.
4. Medium
Medium adalah zat atau bahan dimana getaran merambat. medium dari gelombang lau t
adalah adalah air laut, dan medium dari gelombang bunyi adalah udara.
5. Cepat rambat bunyi
Cepat rambat bunyi adalah hasil bagi jarak antara sumber bunyi dan pendengar dengan selang
waktu yang diperlukan bunyi untuk merambat.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Gelombang

Gelombang didefinisikan sebagai energi getaran yang merambat. Jenis-jenis


gelombang dapat dibagi berdasarkan ada tidaknya medium perambatan serta berdasarkan
arah rambatnya.
1. Gelombang berdasarkan ada tidaknya medium perambatan.
a. Gelombang mekanik
Gelombang mekanik adalah gelombang yang memerlukan medium dalam perambatannya.
b. Gelombang elektromagnetik
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang tidak memerlukan medium dalam
perambatannya. Contoh gelombang elektromagnetik adalah gelombang cahaya dan
gelombang radio.
2. Gelombang berdasarkan arah rambatnya
a. Gelombang tranversal
Gelombang tranversal adalah gelombang yang arah rambatnya tegak lurus terhadap arah
getarannya. Contoh gelombang tranversal adalah gelombang pada tali dan gelombang
elektromagnetik.
b. Gelombang longitudinal
Gelombang longitudinal adalah gelombang yang arah rambatnya sejajar dengan arah
getarannya. Contoh gelombang longitudinal adalah gelombang bunyi dan gelombang pada
slinki.

B. Gelombang Bunyi

Gelombang bunyi merupakan gelombang longitudinal yang getarannya dirambatkan


melalui suatu medium (gas, cair, atau padat) dalam bentuk rapatan dan regangan. Ketika
lonceng dan garpu tala bergetar maka kita akan mendengar bunyi. Namun, ketika keduanya
tidak bergetar maka kita tidak dapat mendengarkan bunyi, hal ini dapat dikatakan bahwa
bunyi ditimbulkan oleh benda yang bergetar. Dibeberapa tempat molekul-molekul udara
didorong sehingga lebih berdekatan pada tekanan yang lebih tinggi (rapatan) dan beberapa
tempat lainnya molekul-molekul udara didorong saling menjauh pada tekanan yang lebih
rendah (regangan).[2]
Rapatan dan regangan molekul-molekul udara dirambatkan sepanjang ruang ke
telinga kita sehingga kita dapat mendengarkan bunyi. Perlu diketahui bahwa molekul-
molekul udara hanya bergetar maju-mundur dan tidak merambat sepanjang ruangan, sehingga
gelombang bunyi termasuk gelombang longitudinal. Hampir semua zat menghasilkan rapatan
dan regangan. Oleh karena itu, bunyi dapat merambat melalui gas, zat cair atau zat padat.
Untuk merambat bunyi memerlukan zat antara atau medium, dengan kata lain bunyi tidak
dapat merambat melalui hampa udara (vakum). Bunyi hanya dapat didengar jika ada
penerima yang berada didekat atau dalam jangkauan sumber bunyi. Ada tiga syarat untuk
terjadi dan terdengarnyanya bunyi, yaitu:
1. Ada benda yang bergetar (sumber bunyi).
2. Ada zat antara (medium) tempat merambatnya bunyi.
3. Ada penerima yang berada didekat atau dalam jangkauan sumber bunyi.
Bentuk gelombang bunyi dapat dilihat dengan menggunakan mikrofon dan sebuah
osiloskop. Bunyi ditangkap oleh mikrofon dan diubah menjadi sinyal tegangan listrik, lalu
bentuk gelombangnya ditampilkan pada layar osiloskop. Bentuk gelombangnya tanpak
seperti bentuk gelombang tranversal. Panjang gelombang bunyi adalah jarak antara dua pusat
regangan ( atau pusat rapatan) yang berdekatan. Dimana panjang gelombang adalah satu
bukit atau satu lembah gelombang.
Menurut Widagdo Mangunwiyoto: ”Bunyi dihasilkan oleh sumber bunyi yang
bergetar”.[3] Sumber bunyi tersebut dapat berupa beduk, gitar, biola, garfu tala, sayap lebah,
dan sebagainya. Bunyi juga merambat melalui medium (zat antara), minsalnya udara.
Rambatan bunyi diudara merupakan gelombang longitudinal. Sebagai gelombang
longitudinal, maka bunyi merambat dalam bentuk rapatan dan regangan yang terbentuk
secara berurutan.
Menurut Joko Budianto: ”Bunyi dihasilkan oleh benda yang bergetar, getaran itu
merambat melalui medium menuju pendengar. Sama seperti gelombang lainnya, Sumber
gelombang bunyi merupakan benda yang bergetar”.[4]
Energi dipindahkan dari sumber dalam bentuk gelombang bunyi. Selanjutnya, bunyi
dideteksi oleh telinga. Oleh otak, bunyi diterjemahkan, dan kita bisa memberikan respon.
Minsalnya, ketika kita mendengarkan suara lagu dari radio, kita meresponnya dengan ikut
bernyanyi, atau sekadar menggoyangkan kaki.

B. Cepat rambat gelombang bunyi


Gelombang bunyi merambat dari tempat asal getaran (sumber bunyi) sampai ketelinga
kita memerlukan waktu, cepat rambat bunyi didefinisikan sebagai hasil bagi antara sumber
bunyi dan pendengar dengan selang waktu yang diperlukan bunyi untuk merambat, dengan
persamaan:
v=
Keterangan:
v = Cepat rambat bunyi (m/s)
s = Jarak dari sumber bunyi (m)
t = waktu (s)
Hubungan antara cepat rambat gelombang bunyi, panjang gelombang bunyi dan
frekuensi bunyi adalah:

Keterangan:
v = Cepat tambat bunyi (m/s)
= panjang gelombang (m)
f = frekuensi (Hz)
Cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh suhu udara, makin tinggi suhu udara makin
besar cepat rambat bunyi atau makin rendah suhu udara makin kecil cepat rambat bunyi.
Umumnya bunyi merambat paling baik dalam zat padat dan paling buruk dalam gas. Ini
karena jarak antara partikel dalam zat padat sangat berdekatan sehingga memudahkan getaran
untuk merambat dari satu partikel kepartikel lainnya dalam medium. Hal ini dapat dibuktikan
dengan mengambil sebatang kayu. Kemudian sebuah arloji diletakkan pada salah satu ujung
kayu, sedang ujung yang lain ditempelkan ditelinga, ternyata bunyi arloji terdengar lebih
keras jika menggunakan kayu dibandingkan tanpa menggunakan kayu.
Bunyi yang merambat dari udara dingin keudara hangat maka arah rambat bunyi
berubah. Demikian pula bila bunyi merambat dari udara hangat keudara dingin. Perubahan
arah rambat bunyi karena perbedaan suhu medium disebut pembiasan bunyi.
Gejala pembiasan menyebabkan bunyi mobil atau kereta api terdengar lebih keras
pada malam hari dibandingkan pada siang hari. Hal ini dikarenakan pada malam hari
permukaan bumi mendingin dengan cepat. Lapisan udara di dekat permukaan bumi lebih
dingin dari pada lapisan udara diatasnya. Karena bunyi merambat lebih lambat pada udara
dingin maka bunyi mobil cenderung tidak menyebar keatas, melainkan kembali ke
permukaan bumi.
Secara umum cepat rambat bunyi dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu:
1. Kerapatan partikel yang dilalui bunyi. Makin rapat susunan partikel medium, maka makin
cepat bunyi merambat, sehingga bunyi merambat paling cepat pada zat padat.
2. Suhu medium. Makin panas suhu medium yang dilalui, maka makin cepat bunyi merambat.
Medium udara bunyi mempunyai dua sifat khusus yaitu:
a. Cepat rambat bunyi tidak bergantung pada tekanan udara, artinya jika terjadi perubahan
tekanan udara, cepat rambat bunyi tidak berubah.
b. Cepat rambat bunyi bergantung pada suhu. Makin tinggi suhu udara, makin besar cepat
rambat bunyi. Pada tempat yang tinggi cepat rambat bunyi lebih rendah, karena suhu
udaranya lebih rendah.[5]

C. Frekuensi gelombang Bunyi


Frekuensi merupakan banyaknya getaran yang dilakukan tiap satu sekon. Satuannya
dalam SI adalah Hertz (Hz).[6]
Hubungan antara frekuensi dan periode:
T=
f =
Keterangan:
T = periode (s)
f = frekuensi (Hz)
Frekuensi bunyi yang dapat di dengar oleh manusia antara 20 Hz – 20.000 Hz, bunyi
yang berada pada rentang frekuensi ini dinamakan audiosonik. Bunyi yang memiliki
frekuensi kurang dari 20 Hz disebutInfrasonik dan bunyi yang memiliki frekuensi lebih dari
20 000 Hz disebut ultrasonik. Jangkrik dapat mendengar bunyi infrasonik, itulah sebabnya
jangkrik dapat mendengar langkah kaki manusia dari jarak yang jauh. Anjing, lumba-lumba
dan kelelawar juga dapat mendengar bunyi infrasonik. Kelelawar dapat menghasilkan
bunyi ultrasonik. Bunyi ultrasonik dipantulkan oleh benda yang ada disekitar kelelawar
sehingga ia dapat menghindari tabrakan dan menentukan posisi mangsanya.
Bunyi ultrasonik dimanfaatkan untuk industri. Contoh: gelombang ultrasonik
dimanfaatkan untuk mengaduk susu agar rata, mensterilkan makanan dalam kaleng dan
meratakan campuran besi dengan timah yang dilebur.
Nada merupakan bunyi yang memiliki frekuensi tertentu. Sumber nada bisa berasal
dari pita suara ditenggorokan kita yang dapat menghasilkan nada yang merdu. Selain itu
dawai dan gitar yang dipetik juga merupakan sumber nada. Semua benda yang bergetar pada
frekuensi audio adalah sumber nada.[7]
Tinggi nada bunyi tergantung pada frekuensi atau panjang gelombang. Makin tinggi
frekuensi atau makin pendek panjang gelombang makin tinggi nada bunyi. Kuat (keras)
bunyi bergantung pada amplitudo: makin besar amplitudo makin kuat (keras) bunyi. Tinggi
nada (frekuensi) senar dipengaruhi 4 faktor, yaitu:
1. Panjang senar: makin pendek senar makin tinggi frekuensi.
2. Luas penampang: makin tipis senar makin tinggi frekuensi.
3. Tegangan senar: makin tegang senar makin tinggi frekuensi.
4. Massa jenis: makin ringan senar makin tinggi frekuensi.
Frekuensi alami tabung udara bergantung pada panjang gelombang kolom udara:
makin panjang kolom udara makin tinggi frekuensinya. Frekuensi alami garfu tala
bergantung pada panjang lengannya: makin panjang lengannya makin tinggi frekuensinya.
Resonansi adalah ikut bergetarnya suatu benda ketika benda lain didekatnya digetarkan.
Syarat terjadinya resonansi adalah frekuensi benda yang bergetar sama dengan frekuensi
alami benda yang ikut bergetar.
Bunyi memiliki tiga sifat, yaitu tinggi rendah bunyi, kuat lemah bunyi, dan warna
bunyi. Tinggi rendah bunyi adalah kondisi gelombang bunyi yang diterima oleh telinga
manusia berdasarkan frekuensi (jumlah getaran/detik). Tinggi suara (pitch) menunjukkan
sifat bunyi yang mencirikan ketinggian atau kerendahannya terhadap seorang pengamat. Sifat
ini berhubungan dengan frekuensi, namun tidak sama. Kekerasan bunyi juga memengaruhi
titi nada. Hingga 1.000 Hz, meningkatnya kekerasan mengakibatkan turunnya titi nada.
Gelombang bunyi dibatasi oleh jangkauan frekuensi yang dapat merangsang telinga dan otak
manusia kepada sensasi pendengaran.
Amplitudo adalah simpangan maksimum, yaitu simpangan terjauh gelombang dari
titik setimbangnya. Intensitas menunjukkan sejauh mana bunyi dapat terdengar. Jika
intensitasnya kecil, bunyi akan melemah dan tidak dapat terdengar. Namun, apabila
intensitasnya besar, bunyi menjadi semakin kuat, sehingga berbahaya bagi alat
pendengaran. Untuk mengetahui hubungan antara amplitudo dan kuat nada, dapat diketahui
dengan melakukan percobaan menggunakan garputala.
Garputala dipukulkan ke meja dengan dua pukulan yang berbeda, akan dihasilkan
yaitu pukulan yang keras menghasilkan bunyi yang lebih kuat. Hal ini menunjukkan bahwa
amplitudo getaran yang terjadi lebih besar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kuat
lemahnya nada atau bunyi bergantung pada besar kecilnya amplitudo. Semakin besar
amplitudo getaran, maka semakin kuat pula bunyi yang dihasilkan. Warna bunyi adalah bunyi
yang diterima oleh alat pendengaran berdasarkan sumber getarannya. Sumber getaran yang
berbeda akan menghasilkan bentuk gelombang bunyi yang berbeda pula. Hal ini
menyebabkan nada yang sama dari dua sumber getaran yang berbeda pada telinga manusia.
Nada adalah bunyi yang frekuensinya teratur, misalnya bunyi berbagai alat musik.
Tinggi rendahnya nada tergantung pada frekuensinya, sedangkan kuat lemahnya nada
tergantung pada amplitudonya.
Ilmuwan fisika berkebangsaan Francis bernama Marsenne (1588-1648) menyelidiki
hubungan frekuensi yang dihasilkan oleh senar yang bergetar dengan panjang senar,
penampang senar, tegangan dan jenis senarnya. Alat yang digunakan marsenne adalah
sonometer.
Faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi nada alamiyah sebuah senar atau dawai
menurut marsenne adalah:
1. Panjang senar, semakin panjang senar semakin rendah frekuensi yang dihasilkan.
2. Luas penampang, semakin besar luas penampang senar semakin rendah frekuensi yang
dihasilkan.
3. Tegangan senar, semakin besar tegangan senar semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan.
4. Massa jenis senar, semakin kecil massa jenis senar semakin tinggi frekuensi yang dihasilkan.
Secara matematis, hukum marsenne dituliskan:
f=
=
λ = 2l
Keterangan :
f = frekuensi atau tinggi nada (Hz)
l = panjang senar (m)
F = tegangan senar (N)
A = luas penampang senar (m)
λ = panjang gelombang senar (m)
Menurut Agus Taranggono: “Bunyi yang frekuansinya teratur disebut nada.
Nada dihasilkan oleh alat-alat musik”.[8] Bunyi yang frekuensinya tidak teratur disebut
desah, minsalnya bunyi angin, air terjun, dan deburan ombak. Ada juga bunyi yang sangat
singkat, tetapi kadang-kadang sangat kuat disebut dentum, seperti bunyi meriam, senapan dan
bom.
Tinggi nada bergantung pada frekuensinya, semakin besar frekuensinya, semakin
tinggi pula nadanya. Marsenne fisikawan Francis manyelidiki hukum yang berlaku untuk
senar yang bergetardengan menggunakan sanometer. Sonometer adalah alat yang digunakan
untuk menyelidiki tinggi rendahnya nada, berupa kotak kayu yang dilengkapi senar yang
dapat diganti-ganti.
Penyelidikan Marsenne mendapatkan hasil:
1. Pada dua senar yang penampang dan tegangannya sama, semakin pendek senarnya semakin
tinggi nada yang dihasilkan.
2. Pada dua senar yang panjang dan penampangnya sama, semakin tegang senarnya semakin
tinggi nada yang dihasilkan
3. Pada dua senar yang panjang dan tegangannya sama, semakin kecil penampangnya semakin
tinggi nada yang dihasilkan.
4. Pada senar yang panjang dengan penampang dan tegangan sama, semakin kecil massa
jenis senarnya semakin tinggi nada yang dihasilkan.
BAB III
APLIKASI TEORI

A. Lokasi dan Jadwal Penelitian


Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Fisika UIN Ar- Raniry Darussalam Banda
Aceh pada tanggal

B. Prosedur kerja
1. Alat dan bahan
a. Gitar
b. Senar 6 buah
c. Meteran
d. Mikrometer Sekrup
2. Prosedur kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
b. Diukur masing-masing panjang senar dengan menggunakan meteran.
c. Diukur masing-masing luas penampang senar dengan menggunakan mikrometer sekrup.
d. Dipasang keenam senar pada gitar.
e. Petiklah senar 1 dan dan senar 2 kemudian dengarkan nadanya.
f. Kemudian petiklah senar 3 dan senar 4 dan dengarkan nadanya.
g. Selanjutnya petiklah senar 5, senar 6 dan dengarkan nadanya.
h. Gunakan jarimu untuk memendekkan panjang masing-masing senar dan petiklah kembali,
bagaimana nadanya?
i. Petiklah senar yang lebih tipis (senar 1), kemudian senar yang lebih tebal (senar 6) dan
dengarkan bunyinya.
j. Petiklah salah satu senar dan dengarkan nadanya, kemudian dikendorkan senar tersebut dan
kembali dengarkan nadanya.
k. Ulangi langkah e, f, g, h, i dan j.
l. Ditulis hasil percobaan pada tabel pengamatan.
C. Data Pengamatan

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Panjang senar mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang dihasilkan. Semakin panjang
senar maka frekuensi bunyi yang dihasilkan semakin kecil, begitu pula sebaliknya, senar
yang pendek menghasilkan frekuensi bunyi yang besar.
2. Luas penampang senar mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang dihasilkan. Semakin
luas penampang senar semakin rendah frekuensi yang dihasilkan, begitu pula sebaliknya
semakin kecil luas penampang maka frekuensi yang dihasilkan semakin besar.
3. Tegangan senar mempengaruhi besarnya frekuensi bunyi yang dihasilkan. Senar yang tegang
(besar) akan menghasilkan frekuensi yang tinggi begitu juga sebaliknya, senar yang kendor
(kecil) akan menghasilkan frekuensi yang rendah.

B. Saran
Percobaan yang dilakukan oleh penulis semoga bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya, dalam hal ini pembaca tidak hanya mahir dalam memainkan alat-alat musik
khususnya gitar, namum pembaca juga bisa memahami bahwa ada beberapa aspek yang
mempengaruhi frekuensi maupun nada yang dipetik.

DAFTAR PUSTAKA
Agus Tranggono, dkk. FISIKA SLTP. 2003. Jakarta. Bumi aksara.
Hasan Pratama. Ilmu Pengetahuan Alam (terpadu). Maestro, Jakarta: 2004.
Joko Budiyanto. FISIKA SMA/MA kelas XII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, 2009.

Ketut Lasmi. Bimbingan Pemantapan Fisika. Bandung: Yrama Widya, 2004.


Marthen Kanginan. Sains FISIKA SMP untuk Kelas VIII. Jakarta: Erlangga, 2004.
Nyoman kertiasa. FISIKA I Untuk Untuk SMU Kelas XI. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, 1993.

Widagdo Mangunwiyono. Pokok-pokok FISIKA SMP untuk kelas VII. Jakarta: Erlangga, 2004
[1] Ketut Lasmi, Bimbingan Pemantapan Fisika, (Bandung: Bumi Aksara, 2004), hal.
102.
[2] Marthen Kanginan, Sains Fisika SMP untuk Kelas VIII, (Jakarta: Erlangga, 2004),
hal. 129.

[3] Widagdo Mangunwiyoto, Pokok-pokok Fisika SMP untuk Kelas VII, (Jakarta:
Erlangga, 2004), hal. 67.

[4] Joko Budiyanto, Fisika SMA/MA kelas XII, (Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional, 2007), hal. 67.

[5] Hasan Pratama, Ilmu Pengetahuan Alam (TERPADU). (Jakarta: Maestro, 2004), hal.
60.
[6] Widagdo Mangunwiyoto, Pokok-pokok Fisika SMP…, hal: 68.

[7] Nyoman Kertiasa, Fisika I untuk SMU Kelas XI, (Jakarta: Erlangga, 1993), hal. 175.

[8] Agus tranggono, dkk, FISIKA SLTP, (Jakarta: Bumi aksara, 2003), hal. 64.

Anda mungkin juga menyukai