Sekitar 37,3 juta penduduk hidup di bawah garis kemiskinan, separo dari total rumah
tangga mengonsumsi makanan kurang dari kebutuhan sehari-hari, lima juta balita berstatus gizi
kurang, dan lebih dari 100 juta penduduk berisiko terhadap berbagai masalah kurang gizi.
Itulah sebagian gambaran tingkat kesejahteraan rakyat Indonesia yang perlu mendapat
perhatian sungguh-sungguh untuk diatasi. Apalagi Indonesia sudah terikat dengan kesepakatan
global untuk mencapai Millennium Development Goals (MDG's) dengan mengurangi jumlah
penduduk yang miskin dan kelaparan serta menurunkan angka kematian balita menjadi tinggal
separo dari keadaan pada tahun 2000.
Pada bayi dan anak balita, kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan spiritual. Bahkan pada bayi, gangguan tersebut
dapat bersifat permanen dan sangat sulit untuk diperbaiki. Kekurangan gizi pada bayi dan balita,
dengan demikian, akan mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia.
Masalah gizi adalah gangguan kesehatan seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh
tidak seimbangnya pemenuhan kebutuhannya akan zat gizi yang diperoleh dari makanan. Masalah
gizi yang dalam bahasa Inggris disebut malnutrition, dibagi dalam dua kelompok yaitu masalah
gizi-kurang (under nutrition) dan masalah gizi-lebih (over nutrition), baik berupa masalah gizi-
makro ataupun gizi-mikro. Gangguan kesehatan akibat masalah gizi-makro dapat berbentuk status
gizi buruk, gizi kurang, atau gizi lebih. Sedang gangguan kesehatan akibat masalah gizi mikro
hanya dikenal sebutan dalam bentuk gizi kurang zat gizi mikro tertentu, seperti kurang zat besi,
kurang zat yodium, dan kurang vitamin A.
Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang,
yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit (lihat Gambar 3). Kedua
faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak langsung
yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan.
Terdapat dua faktor yang terkait langsung dengan masalah gizi khususnya gizi buruk atau kurang,
yaitu intake zat gizi yang bersumber dari makanan dan infeksi penyakit (lihat Gambar 3). Kedua
faktor yang saling mempengaruhi tersebut terkait dengan berbagai fakto penyebab tidak langsung
yaitu ketahanan dan keamanan pangan, perilaku gizi, kesehatan badan dan sanitasi lingkungan.
Menyeimbangkan antara ketersediaan pangan dan sesuai dengan daya beli masyarakat
dengan meminimalkan ketergantungan akan impor menjadi hal yang cukup sulit dilaksanakan saat
ini. Pada kenyataannya, beberapa produk pangan penting seperti beras dan gula, produksi dalam
negeri dirasa masih kalah dengan produk impor karena tidak terjangkau oleh daya beli masyarakat
kita. Kebijakan yang ada pun tidak memberi kondisi yang kondusif bagi petani sebagai produsen,
untuk dapat meningkatkan produktivitasnya maupun mengembangkan diversifikasi pertanian guna
mengembangkan
1. Penyebab tak langsung Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita
penyakit infeksi, cacat bawaan, dan menderita penyakit kanker.
2. Penyebab langsung Ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku, pelayanan kesehatan.
Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan Masalah Utama Gizi
buruk adalah Kemiskinan, Pendidikan rendah, Ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh
karena itu, untuk mengastasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor.
BAGAIMANA GEJALA DAN TANDA GIZI BURUK