Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK JALAN RAYA

MODUL 5
KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA

KELOMPOK UBA02

Dhanny Halim Actacipta 1142004007

Larasari Tisno Suryawati 1142004016

Nadia Listiawati 1142004014

Vihanda Rizqo Ramadhan 1142004002

Tanggal Praktikum : 17 April 2017


Asisten Praktikum : Arina Devi
Tanggal Disetujui :
Nilai :
Paraf Asistensi :

LABORATORIUM STRUKTUR DAN MATERIAL


DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK 2017
J-05 KELARUTAN BITUMEN DALAM KARBON TETRA KLORIDA
(PA-0305-76)
(AASTHO T-44-81)
(ASTM D-2042-97)

1. MAKSUD
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan kadar bitumen yang larut
dalam Karbon Tetra Klorida.
2. PERALATAN
a. Labu Erlenmeyer
b. Corong
c. Kertas Penyaring
d. Neraca analitik dengan kapasitas (200 ± 0,001 gram)
e. Cairan Karbon Tetra Klorida
f. Gelas Ukur

3. BENDA UJI
Ambil contoh bitumen yang telah dikeringkan dibawah suhu penguapan air ± 2 gram.
4. DASAR TEORI

Bitumen adalah zat perekat yang berwarna hitam atau gelap yang dapat
diperoleh di alamataupun sebagai hasil produksi. Bitumen terutama mengandung
senyawa hidrokarbon seperti aspal, tau atau pitch. Aspal adalah suatu bahan bentuk
padat atau setengha padat berwarna hitam sampai cokelat gelap, bersifat perekat yang
akan melembek atau meleleh bial dipanasi, tersusun diantaranya dari sebagian besar
bitumen yang kesemuanya berbentuk padat atau setengah padat dari alam atau dari
hasil pemurnian minyak bumi, atau merupakan campuran dari bahan bitumen dan
minyak bumi dengan derivatnya. Tar adalah material bewarna cokelat atau hitam,
berbentuk cair atau semi padat, dengan unsur utama bitumen sebagai hasil konsedat
dalam destilasi destruktif dari batubara, minyak bumi atau material organik lainnya.
Pitch diperoleh dari residu hasil destilasi fraksional tar. Tar dan pitch tidak diperoleh
di alam tapi produk kimiawi.
Dari ketiga material pengikat diatas, asapal merupakan material yang umum
digunakan untuk bahan pengikat agregat, oleh karena itu bitumen sering kali disebut
pula sebagi aspal. Aspal merupakan bahan perekat termoplastis, yaitu pada suhu ruang
bersifat keras atau padat tetapi akan menjadi plastis atau encer apabila temperaturnya
dinaikkan, dan akan menjadi keras kembali apabila suhunya diturunkan.

5. PROSEDUR
a. Timbang gelas ukur (A)
b. Benda uji dimasukkan ke gelas ukur, kemudian timbang (B)
c. Kertas penyaring yang akan digunakan ditimbang (C)
d. Masukkan cairan karbon tetra klorida ke dalam gelas ukur hingga 1/3 tinggi gelas
ukur, dan diaduk perlahan – lahan hingga melarutkan benda uji.
e. Larutan bitumen disaring dengan cara menuangkan kedalam erlenmeyer melalui
corong yang diatasnya diletakkan kertas penyaring.
f. Setelah kertas penyaring kering, ditimbang (D).

6. PENGOLAHAN DATA

113,118
BERAT TABUNG ERLENMEYER A gram
BERAT TABUNG ERLENMEYER + 115,118
BENDA UJI B gram
4,327
BERAT KERTAS SARING C gram
4,559
BERAT KERTAS SARING + ENDAPAN D gram
KADAR KELARUTAN (%) 88,4
Perhitungan berat jenis
( 𝐵−𝐴 )−(𝐷−𝐶)
Kadar kelarutan = 𝑥 100%
(𝐵−𝐴)
( 115,118−113,118)−(4,559−4,327)
= 𝑥 100 %
(115,118−113,118)

= 88,4
7. ANALISIS
a. Analisis Percobaan

Percobaan menentukan kelarutan bitumen dalam karbon tetra klorida


(CCl4) yaitu benda uji berupa bitumen ditimbang sebanyak 2 gram. Kemudian
timbang gelas ukur pada neraca analitik dan diberi notasi A. Bitumen yang telah
ditimbang, dimasukkan kedalam gelas ukur dan diberi notasi B. Setelah itu kertas
saring yang akan digunakan ditimbang dan diberi notasi C. Cairan karbon tetra
klorida yang akan digunakan dimasukkan kedalam gelas ukur yang telah berisi
bitumen, diaduk perlahan sampai semua bitumen larut dalam CCl4. Setelah
bitumen larut, selanjutnya cairan tersebut disaring dengan menuangkannya
kedalam labu erlenmeyer yang dibantu dengan corong yang terdapat kertas saring
diatasnya. Setelah selesai, kertas saring tersebut dikeringkan, dan ditimbang lagi
dengan diberi notasi D. Hal ini dilakukan untuk menentukan nilai berat kertas
setelah melarutkan bitumen.

b. Analisis Hasil
Untuk menentukan bitumen dalam CCl4 digunakan persamaan sebagai
berikut:
( 𝐵−𝐴 )−(𝐷−𝐶)
Kadar kelarutan = 𝑥 100%
(𝐵−𝐴)

Dimana: A = Berat tabung erlenmeyer


B = Berat tabung erlenmeyer dengan benda uji
C = Berat kertas saring
D = Berat kertas saring + endapan
Jika ada bahan yang tidak larut > 0,5 % hal ini menunjukkan bahwa :
Aspal telah terkontaminasi dengan bahan lain. Aspal telah mengalami pemanasan
yang berlebihan diantara saat produksi sampai saat penggunaan hal ini dapat
dilihat dari kelarutan bitumen dalam karbon tetraklorida harus ≥ 99,5%. Jika
kelarutan bitumen ≤ 99,5% maka bitumen tersebut telah terkontaminasi oleh
bahan – bahan lain.
Dari percobaan yang dilakukan nilai kadar kelarutan aspal sebesar 88,4%.
Hal ini menunjukkan bahwa 11,6 % aspal yang tidak larut dan telah
terkontaminasi dengan bahan lain serta bitumen tersebut telah mengalami
pemanasan yang berlebih diantara saat produksi sampai saat penggunaan.

c. Analisis Kesalahan
 Kesalahan dalam melakukan pembacaan dalam menimbang bahan.
 Kertas saring yang kurang kering pada saat penimbangan ulang setelah
menyaring asapal dan larutan karbon tetraklorida sehingga sisa – sisa bitumen
masih tersisa.
 Kurang larutnya bitumen yang dapat dilihat dari banyaknya bitumen yang
tersaring dengan kertas saring.

d. Analisis K3
Dalam melakukan praktikum kelarutan bitumen dalam karbon tetraklorida
perlu diperhatikan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Oleh karena itu,
ketika melakukan praktikum praktikan dihimbau untuk menggunakan alat-alat
keselamatan seperti jas laboratorium serta sepatu tertutup. Sepatu tertutup
digunakan untuk mengantisipasi adanya benda atau meterial yang cukup berat
terjatuh dari ketinggian dan menimpa kaki praktikan. Jas laboratorium digunakan
untuk mengantisipasi adanya material yang mengenai kulit praktikan dan
menyebabkan luka atau iritasi. Pada praktikum kelarutan bitumen dalam karbon
tetraklorida ini, kecelakaan yang mungkin terjadi adalah jatuhnya labu
erlenmeyer yang berisi sampel sehingga menimpa praktikan yang dapat
menyebabkan kecelakaan saat praktikum dan juga mempengaruhi hasil dari
praktikum yang praktikan inginkan. Lalu, sebaiknya praktikan dihimbau untuk
menggunakan sarung tangan yang terbuat dari plastik, hal ini untuk menghindari
jatuhnya labu erlenmeyer saat melakukan penyaringan.

8. APLIKASI
 Digunakan dalam pencampuran Marshall Test
 Hasil pengujian dapat digunakan dalam mengendalikan mutu bahan aspal
yang digunakan pada perkerasan jalan.
9. KESIMPULAN
 Kadar kelarutan sebesar 88,4 %. Dengan demikian bitumen memerlukan
waktu yang lama dan hampir keseluruhan bitumen larut dengan zat kimia
yaitu karbon tetraklorida.

10. REFERENSI
 Laboratorium Struktur dan Material. Pedoman Praktikum Pemeriksaan Bahan
Perkerasan Jalan. 2009. Depok : Departemen Teknik Sipil FTUI

11. LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai