Disusun Oleh:
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan atas rahmat Allah SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Pengembangan Dan
Penulisan Butir Soal Non Tes” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penulisan makalah bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah assesment of education . Makalah ini disusun
berdasarkan dari berbagai referensi buku pegangan perkuliahan yang berhubungan
dengan mata kuliah evalusi pendidikan. Kemudian dari referensi-referensi tersebut
disusun secara sistematik oleh penulis agar pembaca mampu lebih mudah dalam
memahami isi dari makalah ini.
Melalui makalah ini penulis menjelaskan tentang instrumen penilaian dan
pengembangannya. Selain itu penulis juga memberikan gambaran tentang
instrumen yang telah dibuat dan dapat diedarkan di sekolah.
Penulis berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah assesment of
education yaitu Prof. Baso Intang Sapaile yang telah memberikan arahan tentang
pembuatan atau penyusunan instrumen. Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasi
kepada teman-teman yang telah membantu dalampenyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para
pembaca. Tak lupa pula kritik dan saran diharapkan penulis dari para pembaca bila
terdapat kekeliruan dan kekurangan dalam makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 1
C. Tujuan ................................................................................................. 2
Bab 2 Pembahasan
Bab 3 Penutup
A. Kesimpulan ......................................................................................... 90
B. Saran .................................................................................................... 91
A. Latar Belakang.
Penilaian dan pengukuran tidak dapat dilepaskan dari dunia kependidikan.
Penilaian dan pengukuran ini dibutuhkan untuk mendapatkan gambaran tentang
situasi sekolah. Penilaian dan pengukuran ini dapat dilakukan oleh guru, kepala
sekolah, pengawas sekolah dan sebagainya.
Untuk pembelajaran di kelas, evaluasi peserta didik sangat dibutuhkan untuk
memberikan gambaran tentang kondisi peserta didik. Gambaran yang diperoleh
oleh pendidik kemudian akan dipelajari oleh guru. Gambaran peserta didik yang
diperoleh guru harus memiliki tingkat keakuratan yang tinggi. Artinya data yang
diperoleh guru tentang keadaan peserta didik harus memiliki kesalahan yang kecil.
Untuk memperoleh data tentang peserta didik, diperlukan adanya instrumen
penilaian. Instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes, maupun instrumen non
tes. Instrumen tes dapat berupa tes objektif dan tes non objektif sedangkan
instrumen non tes dapat berupa wawancara, kuesioner, observasi, dan sebagainya.
Penyusunan instrumen sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau kaidah-
kaidah yang berlaku secara umum. Gunanya adalah instrumen yang diberikan
kepada siswa mudah dipahami baik oleh responden maupun pemberi responden
sehingga data yang diperoleh dari responden merupakan data yang akurat. Selain
itu instrumen yang disusun harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
sehingga harusnya sebelum mengedarkan instrumen terlenih dahulu harus ada
tujuan yang ditetapkan oleh guru.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
dari makalah ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan instrumen non tes.
2. Apa bentuk-bentuk instrumen non tes?
3. Bagaimana teknik pengembangan instrumen non tes?
4. Bagaimana kaidah penulisan instrumen non tes?
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan:
1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan instrumen non tes.
2. Menjelaskan bentuk-bentuk instrumen non tes.
3. Menjelaskan teknik pengembangan instrumen non tes.
4. Menjelaskan kaidah penulisan instrumen non tes.
BAB II
PEMBAHASAN
1) Pengetahuan (Knowledge)
Level paling sederhana dalam taksonomi Bloom adalah pengetahuan. Tujuan
pembelajaran pada level pengetahuan ini termasuk mempelajari atau mengingat
fakta-fakta spesifik, istilah, nama, tanggal, dan sebaginya. Kata kerja operasional
yang dapat digunakan pada level membuat daftar, mencocokkan, memberi nama,
membuat garis bawah, mengulangi, memilih, dan menyebutkan. Contoh tujuan
pembelajaran yang temasuk dalan kategori pengetahuan: “Siswa dapat
menyebutkan nama-nama Negara anggota G-20”
2) Pemahaman (Comprehension)
Tujuan pada level ini menguji pemahaman anak, tidak hanya menonjolkan
aspek hafalan semata, kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
di antaranya: jelaskan, ubahlah, pertahankan, bedakan, perluas, generalisasikan,
beri contoh, simpulkan, ramalkan, dan ringkasan. Contoh tujuan pembelajaran pada
level ini: “Siswa mampu menjelaskan pengaruh suku bunga bank terhadap angkah
pengangguran.”
3) Penerapan ( Application)
Tujuan pada level ini meliputi pengunaan aturan-aturan umum, prinsip atau
konsep-konsep abstrak untuk menyelesaikan permasalahan yang belum perna
dijumpai sebelumnya. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
di antaranya: demonstrasikan, ubah, operasikan, siapkan, buatlah, hubungkan,
tunjukkan, pecahkan, dan gunnakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini:
“Siswa mampu mengaplikasikan perkalian dan pembagian bilangan dua angka
dalam konteks permasalahan matematika.”
4) Analisis (Analysis)
Tujuan pada level ini menuntut siswa untuk memecah atau membagi suattu
konsep yang kompleks ke dalam bagian-bagian yang lebih mendasar atau
sederhana. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini diantaranya:
buat diagram, ubah, bedakan, gambarkan, simpulkan, tunjukkan, hunungkan, pilih,
pisahkan, dan bagi lagi. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Diberikan
sebuah naskah teks pidato, siswa mampu menganalisis pernyataan yang didasarkan
pada fakta dan yang didasarkan pada perkiraan.”
5) Sintesis (Synthesis)
Tujuan pada level ini menuntut siswa memadukan konsep atau unsur-unsur
yang ada sedemikian hingga membentuk struktu atau pola baru. Kata erja
operasional yang lazim digunakan pada level ini di antaranya: kategorikan,
gabungan, susun, temukan, rancang, jelaskan, buat, atur, rencanakan, ataur ulang,
buat lagi, revisi, dan ceritakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Siswa
mampu membuat pemetaan potensi beberapa provinsi yang ada di jawa beserta
karakteristik yang dimiliki.”
6) Evaluasi (Evaluation)
Tujuan pada level ini menuntut siswa membuat keputusan evaluative terkait
dengan kualitas ataunilai sesuatu demi suatu tujuan yang telah dinyatakan. Kata
kerja operasional yang lazim digunakan pad alevel ini di antaranya: dibandingkan,
simpulkan, pertentangankan, kritik, jelaskan, bedakan, buktikan, tafsirkan, dan beri
dukungan. Contoh tujuan pembelajaran pad level ini: “Siswa mampu mengevaluasi
manfaat peta sehingga memudahkan melakukan bepergian dari satu tempat ke
tempat lain.”
Walaupun pengklasifikasian dai atas mungkin diaggap ketinggalan zaman,
penulis setuju dengan pendapat yang disampaikan Hopkins (1998) bahwa
taksonomi Bloom hingga kini masih sangat relevan. Alasannya, taksonomi Bloom
menyajikan suatu kerangka yang membantu mengingatkan guru agar memasukkan
butir yang mencerminkan tujuan pembelajaran yang lebih kompleks dalam tesnya.
Popham (1999) menyatakan bahwa guru cenderung hanya fokus pada tujuan
pembelajaran, pada umumnya taksonomi di atas sering disederhanakan ke dalam
dua level: pengetahuan dan sesuatu lain yang lebih tinggi dari pengetahuan. Oleh
karena itu, pembelajaran dan penilaian sering terbatas pada asoek hafalan semata.
Hal ini bukan berarti tujuan pembelajaran untuk level yang lebih rendah
dianggap sepele dan harus ditinggalkan. Masing-masing tujuan harus menetapkan
pada level mana para siswa diharapkan untuk melakukannya. Pada materi awal,
mungkin cakup hanya melibatkan penguasaan level yang kompleks tentu sangat
diperlukan. Hanya saja, sangat tidakmungkin menguasai tujuan pembelajaran yang
lebih tinggi tanpa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih rendah.
b) Domain Afektif
Dominan efektif memiliki cakupan karakteristik, seperti nilai, sikap, minat
dan perilaku. Sebagi akibatnya, tujuan afektif mencakup sikap dan perlaku siswa
dalam kaitannya dengan pelajaran. Taksonomi tujuan pembelajaran pembelajaran
afektif dikembangkan oleh Krathwohl, Bloom, dan Masia (1964). Taksonomi ini
memiliki level penerimaan (receiving/attending), merespons (responding),
menghargai (valueing), dan mengatur (organization) seperti disajikan pada Tabel 2
Tabel 2.Taksonomi Krathwohl Berkaitan dengan Tujuan Afektif
Level Deskripsi Sublevel
Penerimaan Kesadaran siswa untuk Kesadaran, kemauan
(Receiving/attending) memerhatikan gejala untuk hadir, dan
atau stimulus tertentu perhatiannya yang
bersifat selektif.
Merespons (Responding) Secara aktif Kesediaan merespons,
berpartisipasi dalam kemauan merespon,
suatu akativitas atau dan kepuasan dalam
proses merespons
Menghargai (Valueing) Menghargai ide atau Menerimna, memilih,
aktivitas yang dilakukan dan komitmen
orang lain
Mengatur (Organization) Ide dan nilai-nilai Konseptual dan
terinternalisasi ka dalam hierarki
diri seseorang
Sumber:Krathwohl et al. (1964)
c) Dominan Psikomotorik.
Dominan ini berkaitan dengan aktivitas fisik dan dikenal sebagi tujuan
psikomotor. Tujuan ini biasanya terdapat pada mata pelajaran olah raga, menari,
berbicara, teater dan teknik, dan pelajaran agama. Sebagai contoj dalam pelajaran
olah raga, tak terhitung aktivitas-aktivitas psikomotor, seperti memukul bola tenis
dengan berbagai gerakan. Pada kelas biologi juga banyak aktivitas psikomotor,
seperti memfokuskan mokroskopatau paktik pembedahan katak dan sebaginya.
Pada pelajaran agama islam, juga banyak aktivitas-aktivitas psikomotor, seperti
salat, wudu, dan sebagainya. Taksonomi tujuan psikomotorik ini dikembangkan
oleh Harrow(1972) seperti disajikan pada Tabel 4.3.
Tujuan psikomotorik bisanya melekat pada tujuan kognitif karena hampir
setiap fisik melibatkan proses kognitif. Akibatnya, tujuan pisikomotorik biasanya
bersifat penunjang tujuan kognitif, seperti halnya dengan tujuan afektif. Namun
demikian, tujuan ini juga muncul dalam kulikurum sekolah dan diharapkan
menunjang pembelajaran dan penilaian.
Tabel 3. Taksonomi Harrow Berkaitan dengan Tujuan Psikomotorik
Level Deskripsi Sublevel
Garakan reflex (Reflex Gerakan diluar kemauan Refleks segmental,
Movement) intersegmental dan
supersegmental.
Gerakan dasar (Basic Gerakan ini muncul tanpa Gerakan berpindah,
fundamental movement) latihan. Gerakan terpola dan gerakan tak
dapat ditebak. berpindah, dan
gerakan manipulatif.
Gerakan persepsi Gerakan dapat lebih Kinestetik, visual,
(Perceptual abilities) menngkat karena adanya auditorial, dan
persepsi, seperti menangkap kemampuan
bola. koordinatif.
Gerakan fisik (Physical Gerakan lebih efisien, Ketahanan, kekuatan,
abilities) berkembang melalui latihan pleksibilitas, dan
dan belajar. kelincahan
Gerakan terampil Terampil, tangkas, dan Ketangkasan
(Skilled movement) cekatan melakukan gerakan sederhana,
yang sulit dan rumit ketangkasan
(kompleks), seperti menari campuran, dan
dan berdansa. ketangkasan
kompleks
Sumber: Harrow (1972)
Kelas : ..............................................................................................
6) Memperbaiki tes
Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah berikutnya
adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal yang masih belum
sesuai dengan yang diharakan. Langkah ini biasanya dilakukan atas butir soal, yaitu
memperbaiki masing-masing butir soal yang ternyata masih belum baik. Ada
kemungkinan beberapa soal sudah baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir
soal mungkin perlu direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena
tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.
7) Merakit tes
Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah berikutnya adalah
merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan tes. Keseluruh butir soal
tersebut disusun seca berhati-hati menjadi kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam
merakit tes, hal-hal yang dapat mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut
soal, pengelompokan bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan. Hal
ini sangat penting karena walaupun butir-butir yang disusun telah baik tetapi jika
penyusunannya sembarang dapat menyebabkan soal yang dibuat tersebut menjadi
tidak baik.
8) Melaksanakan tes
Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi pasca uji coba,
langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah disusun diberikan
kepada testee untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes dilakukan sesuai dengan waktu
yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan tes ini memerlukan pemantauan atau
pengawasan agar tes tersebut benar-benar dikerjakan oleh testee dengan jujur dan
sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan.namun begitu, pemamntauan dan
pengawasan yang dilakukan harus tidak mengganggu pelaksanaan tes itu sendiri.
Peserta didik yang sedang mengerjakan tes tidak boleh sampai terganggu oleh
kehadiran pengawas atau pemantau. Hal ini akan berakibat tidak akurat hasil tes
yang diperoleh. Oleh karena itu, pelaksanaan tes perlu dilakukan secara hati-hati
agar tujuan tes tersebut benar-benar dapat tercapai.
9) Menafsirkan hasil tes
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini kemudian
ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau tinggi. Tinggi
rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian. Ada dua acuan
penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi dan pendidikan, yaitu
acuan norma dan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya suatu nilai dibandingkan
dengan kelompoknya atau dengan kriteria yang harus dicapai.
Nilai merupakan alat yang berguna untukmemotivasi peserta didik belajar
dan dosen mengajar lebih baik. Dengan mengetahui nilai pencapaian belajar suatu
mata pelajaran tertentu, peserta didik akan dapat menyusun rencana untuk
perbaikan. Nilai juga bisa berupa imbalan (reward) terhadapa jerih payah atau
usaha yang telah dilakukan peserta didik. Imbalan inilah yang akan menjadi
pemotivasi atau pendorong peserta didik untuk belajar lebih baik.
Nilai juga merupakan informasi mengenai keberhasilan dosen dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Tingkat keberhasilan pendidik dalam
mengelola proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor namun yang utama
adalah penguasaan bahan ajar, keterampilan memilih dan menggunakan metode
mengajar, keteranpilan memmilih dan menggunakan media belajar, cara melakukan
penilaian termasuk tes yang digunakan. Oleh karena itu, pencapaian belajar atau
perstasi belajar peserta didik merupakan fungsi dari peserta didik dan pendidik,
yaitu keberhasilan peserta didik belajar dan keberhasilan pendidik melaksanakan
pembelajaran peserta asesmen unjuk kerja.
Salah satu cara asesmen yang banyak digunakan dalam menentukan
kemampuan seseorang adalah asesmen unjuk kerja. Menurut Berk (1986), asesmen
unjuk kerja adalah proses pengumpulan data dengan cara pengamatan sistematik
untuk membuat keputusan tentang individu. Ada lima elemen utama yang tersirat
dan tersurat pada defenisi tersebut, yaitu proses, pengumpulan data, pengamatan
sistematik, integrasi data, dan keputusan individu.
Cronbach (1984) menjelaskan bahwa semua tes pada dasarnya adalah untuk
mengukur unjukkerja dalam satu segi. Namun tes ujuk kerja biasanya digunakan
terhadap suatu tugas yang membutuhkan respon nonverbal. Misalnya tes praktek
untuk instalasi atau perbaikan, melukis, menyanyi, melawak dan sebagainya. Tes
unjuk kerja mengacu pada suatu standar yang ingin dicapai atau yang ditetapkan
sebagai batas minimum yang harus dilakukan siswa, misalnya operasi hitung,
melakukan komunikasi, membaca, menyimak, dan sebagainya. Oleh karena itu,
standar yang ingin dicapai harus ditetapkan terlebih dahulu.
Penilaian unjuk kerja secara kualitatif berbeda dengan tes pilihan ganda.
Salah satu perbedaannya adalah prinsip kebergantungan butir secara lokal. Pada tes
tradisional, butir satu dan yang lainnya adalah independen, dalam pengertian
besarnya peluang menjawab benar butir satu dengan yang lain adalah independen.
Tidak demikian halnya dengan penilaian unjuk kerja, butir satu dngan lainnya
saling bergantung. Selain itu pada penilaian unjuk kerja, seseorang dapat disuruh
untuk melakukan respon ganda terhadap suatu pertanyaan sesuai dengan suatu
ketetapan tertenyu (Yen, 1993). Respon ganda ini merupakan informasi
yangdibutuhkan untuk menentukan unjuk kerja seseorang dalam bidang tertentu.
Oleh karena itu pada penilaian unjuk kerja, dimensi yang diukur adalah ganda, tidak
satu dimensi seperti pada tes tradisional.
Asesmen unjuk kerja banyak digunakan padadunia usaha dan dunia industri
untuk menentukan kecakapan atau keterampilan seseorang. Asesmen ini digunakan
untuk seleksi tenaga kerja, penempatan tenaga kerja, sertifikasi, promosi, dan
sebagainya. Padabidang pendidikan, penilaian unjuk kerja sudah banyak digunakan
terutama untuk bidang studi teknologi, ilmu alam, matematika, ekonomi dan
bahasa. Melalui tes ini akan diperoleh informasi tentang apa yag sudah dicapai dan
belum dicapai. Informasi ini merupakan umpan balik untuk perbaikan strategi
pembelajaran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melakukan
pengukuran. Hasil belajar yang dinilai dengan menggunakan tes, biasanya dengan
menggunakan tes objektif san tes non objektif. Bentuk tes yang digunakan di satuan
pendidikan dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif.
Bentuk tes objekif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah,
menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian dapat dibedakan uraian objektif dan
uraian nonobjekif. Tes uraian yang objektif sering digunakan pada bidang sains dan
teknologi atau bidang sosial yang jawabannya sudah pasti, dan hanya satu jawaban
yang benar. Tes uraian nonobjektif sering digunakan pada ilmu-ilmu sosial, yaitu
yang jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung
argumentasi peserta tes.
Ada delapan langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil ata
prestasi belajar yang baku seperti berikut ini.
1) Menyusun spesifikasi tes
2) Menulis tes
3) Metelaah tes
4) Melakukan uji coba tes
5) Menganalisis butir tes.
6) Memperbaiki tes.
7) Merakit tes.
8) Melaksanakan te.
9) Menafsirkan hasil tes.
B. Saran
Saran penulis untuk pembaca adalah:
1. Pembaca diharapkan membaca banyak buku atau sumber-sumber lain yang
dapat memberi informasi yang kurang dalam makalah ini.
2. Diharapkan saran dan kritik ke arah positif terhadap kekurangan atau kesalahan
yang terdapat dalam makalah ini demi perbaikan ke depannya.
3. Setelah membaca makalah ini, pembaca sebaiknya menanyakan hal-hal yang
belum dipahami kepada penulis atau dosen pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA
Mardapi, Djemari. 2012.Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan.
Yogyakarta. Nuha Litera.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Yogyakarta. Graha Ilmu.
Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta. Pustaka Pelajar.
Sukardi. 2014. Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Yogyakarta. Bumi
Aksara
Hamzah, Ali. 2013. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta. Rajawali Pers.