I. IDENTITAS
Nama : Ny. C
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 27 tahun
Alamat : Gebang, Kabupaten Cirebon
Agama : Islam
Status Marital : Belum Menikah
Suku : Sunda
Pekerajaan : Pekerja Swasta
Pendidikan : SD
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis dan pemeriksaan fisik pada tanggal 21
Maret 2016 di Poliklinik bagian mata RSUD Waled.
1. Keluhan Utama
Pandangan buram saat melihat jauh
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled dengan keluhan
penglihatan buram pada kedua mata saat melihat jauh yang dirasakan
memberar sejak seminggu yang lalu. Keluhan dirasakan memberat dan
sehingga mengganggu aktifitas pasien ketika bekerja Keluhan pasien
dirasakan sejak umur 11 tahun, pasien mengatakan tidak bisa menggambarkan
garis lurus. Pasien mengeluhan satu tahun terakhir ini, pasien sering pusing,
dan sering memicingkan mata saat membaca.. Mata merah disangkal, gatal (-),
perih (-), terasa silau saat melihat cahaya (-), melihat pelangi disekitar
lampu/sumber cahaya (-), gambaran berkabut seperti awan (-). Trauma
langsung pada mata pasien (-). Pasien sudah pernah berobat satu kali satu
tahun yang lalu di poli mata dan diberikan koreksi dengan kacamata, namun,
keluhan sekarang terasa memberat yang menyebabkan pasien kemudian
berobat ke poli mata RSUD Waled.
3. Riwayat Penyakit dahulu
Riwayat pemakaian kacamata (+), saat pertama kali melakukan pengobatan
di poli mata RSUD waled tanggal 29 September 2015
Riwayat trauma pada daerah mata disangkal
Riwayat penggunaan lensa kontak disangkal
Riwayat penyakit mata lainnya disangkal
Riwayat mata merah disangkal
OD Pemeriksaan OS
O,25 PH (0.4) Visus 0,4 PH (0.6)
Hiperemi (-), edema (-), Palpebra Hiperemi (-), edema (-),
nyeri tekan (-), nyeri tekan (-),
blefarospasme (-), ektropion blefarospasme (-), ektropion
(-), entropion (-), lagoftalmos (-), entropion (-),
(-), ptosis (-) lagoftalmos (-), ptosis (-)
Nistagmus (-) Gerak bola mata Nistagmus (-)
0 0 0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
DBN
DBN
Simetris mata kanan dan kiri Supersilia Simetris mata kanan dan kiri
Trikiasis (-), distrikiasis (-) Silia Trikiasis (-), distrikiasis (-)
Endoftalmus (-), eksoftalmus Bulbus oculi Endoftalmus (-),
(-), strabismus (-), orthopia eksoftalmus (-), strabismus
(+) (-), orthopia (+)
Injeksi konjungtiva (-), konjungtiva Injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-), injeksi injeksi siliar (-), injeksi
episklera (-), edema (-) episklera (-), edema (-)
Ikterik (-), warna putih (+) Sclera Ikterik (-), warna putih (+)
Jernih, arcus senilis (-), Kornea Jernih, arcus senilis (-),
sikatrik (-) sikatrik (-)
Sedang, hifema (-), hipopion COA Sedang, hifema (-), hipopion
(-) (-)
Regular, warna cokelat Iris Regular, warna cokelat
Bulat, letak di tengah, ө3 Pupil Bulat, letak di tengah, ө3
mm, RCL +/+ mm, RCL +/+
Jernih Lensa Jernih
Reflex fundus (+), papil Funduskopi Reflex fundus (+), papil
bulat, batas tegas bulat, batas tegas
Positif Reflex fundus Positif
Tak dilakukan Sistem lakrimalis Tak dilakukan
Sesuai dengan pemeriksa Lapang Sesuai dengan pemeriksa
pandanng
Normal Palpasi TIO Normal
S-10.75 C-2.50 X166 refraktometer S-5.25 C-!.50 X14
S-10.00 C-2.25 X170=0.8 Koreksi S-4.50 C-1.00 X10=0.8
IV. Resume
Pasien perempuan, usia 27 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled
dengan keluhan pandangan buram pada kedua mata, terutama jika melihat
jarak jauh. Keluhan dirasakan memberat dan sehingga mengganggu aktifitas
pasien ketika bekerja Keluhan dialami sejak usia 11 tahun, pasien
mengatakan tidak bisa menggambarkan garis lurus. Pasien mengeluh sering
pusing dan sering memicingkan mata saat membaca. Terdapat riwayat
mennggunakan kacamata sebelumnya. Pasien pernah melakukan pengobatan 1
tahun yang lalu, dan mendapatkan koreksi dengan kacamata.
Pada pemerikssan didapatkan visus OD 0,25 PH (+) 0,5 dan visus OS 0,4
PH (+) 0,6 , hasil koreksi OD S -10.00 C -2.25 X 170=0.8 dan OS S -4,50 C -
1.00 X 10=0.8
V. Diagnosis Banding
AMC ODS+ myopia gravior OD
AMS ODS +myopia gravior OD
VI. Diagnosis Kerja
AMC OD + myopia gravior OD
IX. Edukasi
Periksa setiap 6 bulan
Rutin menggunakan kacamata
Penerangan yang baik dan cukup saat membaca.
Atur jarak baca minimal + 30 cm.
Hindari membaca sambil tidur berbaring.
Aktifitas pemakaian mata jarak dekat dan jauh bergantian. Misalnya
setelah membaca, melihat gambar atau menggunakan komputer lama,
berhenti dahulu 15 – 20 menit, beristirahat sambil melakukan aktifitas
lain.
PEMBAHASAN TEORI
I. MIOPIA
1. Definisi
Miopia adalah kelainan refraksi dimana berkas sinar yang datang
sejajar dengan sumbu pengelihatan masuk ke dalam mata dalam keadaan
tanpa akomodasi akan dibiaskan di depan mata.
Prevalensi penderita miopia pada beberapa kelompok etnis sangat
bervariasi. Pada umunya prevalensi berkisar 5% sampai 18% dari seluruh
populasi.
2. Klasifikasi Miopia
Berdasarkan tinggi dioptrinya myopia dapat dibasgi menjadi 3
bagian:
a. Myopia ringan : < -3D
b. Myopia sedang : -3D sampai -6D
c. Niopia tinggi : > -6D
Menurut klasifikasi lainnya:
a. Axial miopi:
Terjadi karena pertambahan panjang diameter antero-posterior bola mata,
ini penyebab yang paling banyak.
b. Kurvatural miopi
Karena peningkatan kelengkungan kornea dan atau lensa.
c. Positional miopi
Terjadi karena pergeseran lensa ke bagian anterior.
d. Index myopia
Tipe ini terjadi karena peningkatan index refraksi lensa, missal pada
nuclear sclerosis.
e. Miopi yang berhubungan dengan akomodasi yang berlebihan.
Variasi Klinis miopi:
a. Miopia Kongenital
Miopi yang sudah terjadi sejak lahir,namun biasanya didiagnosa saat usia
2-3 tahun, kebanyakan unilateral dan bermanifestasi anisometropia. Jarang
terjadi bilateral.
Miopi kongenital sering berhubungan dengan kelainan congenital lain
seperti katarak congenital, mikrophtalmus, aniridia, megalokornea. Miopi
congenital sangat perlu dikoreksi lebih awal.
b. Miopi simplek
Jenis miopi ini paling banyak terjadi, jenis ini berkaiatan dengan gangguan
fisiologi, tidak berhubungan dengan penyakit mata lainnya. Miopi ini
meningkat 2 % pada usia 5 tahun sampai 14 % pada usia 15 tahun. Kerena
banyak ditemukan pada anak usia sekolah maka disebut juga dengan
”school Myopia”.
c. Miopi patologis/ degeneratif
Merupakan salah satu jenis myopia yang ditandai adanya kelainan
degenerative pada segemn belakang bolam mata.
Miopi yang ter jadi karena kelainan pada bagian mata lain seperti, adanya
pendarahan pada badan kaca, pigmentasi pada retina dan peripapil. Miopi
patologi sudah terjadi saat usia 5 – 10 tahun, yang berefek saat usia
dewasa muda yang mana hal ini berhubungan dengan perubahan
degenerasi pada mata.
Miopi patologis suatu hasil dari pertumbuhan yang cepat dari panjang
axial bola mata. Untuk menerangkan terjadinya kelainan aksial bola mata
banyak teori yang dikemukakan, namun belum ada hipotesis memuaskan
yang bisa menerangkan terjadinya patologi itu. Namun demikian patologi
ini berhubungan dengan herediter dan pertumbuhan bola mata.3
3. Gangguan Fungsi Penglihatan yang Terjadi pada Miopia
- Bayangan yang terlihat lebih kecil
- Berkurangnya kemampuan penglihatan binokuler
- Gangguan adaptasi gelap
- Perubahan defek bintik buta dan defek lapang pandang
- Gangguan membedakan warna
4. Pemeriksaan
Pemeriksaam mata secara umum atau standar pemeriksaan mata terdiri dari:4
a. Ketajaman penglihatan yang keduanya dari jarak jauh (Snellen) dan jarak
dekat (Jaeger)
b. Uji pembiasan, untuk menentukan benarnya resep dokter dalam
pemakaian kacamata
c. Uji penglihatan terhadap warna, uji ini untuk membuktikan kemungkinan
ada atau tidaknya kebutaan
d. Uji gerakan otot-otot mata
e. Pemeriksaan celah dan bentuk tepat di depan mata
f. Mengukur tekanan cairan di dalam mata
g. Pemeriksaan retina
5. Penatalaksanaan
a. Nonfarmakologi
a. Kaca Mata
b. Lensa kontak
Lensa kontak mengurangi masalah kosmetik yang muncul pada
penggunaan kacamata akan tetapi memerlukan perawatan lensa yang benar
dan bersih.
Keuntungan LASIK
- Minimimal atau tidak ada rasa nyeri post operatif
- Kembalinya penglihatan lebih cepat dibanding PRK.
- Tidak ada resiko perforasi saat operassi dan ruptur bola mata karena
trauma setelah operasi,
- Tidak ada gejala sisa kabur karena penyembuhan epitel.
- Baik untuk koreksi miopi yang lebih dari -12 dioptri.
Kekurangan LASIK
- LASIK jauh lebih mahal
- Membutuhkan skill operasi para ahli mata.
- Dapat terjadi komplikasi yang berhubungan dengan flap, seperti flap putus
saat operasi, dislokasi flap postoperatif, astigmat irreguler.
5. Komplikasi :
Penyulit :1
1) Strabismus, akibat konvergensi yang terus-menerus
2) Pendarahan badan kaca
3) Ablasi retina.
Miopia mungkin dapat diatasi dengan menggunakan kontak lensa tetapi
penggunaan kontak lensa tersebut bisa menyebabkan borok pada kornea dan
infeksi. Selain kontak lensa, laser juga digunakan untuk pembentukan/ koreksi
penglihatan yang akhir-akhir ini banyak digunakan. Tetepi penggunaan laser
ini juga bisa menyebabkan kerusakan serius pada mata. Walaupun jarang,
orang-orang penderita myopia ini sering mengalami degenerasi ( proses
kemunduran ) retina.5
6. Pencegahan
Pencegahan miopia salah satunya dengan cara tidak membaca dalam keadaan
gelap dan menonton tv dengan jarak yang dekat. Pada beberapa tahun lalu,
penurunan pelebaran mata dimaksudkan untuk salah satu pengobatan yang
telah dikembangkan untuk anak-anak, tetapi ternyata terapi tersebut tidak
efektif.7
Penggunaan kacamata dan kontak lensa mempengaruhi perkembangan myopia
dalam akhir tahun ini. Beberapa dokter yang menggunakan pengobatan klinik
dan para peneliti merekomendasikan kekuatan lebih ( konvex ) pada lensa
kacamata yang dapat dipakai untuk melihat jauh dan dekat. Para pelajar
Malaysia juga baru-baru ini melaporkan bahwa ahli ilmu pengetahuan yang
baru menyatakan bahwa pembentukan atau perbaikan pada penderita myopia
disebabkan karena melajunya pertumbuhan myopia, ini juga terdapat dalam
pertanyaan-pertanyaan klinis. Banyak pengobatan myopia mengalami kesulitan
dan juga terdapat banyak kekurangan di dalamnya. Oleh karena itu, beberapa
grup kontrol cukup menutupi kekurangan tersebut.7
II. ASTIGMATISME
1. Definisi
Astigmatisme adalah suatu kelainan refraksi dimana sinar sejajar
dengan garis pandang oleh mata tanpa akomodasi dibiaskan tidak pada
satu titik tetapi lebih dari satu titik.3
Prevalensi global kelainan refraksi diperkirakan sekitar 800
jutasampai 2,3 milyar. Di Indonesia prevalensi kelainan refraksi
menempatiurutan pertama pada penyakit mata.Kasus kelainan refraksi dari
tahun ketahun terus mengalami peningkatan. Ditemukan jumlah penderita
kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar
55 juta jiwa.3,4
2. Etiologi
Etiologi kelainan astigmatisma adalah sebagai berikut:4
Adanya kelainan kornea dimana permukaan luar kornea tidak
teratur. Media refrakta yang memiliki kesalahan pembiasan yang
paling besar adalah kornea, yaitu mencapai 80% s/d 90% dari
astigmatismus.
Adanya kelainan pada lensa dimana terjadi kekeruhan pada lensa.
Intoleransi lensa atau lensa kontak pada postkeratoplasty
Trauma pada kornea
Tumor
4. Klasifikasi
Berdasarkan posisi garis fokus dalam retina Astigmatisme dibagi sebagai
berikut:
1) Astigmatisme Reguler
Dimana didapatkan dua titik bias pada sumbu mata karena adanya dua bidang
yang saling tegak lurus pada bidang yang lain sehingga pada salah satu
bidang memiliki daya bias yang lebih kuat dari pada bidang yang lain.
Astigmatisme jenis ini, jika mendapat koreksi lensacylindris yang tepat, akan
bisa menghasilkan tajam penglihatannormal. Tentunya jika tidak disertai
dengan adanya kelainan
penglihatan yang lain.
Bila ditinjau dari letak daya bias terkuatnya, bentukastigmatisme regular ini
dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
i. Astigmatisme With the Rule
Bila pada bidang vertical mempunyai daya bias yang lebih kuat dari pada
bidang horizontal.
ii. Astigmatisme Against the Rule
Bila pada bidang horizontal mempunyai daya bias yang lebih kuat dari
pada bidang vertikal.
2) Astigmatisme Irreguler
Dimana titik bias didapatkan tidak teratur.
Berdasarkan letak titik vertical dan horizontal pada retina, astigmatisme
dibagi sebagai berikut:
1. Astigmatisme Miopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada di depan retina, sedangkan titik B
berada tepat pada retina (dimana titik A adalah titik fokus dari daya bias
terkuat sedangkan titik B adalah titik fokus dari daya bias terlemah).
Gambar 3. Astigmatisme Miopia Simpleks
2. Astigmatisme Hiperopia Simpleks
Astigmatisme jenis ini, titik A berada tepat pada retina, sedangkan titik B
berada di belakang retina.
I. Anamnesis
1. Penglihatan pasien yang buram saat membaca dikarenakan berkas sinar
yang datang jatuh pada dua titik fokus yang berlainan, menjadikan
bayangan yang muncul menjadi kabur (astigmatisma), untuk
mengkompensasinya pasien menjadi lebih suka melihat dalam keadaan
terang benderang.
2. Tulisan yang terbaca menjadi menyambung dan dobel dikarenakan bola
mata yang berbentuk elips atau lonjong, sehingga berkas sinar yang masuk
kedalam mata tidak akan bertemu di satu titik retina, sinar akan dibiaskan
tersebar di retina dan menyebabkan pandanganan menjadi berbayang
(dobel) dan menyambung (astigmatisma)
3. Menyipitkan mata seperti halnya penderita myopia, hal ini dilakukan
untuk mendapatkan efek pinhole atau stenopaic slite. Penderita
astigmatismus juga menyipitkan mata pada saat bekerja dekat seperti
membaca
4. Pasien dengan myopia akan menyatakan melihat lebih jelas bila dekat
sedangkan melihat jauh buram, hal ini sama seperti yang dikeluhkan
pasien dimana pasien mengalami gangguan ketika melihat jauh (miopia).
5. Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa miopia merupakan suatu
keadaan refraksi mata dimana sinar sejajar yang datang dari jarak tak
terhingga dalam keadaan mata istirahat, dibiaskan di depan retina sehingga
pada retina didapatkan lingkaran difus dan bayangan kabur. Cahaya yang
datang dari jarak yang lebih dekat mungkin dibiaskan tepat di retina tanpa
akomodasi.
II. Pemeriksaan Tajam Penglihatan dan Koreksi Kelainan Refraksi
1. Olver J and Cassidy L, Basic Optics and Refraction. In Olver J and Cassidy L,
Ophtalmology at a Glance. New York: Blackwell Science, 2005; 22-23.
2. James B, Chew C and Bron A. 2003. Lecture Notes Ophtalmology Edisi
Kesembilan. Jakarta..
3. Whitcher J P and Eva P R, Low Vision. In Whitcher J P and Eva P R,
Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology. New York: Mc Graw Hill,
2007.
4. Ilyas S, Mailangkay H, Taim H, Saman R dan Simarmata M, 2003. Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan mahasiswa Kedokteran Edisi Ke-2.
Jakarta.
5. A. K. Khurana, Comprehensive Ophtalmology Fourth Edition: Optics and
Refraction, New Age International (P) limited Publishers, 12: 36-38, 2007.
6. Gerhard K. Lang, Ophthalmology A Short Textbook :Optics and Refractive
Errors, Thieme, p. 127-136, 2000.
7. Deborah, Pavan-Langston,Manual of Ocular Diagnosis and Therapy, 6th
Edition:Refractive Surgery, Lippincott Williams and Wilkins, 5:73-100,2008.
8. Roque M., 2014. Astigmatism, PRK. (diakses pada 14Januari 2016)
http://emedicine.medscape.com/article/1220845-overview#a0101
[Diakses tanggal 20 Maret 2016]
9. Harvey M. E., 2009. Development and Treatment of Astigmatism-Related
Amblyopia. Optom Vis Sci 86(6): 634-639. Diunduh dari:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2706277/pdf/nihms114434.pd
f??tool=pmcentrez
[Diakses tanggal 20 Maret 2016]
10. Mansjoer, Arif M. 2001. Kapita Selekta edisi-3 jilid-1. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.