Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada
titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai
reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi
dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari
oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Bebrapa contoh dari titrasi
redoks antara lain adalah titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri. Titrasi
iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu oksidator sebagai larutan
standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan jumlah berlebih ditambahkan ke
dalam sampel, sehingga terjadi reaksi antara sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium
yang berlebih dihiung dengan cara mentitrasinya dengan larutan standar yang berfungsi
sebagai reduktor (Sinaga, 2011).

Sistem redoks iodin : I3- + 2e 3I

Iodin mempunyai potensial standar sebesar + 0,54 V. Karena itu iodin adalah sebuah
agen pengoksidasi yang jauh lebih lemah daripada kalium permanganat, senyawa serium (IV)
dan kalium dikromat. Substansi-substansi penting yang cukup kuat sebagai unsur-unsur
reduksi untuk dititrasi langsung dengan iodin yaitu zat-zat dengan potensial reduksi yangjauh
lebih rendah adalah tiosulfat, arsenik (III), antimon (III), sulfida, sulfit, timah(II) dan
ferosianida. Kekuatan reduksi yag dimiliki oleh beberapa dari substansi ini tergantung pada
konsentrasi ion hydrogen , dan reaksi dengan iodin baru dapat dianalisis secara kuantitatif
hanya bila kita melakukan penyesuaian pH (Underwood, 1998: 296). Warna dari sebuah
larutan iodin cukup intens sehingga iodin dapat bertindak sebagai indicator bagi dirinya
sendiri. Iodin juga memberikan warna ungu atau violet yang intens untuk zat-zat pelarut
seperti karbon tetraklorida dan kloroform, dan terkadang kondisi ini dipergunakan dalam
mendeteksi titik akhir dari titrasi (Underwood, 1998:297).

Metode titrasi langsung dinamakan iodimetri mengacu kepada titrasi dengan suatu
larutan iod standar .Sedangkan metode titrasi tak langsung dinamakan iodometri adalah
berkenaan dengan titrasi dari iod yang dibebaskan dalam reaksi kimia. Dalam kebanyakan
titrasi langsung dengan iod ,digunakan suatu larutan iod dalam kalium iodide, dan karena itu
spesi reaktifnya adalah ion triiodida. Zat-zat pereduksi yang kuat ( zat-zat dengan potensial
yang jauh lebih rendah), seperti timah(II)klorida, asam sulfat, hydrogen sulfida, dan natrium
tiosulfat bereaksi lengkap dan cepat dengan iod, bahkan dalam larutan asam. Dengan zat
pereduksi yang agak lemah, misal arsen trivalent, atau stibium trivalent, reaksi yang lengkap
hanya akan terjadi bila larutan dijaga tetap netral atau sangat sedikit suasana asam. Pada
kondisi ini potensial reduksi dari zat pereduksi adalah minimum, atau daya mereduksinya
adalah maksimum (Sinaga, 2011). Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan
metode titrasi yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian
ditetesi dengan larutan yang merupakan kebalikan sifat larutan yang diuji. Pengukuran kadar
Vitamin C dengan reaksi redoks yaitu menggunakan larutan iodin (I2) sebagai titran dan
larutan kanji sebagai indikator. Pada proses titrasi, setelah semua Vitamin C bereaksi dengan
Iodin, maka kelebihan iodin akan dideteksi oleh kanji yang menjadikan larutan berwarna biru
gelap (Pratama, 2011).

Iod dalam jumlah kecil dapat diperoleh dari ganggang laut yang dikeringkan, karena
beberapa tanaman laut dapat meneyerap dan memekatkan I-, secara selektif dari kehadiran
Cl- dan Br-. Dari sumber ini oksidasi I- dengan bermacam pengoksidasi dimungkinkan.dari
segi komersial , iod kurang penting dari brom dan klor sekalipun senyawanya dapat
diterapkan sebagai katalis (petrucci, 1987 : 53).

Petrucci, Ralph H. 1987. KIMIA DASAR. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Sinaga, Ridwan Habibi. Studi Kandungan Vitamin C pada Tumbuhan Kol (Brassica Oleracia L. )
dengan Berbagai Pengolahan. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22943/3/Chapter%20II.pdf.
2011. Diakses pada 11 maret 2018 pukul 20.34 WIB.

Anda mungkin juga menyukai