Anda di halaman 1dari 4

Miftahul Jannah

A31115501

RMK Akuntansi Syariah

MATERI : PEMBIAYAAN SUKUK

PENGERTIAN SUKUK

Sukuk berasal dari bahasa Arab yaitu sak (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki
arti mirip dengan sertifikat atau note. Dalam pemahaman praktisnya, sukuk merupakan bukti
(claim) kepemilikan. Sementara itu, menurut Fatwa Majelis Ulama Indonesia No 32/DSN-
MUI/IX/2002 sukuk adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang dikeluarkan emiten (perusahaan penerbit obligasi) kepada pemegang obligasi syariah.

Pada prinsipnya sukuk mirip seperti obligasi konvensional dengan perbedaan pokok
antara lain berupa penggunaan konsep imbalan dan bagi hasil sebagai pengganti bunga,
adanya suatu transaksi pendukung (underlying transaction) berupa sejumlah tertentu asset
yang menjadi dasar penerbitan sukuk dan adanya akad atau perjanjian antara para pihak yang
disusun berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Selain itu, sukuk juga harus distruktur secara
syariah agara instrument keuangan ini aman dan terbebas dari riba, gharar dan maysir.

Perbandingan antara sukuk dan obligasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.
DASAR HUKUM SUKUK

 Firman Allah SWT dalam surah QS. Al-Ma’idah : 1 dan QS. Al-Isra’ : 34
 Kaidah Fiqh
Terdapat tiga kaidah yang digunakan, yaitu:
1. Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya.
2. Kesulitan dapat menarik kemudahan
3. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang
berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).

KETENTUAN UMUM DAN KHUSUS

Di dalam obligasi syariah terdapat juga beberapa pokok ketentuan sukuk, yakni:

Ketentuan Umum

 Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat utang
dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga .
 Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-
prinsip syariah.

Ketentuan Khusus

 Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah anatara lain:
- Ijarah
- Kafalah
- Mudharabah
- Istishna
- Wakalah
- Musyarakah
 Jenis usaha yang dilakukan emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan dengan
syariah.
 Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan emiten kepada pemegang obigasi syariah
mudharabah (shahibul mal) harus bersih dari unsur non halal.
 Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai akad yang
digunakan.
 Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang digunakan.
JENIS-JENIS SUKUK

Dalam AAOIFI Sharia Standars Nomor 17, pembagian jenis sukuk terdapat pada
angka 3 sedangkan ketentuan penerbitannya diatur pada angka 5. Berdasarkan ketentuan
tersebut, sukuk dapat diklasifikasikan ke dalam 14 (empat belas) jenis sukuk berdasarkan
akad dan underlying asset yang digunakan.Masing-masing jenis sukuk tersebut memiliki
ketentuan syariah tersendiri, baik dalam hal penerbitan maupun perdagangannya di pasar
sekunder.

Dalam praktiknya di industri keuangan syariah keempat belas jenis sukuk tersebut
dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok. Yaitu:

1. Sukuk berbasis akad Ijarah (Ijarah Based Sukuk), yang terdiri dari lima jenis sukuk;
2. Sukuk berbasis akad jual beli (Sale Based Sukuk), yang terdiri dari tiga jenis sukuk;
dan
3. Sukuk berbasis akad kerjasama (Participation Based Sukuk), yang terdiri dari enam
jenis sukuk.

PROSES PENERBITAN SUKUK DAN PIHAK – PIHAK DALAM PENERBITAN


SUKUK

Dalam melakukan penerbitan sukuk ada beberapa tahap-tahap dalam proses


penerbitannya, antara lain:
 Untuk menerbitkan obligasi syariah harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten tidak bertentangan dengan syariah, sesuai
dengan fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001, tentang jenis usaha sesuai syariah.
2. Memiliki fundamental dan citra yang baik.
 Dalam penerbitan obligasi syariah, sebelum ditawarkan kepada investor harus melalui
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Emiten melalui Underwriter menyerahkan proposal penerbitan obligasi syariah
kepada DSN/MUI.
2. Pihak penerbit melakukan presentasi proposal di Badan pelaksana Harian DSN.
3. DSN mengadakan rapat dengan tim ahli DPS, dan hasil rapat menyatakan opini
syarian terkait proposal yang diajukan.
 Setelah disetujui oleh DSN, maka proses penawarannya sebagai berikut :
1. Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi syariah
kepada underwriter (wakil dari emiten).
2. Underwriter melakukan penawaran kepada investor.
3. Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalui
Underwriter.
4. Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok kepada investor.

Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penerbitan sukuk adalah (Depkeu:2010),


yaitu:

1. Obligor, adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai
nominal sukuk sampai dengan sukuk jatuh tempo.
2. Special Purpose Vehicle (SPV), adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk
penerbitan sukuk dengan fungsi:
- sebagai penerbit sukuk
- menjadi counterpart (rekan/teman imbangan) dalam transaksi pengalihan aset
- bertindak sebagai wali amanat (trustee) untuk mewakili kepentingan investor.
3. Investor, adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai
nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.

Sumber:
AAOIFI Sharia Standards Nomor 17
https://realsyariah.wordpress.com/2011/05/15/sukuk-dan-jenis-jenis-sukuk/
https://3kh4.wordpress.com/2008/05/06/obligasi-syariah/

Anda mungkin juga menyukai