Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Cacing A. galli tersebar secara meluas pada Negara-negara di seluruh dunia. Penyebaran
Ascaridiosis dapat terjadi pada keadaan tempertur tropis dan sub-tropis. Ascaridiosis pada ayam
pertama kali dilaporkan terjadi di Jerman, selanjutnya terjadi di Brazil, India, Zanzibar,
Philipina, Belgia, china, Kanada, dan Inggris. Selain pada ayam, A.galli juga ditemukan pada
jenis unggas lainnya seperti angsa, kalkun, dan pada burung liar. (Permin dan Hansen 1998)

Cacing A.galli merupakan cacing terbesar dalam kelas Nematoda pada unggas. Tampilan
cacing dewasa adalah semitransparan, berukuran besar, dan berarna putih kekuning-kuningan
(Soulsby 1982). Cacing gelang (A.galli) merupakan salah satu jenis cacing parasit yang paling
sering ditemukan pada ayam di berbagai belahan dunia (Tiuria, 1991; Gosh dan Singh, 1994;
Magwisha et al., 2002). A.galli dapat menginfeksi ayam dari berbagai tingkat umur. Cacing ini
memiliki kutikula ekstraseluler yang tebal untuk melindungi membrane plasma hypodermal
nematoda cacing dewasa (Bankov dan Barrett 1993). Pada bagian anterior terdapat sebuah mulut
yang diengkapi dengan tiga buah bibir, satu bibir terdapat pada bagian dorsal dan dua lainnya
pada lateroventral. Pada kedua sisi terdapat sayap yang sempit dan membentang sepanjang tubuh
(Calneck 1997). Permin dan Hansen (1998) mengatakan bahwa cacing jantan dewasa berukuran
panjang 51-76 mm dan cacing betina dewasa 72-116 mm. Cacing jantan memiliki preanal sucker
dan dua specula berukuran panjang 1-2,4 mm, sedangkan cacing betina mamiliki vulva
dipertengahan tubuh. Telur A.galli berbentuk ovl, kerabang lembut, tidak bersegmen, dan
berukuran 73-92 × 45-57 ηm.

Levine (1994) menyatakan bahwa siklus hidup cacing Ascaridia galli bersifat langsung.
Telur keluar bersama feces dan berkembang menjadi stadium infeksi (L2) diatas tanah dalam
waktu 8-14 hari tergantung pada temperature serta kelembaban lingkungan. Telur infeksi tertelan
oleh inang definitive melelui makanan yang terkontaminasi . telur mengandung L2 masuk
kedalam duodenum atau jejunum hingga menetas setelah 24 jam pasca ingesti. Larva yang
menetas dari dalam telur ke dalam lumen intestinal untuk menjadi L3 (Levine, 1994). Menurut
Permin dan Hansen (1998) menyatakan bahwa L3 Ascaridia galli melanjutkan fase histotropik
dengan cara menanamkan dirinya kedalam lumen mukosa duodenum (fase jaringan) menjadi L4.
Durasi fase histotropik berlangsung selama 3-54 hari pasca infeksi. Larva empat (L4) menyilih
menjadi L5 (cacing muda) yang akan tumbuh dan menjadi cacing dewasa di dalam lumen
duodenum. Periode prepaten cacing Ascaridia galli berlangsung dalam waktu 5-8 minggu
(Levine,1994).

Infeksi cacing nematoda Ascaridia galli (A.galli) (Schrank, 1788) pada unggas tersebar luas
di seluruh dunia, pada unggas domestikasi maupun unggas liar (Soulsby). Infeksi dan cacing
A.galli sering menyebabkan penurunan tingkat pertumbuhan dan penurunan berat badan (He et
al., 1990). Hal ini kemungkinan dihubungkan dengan kerusakan mukosa intestinum yang
menyebabkan kehilangan darah dan menyebabkan infeksi sekunder (Ackert dan Hernk, 1928).
Berat ringannya kerusakan mukosa intestinum tergantung pada jumlah cacing di dalam
intestinum (Ikema, 1971). Infeksi cacing menyebabkan terjadinya perdarahan kronis karena larva
yang bermigrasi menimbulkan kerusakan gastrointestinal diantaranya gastritis, enteritis, dan
ulcerasi tracktus digestivus yang akhirnya menyebabkan suatu keadaan yang disebut kehilangan
darah kronis (Coles, 1986). Infeksi cacing juga menyebabkan terjadinya pengurasan cairan
makanan dan penyumbatan usus oleh cacing gelang dan cacaing pita serta adanya bungkul-
bungkul pada usus (Tabbu, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Ackert, J.E. and C.A. Herrick. 1928. Effects of the nematode Ascaridia lineata (Scheider) on
growing chickens. J. Parasitol. 15:1-15.

Bankov, I, and Barrett. 1993. Sphingomyelin Synthesis in Ascaridia galli. Int. J. for Parasitol.
23(8):1083-1085.

Calneck, B.W. 1997. Disease of Poultry Tenth Edition. The lowa State University Press. Ames,
lowa, USA.

Coles, E.H. 1986. Veterinary Clinical Pathology. 4th ed. W.B. Saunders Company,
Philadelphia.

GHOSH.J.D. and J. SINGH. 1994. Acute Ascaridiosis in Chikens- A Report. Indian vet. J. 71:
717-719

MAGWISHA, H.B., A.A. KASSUKU, KYVGAARD and A. PERMIN. 2002. A Comparison of


the Prevalence and Burdens of Helminth Infection in Growers and Adult free-range
Chikens. Trop. Anim. Health Prod. 34:205-214.

Permin, A. and J.W. Hansen. 1998. Epidemiology, Diagnosis and Control of poultry
Parasites. Food and Agricuture Organizationof the United Nations, Rome.

Soulsby, E.J.L. 1982. Helminth, Arthropods and Protozoa or Domesticated Animals. 7rd Ed.
Lea and Febiger. Philadelphia.

Tiuria, R., 1991. Hubungan Antara Dosis Infeksi, Biologi Ascaridia galli dan Produktivitas
Ayam Petelur. Tesis, Program Pascasarjana. Program Studi Sains Veteriner. Institut
Pertanian Bogor.

Tabbu. CR. 2002. Penyakit Ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Asal Parasit, Non Infeksius
dan Etiologi Kompleks. Vol.2. Yogyakarta: penerbit Kanisius. 330 hlm.

Anda mungkin juga menyukai