Anda di halaman 1dari 64

SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN


KECAMATAN MUARA HARUS

A. SPESIFIKASI UMUM

PASAL 1
SYARAT – SYARAT UMUM PEKERJAAN

A. SYARAT – SYARAT UMUM

1. Ukuran yang paling penting dari bagian-bagian pekerjaan


dan lain-lain seperti yang tertera dalam gambar dan bestek.

2. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan


pekerjaan ini sesuai gambar rencana dan atau petunjuk
Direksi Teknis Pekerjaan.

3. Kontraktor berkewajiban memberitahukan kepada Direksi


Teknis Pekerjaan apabila akan memulai suatu pekerjaan
yang baru dan harus mencocokkan ukuran umum pekerjaan
ini seperti dalam gambar, bestek serta detailnya.

4. Kontraktor tidak boleh membetulkan keliruan-keliruan yang


mungkin terdapat pada gambar, bestek atau detail
pekerjaan ini sebelum dibicarakan dengan Direksi Teknis
Pekerjaan.

5. Selama priode mobilisasi pada saat dimulainya kontrak,


Kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan survey lapangan

1
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

yang lengkap terhadap kondisi fisik yang ada dan sesuai


dengan petunjuk Direksi Teknis Pekerjaan.

6. Untuk kelancaran pelaksanaan, Kontraktor harus menyediakan :


a. Tenaga kerja / tenaga ahli yang cukup memadai dengan
jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Alat-alat bantu seperti pompa air, alat-alat pengangkut
dan peralatan lain yang diperlukan dalam pelaksanaan.

PASAL 2
MOBILISASI

Cakupan kegiatan mobilisasi yang diperlukan untuk kontrak ini


akan tergantung pada jenis dan volume pekerjaan yang harus
dilaksanakan, sebagaimana yang ditentukan di bagian-bagian
lain dari Dokumen Kontrak dan secara umum akan sesuai
dengan hal- hal sebagai berikut :

1. Persyaratan Mobilisasi Untuk Semua Kontrak


a. Mobilisasi dari semua staf pelaksana dan semua pekerja
yang diperlukan untuk pelaksanaan dan penyelesaian
pekerja kontrak.
b. Mobilisasi dan pemasangan peralatan konstruksi dari suatu
lokasi asalnya ketempat yang digunakan, bila ketentuan
ini sebagai bagian dari pengadaan cakupan kontrak.

2. Pihak Kontraktor bila diperlukan memperkuat struktur yang


ada untuk memperlancar gerakan dari
peralatan mesin atau

2
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

material dari Kontraktor, sesuai persyaratan dari spesifikasi ini.


Pekerjaan mobilisasi dari daerah kerja ( site ) yang
dilaksanakan oleh pihak Kontraktor pada akhir kontrak,
termasuk membongkar kembali seluruh instalasi, peralatan
konstruksi dan pihak Kontraktor diharuskan untuk
melaksanakan pekerjaan perbaikan dan penyempurnaan
pada daerah kerja ( site ) sehingga kondisinya sama dengan
keadaan sebelum pekerjaan dimulai.

3. Program mobilisasi harus menetapkan waktu dari semua


kegiatan mobilisasi yang berlaku dan tambahan informasi
berikut ini harus dimasukkan pula :

a. Rencana pengiriman peralatan yang menunjukkan lokasi


saat ini dari seluruh peralatan yang terdaftar dalam
jadwal yang dimasukkan bersama penawaran, bersama
cara pengangkutan yang di usulkan untuk dipakai dan
jadwal tibanya ditempat kerja.

b. Selama priode mobilisasi pada saat dimulainya kontrak,


Kontraktor diwajibkan untuk melaksanakan survey
lapangan yang lengkap terhadap kondisi fisik yang ada
dan sesuai dengan petunjuk Direksi Teknis Pekerjaan.

4. Bilamana mata pembayaran mobilisasi tidak terdapat dalam


cakupan kontrak maka tidak ada pembayaran tersendiri
untuk mobilisasi, biaya untuk pekerjaan ini dianggap sudah
termasuk dalam harga satuan untuk semua mata
pembayaran lainnya termasuk dalam kontrak.

3
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari kalender setelah Kontraktor


menerima Surat Perintah Kerja (SPK), Kontraktor harus
memasukkan rencana detail kepada Direksi Teknis Pekerjaan
mengenai prosedur mobilisasi.

PASAL3
PERSETUJUAN
DIREKSI/PENGAWAS

Kecuali dinyatakan lain, semua gambar, dokumen, contoh bahan


Jalan dan hal-hal lain yang memerlukan persetujuan Direksi Teknis
Pekerjaan/Pengawas harus di ajukan kepada pengawas
pelaksanaan pekerjaan, misalnya pengunaan agregat atau bahan
lainya yang diperlukan untuk pekerjaan jalan ASPAL.

PASAL 4
BUKU HARIAN, PELAPORAN & DOKUMENTASI

1. Kontraktor wajib menyediakan Buku Harian ditempat


pekerjaan. Segala kejadian yang menyangkut pelaksanaan
pekerjaan harus dicatat setiap harinya.
Catatan tersebut meliputi antara lain :

a. Banyaknya (volume) kerja yang dilaksanakan setiap harinya.

b. Hari yang dimanfaatkan untuk bekerja dan yang tidak.

c. Semua bahan jalan yang datang yaitu terdiri dari bahan


yang digunakan untuk pekerjaan, bahan yang diterima
dan bahan yang ditolak.

4
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

d. Kemajuan dari pekerjaan (Time Schedule/Jadwal


Pelaksanaan Pekerjaan yang menjadi target dan yang
dapat terealisir).

e. Semua kejadian ditempat pekerjaan yang menyangkut


pelaksanaan pekerjaan.

2. Buku harian tersebut harus ditandatangani bersama antara


Kontraktor Pelaksana dan Direksi Teknis/Pengawas Lapangan
Harian (PLH) sebagai tanda persetujuan. Apabila terjadi
perbedaan pendapat, maka masing-masing dapat
mengajukan persoalan yang ada kepada Direksi
Harian/Supervisi Engineer (SE) untuk dapat penyelesaian.
3. Selain Buku Harian, Kontraktor juga harus menyediakan Buku
Direksi, dimana kegunaannya adalah untuk mencatat semua
instruksi Direksi yang ditandatangani oleh Direksi.

4. Kontraktor harus mengirimkan contoh dari seluruh material


yang hendak digunakan dengan data pengujian yang
memenuhi seluruh sifat material yang di syaratkan oleh Direksi
Teknis Pekerjaan.

5. Kontraktor harus mengirim gambar terinci dari seluruh


bekisting yang digunakan. Dan harus memperoleh
persetujuan Direksi Teknis Pekerjaan sebelum memulai setiap
pekerjaan bekisting.

6. Kontraktor harus memberitahu Direksi Teknis Pekerjaan secara


tertulis paling sedikit 24 jam sebelum bermaksud memulai
melakukan pencampuran atau penghamparan aspal, seperti
yang disyaratkan.

5
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

7. Kontraktor diharuskan membuat Dokumentasi Kemajuan


Proyek fisik secara berbeda dalam bentuk foto di serahkan
pada Direksi sebanyak 3 set.

8. Foto-foto harus menunjukan medan lokasi proyek sebelum


pekerjaan dimulai 0% dan pada saat pekerjaan dilaksanakan
dan sesudah pekerjaan dinyatakan selesai 100%.

9. Negatif foto dari pemotretan menjadi milik pemberi Tugas


dan setiap orang ingin mendapatkan positifnya harus
dengan persetujuan Direksi.

PASAL 5
JAM KERJA DI LAPANGAN
DAN JAMINAN KESELAMATAN KERJA

1. Kontraktor diberi kebebasan untuk mengatur jam kerjanya


sendiri.

2. Pekerjaan-pekerjaan yang dilaksanakan pada malam hari,


Kontraktor harus menyediakan / menyiapkan segala sesuatu
yang diperlukan, misalnya penerangan lampu dan
sebagainya demi kesempurnaan pekerjaan atas
tanggungan biaya Kontraktor dan atas persetujuan dan
pengawasan Direksi Teknis Pekerjaan.
3. Jaminan Keselamatan Kerja Dan Kesehatan
 Pelaksana menyediakan obat-obatan menurut syarat-syarat
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) yang selalu

6
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

dalam keadaan siap digunakan di lapangan untuk


mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua
petugas dan pekerja di lapangan.
 Bilamana terjadi musibah atau kecelakaan dilapangan yang
memerlukan perawatan serius, pelaksana harus segera
membawa korban ke Rumah Sakit terdekat dan melaporkan
kejadian tersebut kepada Direksi Kegiatan atau Pemberi
Tugas.
 Pelaksana menyediakan air minum yang bersih dan cukup,
serta memenuhi syarat-syarat kesehatan bagi semua petugas
dan pekerja, baik yang berada dibawah kekuasaannya
maupun yang berada dibawah Pihak Ketiga, dan untuk
tamu- tamu proyek yang meninjau lapangan pekerjaan.
 Pelaksana menyediakan air bersih dan WC yang layak bagi
semua petugas dan pekerja lapangan.
 Selain untuk menjaga keamanan, membuat tempat
penginapan bagi para pekerja tidak diperkenankan berada
di lapangan pekerjaan, kecuali untuk para pekerja yang
didatangkan dari luar daerah dan dengan ijin tertulis dari
Direksi Kegiatan atau Pemberi Tugas.
 Segala hal yang menyangkut jaminan sosial dan
keselamatan para pekerja, diberikan Pelaksana sesuai
dengan peraturan perundangan yang berlaku.

PASAL 6
PEKERJAAN YANG TIDAK MEMENUHI SYARAT

Untuk pekerjaan-pekerjaan yang tidak memenuhi syarat karena


tidak sesuai dengan gambar atau Rencana Kerja dan Syarat-syarat
7
(RKS),
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

maka atas perintah Direksi Teknis Pekerjaan/Pengawas Lapangan


pihak Kontraktor Pelaksana harus membongkarnya dalam jangka
waktu yang ditetapkan oleh Direksi Teknis Pekerjaan/Pengawas
Lapangan dan memperbaiki kembali atas tanggungan biaya pihak
Kontraktor.

PASAL 7
SUSUNAN PERSONIL DILAPANGAN

Didalam pelaksanaan pekerjaan jalan, kontraktor harus membuat


susunan struktur pekerja di lapangan, baik dari pengawas
lapangan, mandor, kepala tukang dan lain – lain, seperti
keterangan dibawah ini
:
a. Pelaksana menetapkan seorang kuasanya di lapangan atau
biasa disebut Pelaksana, yang cakap untuk memimpin dan
bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Penetapan ini harus dikuatkan dengan surat pengangkatan
resmi dari Pelaksana ditujukan kepada Direksi Kegiatan atau
Pemberi Tugas.
b. Selain Direksi Kegiatan atau Pemberi Tugas, Pelaksana
memberikan tembusan surat kepada susunan Organisasi
Lapangan lengkap dengan nama dan jabatannya masing-
masing.
c. Bila kemudian hari menurut pendapat Direksi Kegiatan atau
Pemberi Tugas, Pelaksana kurang mampu melaksanakan
tugasnya, maka Pelaksana akan memberitahu secara tertulis
untuk mengganti Pelaksana.
d. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkannya surat
pemberitahuan, Pelaksana harus sudah menunjuk Pelaksana

8
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

baru atau ia sendiri sebagai penanggung jawab


perusahaan yang akan memimpin pelaksanaan.

PASAL 8
MATERIAL, ALAT DAN PENYIMPANAN

1. Bahan / material yang digunakan dalam pekerjaan ini harus :

a. Memenuhi spesifikasi dan standart yang berlaku.

b. Sesuai dengan ukuran, kebutuhan, tipe dan mutu yang


disyaratkan dalam gambar atau pasal lain dari spesifikasi
ini atau yang secara khusus disetujui secara tertulis oleh
Direksi Teknis Pekerjaan.

2. Material harus disimpan sedemikian rupa sehingga mutunya


terjamin dan terpelihara. Tempat penyimpanan dilapangan
harus bebas dari tumbuhan dan sampah, bebas dari
genangan air dan bila perlu permukaannya ditinggikan
sesuai dengan petunjuk dari Direksi Teknis Pekerjaan
dilapangan.

3. Semua material yang dipakai dalam proyek/pekerjaan, harus


mendapat persetujuan Direksi Teknis Pekerjaan sebelum
digunakan, meskipun material tersebut telah dinyatakan
dapat diterima pada waktu didatangkan ke lapangan.

4. Setiap kerugian dan kerusakan yang disebabkan karena


tidak disetujuinya material yang digunakan oleh Direksi Teknis
Pekerjaan/Pengawas Lapangan menjadi tanggungan
Kontraktor.

9
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

5. Direksi Teknis Pekerjaan/Pengawas Lapangan mempunyai


kebebasan dan wewenang untuk menolak salah satu atau
semua material dan metode pelaksanaan yang tidak sama
kwalitas dan sifatnya seperti contoh-contoh yang telah
disetujui dan kontraktor harus segera memindahkan bahan-
bahan atau membongkar pekerjaan yang dimaksud atas
tanggungannya.

6. Semua alat-alat untuk pelaksanaan pekerjaan, baik berupa


alat-alat kecil maupun yang besar, harus disediakan oleh
Pelaksana dalam keadaan baik dan siap pakai sebelum
pekerjaan fisik bersangkutan dimulai antara lain :
 Tandem Roller
 Tongkat Kontrol Ketebalan Hamparan
 Kuali Penggoreng Aspal

 Peralatan penerangan untuk keamanan dan kerja lembur.


 Kereta Dorong, dll

PASAL 9
BAHAN-BAHAN/MATERIAL JALAN
ASPAL

1. A i r

a. Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan,


atau pemakaian lainnya harus bersih, dan bebas dari
benda yang mengganggu seperti minyak, garam, asam,
basa, gula atau bahan organik. Air yang diketahui dapat
diminum
10
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

dapat digunakan tanpa pengujian. Bilamana timbul


keraguan keraguan atas mutu air maka harus diadakan
pengujian air, atau mengadakan pengujian kuat tekan
mortar dengan memakai air tersebut dan dengan
memakai air suling. Air dapat digunakan bilamana kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28
hari minimum 90 % kuat tekan mortar dengan air suling.

b. Kontraktor harus melakukan pengaturan untuk


memperoleh atau melakukan penyimpanan yang cukup
dilapangan untuk digunakan pada saat mengaduk dan
mengeringkan aspal serta pada proses perawatan aspal
yang baru dicor (proses curring).

c. Jika ada, air ini dapat diperoleh dari sumber sumur dalam
(artesis) dilokasi proyek, apabila Kontraktor menggunakan
sumber ini, maka seluruh biayanya menjadi tanggungan
Kontraktor.

2. Agregat Kasar/Kerikil

a. Agregat kasar untuk aspal dapat berupa kerikil sebagai


hasil disintegrasi alami dari batuan batuan atau berupa
batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu batu
pada umumnya. Yang dimaksud dengan agregat kasar
adalah agregat-agregat yang besar butirnya lebih dari 5
mm yaitu kerikil/gravel.

11
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

b. Agregat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan


tidak berpori. Agregat yang mengandung butir-butir pipih
hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir pipih
tersebut tidak melampaui 20 % dari berat agregat
keseluruhannya. Butir-butir agregat kasar harus bersifat
kekal, artinya tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca seperti terik matahari dan hujan.

c. Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur lebih dari


1 % (ditentukan terhadap berat kering) yang artinya
dengan lumpur adalah bagian-bagian yang dapat
melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui dari 1 % maka agregat harus dicuci.

d. Agregat kasar tidak boleh mengandung zat-zat yang


dapat merusak aspal, seperti zat yang bersifat reaktif
alkali.

e. Besar butir agregat maksimum tidak boleh lebih dari 1/5


(seperlima) jarak terkecil antara bidang bidang samping
dari cetakan, 1/3 (sepertiga) dari tebal plat Jalan atau ¾
(tiga perempat) dari jarak bersih minimal diantara batang-
batang atau berkas-barkas kayu. Penyimpangan dari
pembatasan ini diijinkan apabila menurut penilaian
Pengawas Ahli. Cara- cara pengaspalan adalah
sedemikian rupa sehingga menjamin tidak terjadi sarang-
sarang kerikil.

f. Untuk seluruh pekerjaan aspal agregat kasar harus


memenuhi persyaratan gradasi yang ditentukan dalam BS
882, 1201, Part 2, Table 1, untuk saringan 40 mm – 5mm, 20

12
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

mm – 5 mm, ukuran nominal atau syarat dalam N I atau


dalam tebel berikut ini dari JIS.

Prosentase Terhadap Berat Yang Lolos Saringan (JIS A 1002


sieve):

Ukuran Ukuran Saringan ( mm )

Agregat

50 40 30 25 20 15 10 5 2,5

40 – 50 % 100 95-100 35-70 10-30 0-5

25 – 5 % 100 95-100 30-70 0-10 0-5

Apabila dalam analisa gradasi menunjukan


kekurangan ukuran agregat tertentu yang dapat
mempengaruhi kerapatan, Direksi Teknis
Pekerjaan/Pengawas Lapangan dapat memberi
petunjuk kepada Kontraktor untuk menambah
kekurangan ukuran agregat tertentu tersebut diatas.

Kerapatan berbagai kelas aspalakan ditentukan oleh


Direksi Teknis Pekerjaan/Pengawas Lapangan setelah
dilakukan uji coba dilapangan. Kerikil dari batu pecah
haruslah keras,

13
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

tidak lapuk, bersih dan tidak mengandung clay (tanah


liat) atau pelapukan batuan. Batuan tersebut harus
dipecah untuk mendapatkan ukuran yang disyaratkan
dengan jenis crusher (alat pemecah batu) yang disetujui.
Bubuk atau partikel halus lolos saringan 5 mm harus
dipisahkan dan kalau dikehendaki Direksi Teknis
Lapangan/Pengawas Lapangan harus dicuci secara
seksama.

3. Agregat Halus / Pasir

a. Pasir yang digunakan dapat berupa pasir alam hasil dari


disintegrasi alami bantuan atau dapat berupa hasil
pemecahan batu dengan alat mekanis

b. Agregat harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan keras.


Butir-butir agregat halus harus bersifat kekal. Artinya tidak
pecah atau hancur oleh pengaruh cuaca seperti terik
matahari dan hujan.

c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari


5 % ( ditentukan terhadap berat kering ) yang diartikan
dengan bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063
mm. Apabila kadar lumpur melalui 5 % maka agregat
halus harus dicuci.

d. Pasir laut tidak boleh dipakai sebagai agregat halus untuk


semua mutu aspal kecuali dengan petunjuk-petunjuk dari
lembaga pemeriksa bahan-bahan yang diakui.

e. Pasir yang dipergunakan harus lolos saringan seperti yang


tertera pada tabel berikut ini :

14
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

Prosentase Terhadap Berat Yang Lolos Saringan (JIS A 1102


sieve) :

Saringan( mm)
UkuranSaringan
10 5 2,5 1,2 0,6 0,3 0,15
Prosentase( %) 100 90-100 80-90 50-90 25-65 10-35 2-10

Pasir dari pecahan batu dapat ditambahkan pada pasir


alami untuk memperoleh pasir dengan gradasi yang
memenuhi syarat. Pasir dari pecahan batu saja dapat
dipakai hanya atas persetujuan Direksi Teknis
Pekerjaan/Pengawas Lapangan.

4. Aspal

Latasir atau lapis tipis aspal pasir merupakan lapis penutup


permukaan perkerasan yang terdiri atas agregat halus atau
pasir atau campuran keduanya, dan aspal keras yang
dicampur, dihampar dan dipadatkan dalam keadaan panas
pada temperatur tertentu. Spesifikasi Latasir telah
dikembangkan sejak tahun 1983, yaitu dengan
diterbitkannya pedoman berupa buku Petunjuk Pelaksanaan
Lapis Tipis Aspal Pasir, yang dikembangkan oleh Departemen
Pekerjaan Umum dengan No. 02/PT/B/1983. Selanjutnya
dikembangkan pula standar nasional yaitu SNI 03-6749-2002,
yang selanjutnya pula dilakukan revisi untuk lebih
menyempurnakan secara substansial

15
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

dan memenuhi kebutuhan dalam pekerjaan pembangunan


jalan.
Latasir terdiri atas 2 kelas: Latasir kelas A atau SS-1
(Sand Sheet-1) dengan ukuran nominal butir agregat atau
pasir 9,5 mm, dan Latasir kelas B atau SS-2 (Sand Sheet-2)
dengan ukuran nominal butir agregat atau pasir 2,36 mm.
Pada umumnya tebal nominal minimum untuk Latasir A dan
Latasir B masing-masing 2,0 cm dan 1,5 cm dengan toleransi
± 2,0 mm. Latasir pada umumnya digunakan untuk
perencanaan jalan dengan lalu lintas tidak terlalu tinggi (≤
500.000 SST), tetapi dapat pula digunakan untuk pekerjaan
pemeliharaan atau perbaikan sementara pada lalu lintas
yanglebih tinggi. Standar ini merupakan revisi dari SNI 03-
6749-2002, Spesifikasi bahan lapis tipis aspal pasir(Latasir),
yang acuan awalnya diambil dari The Asphalt Institute,
Specification Series-1 (SS-1) yang telah dimodifikasi
berdasarkan hasil penelitian dan pengembangan di Pusat
LitbangJalan danJembatan, Bandung.

5. Bahan–bahan lain

a. Semua bahan – bahan yang akan dipakai dan belum


disebutkan disini akan ditentukan pada waktu penjelasan
pekerjaan (aanwijzing) atau pada saat pelaksanaan
pekerjaan.

b. Semua bahan – bahan yang dimasukan dan dipakai


harus ditunjukkan terlebih dahulu kepada pengawas untuk
diperiksa guna mendapatkan izin pemakaiannya.

16
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

c. Semua bahan – bahan yang tidak ditunjukan kepada


pengawas atau ditolak oleh pengawas tidak dibenarkan
pemakaiannya.

d. Pemakaian bahan – bahan yang tidak sesuai dengan


yang ditentukan harus dibongkar dan kerugian yang
ditimbulkannya sepenuhnya menjadi tanggung jawab
pemborong.

Tidak tersedianya bahan – bahan yang akan dipakai


dipasang dengan ini dinyatakan tidak dapat sebagai alasan
terhentinya / tertundanya pelaksanaan pekerjaan.

17
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

PASAL 10

PEKERJAAN PAPAN NAMA PROYEK

1. Papan nama proyek dibuat dari kayu meranti atau sejenisnya


kayu kelas II yang dilapisi tripleks yang berisi informasi tentang
kegiatan/proyek ( ilustrasi 1 ).

2. Bentuk dan ukuran papan nama proyek adalah :

Ukuran : sesuai instruksi direksi.

Tinggi :Bagian bawah papan nama proyek minimal 80


cm dari Permukaan tanah.
3. Papan Nama proyek diletakkan pada tempat yang mudah
dilihat.

Contoh sebagai berikut :

DINAS PEKERJAAN UMUM


PROVINSI KALIMANTAN BARAT
………………………………………….

KEGIATAN : …………………………………………
PEKERJAAN : …………………………………………
LOKASI : …………………………………………
PERENCANA : CV / PT ………………………………….
PEMBORONG : CV / PT ………………………………….
SPMK / KONTRAK …………………………………………
NILAI KONTRAK : …………………………………………
MASA PELAKSANAAN : …………………………………………
PENGAWAS : CV / PT ………………………………….

Ilustrasi 1

18
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

B.SPESIFIKASI KHUSUS

1. LOKASI PEKERJAAN

Pekerjaan : Pengaspalan Jalan Masuk Jembatan Padangin

Lokasi : Desa Padangin Kecamatan Muara Harus,


Kabupaten Tabalong

2. PENJELASAN PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud dalam Spesifikasi Teknis ini adalah :

1. Penyiapan Badan Jalan

2. Lapis Pondasi Agregat Kelas A

3. Lapis Pondasi Agregat Kelas C

4. Lapis Perekat - Aspal Cair

5. Latasir Kelas A (SS-A) tb. 2,0 cm

6. Lapis Permukaan Penetrasi Macadam tb. 5cm

3. PERATURAN TEKNIS KHUSUS DAN SYARAT – SYARAT


PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan harus diselesaikan menurut dan sesuai Peraturan


dan Syarat-syarat yang tercantum dalam Rencana Kerja dan
Syarat –syarat ini.

1. Gambar –gambar bestek , Detail dan Instalasi.

2. Perubahan – perubahan dan penambahan yang


tercantum dalam Berita Acara Aanwijzing.

3. Gambar-gambar kerja yang dibuat oleh Kontraktor pada


waktu pekerjaan berlangsung dan telah mendapat
persetujuan dari Direksi / Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.

4. Petunjuk-petunjukdan keterangan yang diberikan Direksi


pada pada waktu pelaksanaan.

19
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

3.3 PENYIAPAN BADAN JALAN

UMUM

1. Pekerjaan ini mencakup penyiapan, penggaruan dan pemadatan


permukaan tanah dasaratau permukaan jalan kerikil lama untuk
penghamparan Lapis Pondasi Agregat, Lapis Pondasi Jalan Tanpa
Penutup Aspal, Lapis Pondasi Semen Tanah atau Lapis
PondasiBeraspal di daerah jalur lalu lintas (termasuk jalur tempat
perhentian danpersimpangan) yang tidak ditetapkan sebagai
Pekerjaan Pengembalian Kondisi.

2. Menurut Seksi dari Spesifikasi ini pembayaran tidak boleh dilakukan


terhadapPengembalian Kondisi Perkerasan Lama yang diuraikan
dalam Seksi 8.1 maupunPengembalian Kondisi Bahu Jalan Lama
pada Jalan Berpenutup Aspal yangdiuraikan dalam Seksi 8.2.

3. Untuk jalan kerikil, pekerjaan dapat juga mencakup perataan


berat dengan motor graderuntuk perbaikan bentuk dengan atau
tanpa penggaruan dan tanpa penambahan bahan baru.

4. Pekerjaan ini meliputi galian minor atau penggaruan serta


pekerjaan timbunan minoryang diikuti dengan pembentukan,
pemadatan, pengujian tanah atau bahan berbutir,
danpemeliharaan permukaan yang disiapkan sampai bahan
perkerasan ditempatkandiatasnya, yang semuanya sesuai dengan
Gambar dan Spesifikasi ini atau sebagaimanayang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan

PELAKSANAAN DARI PENYIAPAN BADAN JALAN

1) Penyiapan Tempat Kerja

a) Pekerjaan galian yang diperlukan untuk membentuk tanah


dasar
b) Seluruh Timbunan yang diperlukan harus dihampar
2) Pemadatan Tanah Dasar

a) Tanah dasar harus dipadatkan sesuai dengan ketentuan

20
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

yang relevan
b) Ketentuan pemadatan dan jaminan mutu untuk tanah
dasar diberikan dalam

3) Daya Dukung Tanah Dasar di Daerah Galian

Tanah Dasar pada setiap tempat haruslah mempunyai daya


dukung mmnnum sebagaimana yang diberikan dalam Gambar,
atau sekurang-kurangnya mempunyai CBR minimum 6 % jika
tidak disebutkan.

PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran untuk Pembayaran

Daerah jalur lalu lintas lama yang mengalami kerusakan parah,


akan digolongkan sebagai daerah yang ditingkatkan dan
persiapan tanah dasar akan dibayar menurut Seksi ini sebagai
daerah yang persiapan permukaan tanah dasarnya telah
diterima oleh Direksi Pekerjaan.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas dari pekerjaan Penyiapan Badan Jalan, diukur seperti


ketentuan di atas, akan dibayar per satuan pengukuran sesuai
dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan
Harga untuk Mata Pembayaran seperti terdaftar di bawah ini,
dimana harga dan pembayaran tersebut sudah mencakup
kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan dan biaya lainnya
yang telah dimasukkan untuk keperluan pembentukan
pekerjaan penyiapan tanah dasar seperti telah diuraikan dalam
Seksi ini.

Nomor Mata Satuan


Uraian
Pembayaran Pengukuran

3.3 (1) Penyiapan


Meter Persegi
Badan Jalan

21
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

5.1 LAPIS PONDASI AGREGAT

UMUM

Pekerjaan ini harus meliputi pemasokan, pemrosesan, pengangkutan,


penghamparan, pembasahan dan pemadatan agregat di atas
permukaan yang telah disiapkan dan telah diterima sesuai dengan detil
yang ditunjukkan dalam Gambar atau sesuai dengan perintah Direksi
Pekerjaan, dan memelihara lapis pondasi agregrat yang telah selesai
sesuai dengan yang disyaratkan. Pemrosesan harus meliputi, bila perlu,
pemecahan, pengayakan, pemisahan, pencampuran dan operasi
lainnya yang perlu untuk menghasilkan suatu bahan yang memenuhi
ketentuan dari Spesifikasi ini.

Toleransi Dimensi dan Elevasi

a) Permukaan lapis akhir harus sesuai dengan Tabel 5.1.1.(1), dengan


toleransi di bawah ini :

Tabel 5.1.1.(1) Toleransi Elevasi Permukaan RelatifTerhadap Elevasi Rencana

Bahan dan Lapisan Pondasi Agregat Toleransi Elevasi


Permukaan
relatifterhadap
elevasi rencana
Lapis Pondasi Agregat Kelas B +Ocm
digunakan sebagai -2cm
Lapis Pondasi Bawah (hanya
permukaan atas dari Lapisan
Pondasi Bawah).
Permukaan Lapis Pondasi Agregat +Ocm
Kelas A untuk Lapis Resap -1 cm
Pengikat atau Pelaburan
(Perkerasan atau Bahu Jalan)
Bahu Jalan Tanpa Penutup Aspal Memenuhi Pasal
dengan Lapis Pondasi Agregat 4.2.1.3
Kelas s (hanya pada lapis
permukaan).
Catatan:
Lapis Pondasi Agregat A dan B diuraikan dalam Spesifikasi ini.

22
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

b) Pada permukaan semua Lapis Pondasi Agregat tidak boleh


terdapat ketidakrataan yang dapat menampung air dan
semua punggung (camber) permukaan itu harus sesuai
dengan yang ditunjukkan dalam Gambar.

c) Tebal total minimum Lapis Pondasi Agregat tidak boleh kurang


satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

d) Tebal minimum Lapis Pondasi Agregat Kelas A tidak boleh


kurang satu sentimeter dari tebal yang disyaratkan.

e) Pada permukaan Lapis Pondasi Agregat Kelas A yang


disiapkan untuk lapisan resap pengikat atau pelaburan
permukaan, bilamana semua bahan yang terlepas harus
dibuang dengan sikat yang keras, maka penyimpangan
maksimum pada kerataan permukaan yang diukur dengan
mistar lurus sepanjang 3 m, diletakkan sejajar atau melintang
sumbu jalan, maksimum satu sentimeter.

BAHAN
1) Somber Bahan

Bahan Lapis Pondasi Agregat harus dipilih dari somber yang


disetujoi sesuai dengan Bahan dan Penyimpanan, dari Spesifikasi
ini.

2) Kelas Lapis Pondasi Agregat

Terdapat tiga kelas yang berbeda dari Lapis Pondasi Agregat


yaitu Kelas A, Kelas B dan Kelas S. Pada omomnya Lapis Pondasi
Agregat Kelas A adalah motu Lapis Pondasi Atas ontuk lapisan di
bawah lapisan beraspal, dan Lapis Pondasi Agregat Kelas B
adalah ontuk Lapis Pondasi Bawah. Lapis Pondasi Agregat Kelas S
digunakan untuk baho jalan tanpa penotup.

3) Fraksi Agregat Kasar

Agregat kasar yang tertahan pada ayakan 4,75 mm harus terdiri


dari partikel atao pecahan batu atao kerikil yang keras dan
awet. Bahan yang pecah bila berulang-olang dibasahi dan
dikeringkan tidak boleh digunakan.

Bilamana agregat kasar berasal dari kerikil maka ontuk Lapis


Pondasi Agregat Kelas A memponyai 100 % berat agregat kasar

23
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

dengan angularitas 95/90* dan ontuk Lapis Pondasi Agregat Kelas


B yang berasal dari kerikil memponyai 60 % berat agregat kasar
dengan angolaritas 95/90*.

*95/90 menonjokkan bahwa 95% agregat kasar memponyai


moka bidang pecah satu atao lebih dan 90% agregat kasar
memponyai moka bidang pecah doa atao lebih.

4) Fraksi Agregat Halus


Agregat halus yang lolos ayakan 4,75 mm harus terdiri dari partikel
pasir alami atao batu pecah Halus dan partikel Halus lainnya.
Fraksi bahan yang lolos ayakan No.200 tidak boleh melampaoi
dua per tiga fraksi bahan yang lolos ayakan No.40.

5) Sifat-sifat Bahan Yang Disyaratkan


Seluruh Lapis Pondasi Agregat harus bebas dari bahan organik
dan gumpalan lempong atao bahan-bahan lain yang tidak
dikehendaki dan setelah dipadatkan harus memenuhi ketentuan
gradasi (menggunakan pengayakan secara basah) yang
diberikan dalam Tabel 5.1.2.(1) dan memenohi sifat-sifat yang
diberikan dalam Tabel 5.1.2.(2).

6) Pencampuran Bahan Untuk Lapis Pondasi Agregat


Pencampuran bahan ontuk memenohi ketentoan yang
disyaratkan harus dikerjakan di lokasi instalasi pemecah batu
atao pencampor yang disetujoi, dengan menggunakan
pemasok mekanis (mechanical feeder) yang telah dikalibrasi
ontok memperoleh aliran yang menerus dari komponen-
komponen camporan dengan proporsi yang benar. Dalam
keadaan apapon tidak dibenarkan melakokan pencamporan di
lapangan.

Tabel 5.1.2.(1) Gradasi Lapis Pondasi Agregat

Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos


ASTM (mm) Kelas Kelas Kelas S
A B
2" 50 100
1 ½" 37,5 100 88-95 100
1" 25,0 79- 85 70- 85 89 -
100
3/8" 9,50 44-58 30-65 55 -90
No.4 4,75 29-44 25 - 55 40-75
No.IO 2,0 17 -30 15 -40 26-59
No.40 0,42 7 - 17 8-20 12 - 33
5
No.200 0,07 2-8 2-8 4-22
5

24
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

Tabel 5.1.2.(2) Sifat-sifat Lapis Pondasi Agregat

I Sifat- sifat I KelasA I KelasB I Kelas S I


Abrasi dari Agregat Kasar (SNI 0-40% 0-40% 0-40%
2417:2008)
Indek Plastisitas (SNI 1966:2008) 0-6 6 - 12 4-15
Hasil kali Indek Plastisitas dng. % Lolos maks. 25 - -
Ayakan No.200
Batas Cair (SNI 1967:2008) 0-25 0- 35 0-35
Bagian Yang Lunak (SNI 03-4141-1996) 0-5 % 0-5 % 0-5 %
CBR (SNI 03-1744-1989) min.90% min.60 min.50 %
%

PENGHAMPARAN DAN PEMADATAN LAPIS PONDASI AGREGAT

1) Penyiapan Formasi untuk Lapis Pondasi Agregat

a) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada


perkerasan atau bahu jalan lama, semua kerusakan yang terjadi
pada perkerasan atau bahu jalan lama harus diperbaiki terlebih
dahulu sesuai dengan Seksi 8.1 dan 8.2 dari Spesifikasi ini.
b) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar pada suatu
lapisan perkerasan lama atau tanah dasar baru yang disiapkan
atau lapis pondasi yang disiapkan, maka lapisan ini harus
diselesaikan sepenuhnya, sesuai dengan Seksi 3.3, 4.1, 4.2 atau 5.1
dari Spesifikasi ini, sesuai pada lokasi dan jenis lapisan yang
terdahulu.
c) Lokasi yang telah disediakan untuk pekerjaan Lapisan Pondasi
Agregat, sesuai dengan butir (a) dan (b) di atas, harus disiapkan
dan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Direksi
Pekerjaan paling sedikit 100 meter ke depan dari rencana akhir
lokasi penghamparan Lapis Pondasi pada setiap saat. Untuk
perbaikan tempat-tempat yang kurang dari 100 meter
panjangnya, seluruh formasi itu harus disiapkan dan disetujui
sebelum lapis pondasi agregat dihampar.
d) Bilamana Lapis Pondasi Agregat akan dihampar langsung di
atas permukaan perkerasan aspal lama, yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan dalam kondisi tidak rusak, maka
harus diperlukan penggaruan atau pengaluran pada
permukaan perkerasan aspal lama agar meningkatkan
tahanan geser yang lebih baik.

2) Penghamparan
a) Lapis Pondasi Agregat hams dibawa ke badan jalan sebagai
campuran yang merata dan harus dihampar pada kadar air

25
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

dalam rentang yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.3.(3). Kadar


air dalam bahan hams tersebar secara merata.
b) Setiap lapis hams dihampar pada suatu operasi dengan
takaran yang merata agar menghasilkan tebal padat yang
diperlukan dalam toleransi yang disyaratkan. Bilamana akan
dihampar lebih dari satu lapis, maka lapisan- lapisan tersebut
hams diusahakan sama tebalnya.
c) Lapis Pondasi Agregat hams dihampar dan dibentuk dengan
salah satu metode yang disetujui yang tidak meyebabkan
segregasi pada partikel agregat kasar dan halus. Bahan yang
bersegregasi harus diperbaiki atau dibuang dan diganti
dengan bahan yang bergradasi baik.
d) Tebal padat maksimum tidak boleh melebihi 20 cm, kecuali
digunakan peralatan khusus yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

3) Pemadatan
a) Segera setelah pencampuran dan pembentukan akhir, setiap
lapis hams dipadatkan menyeluruh dengan alat pemadat
yang cocok dan memadai dan disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
hingga kepadatan paling sedikit 100 % dari kepadatan kering
maksimum modifikasi (modified) seperti yang ditentukan oleh
SNI 1743: 2008, metode D.
b) Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan agar digunakan mesin
gilas beroda karet digunakan untuk pemadatan akhir, bila
mesin gilas statis beroda baja dianggap mengakibatkan
kerusakan atau degradasi berlebihan dari Lapis Pondasi
Agregat.
c) Pemadatan hams dilakukan hanya bila kadar air dari bahan
berada dalam rentang 3 % di bawah kadar air optimum
sampai 1 % di atas kadar air optimum, dimana kadar air
optimum adalah seperti yang ditetapkan oleh kepadatan
kering maksimum modifikasi (modified) yang ditentukan oleh
SNI 1743 : 2008, metode D.
d) Operasi penggilasan harus dimulai dari sepanjang tepi dan
bergerak sedikit demi sedikit ke arah sumbu jalan, dalam arah
memanjang. Pada bagian yang ber"superelevasi", penggilasan
hams dimulai dari bagian yang rendah dan bergerak sedikit
demi sedikit ke bagian yang lebih tinggi. Operasi penggilasan
hams dilanjutkan sampai seluruh bekas roda mesin gilas hilang
dan lapis tersebut terpadatkan secara merata.
e) Bahan sepanjang kerb, tembok, dan tempat-tempat yang tak
terjangkau mesin gilas hams dipadatkan dengan timbris

26
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

mekanis atau alat pemadat lainnya yang disetujui.

4) Pengujian
a) Jumlah data pendukung pengujian bahan yang diperlukan
untuk persetujuan awal harus seperti yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan, namun harus mencakup seluruh jenis pengujian
yang disyaratkan dalam Pasal 5.1.2.(5) minimum pada tiga
contoh yang mewakili sumber bahan yang diusulkan, yang
dipilih untuk mewakili rentang mutu bahan yang mungkin
terdapat pada sumber bahan tersebut.
b) Setelah persetujuan mutu bahan Lapis Pondasi Agregat yang
diusulkan, seluruh jenis pengujian bahan harus diulangi lagi, bila
menurut pendapat Direksi Pekerjaan, terdapat perubahan mutu
bahan atau metode produksinya.
c) Suatu program pengujian rutin pengendalian mutu bahan
harus dilaksanakan untuk mengendalikan ketidakseragaman
bahan yang dibawa ke lokasi peker- jaan. Pengujian lebih
lanjut harus seperti yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
tetapi untuk setiap 1000 meter kubik bahan yang diproduksi
paling sedikit harus meliputi tidak kurang dari lima (5) pengujian
indeks plastisitas, lima (5) pengujian gradasi partikel, dan satu
(1) penentuan kepadatan kering maksimum menggunakan SNI
1743 : 2008, metode D. Pengujian CBR harus dilakukan dari
waktu ke waktu sebagaimana diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan.
d) Kepadatan dan kadar air bahan yang dipadatkan harus
secara rutin diperiksa, mengunakan SNI 2827 : 2008. Pengujian
harus dilakukan sampai seluruh kedalaman lapis tersebut pada
lokasi yang ditetapkan oleh Direksi Pekerjaan, tetapi tidak
boleh berselang lebih dari 200 m.

PENGUKURANDANPEMBAYARAN
1) Pengukuran untuk Pembayaran
a) Lapis Pondasi Agregat harus diukur sebagai jumlah meter kubik dari
bahan yang sudah dipadatkan, lengkap di tempat dan diterima.
Volume yang diukur harus didasarkan atas penampang melintang
yang ditunjukkan pada Gambar bila tebal yang diperlukan merata,
dan pada penampang melintang yang disetujui Direksi Pekerjaan
bila tebal yang diperlukan tidak merata, dan panjangnya diukur
secara mendatar sepanjang sumbu jalan.
b) Pekerjaan penyiapan dan pemeliharaan tanah dasar yang barn
atau perkerasan lama dan bahu jalan lama dimana Lapis Pondasi
Agregat akan dihampar tidak diukur atau dibayar menurut Seksi ini,
tetapi harus dibayar terpisah dari harga penawaran yang sesuai

27
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

untuk Penyiapan Badan Jalan dan Pengembalian Kondisi Perkerasan


Lama atau Bahu Jalan yang ada menurut Seksi 3.3, 8.1 dan 8.2 dari
Spesifikasi ini.

2) Pengukuran dari Pekerjaan Yang Diperbaiki

Bilamana perbaikan dari Lapis Pondasi Agregat yang tidak


memenuhi ketentuan telah diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
sesuai dengan kuantitas yang akan diukur untuk pembayaran
haruslah kuantitas yang akan dibayar seandainya pekerjaan
semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang
dilakukan untuk pekerjaan tambahan tersebut atau juga
kuantitas yang diperlukan untuk pekerjaan perbaikan tersebut.

Bila penyesuaian kadar air telah diperintahkan oleh Direksi


Pekerjaan sebelum pemadatan, tidak ada pembayaran
tambahan yang dilakukan untuk penambahan air atau
pengeringan bahan atau untuk pekerjaan lainya yang diperlukan
untuk mendapatkan kadar air yang memenuhi ketentuan.

3) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan di atas, harus
dibayar pada Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran
untuk masing masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah
ini dan termasuk dalam Daftar Kuantitas dan Harga, yang harga
serta pembayarannya harus merupakan kompensasi penuh untuk
pengadaan, pemasokan, pemadatan, penyelesaian akhir dan
pengujian bahan, pemeliharan permukaan akibat dilewati oleh
lalu lintas, dan semua biaya lain-lain yang diperlukan atau lazim
untuk penyelesaian yang sebagaimana mestinya dari pekerjaan
yang diuraikan dalam Seksi ini.

NomorMata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukura
n

5.1.(1) Lapis Pondasi Agregat Meter

5.1.(2) Kelas A Lapis Pondasi Kubik

Agregat Kelas B Meter

Kubik

28
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT

6.1.1 UMUM

Pekerjaan ini hams mencakup penyediaan dan penghamparan


bahan aspal pada perrnukaan yang telah disiapkan sebelurnnya
untuk pemasangan lapisan beraspal berikutnya. Lapis Resap
Pengikat hams dihampar diatas perrnukaan pondasi tanpa bahan
pengikat Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat hams
dihampar di atas perrnukaan berbahan pengikat (seperti : Lapis
Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dan diatas Semen Tanah,
RCC, CTB, Perkerasan Beton, dll).

Kondisi Cuaca Yang Diijinkan Untuk Bekerja

Lapisan Resap Pengikat harus disemprot hanya pada permukaan


yang kering atau mendekati kering, dan Lapis Perekat harus
disemprot hanya pada permukaan yang benar-benar kering.
Penyemprotan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat tidak
boleh dilaksanakan waktu angin kencang, hujan atau akan turun
hujan.

Kondisi Tempat Kerja

a) Pekerjaan harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga


masih memungkinkan lalu lintas satu lajur tanpa merusak
pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan hanya
menimbulkan gangguan yang minimal bagi lalu lintas.

b) Bangunan-bangunan dan benda-benda lain di samping


tempat kerja (struktur, pepohonan dll.) harus dilindungi agar
tidak menjadi kotor karena percikan aspal.

c) Bahan aspal tidak boleh dibuang sembarangan kecuali ke


tempat yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan.

d) Penyedia Jasa harus melengkapi tempat pemanasan

29
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

dengan fasilitas pencegahan dan pengendalian kebakaran


yang memadai, juga pengadaan dan sarana pertolongan
pertama.

6.1.2 BAHAN

1) Bahan Lapis Resap Pegikat

a) Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu


dari berikut ini:

i) Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi


lambat (slow setting) yang memenuhi SNI 03-4798-1998.
Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menunjukkan
peresapan yang baik pada lapis pondasi tanpa pengikat
yang disetujui. Aspal emulsi harus mengandung residu hasil
penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak kurang
dari 60 % dan mempunyai penetrasi aspal tidak kurang dari
80/100. Direksi Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan
aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1
bagian air bersih dan 1 bagian aspal emulsi dengan syarat
tersedia alat pengaduk mekanik yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

ii) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi


AASHTO M20, diencerkan dengan minyak tanah (kerosen).
Proporsi minyak tanah yang digunakan sebagaimana
diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di
atas lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan
Pasal 6.1.4.(2). Kecuali diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan,
perbandingan pemakaian minyak tanah pada percobaan
pertama harus dari 80 - 85 bagian minyak per 100 bagian
aspal semen (80 pph - 85 pph) kurang lebih ekivalen
dengan viskositas aspal cair hasil kilangjenis MC-30).

b) Pemilihan jenis aspal emulsi yang digunakan, kationik atau

30
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

anionik, harus sesuai dengan muatan batuan lapis pondasi.


Gunakan aspal emulsi kationik bila agregat untuk lapis pondasi
adalah agregat basa (bermuatan negatif) dan gunakan aspal
emulsi anionik bila agregat untuk lapis pondasi adalah
agregat asam (bermuatan positif). Bila ada keraguan atau
bila bila aspal emulsi anionik sulit didapatkan, Direksi Pekerjaan
dapat memerintahkan untuk menggunakan aspal emulsi
kationik.

c) Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat


maka harus , digunakan bahan penyerap (blotter material)
dari hasil pengayakan kerikil atau batu pecah, terbebas dari
butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif atau
bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan
ASTM 3/8" (9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos
ayakan ASTM No.8 (2,36 mm).

2) Bahan Lapis Perekat

a) Aspal emulsi reaksi cepat (rapid setting) yang memenuhi


ketentuan SNI 03- 6932-2002 atau SNI 03-4798-1998. Direksi
Pekerjaan dapat mengijinkan penggunaan aspal emulsi yang
diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air bersih dan 1
bagian aspal emulsi dengan syarat tersedia alat pengaduk
mekanik yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan..

b) Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi


ketentuan AASHTO M20, diencerkan dengan 25 - 30 bagian
minyak tanah per 100 bagian aspal (25 pph - 30 pph).

c) Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting) harus


bahan styrene butadiene rubber latex atau polycholoprene
latex sesuai dengan AASHTO M316-99 (2003) Table 1 CRS-2L
dengan kandungan karet kering minimum 60%. Kadar bahan
modifikasi (polymer padat) dalam aspal emulsi haruslah min

31
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

2,5% terhadap berat residu aspal. Dalam kondisi apapun,


aspal emulsi modifikasi tidak boleh diencerkan di lapangan.
Aspal emulsi modifikasi reaksi cepat (rapid setting, CRS-1)
yang digunakan harus memenuhi Tabel 6.1.2(1).

Tabel 6.1.2.(1). Persyaratan Aspal Emulsi Modifikasi untuk Tack


Coat

Catatan:

* Jika kelarutan residu kurang dari 97,5%, aspal pengikat dasar


untuk emulsi yang harus diuji.

Kelarutan aspal pengikat dasar harus lebih besar dari 99%.

d) Bila lapis perekat dipasang di atas lapis beraspal atau


berbahan pengikat aspal, gunakan aspal emulsi kationik. Bila
lapis perekat dipasang di atas perkerasan beton atau
berbahan pengikat semen, gunakan aspal emulsi anionik. Bila
ada keraguan atau bila bila aspal emulsi anionik sulit
didapatkan, Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan untuk
menggunakan aspal emulsi kationik.

6.1.3 PERALATAN

1) Ketentuan Umum

Penyedia Jasa harus melengkapi peralatannya terdiri dari

32
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

penyapu mekanis dan atau kompresor, distributor aspal,


peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang
sesuai untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.

2) Distributor Aspal - Batang Semprot

a) Distributor aspal harus berupa kendaraan beroda ban angin


yang bermesin penggerak sendiri, memenuhi peraturan
keamanan jalan. Bilamana dimuati penuh maka tekanan ban
pada pengoperasian dengan kecepatan penuh tidak boleh
melampaui tekanan yang direkomendasi pabrik pembuatnya.

b) Alat penyemprot, harus dirancang, diperlengkapi, dipelihara


dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga bahan aspal
dengan panas yang sudah merata dapat disemprotkan
secara merata dengan berbagai variasi lebar permukaan,
pada takaran yang ditentukan dalam rentang 0,15 sampai 2,4
liter per meter persegi.

c) Distributor aspal harus dilengkapi dengan batang semprot


sehingga dapat mensirkulasikan aspal secara penuh yang
dapat diatur ke arah horisontal dan vertikal. Batang semprot
harus terpasang dengan jumlah minimum 24 nosel, dipasang
pada jarak yang sama yaitu 10 ± 1 cm. Distributor aspal juga
harus dilengkapi pipa semprot tangan.

3) Perlengkapan

Perlengkapan distributor aspal hams meliputi sebuah tachometer


(pengukur kecepatan putaran), meteran tekanan, tongkat celup
yang telah dikalibrasi, sebuah termometer untuk mengukur
temperatur isi tangki, dan peralatan untuk mengukur kecepatan
lambat. Seluruh perlengkapan pengukur pada distributor hams
dikalibrasi untuk memenuhi toleransi yang ditentukan dalam Pasal

33
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.1.3.(4) dari Spesifikasi ini. Selanjutnya catatan kalibrasi yang teliti


dan memenuhi ketentuan tersebut harus diserahkan kepada
Direksi Pekerjaan.

4) Toleransi Peralatan Distributor Aspal

Toleransi ketelitian dan ketentuan jamm baca yang dipasang


pada distributor aspal dengan batang semprot hams memenuhi
ketentuan berikut ini :

Tachometer pengukur ± 1,5 persen dari skala putaran penuh


kecepatan kendaraan sesuai ketentuan BS 3403

Tachometer pengukur ± 1,5 persen dari skala putaran penuh


kecepatan putaran pompa sesuai ketentuan BS 3403

Pengukur suhu ± 5 °C, rentang 0 - 250 °C, minimum


garis tengah arloji 70 mm

Pengukur volume atau ± 2 persen dari total volume tangki, nilai


maksimum garis skala Tongkat Celup 50
tongkat celup
liter.

5) Grafik Penyemprotan dan Buku Petunjuk Pelaksanaaan

Distributor aspal hams dilengkapi dengan Grafik Penyemprotan


dan Buku Petunjuk Pelaksanaan yang harus disertakan pada alat
semprot, dalam keadaan baik, setiap saat.

Buku petunjuk pelaksanaan harus menunjukkan diagram aliran


pipa dan semua petunjuk untuk cara kerja alat distributor.

Grafik Penyemprotan hams memperlihatkan hubungan antara


kecepatan dan jumlah takaran pemakaian aspal yang
digunakan serta hubungan antara kecepatan pompa dan jumlah
nosel yang digunakan, berdasarkan pada keluaran aspal dari
nosel. Keluaran aspal pada nosel (liter per menit) dalam keadaan

34
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

konstan, beserta tekanan penyemprotanya hams diplot pada


grafik penyemprotan.

Grafik Penyemprotan juga hams memperlihatkan tinggi batang


semprot dari permukaan jalan dan kedudukan sudut horisontal
dari nosel semprot, untuk menjamin adanya tumpang tindih
(overlap) semprotan yang keluar dari tiga nosel (yaitu setiap lebar
permukaan disemprot oleh semburan tiga nosel).

6) Kinerja Distributor Aspal

a) Penyedia Jasa hams menyiapkan distributor lengkap dengan


perlengkapan dan operatomya untuk pengujian lapangan
dan harus menyediakan tenaga- tenaga pembantu yang
dibutuhkan untuk tujuan tersebut sesuai perintah Direksi
Pekerjaan. Setiap distributor yang menurut pendapat Direksi
Pekerjaan kinerjanya tidak dapat diterima bila dioperasikan
sesuai dengan Grafik Takaran Penyemprotan dan Buku
Petunjuk Pelaksanaan atau tidak • memenuhi ketentuan
dalam Spesifikasi dalam segala seginya, maka peralatan
tersebut tidak diperkenankan untuk dioperasikan dalam
pekerjaan. Setiap modifikasi atau penggantian distributor
aspal harus diuji terlebih dahulu sebelum digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan.

b) Penyemprotan dalam arah melintang dari takaran pemakaian


aspal yang dihasilkan oleh distributor aspal harus diuji dengan
cara melintaskan batang semprot di atas bidang pengujian
selebar 25 cm x 25 cm yang terbuat dari lembaran resap yang
bagian bawahnya kedap, yang beratnya harus ditimbang
sebelum dan sesudah disemprot. Perbedaan berat harus
dipakai dalam menentukan takaran aktual pada tiap lembar
dan perbedaan tiap lembar terhadap takaran rata-rata yang
diukur melintang pada lebar penuh yang telah disemprot

35
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

tidak boleh melampaui 15 persen takaran rata-rata.

c) Ketelitian yang dapat dicapai distributor aspal terhadap suatu


takaran sasaran pemakaian alat semprot harus diuji dengan
cara yang sama dengan pengujian distribusi melintang pada
butir (b) di atas. Lintasan penyemprotan minimum sepanjang
200 meter harus dilaksanakan dan kendaraan harus dijalankan
dengan kecepatan tetap sehingga dapat mencapai takaran
sasaran pemakaian yang telah ditentukan lebih dahulu oleh
Direksi Pekerjaan. Dengan minimum 5 penampang melintang
yang berjarak sama harus dipasang 3 kertas resap yang
berjarak sama, kertas tidak boleh dipasang dalam jarak
kurang dari 0,5 meter dari tepi bidang yang disemprot atau
dalam jarak 10 m dari titik awal penyemprotan. Takaran
pemakaian, yang diambil sebagai harga rata-rata dari semua
kertas resap tidak boleh berbeda lebih dari 5 persen dari
takaran sasaran. Sebagai altematif, takaran pemakaian rata-
rata dapat dihitung dari pembacaan tongkat ukur yang telah
dikalibrasi, seperti yang ditentukan dalam Pasal 6.1.4.(3).(g)
dari Spesifikasi ini. Untuk tujuan pengujian ini minimum 70
persen dari kapasitas distributor aspal harus disemprotkan.

7) Peralatan Penyemprot Aspal Tangan (Hand Sprayer)

Bilamana diijinkan oleh Direksi Pekerjaan maka penggunaan


perlatan penyemprot aspal tangan dapat dipakai sebagai
pengganti distributor aspal.

Perlengkapan utama peralatan penyemprot aspal tangan harus


selalu dijaga dalam kondisi baik, terdiri dari :

a) Tangki aspal dengan alat pemanas;

b) Pompa yang memberikan tekanan ke dalam tangki aspal


sehingga aspal dapat tersemprot keluar;

36
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

c) Batang semprot yang dilengkapi dengan lubang pengatur


keluamya aspal (nosel).

Agar diperoleh basil penyemprotan yang merata maka Penyedia


Jasa harus menyediakan tenaga operator yang terampil dan diuji
coba dahulu kemampuannya sebelum disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.

6.1.4 PELAKSANAANPEKERJAAN

1) Penyiapan Permukaan Yang Akan Disemprot Aspal

a) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat


akan dilaksanakan pada permukaan perkerasan jalan yang
ada atau bahu jalan yang ada, semua kerusakan perkerasan
maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Seksi 8.1 dan
Seksi 8.2 dari Spesifikasi ini.

b) Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat


akan dilaksanakan pada perkerasan jalan baru atau bahu
jalan baru, perkerasan atau bahu itu harus telah selesai
dikerjakan sepenuhnya, menurut Seksi 4.1, 4.2, 5.1, 5.4, 6.3, 6.4,
atau 6.6 dari Spesifikasi ini yang sesuai dengan lokasi dan jenis
permukaan yang baru tersebut.

c) Untuk lapis resap pengikat, jenis aspal emulsi yang digunakan


harus mengacu pada Pasal 6.1.2.(1). dan Untuk lapis perekat,
jenis aspal emulsi yang digunakan harus mengacu pada Pasal
6.1.2.(2).

d) Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut


standar butir (a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan
pelaburan dilaksanakan.

e) Sebelum penyemprotan aspal dimulai, permukaan harus


dibersihkan dengan memakai sikat mekanis atau kompresor

37
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

atau kombinasi keduanya. Bilamana peralatan ini belum


dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat
yang kaku.

t) Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi


bidang yang akan disemprot.

g) Tonjolan yang disebabkan oleh benda-benda asing lainnya


harus disingkirkan dari permukaan dengan memakai
penggaru baja atau dengan cara lainnya yang telah disetujui
atau sesuai dengan perintah Direksi Pekerjaan dan bagian
yang telah digaru tersebut harus dicuci dengan air dan
disapu.

h) Untuk pelaksanaan Lapis Resap Pengikat di atas Lapis Pondasi


Agregat Kelas A, permukaan akhir yang telah disapu harus
rata, rapat, bermosaik agregat kasar dan halus, permukaan
yang hanya mengandung agregat halus tidak akan diterima.

i) Pekerjaan penyemprotan aspal tidak boleh dimulai sebelum


perkerasan telah disiapkan dapat diterima oleh Direksi
Pekerjaan.

2) Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal

a) Penyedia Jasa harus melakukan percobaan lapangan di


bawah pengawasan Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan
tingkat takaran yang tepat (liter per meter persegi) dan
percobaan tersebut akan diulang sebagaimana diperin-
tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang
akan disemprot atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya
takaran pemakaian yang didapatkan akan berada dalam
batas-batas sebagai berikut :

38
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

Lapis Resap Pengikat 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi
untuk LapisPondasi Agregat tanpa
bahan pengikat

Sesuai dengan jenis permukaan yang


Lapis Perekat akan menerima pelaburan dan jenis
bahan aspal yang akan dipakai. Lihat
Tabet 6.1.4.(1) untuk jenis takaran
pemakaian lapis aspal.

b) Temperatur penyemprotan harus sesuai dengan Tabet


6.1.4.(1), kecuali diperintahkan lain oleh Direksi Pekerjaan.
Temperatur penyemprotan untuk aspal cair yang kandungan
minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar
ini, temperatumya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.

Tabet 6.1.4.(1) Takaran Pemakaian Lapis Perekat

Tabet 6.1.4.(2) Temperatur Penyemprotan

39
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

c) Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang


berulang-ulang pada temperatur tinggi haruslah dihindari.
Setiap bahan yang menurut pendapat Direksi Pekerjaan, telah
rusak akibat pemanasan berlebihan harus ditolak dan harus
diganti atas biaya Penyedia Jasa.

3) Pelaksanaan Penyemprotan

a) Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan


penyemprotan harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk
Lapis Resap Pengikat, batas- batas lokasi yang disemprot harus
ditandai dengan cat atau benang.

b) Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka


bahan aspal harus disemprotkan dengan batang penyemprot
dengan kadar aspal yang diperintahkan, kecuali jika
penyemprotan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi
yang sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian
penyemprot aspal tangan (hand sprayer).

Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik


penyemprotan yang telah disetujui. Kecepatan pompa,
kecepatan kendaraan, ketinggian batang semprot dan
penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik
tersebut sebelum dan selama pelaksanaan penyemprotan.

c) Bila diperintahkan, bahwa lintasan penyemprotan bahan


aspal hams satu lajur atau setengah lebar jalan dan hams ada
bagian yang tumpang tindih (overlap) selebar 20 cm

40
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan


memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan
tidak boleh ditutup oleh lapisan berikutnya sampai lintasan
penyemprotan di lajur yang bersebelahan telah selesai
dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah disemprot hams
lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini
dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap
mendapat semprotan dari tiga nosel, sama seperti permukaan
yang lain.

d) Lokasi awal dan akhir penyemprotan hams dilindungi dengan


bahan yang cukup kedap. Penyemprotan hams dimulai dan
dihentikan sampai seluruh batas bahan pelindung tersemprot,
dengan demikian seluruh nosel bekerja dengan benar pada
sepanjang bidang jalan yang akan disemprot.

Distributor aspal hams mulai bergerak kira-kira 5 meter sebelum


daerah yang akan disemprot dengan demikian kecepatan
lajunya dapat dijaga konstan sesuai ketentuan, agar batang
semprot mencapai bahan pelindung tersebut dan kecepatan
ini hams tetap dipertahankan sampai melalui titik akhir.

e) Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh


kurang dari 10 persen dari kapasitas tangki untuk mencegah
udara yang terperangkap (masuk angin) dalam sistem
penyemprotan.

f) Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan


penyemprotan hams segera diukur dari volume sisa dalam
tangki dengan meteran tongkat celup.

g) Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap


lintasan penyemprotan, hams dihitung sebagai volume bahan
aspal yang telah dipakai dibagi luas bidang yang disemprot.
Luas lintasan penyemprotan didefinisikan sebagai hasil kali

41
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

panjang lintasan penyemprotan dengan jumlah nosel yang


digunakan dan jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-
rata yang dicapai harus sesuai dengan yang diperintahkan
Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.4.(2).(a) dari Spesifikasi ini,
dalam toleransi berikut ini :

Takaran pemakaian yang dicapai hams telah dihitung


sebelum lintasan penyemprotan berikutnya dilaksanakan dan
bila perlu diadakan penyesuaian untuk penyemprotan
berikutnya .

h) Penyemprotan hams segera dihentikan jika ternyata ada


ketidaksempurnaan peralatan semprot pada saat beroperasi.

i) Setelah pelaksanaan penyemprotan, khususnya untuk Lapis


Perekat, bahan aspal yang berlebihan dan tergenang di atas
permukaan yang telah disemprot hams diratakan dengan
menggunakan alat pemadat roda karet, sikat ijuk atau alat
penyapu dari karet.

j) Tempat-tempat yang disemprot dengan Lapis Resap Pengikat


yang menun- jukkan adanya bahan aspal berlebihan hams
ditutup dengan bahan penyerap (blotter material) yang
memenuhi Pasal 6.1.2.(1).(b) dari Spesifikasi ini

sebelum penghamparan lapis berikutnya. Bahan penyerap


(blotter material) hanya boleh dihampar 4 jam setelah
penyemprotan Lapis Resap Pengikat.

k) Tempat-tempat bekas kertas resap untuk pengujian kadar


bahan aspal harus dilabur kembali dengan bahan aspal yang
sejenis secara manual dengan kadar yang hampir sama
dengan kadar di sekitarnya.

42
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.1.5 PEMELIHARAAN DAN PEMBUKAAN BAGI LALU LINTAS

1) Pemeliharaan Lapis Resap Pengikat

a) Penyedia Jasa harus tetap memelihara permukaan yang telah


diberi Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat sesuai standar
yang ditetapkan dalam Pasal 6.1.1.(5) dari Spesifikasi ini
sampai lapisan berikutnya dihampar. Lapisan berikutnya
hanya dapat dihampar setelah bahan resap pengikat telah
meresap sepenuhnya ke dalam lapis pondasi dan telah
mengeras.

Untuk Lapis Resap Pengikat yang akan dilapisi Burtu atau


Burda, waktu penundaan harus sebagaimana yang
diperintahkan Direksi Pekerjaan minimum dua hari dan tak
boleh lebih dari empat belas hari, tergantung dari lalu lintas,
cuaca, bahan aspal dan bahan lapis pondasi yang
digunakan.

b) Lalu lintas tidak diijinkan lewat sampai bahan aspal telah


meresap dan mengering serta tidak akan terkelupas akibat
dilewati roda lalu lintas. Dalam keadaan khusus, lalu lintas
dapat diijinkan lewat sebelum waktu tersebut, tetapi tidak
boleh kurang dari empat jam setelah penghamparan Lapis
Resap Pengikat tersebut. Agregat penutup (blotter material)
yang bersih, yang sesuai dengan ketentuan Pasal 6.1.2.(1).(b)
dari Spesifikasi ini harus dihampar sebelum lalu lintas diijinkan
lewat. Agregat penutup harus disebar dari truk sedemikian
rupa sehingga roda tidak melindas bahan aspal yang belum
tertutup agregat. Bila penghamparan agregat penutup pada
lajur yang sedang dikerjakan yang bersebelahan dengan lajur
yang belum dikerjakan, sebuah alur (strip) yang lebamya
paling sedikit 20 cm sepanjang tepi sambungan harus
dibiarkan tanpa tertutup agregat, atau jika sampai tertutup

43
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

harus dibuat tidak tertutup agregat bila lajur kedua sedang


dipersiapkan untuk ditangani, agar memungkinkan tumpang
tindih (overlap) bahan aspal sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d)
dari Spesifikasi ini. Pemakaian agregat penutup harus
dilaksanakan seminimum mungkin.

2) Pemeliharaan dari Lapis Perekat

Lapis Perekat harus disemprotkan hanya sebentar sebelum


penghamparan lapis aspal berikut di atasnya untuk memperoleh
kondisi kelengketan yang tepat. Pelapisan lapisan beraspal
berikut tersebut harus dihampar sebelum lapis aspal hilang
kelengketannya melalui pengeringan yang berlebihan, oksidasi,
debu yang tertiup atau lainnya. Sewaktu lapis aspal dalam
keadaan tidak tertutup, Penyedia Jasa harus melindunginya dari
kerusakan dan mencegahnya agar tidak berkontak dengan lalu
lintas. Pemberian kembali lapis perekat (retackcoating) harus
dilakukan bila lapis perekat telah mengering sehingga hilang atau
berkurang kelengketannya.

Pengeringan lapis perekat yang basah akibat hujan turun dengan


tiba-tiba dengan menggunakan udara bertekanan (compressor)
dapat dilakukan sebelum lapis beraspal dihampar hanya bila
lamanya durasi hujan kurang dari 4 jam. Pemberian kembali

lapis perekat (retackcoating) harus dilakukan bila lapis perekat


terkena hujan lebih dari 4 jam.

6.1.6 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN

a) Contoh aspal dan sertifikatnya, seperti disyaratkan dalam


Pasal 6.1.1.(6).(a) dari Spesifikasi ini harus disediakan pada
setiap pengangkutan aspal ke lapangan pekerjaan.

b) Dua liter contoh bahan aspal yang akan dihampar harus


diambil dari distributor aspal, masing-masing pada saat awal

44
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

penyemprotan dan pada saat menjelang akhir


penyemprotan.

c) Distributor aspal harus diperiksa dan diuji, sesuai dengan


ketentuan Pasal 6.1.3.(6) dari Spesifikasi ini sebagai berikut:

i) Sebelum pelaksanaan pekerjaan penyemprotan pada


Kontrak tersebut;

ii) Setiap 6 bulan atau setiap penyemprotan bahan aspal


sebanyak 150.000 liter, dipilih yang lebih dulu tercapai;

iii) Apabila distributor mengalami kerusakan atau modifikasi,


perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap distributor
tersebut.

d) Gradasi agregat penutup (blotter material) harus diajukan


kepada Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan persetujuan
sebelum agregat tersebut digunakan.

e) Catatan harian yang terinci mengenai pelaksanaan


penyemprotan permukaan, termasuk pemakaian bahan aspal
pada setiap lintasan penyemprotan dan takaran pemakaian
yang dicapai, harus dibuat dalam formulir standar

6.1.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN

1) Pengukuran Untuk Pembayaran

a) Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran


adalah nilai terkecil di antara berikut ini : jumlah liter residu
pada 15 °C menurut takaran yang diperlukan sesuai dengan
Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau jumlah liter
residu aktual pada 15 °C yang terhampar dan diterima.
Gunakan Lampiran 6.1 untuk konversi suhu pelaksanaan di
lapangan ke suhu standard 15 °C. Pengukuran volume harus
diambil saat bahan berada pada temperatur keseluruhan
yang merata dan bebas dari gelembung udara. Kuantitas dari

45
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

aspal yang digunakan harus diukur setelah setiap lintasan


penyemprotan.

b) Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan


harus dianggap termasuk pekerjaan sementara untuk
memperoleh Lapis Resap Pengikat yang memenuhi ketentuan
dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah.

c) Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di


atasnya diberi Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, sesuai
dengan Pasal 6.1.4.(a) dan 6.1.4.(b) tidak akan diukur atau
dibayar di bawah Seksi ini, tetapi hams diukur dan dibayar
sesuai dengan Seksi yang relevan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan dan rehabilitasi, sebagai rujukan di dalam Pasal
6.1.4 dari Spesifikasi ini.

d) Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan


sesuai dengan Pasal 6.1.4.(3).(d) sampai 6.1.4.(3).(g) dari
Spesifikasi ini dan pemeliharaan permukaan Lapis Resap
Pengikat atau Lapis Perekat yang telah selesai menurut Pasal
6.1.5 dari Spesifikasi ini hams dianggap merupakan satu
kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis
Perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur
atau dibayar secara terpisah.

2) Pengukuran Untuk Pekerjaan Yang Diperbaiki

Bila perbaikan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis Perekat


yang tidak memenuhi ketentuan telah dilaksanakan sesuai
perintah Direksi Pekerjaan menurut Pasal 6.1.1.(5) di atas, maka
kuantitas yang diukur untuk pembayaran haruslah merupakan
pekerjaan yang sehamsnya dibayar jika pekerjaan yang semula
diterima. Tidak ada pembayaran tambahan yang akan dilakukan
untuk pekerjaan tambahan, kuantitas maupun pengujian yang
diperlukan oleh perbaikan ini.

46
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

3) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas hams dibayar


menurut Harga Satuan Kontrak per satuan pengukuran untuk
Mata Pembayaran yang tercantum di bawah ini dan dalam
Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan
penyemprotan seluruh bahan, termasuk bahan penyerap (blotter
material), penyemprotan ulang, termasuk seluruh pekerja,
peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan
untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan
dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembayaran Pengukuran

6.1.(la) Lapis Resap Pengikat - Aspal Cair Liter

6.1.(lb) Lapis Resap Pengikat - Aspal Emulsi Liter

6.1.(2a) Lapis Perekat - Aspal Cair Liter

6.l.(2b) Lapis Perekat - Aspal Emulsi Liter

6.1.(2c) Lapis Perekat - Aspal Emulsi Liter


Modifikasi

47
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.3.1 LATASIR Kelas A (SS-A) tb. 2,0 cm

UMUM
Aspal untuk bahan lapis tipis aspal pasir (Latasir) dapat
digunakan salah satu dari aspal keras penetrasi 40 atau
penetrasi 60, sesuai dengan persyaratan dalam RSNI S-01-2003,
aspal polimer, aspal dimodifikasi dengan aspal batu buton
(Asbuton), atau aspal multigrade, yang memenuhi persyaratan
dalam Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3 atau Tabel 1.
Tabel 1. Persayaratan Aspal Polimer

48
Tabel 2. Persayaratan Aspal Dimodifikasi Dengan Asbuton

Tabel 3. Persayaratan Aspal Multigrate (Bahan Dasar Aspal Pen


60/70)

49
BAHAN PENCAMPUR

A. Agregat
a) Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri
atas pasir atau hasil pengayakan batu pecah, dan terdiri
atas bahan yang lolos ayakan 2,36 mm (No. 8) sesuai
dengan SNI 03-6819-2002;
b) Agregat halus harus merupakan bahan yang bersih, keras,
bebas dari lempung atau bahan yang tidak dikehendaki
lainnya. Batuan induk agregat halus harus mempunyai
abrasi maksimum 40, diuji sesuai dengan SNI 03-2417-1991;
c) Agregat halus untuk Latasir kelas A dan Latasir kelas B
boleh dari kerikil bersih yang dipecah.

Persyaratan mutu pasir lainnya disajikan dalam Tabel 4.

B. Bahan pengisi
Bila diperlukan bahan pengisi harus dari semen portland.
Bahan tersebut harus bebas dari bahan yang tidak
dikehendaki;
Debu batu (stone dust) yang ditambahkan harus kering
dan bebas dari gumpalan-gumpalan, dan bila diuji
dengan pengayakan sesuai dengan SNI 03-4142-1996
harus sesuai dengan persyaratan bahan pengisi untuk
campuran beraspal (SNI 03-6723-2002), yaitu mengandung
bahan yang lolos ayakan 0,279 mm (No. 50) minimum 95%
dan lolos ayakan 0,075 mm (No. 200) minimum 70 %
terhadap beratnya, serta mempunyai sifat non plastis.

50
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

SYARAT PENCAMPURAN
A. Persyaratan Campuran Latasir
1. Gradasi Campuran
Gradasi campuran Latasir harus memenuhi persyaratan
dalam Tabel 5 atau Gambar A1 dalam Lampiran A.

2. Sifat-sifat campuran Latasir


Campuran Latasir harus memenuhi sifat-sifat campuran,
sesuai dengan persyaratan dalam Tabel 6:

Lampiran A
(informatif)

51
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

Gambar 1. Gradasi Latasir

METODA PEKERJAAN LATASIR

Hal – hal penting dalam pekerjaan ini :


1. Pencapuran Aspal dilapangan
2. Penyemprotan Prime Coat pada permukaan lapisan
perkerasan sebelumnya
LATASIR– atau aspal sand sheet adalah campuran antara pasir
dan aspal yang dicampur dan dipanaskan secara bersamaan di
lapangan menggunakan peralatan sederhana. Pencampuran dan
pemanasan dilakukan pada sebuah wadah lembaran tipis yang
terbuat dari besi yang diletakkan di atas drum minyak yang telah
kosong. Di bawah plat tempat pengadukan dilakukan pemanasan
dengan menggunakan kayu bakar. Komposisi yang tepat dari

52
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

campuran akan menghasilkan suatu campuran yang mempunyai


kualitas bagus, dan juga untuk memperoleh hasil yang baik harus
dilakukan
pemanasan setiap material secara terpisah sebelum dilakukan
pencampuran. Hal yang paling penting lainnya adalah suhu
pemanasan yang harus dikontrol secara cermat untuk memastikan
kualitas campuran.

1. Penyeprotan Prime Coat Pada Permukaan Lapisan Base Jalan

Sebelum pelaksanaan pengaspalan (latasir) base course


jalan harus di prime terlebih dahulu agar adanya adhesi yang
bagus antara lapisan pengaspalan dengan base course. Material
untuk prime coat adalah aspal yang dipanaskan dan dicampur
dengan minyak tanah dengan komposisi 35-40 %. Campuran untuk
prime coat tersebut harus disemprotkan seara hati-hati dan
dikontrol jumlah/kadar penyemprotannya. Setelah penyemprotan,
jalan harus ditutup untuk lalu lintas yang akan melalui jalan tersebut
agar prime coat tersebut dapat kering dan berfungsi dengan baik.

2. Penghamparan Campuran Latasir


Ketika lapisan prime coat telah kering dan latasir selesai
dicampur tiba saatnya untuk dilaksanakan penghamparan.
Campuran latasir harus ditutup dengan kanvas selama
pengangkutan ke tempat lokasi penghamparan untuk menjaga
kualitas campuran tetap baik, tidak kehilangan suhu dan
mencegah terkontaminasi dengan material lain. Hal penting
lainnya adalah menggunakan wadah pengangkut yang
mempunyai kondisi bagus untuk meminimalkan campuran latasir
yang tumpah. Penghamparan harus dimulai dari titik terjauh dari

53
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

tempat pencampuran aspal. Mal pembatas yang terbuat dari kayu


sangat berguna digunakan untuk menjaga agar ketika
penghamparan campuran menutupi daerah yang tepat dan
mempunyai ketebalan yang sama, dan harus dipasang pada sisi
tepi bagian pengaspalan dan di As jalan. Penghamparan harus
dilaksanakan per setengah bagian lintasan jalan untuk setiap
penghamparannya. Untuk mendapatkan hasil akhir yang mempuai
kualitas yang baik penghamparan campuran latasir harus dikontrol
dengan baik.

3. Pemadatan Latasir
Pemadatan harus dilaksanakan secepatnya setelah
penghamparan, dan untuk hasil yang bagus dilakukan pemadatan
dengan menggunakan mesin penggilas pneumatic double steel
drum roller 6-8 ton. Pastika jumlah lintasan pemadatan mencukupi
dan jaga agar lapisan permukaan aspal tetap basah dengan air
selama pemadatan dilakukan. Setelah dilaksanakan pemadatan
permukaan latasir akan meninggalkan bekas-bekas jejak
pemadatan, jalan harus ditutup terlebih dahulu dari lalu lintas berat
antara 1-2 jam untuk mencegah terjadinya pembebanan berlebih.

4. PEMBERSIHAN JALAN
Pelaksana akan memelihara kebersihan halaman tempat
pekerjaan baik berupa sampah-sampah, gundukan tanah
maupun bahan-bahan yang sudah tidak terpakai lagi dan
lain sebagainya.Pembersihan dan kebersihan halaman setelah
proyek selesai sampai dengan penyerahan kedua, menjadi
beban dan tanggung jawab Pelaksana.

54
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.6 LAPIS PENETRASI MACADAM

6.6.1 UMUM

Pekerjaan ini terdiri dari penyediaan lapis permukaan atau lapis


pondasi terbuat dari agregat yang distabilisasi oleh aspal.
Pekerjaan ini dilaksanakan dimana biaya untuk menggunakan
campuran aspal panas tidak mencukupi dan/atau penyediaan
instalasi campuran aspal sulit dilaksanakan akibat situasi
lingkungan.

6.6.2 BAHAN

1) Umum

Bahan harus terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci,


agregat penutup (hanya digunakan untuk lapis permukaan) dan
aspal.

Setiap fraksi agregat harus disimpan terpisah untuk mencegah


tercampumya antar fraksi agregat dan harus dijaga agar bersih
dari benda-benda asing lainnya.

2) Agregat

a) Agregat harus terdiri dari bahan yang bersih, kuat, awet,


bebas dari lumpur dan benda-benda yang tidak dikehendaki
dan harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel
6.6.2.(1).

Tabel 6.6.2.(1) Ketentuan Agregat Pokok dan Pengunci


Pengujian Standar Nilai
Abrasi dengan mesin Los Angeles SNI 2417: 2008 Maks.40
pada 500 putaran %
Penyelimutan dan Pengelupasan SNI 2439: 2011 Min. 95 %
Indeks Kepipihan BS 812 Part I Maks.25
1975 %
Article 7.3

b) Agregat harus, bilamana diuji sesuai dengan SNI 03-1968-


1990, memenuhi gradasi yang diberikan Tabel 6.6.2.(2).

55
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

Tabel 6.6.2.(2) Gradasi Agregat


% Berat Yang; Lolos
Ukuran Ayakan
Tebal (cm)
Lapisan
ASTM (mm 7 - 10 5-8 4-5
)
Agregat Pokok :
3" 75 100
2½" 63 90 - 100 100
2" 50 35 - 70 95 - 100 100
1½" 38 0 - 15 35 - 70 95 - 100
1" 25 0-5 0- -
¾" 19 - 15 0-5
0-5
Agregat Pene:unci :
1" 25 100 100 100
¾" 19 95 - 95 - 100 95 - 100
100
3/8" 9,5 0-5 0-5 0-5
Agregat Penutup :
½" 12,7 100 100 100
3/8" 9,5 85 - 100 85 - 100 85 - 100
No.4 4,75 10 - 30 10 - 30 10- 30
No.8 2,36 0 - 10 0 - 10 0- 10

3) Aspal

Bahan aspal haruslah salah satu dari berikut ini :

a) Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70 yang memenuhi


AASHTO M20.

b) Aspal emulsi CRSl atau CRS2 yang memenuhi ketentuan SNI


03-4798-1998 atau RSI atau RS2 yang memenuhi ketentuan
AASHTO M140.

c) Aspal cair penguapan cepat (rapid curing) jenis RC250


atau RC800 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4800-1998, atau
aspal cair penguapan sedang (medium curing) jenis MC250
atau MC800 yang memenuhi ketentuan SNI 03-4799-1998.

Jenis aspal lainnya mungkin dapat digunakan dengan


persetujuan Direksi Pekerjaan.

56
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.6.3 KUANTITASAGREGATDAN ASPAL

Kuantitas agregat dan aspal harus diambil dari Tabel 6.6.3.(1) dan
Tabel 6.6.3.(2) serta harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan sebelum pekerjaan dimulai. Penyesuaian takaran ini
mungkin diperlukan selama Kontrak jika dipandang perlu oleh
Direksi Pekerjaan untuk memperoleh mutu pekerjaan yang
disyaratkan.

Tabel 6.6.3.(1) : Lapen Sebagai Lapis Permukaan


Tebal Agregat Pokok Aspal Agregat Aspal Agregat
Lapisan (kg/m2) Residu Pengunci Residu Penutup
(cm) (kg/m2) (kg/m2) (kg/m2) (kg/m2)
7 - 10 5-8 4-5
10 200 8,5 25 1,5 14
9 180 7,5 25 1,5 14
8 160 6,5 25 1,5 14
8 152 6,0 25 1,5 14
7 140 5,5 25 1,5 14
7 133 5,2 25 1,5 14
6 114 4,4 25 1,5 14
5 105 3,7 25 1,5 14
5 80 2,5 25 1,5 14

Tabel 6.6.3.(2) : Lapen sebagai Lapis Pondasi (Perata)


Tebal Agregat Pokok Aspal Agregat
Lapisan (kg/m2) Residu Pengunci
(cm) 7- 10 5-8 4-5 (kg/m2) (kg/m2)
8,5 200 8,5 25
7,5 180 7,5 25
6,5 160 6,5 25
6,5 152 6,0 25
5,5 140 5,5 25
5,5 133 5,2 25
4,4 114 4,4 25
3,7 105 3,7 25
3,7 80 2,5 25

Catatan:

Aspal Residu adalah bitumen tertinggal setelah semua bahan


pelarut atau pengemulsi telah menguap.

57
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.6.4 PERALATAN

Peralatan berikut ini hams disediakan untuk :

a) Penumpukan Bahan

• Dump Truck
• Loader

b) Di Lapangan

i) Mekanis.

• Penggilas tandem 6 - 8 ton atau penggilas beroda tiga 6 - 8 ton.


• Penggilas beroda karet 10 - 12 ton Gika diperlukan).
• Distributor aspal atau hand sprayer sesuai dengan ketentuan da- lam
Pasal 6.1.3.
• Truk Penebar Agregat.

ii) Manual.

• Penyapu, sikat, kamng, keranjang, kaleng aspal, sekop, gerobak


dorong, dan peralatan kecil lainnya.
• Ketel aspal.
• Penggilas seperti cara mekanis.

6.6.5 PELAKSANAAN

1) Persiapan Lapangan

Permukaan yang diperbaiki dengan Penetrasi Macadam


harus disiapkan seperti di bawah ini:
a) Profil memanjang atau melintang harus disiapkan menurut
rancangan potong- an melintang.

b) Permukaan hams bebas dari benda-benda yang tidak


diinginkan seperti debu dan bahan lepas lainnya. Lubang-
lubang dan retak-retak harus diperbaiki sesuai dengan ketentuan
dalam Pasal 8.1.3.(2) dan 8.1.3.(3) dari Spesifikasi Umum.

c) Permukaan aspal lama hams diberikan Lapis Perekat sesuai


dengan ketentuan dalam Seksi 6.1 dari Spesifikasi umum,
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.

58
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

2) Penghamparan dan Pemadatan

a) Umum
Agregat dan aspal hams tersedia di lapangan sebelum pekerjaan
dimulai. Kedua bahan tersebut hams dijaga dengan hati-hati untuk
menjamin bahwa bahan tersebut bersih dan siap digunakan.
Selama pemadatan agregat pokok dan agregat pengunci,
kerataan permukaan harus dipelihara. Bilamana permukaan yang
telah dipadatkan tidak rata, maka agregat harus digaru dan
dibuang atau agregat ditambahkan seperlunya sebelum
dipadatkan kembali.
Temperatur penyemprotan aspal harus sesuai dengan Tabel
6.6.5.(1) Tabel 6.6.5.(1) Temperatur Penyemprotan Aspal
JENISASPAL TEMPERATURPENYEMPROTAN(°
C)
60/70 Pen. 165-175
80/100 Pen. 155 - 165
Emulsi kamar, atau sebagaimana Petuniuk
Pabrik
Asoal Cair RC/MC 250 80-90
Aspal Cair RC/MC 800 105 - 115

Bilamana jenis aspal lain digunakan, temperatur penyemprotan


harus disetujui Direksi Pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan
dimulai.

b) Metode Mekanis

i) Penghamparan dan Pemadatan Agregat Pokok


Truk penebar agregat harus dijalankan dengan kecepatan
yang sedemikian hingga kuantitas agregat adalah seperti
yang disyaratkan dan diperoleh permukaan yang rata.
Pemadatan awal harus menggunakan alat pemadat 6 - 8
ton yang bergerak dengan kecepatan kurang dari 3
km/jam. Pemadatan dilakukan dalam arah memanjang,
dimulai dari tepi luar hamparan dan dijalankan menuju ke
sumbu jalan. Lintasan penggilasan harus tumpang tindih
(overlap) paling sedikit setengah lebar alat pemadat.
Pemadatan harus dilanjutkan sampai diperoleh permukaan
yang rata dan stabil (minimum 6 lintasan).

ii) Penyemprotan Aspal diatas Agregat Pokok


Temperatur aspal dalam distributor harus dijaga pada
temperatur yang disyaratkan untuk jenis aspal yang
digunakan. Temperatur penyem- protan dan takaran
penyemprotan harus disetujui oleh Direksi Peker- jaan

59
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

sebelum pelaksanaan dimulai dan harus memenuhi


rentang yang disyaratkan masing-masing dalam Tabel
6.6.5.(1) dan 6.6.3.(1). Cara penggunaan harus memenuhi
ketentuan dalam Pasal 6.1.4.(3) Spesifikasi Umum.

iii) Penebaran dan Pemadatan Agregat Pengunci.


Segera setelah penyemprotan aspal, agregat pengunci
harus ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan
dengan cara yang sedemikian hingga tidak ada roda
yang melintasi lokasi yang belum tertutup bahan aspal.
Takaran penebaran harus sedemikian hingga, setelah
pemadatan, rongga-rongga permukaan dalam agregat
pokok terisi dan agregat pokok masih nampak.
Pernadatan agregat pengunci harus dirnulai segera
setelah penebaran agregat pengunci dan harus seperti
yang diuraikan dalarn Pasal 6.6.5(2)(b)(i) Bilarnana
diperlukan, tarnbahan agregat pengunci harus
ditarnbahkan dalarn jurnlah kecil dan disapu perlahan-
lahan di atas permukaan selarna pernadatan. Pernadatan
harus dilanjutkan sarnpai agregat pengunci tertanarn dan
terkunci penuh dalarn lapisan di bawahnya.

iv) Penyernprotan Aspal diatas Agregat Pengunci (bilarnana


digunakan Agregat Penutup)
Ketentuan Pasal 6.6.5(2)(b)(ii) di atas digunakan.

v) Penebaran dan Pernadatan Agregat Penutup


(untuk Lapis Permukaan).
Segera setelah penyernprotan aspal, agregat penutup
harus ditebarkan pada takaran yang disyaratkan dan
dengan cara yang sedernikian hingga tidak ada roda
yang rnelintasi lokasi yang belurn tertutup bahan aspal.
Pernadatan agregat penutup harus dirnulai segera setelah
penebaran agregat penutup. Bilarnana diperlukan,
tarnbahan agregat penutup harus ditarnbahkan dalarn
jurnlah kecil dan disapu perlahan-lahan di atas permukaan
sehingga seluruh rongga-rongga dalarn permukaan
agregat pengunci terisi selarna pernadatan. Pada saat
penyelesaian pernadatan, kelebihan agregat penutup
harus disapu dari permukaan.

60
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

c) Metode Manual

i) Pengharnparan dan Pernadatan Agregat Pokok.


Jurnlah agregat yang ditebar di atas permukan yang telah
disiapkan harus sebagairnana yang disyaratkan. Kerataan
permukaan dapat diperoleh dengan keterarnpilan
penebaran dan rnenggunakan perkakas tangan seperti
penggaru. Pernadatan harus dilaksanakan seperti yang
disyaratkan untuk rnetode rnekanis.

ii) Penyernprotan Aspal diatas Agregat Pokok

Penyernprotan aspal dapat dikerjakan dengan


rnenggunakan penyern- prot tangan (hand sprayer)
dengan ternperatur aspal yang disyaratkan. Takaran
penggunaan aspal harus serata rnungkin dan pada
takaran penyernprotan yang disetujui, sesuai dengan Tabet
6.6.5.(1) dan 6.6.3.(1). Cara penggunaan harus rnernenuhi
ketentuan dalarn Pasal 6.1.4.(3) Spesifikasi Urnurn.

iii) Penebaran dan Pernadatan Agregat Pengunci

Penebaran dan pernadatan agregat pengunci harus


dilaksanakan dengan cara yang sarna untuk agregat
pokok. Takaran penebaran harus sede-rnikian hingga,
setelah pernadatan, rongga-rongga permukaan dalarn
agregat pokok terisi dan agregat pokok rnasih nampak.
Pemadatan harus sebagaimana yang disyaratkan untuk
metode mekanis.

iv) Penyemprotan Aspal diatas Agregat Pengunci (bilamana


digunakan Agregat Penutup)
Ketentuan Pasal 6.6.5(2)(c)(ii) di atas digunakan.

v) Penebaran dan Pemadatan Agregat Penutup (untuk Lapis


Permukaan) Ketentuan Pasal 6.6.5(2)(b)(v) di atas digunakan.

3) Pemeliharaan Agregat Pengunci

Bilamana terdapat keterlambatan antara pengerjaan lapis


agregat pengunci dan lapis berikutnya, Penyedia Jasa harus
memelihara permukaan agregat pengunci dalam kondisi baik
sampai lapis berikutnya dihampar.

61
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.6.6 PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN DI LAPANGAN

1) Bahan dan Kecakapan Pekerja

Pengendalian mutu harus memenuhi ketentuan di bawah ini :

a) Penyimpanan untuk setiap fraksi agregat harus terpisah untuk


menghindarkan tercampumya agregat, dan harus dijaga
kebersihannya dari benda asing.

b) Penyimpanan aspal dalam drum harus dengan cara tertentu


agar supaya tidak terjadi kebocoran atau kemasukan air.

c) Temperatur pemanasan aspal harus seperti yang disyaratkan


dalam Tabel 6.6.5.(1).

d) Tebal Lapisan.
Tebal padat untuk lapisan penetrasi macadam harus berada
di dalam toleransi 1 cm. Pemeriksaan untuk ketebalan lapis
penetrasi macadam harus seperti yang diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.

e) Kerataan Permukaan Sewaktu Pemadatan.


Pada setiap tahap pemadatan, kerataan permukaan harus
dijaga. Bahan harus ditambah pada tiap tempat di mana
terdapat penurunan.

f) Kerataan Pemadatan Agregat Pokok.


Kerataan harus diukur dengan menggunakan mistar lurus
yang panjangnya 3 meter. Punggungjalan yang ambles tidak
melebihi dari 8 mm.

g) Sambungan memanjang dan melintang harus diperiksa


dengan cermat.

2) Lalu Lintas

Lalu lintas dapat diijinkan melintasi permukaan yang telah selesai


heherapa jam setelah pekerjaan selesai, sehagaimana yang disetujui
oleh Direksi Pekerjaan. Periode tipikal ini antara 2 sampai 4 jam. Bilamana
lalu lintas diijinkan melintasi lapisan agregat pengunci ini, perhatian
khusus harus diherikan untuk memelihara kehersihan lapisan ini sehelum
lapis herikutnya dihampar. Pengendalian lalu lintas harus meme- nuhi
ketentuan dalam Seksi 1.8 dari Spesifikasi umum.

62
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

6.6.7 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Pengukuran

a) Pekerjaan Minor

Kuantitas Lapis Penetrasi Macadam untuk pekerjaan minor


yang diukur untuk pemhayaran harus merupakan volume
padat yang dihampar, yang ditentukan atas dasar luas
permukaan yang diukur dan tehal Penetrasi Macadam yang
disetujui untuk setiap jenis perhaikan sehagaimana
didefinisikan dalam Seksi
8.1 dari Spesifikasi umum. Penyedia Jasa harus menyimpan
catatan dari luas dan tehal hahan Penetrasi Macadam dan
kuantitas Lapis Perekat yang disemprot pada pekerjaan minor
pada setiap kilometer proyek. Arsip itu harus diserah-kan
kepada Direksi Pekerjaan secara mingguan.

b) Lapis Pondasi/Perata, Lapis ulang dan Lapis Permukaan

i) Kuantitas yang diukur untuk pemhayaran dari Lapis


Penetrasi Macadam yang digunakan sehagai lapis
pondasi/perata, lapis ulang dan lapis permukaan harus
merupakan jumlah meter kuhik hahan yang dihampar
dan diterima, yang dihitung sehagai basil kali luas yang
diukur dan diterima dan tehal rancangan.

ii) Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak


termasuk Lapis Perata Penetrasi Macadam pada lokasi-
lokasi tertentu yang lehih tipis dari tehal minimum yang
diterima atau hagian-hagian yang lepas, terhelah, retak
atau menipis sepanjang tepi perkerasan atau di tempat
lain.

iii) Lehar lokasi Penetrasi Macadam yang akan dihayar


harus seperti yang tercantum dalam Gamhar atau yang
telah disetujui Direksi Pekerjaan dan harus ditentukan
dengan survei pengukuran yang dilakukan Penyedia
Jasa di hawah pengawasan Direksi Pekerjaan.
Pengukuran harus dilakukan tegak lurus sumhu jalan dan
tidak holeh meliputi lapisan yang tipis atau tidak
memenuhi ketentuan sepanjang tepi Lapis Penetrasi
Macadam yang dihampar. Jarak antara pengukuran

63
SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN
PEKERJAAN PENGASPALAN JALAN MASUK JEMBATAN PADANGIN
KECAMATAN MUARA HARUS

memanjang harus seperti yang diperintahkan Direksi


Pekerjaan tetapi harus herjarak sama dan tidak holeh
kurang dari 25 meter. Lehar yang digunakan untuk
menghitung luas pada setiap lokasi perkerasan yang
diukur harus merupakan lehar rata-rata dari pengukuran
lehar yang diukur dan disetujui.

iv) Panjang Lapis Penetrasi Macadam sepanjang jalan


harus diukur sepanjang sumhu jalan, dengan
menggunakan prosedur survei menurut ilmu ukur tanah.

2) Dasar Pembayaran

Kuantitas yang sebagaimana disyaratkan di atas harus dibayar menurut


Harga Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang
tercantum di bawah ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana
harga dan pembayaran tersebut harus merupakan kompensasi penuh
untuk pengadaan, produksi, pencampuran dan penghamparan seluruh
bahan, termasuk semua pekerja, alat, pengujian, alat-alat kecil dan hal-
hal yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan seperti yang
diuraikan dalam Seksi ini.

Nomor Mata Uraian Satuan


Pembavaran Pengukuran

6.6.(1) Lapis Permukaan Penetrasi Meter Kubik

6.6.(2) Macadam Lapis Meter Kubik

Pondasi/Perata Penetrasi

Macadam

64

Anda mungkin juga menyukai