Anda di halaman 1dari 8

Malam berlalu begitu panjang, Kulihat jalanan masih dipenuhi kendaraan

yang berlalu lalang dengan kecepatan tinggi. Aku berdiri di sebuah jembatan
besar yang menggantung di atas jalan ini. Pikiranku kini kacau, banyak hal yang
terjadi tak terduga hari ini. Semua hal yang penuh tekateki yang terkunci. Yang
tidak kupahami. Angin malam berhembus kencang, udara semakin dingin.
Untungnya aku selalu membalut tubuhku dengan jaket tebal dan jin panjang biru
tua. Dan rambutku yang terikat kuda sebahu.

Ini bukan hanya tentang cinta biasa. Ini soal takdir ku masa depan, orang
tuaku dan semua orang didekatku yang mengaitkan cinta. Aku juga sulit
menerjemahkannya,tak bisa berkata.

888888888888888888888888888888888888888888888888888

Aku duduk berdua dengan Ray disini, ditempat seperti biasa. Aku
menumpahkan semua hal yang aku kesal,marah,bahagia disini bersamanya.
Sudah enam tahun berjalan aku dengan Ray bersahabat. Entah apa yang
membuatku dan nya bisa solid, padahal jika dilihat saja aku dan Ray sangatlah
berbeda. Ray sangat keras kepala, keluarganya berantakan, dan saat ini Ray
masih di perebutkan hak asuh oleh orang tuanya. Kondisi ini membuatnya
semakin liar dalam bergaul,hidupnya berntakan. Tidak ada tujuan dalam
hidupnya, ia bahkan sering kepergok polisi karena bermain balapan liar.

Dan.. aku. Hmm.. entah aku tak bisa menilai diriku sendiri. Tapi yang jelas
sifatku bertolak belakang dengan Ray. Tapi itulah yang membuatku dan Ray
makin cocok sampai saat ini.

“Nih!Minumnya… “Ray melemparkan soda pada ku.

“Thanks”Jawabku singkat.

“Ada apa Din?Nggak biasanya dadak gini. Untung aja tadi gue bisa kabur
dari geng, diam diam. Untung nggak ketahuan.. padahal taruhannya besar tadi.
Dua juta setengah. Kan lumayan”

“Oh.. jadi lo lebih milih geng lo dari pada gue”Celetuk Dian

“Ya nggak lah Yan. Udahlah.. mau cerita apa?”


Dian masih cemberut, Alhasil Ray merangkulnya sampai lengannya sedikit
menekik leher Dian”Ada apa?”

“Ray! Gue lagi bingung dech! Lo tau nggak. Ruangan yang ada di belakang
kelas 12Mipa 1. Tepat sebelah gudang… ?”

Ray mengangguk.

“Gue tadi nggak sengaja kesana. Ya.. gue penasaran aja gitu, setelah gue
sampai di depan ruangan itu. Ruangan itu seperti bercahaya terang gitu,setelah
gue mau masuk. Gue ngerasa ada bayangan besar yang mau nyerang gitu dan..
saat gue balik ternyata itu Pak Hari. Dan Pak hari langsung nyeret gue jauh dari
ruangan itu, saat gue tanya dia nggak jawab dan ninggalin gue gitu aja.itu Aneh
nggak sih?”

“Nggak!Ya lo itu sering banget nghayal gitu Dian. Lo kebanyakan nonton


film sih”

“Ih.. Lo kok nggak percaya gitu sih. Gue yakin ada sesuatu di sana”

“Ya terus?”

“Besok pagi kita datang pagi pagi ke sekolah, kita pergi ke ruangan
itu.Oke?”

“Ya gue ikut lo aja. Oh ya nggak biasanya lo nggak cerita tentang Rizal.”

“Ray, maunya cowok itu apa sih?Kenapa Rizal nggak pernah peka sama
gue. Malahan lo tau,sekarang kabarnya dia deket sama Renda.Gue capek Ray”

“Hmm.. Ya ya”

“Kok gtu sih jawabnya. Beri solusi gitu kek”Ucap Dian kesal.

“Meski gue ngomong berkali kali lo nggak akan mau move on kan?ya
udah. Mending lo lupain masalah cowok dech Din,cari masalah baru yang bikin lo
menantang,menegangkan, asik gitu”

“Ya yah.. besok jemput gue”

Ray mengedipkan matanya dan memberikan jempol.

888888888888888888888888888888888888888888888888888888888
Ssstttttttttt…..

“Diam.”

“Lo udah percaya sama cerita gue”Tanya Dian bersemangat.

“Nggak. Ih.. jangan ke geeran y ague ngendap ngendap gini bukan karena
cerita konyol lo oitu tapi takut ketahuan pak Fandi . lo tahu sendiri kalo pak Fandi
tahu kita ada di sekolah jam segini , Kalaupasti kena skors”

“Oh.”Jawab Dian sambil memperhatikan suasan sekolah yang sepi


.”Ray!!”Panggil Dian dengan nada sedikit keras.
Rerumputan kering berkeliaran disana sini menambah suasana malam
hari ini semakin mencekam. Udara malam yang biasanya dingin kini terasa panas
dan membuatku semakin tegang. Aku tidak paham dengan semua yang terjadi
padaku hari ini. Aku terjebak atau aku di jebak, entah itu masih kupikirkan ,
namun untuk saat ini aku tidak butuh pertanyan itu lagi. Yang kubutuhkan adalah
keselamatan.

Suara hiru pikuk tembakan terasa bebas berterbangan di sana sini.


Banyak. Entah aku merasa aku berada di seliling orang hebat bertempur. Semua
orang yang memakai senjata begitu lihai memankan pistolnya.

Dan aku berada di keadaan yang salah,tempat yang salah, dan dengan
orang yang salah. Aku tak tahu harus memulai dari mana . Aku bahkan tidak
mendapat firasat buruk untuk hari ini.

“Cepat!Berlari! Tetap berada di punggungku” Teriak Seorang pemuda


yang tak ku kenal Pemuda yang membuatku dalam posisi ini, Yang berarti
mencoba membunuhku.Entah aku tak memiliki pilihan lain selain menuruti
perintahnya saat ini. Namun setelah ini aku akan hajar habis dia.

Aku berdiri dibelakangnya, Awalnya aku berjongkok sambil menungkik di


belakangnya. Namun setelah itu dia melempar pistol otomatis kepadaku,yang
membuatku berdiri. Kami saling bersandar saat ini,memainkan pistol ini untuk
membunuh.

Jujur aku sangatlah gugup dan tidak berbakat akan hal ini.

“Ok..! Tenang… Jangan gugup. Tepatkan pistolmu sesuai apa yang kamu
akan bidik. Now!”

Kakiku semakin kaku dan tegang.

Baiklah, Dian c’mon. Kamu bisa…

Dor dor dor…

Baiklah sepertinya tidak susah seperti yang kubayangkan, ini seperti permainan
games yang biasa aku mainkan di hp ayahku. Hanya saja ini real..

“Anak cerdas”Ujarnya cepat melihatku begitu cepat mengerti cara


menembak. Aku hanya menghunusnya dengan tatapan sinis. Sungguh aku sangat
muak dengan keadaan ini. Aaarrggg….
“Kamu diam sini, Aku akan kembali sebentar lagi”.Tanpa memperhatikan
ku yang masih ternganga dengan rencananya. Arrgg.. Baru saja aku sukses
menembak, sekarang ada lagi. Aku sendiri?disini?Gila!!

Aku mencari tempat persembunyian lain. Ada sebuah rak


didekatku,tepatnya itus seperti ruang perpustakaan. Tanpa pikir panjang aku
berlari kesana dengan meluncurkan tembakan tembakan asal.

Huh ….

Keadaan disini sedikit tenang, Tidak!! Tetap tidak tenang, mereka pasti
menemukanku. Aku mencari barang yang dapat membantu. Okelah jawabannya
tidak ada, ini sebuah perpustakaan,buku, apa yang harus aku lakukan dengan
buku?

Ini sebuah ruangan penuh buku. Dan semakin lama aku melangkah aku
semakin merasa tenang, dan suara gemuruh itu menghilang. Aku semakin tidak
mengerti, ini apa sebenarnya. Aku tak sengaja mengamati satu lorong buku yang
seperti dibuat hiasan khusus di sekitarnya, aku mengambil salah satu buku
disana.

“Ramalan Kematian”

“Buku gila”Ujarku singkat. Aku langsung mengembalikannya, namun rasa


penasaranku memenuhi pikiranku. Aku menariknya kembali dan membuka
halaman pertama,kedua, ketiga, keempat, kelima, yah.. Kelima. Aku berhenti..
Ada sebuah kata perintah disana.

“Katakan namamu padaku”

Dela

Halaman Keenam. Kosong.

Halaman berikutnya. “Pembohong” Tulisan itu penuh kemarahan.

Aku semakin tak mengerti, Aku menaruh buku itu. Dan melihat buku lain
yang berukuran lebih besar.Bercahaya. Aku mengambilnya, cahaya itu meredup.
Di halaman kelima cahaya itu bersinar lagi. Sangatlah silau.. aku merasa cahaya
itu menekanku untuk masuk ke dalam buku itu, namun kutarik dengan kuat
tubuhku. Sampai akhirnya…

Blem…
&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

“Pagi Dian” Ucap Juna padaku dengan ramah, Dengan jelas wajahnya
brgitu bersih tersapu oleh mentari pagi. Dengan Rambut yang acak acakan dia
masih terlihat tampan.

“Pagi. Sejak kapan aku disini?Siapa?Bagaimana bisa?Ehh… “Semua


pertanyaan yang memenuhi otakku begitu saja terlontar.

“Nggak lama. Tadi malam ada seorang pemuda yang mengantarkanmu


pulang dengan keadaan pingsan. Ia menceritakan semuanya padaku. Udahlah..
yang penting kamu udah baikan. Oh ya.. Aku buatin roti bakar”

“Roti bakar ala Juna. Hahaha… “Kata Dian sambil mencomot


rotinya.”Lama nggak ketemu Jun, Kemana aja?Padahal banyak hal yang mau gue
ceritain ke elo. Tapi lo nya malah nggak pernah sekolah”

“Yan.. Gue mau cerita sesuatu ke elo”Ucapnya dengan nada serius, raut
wajahnya berubah menjadi sedih,takut, marah bercampur. “Gue lagi ada
masalah, gue tahu sekarang siapa yang udah buat gue jadi berantakan gini” Ujar
Juna.

“Maksudnya?”Tanya gue belum connect.

“Huh..”Ucapnya kesal karena kebiasaanku yang lemot mikir.”Jadi aku tau


kepada siapa aku harus menumpahkan segala kemarahanku saat ini. Aku tahu
siapa yang harus bertanggung jawab atas meninggalnya ibuku. Yang harus gue
bunuh”

“Jun! Lo pikir itu bisa membuat lo lebih tenang?jika lo udah berhasil


bunuh dia?Nggak!! Lo gila? Lo sama dengan dia? Sama sama
pembunuh!!”Sambarku tajam pada Juna. Aku dan dia sudah bersahabat lama,
aku tahu sifat dia, aku tahu cara jinakin dia, aku tahu bagaimana berhadapan
dengan seorang Juna.

“Nggak!! Yan.. Lo Nggak ngerti apa yang gue rasakan saat itu. Lo nggak
pernah ngerti perasaan gue kayak apa! Ibu gue juga pasti menanti pembalasan
ini Yan. Gue akan membuat ibu gue tenang disana”

Aku beranjak dari tempat tidur dan mendekati Juna yang memandang
jendela.” Gue tahu perasaan lo, gue bisa ngerti. Sembilan tahun udah cukup buat
gue mempelajari seorang Juna yang bandel, nakal,keras kepala,pembual” Aku
tersenyum. Mencoba mencairkan suasana.”Ibu lo nggak akan tenang disana. Dia
tidak butuh sedikitpun apapun dari lo pengorbanan, apalagi pembalasan. Nggak,
Jun. Ibu lo hanya butuh satu. Doa. Itu yang akan membuat ibu lo tenang dan
bangga pada seorang Juna. Dan lagi, Ubah semua sikap lo,buang rokok, drunk,
dan lainnya. Itu akan membuat Ibumu bangga diatas sana.”Ujarku sambil
menatap langit

Juna memandangku dengan raut sedih, Aku paham situasi seperti ini.

“Maaf” Katanya pelan sambil memelukku.

&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&

https://www.youtube.com/watch?v=hE--cFlxK14 “

Polisi sedang bingung mencari pelaku dibalik pembunuhan berantai yang


selama satu bulan ini sudah memakan korban enam orang. Tak tanggung
tanggung, betapa sadisnya pembunuh itu. Ia akan membunuh semua orang yang
berusaha untuk mencegahnya, tanpa memikirkannya lagi. Ia akan membunuhnya
saat itu juga.

Kebenaran ini sudah memenuhi berita di segala penjuru kota. Membuat


polisi semakin awas dan terus waspada disegala tempat yang diduga akan
menjadi tkp. Hingga saat ini tak ada titik terang sedikitpun. Perlu diancungi
jempol pembunuh itu. Perbuatannya sungguh tak termaafkan sekaligus
membuat kagum akan kepintarannya memainkan tokoh dalam cerita.

Diduga pembunuhan berantai ini dilakukan oleh sekelompok orang yang


berambisi besar. Entah masih diselidiki motifnya apa.Tapi dari daftar identitas
diri korban pembunuhannya, semua adalah orang orang yang juga memiki kasus
sebagai mafia. Yang juga menjadi buronan para polisi sejak lama, entah apa polisi
harus senang, atau malah mendapat hal baru yang lebih menakutkan.

BLARRR…

Suara pecahnya kaca itu membuat semua orang yang berada di lantai
bawah, dan di jalan tercengang ketakutan. Semua bersekiap untuk bersembunyi.
Tak menunggu lama polisi datang. Semua yang tenang berubah menjadi
cengang. Sebuah mobil hitam Juke berhenti. Sesosok pria dengan bahu gagah
memakai jaket tebal ala eropa,rambutnya acak mebuatnya terlihat nakal. Pria itu
disambut baik dengan polisi disana.

Anda mungkin juga menyukai