Anda di halaman 1dari 23

BAB 1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hewan adalah organisme yang memiliki mobilitas, artinya dapat bergerak
dari satu tempat ke tempat yang lain. Semua organisme termasuk hewan hidup
dalam suatu ekosistem. Ekosistem adalah suatu unit lingkungan hidup yang
didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik antara sesama makhluk
hidup dan antara makhluk hidup dengan komponen abiotik (Susanto, 2000).
Lingkungan adalah faktor-faktor biotik dan abiotik diluar tubuh organisme
yang berpengaruh terhadap kehidupan organisme. Faktor-faktor tersebut termasuk
dalam komponen penyusun suatu ekosistem (Susanto, 2000). Antara komponenkomponen penyusun ekosistem tersebut terdapat suatu interaksi atau hubungan
timbal balik. Apabila terjadi perubahan kondisi pada komponen abiotik, maka
akan mempengaruhi komponen biotik. Oleh karena itu, komponen biotik dalam
hal ini adalah hewan, harus memiliki adaptasi khusus agar mampu merespon
perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi untuk mempertahankan hidunya.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1

Apa pengertian dari ekosistem? Sebut dan jelaskan tentang kompenen


ekosistem!

1.2.2

Apa sajakah tipe-tipe ekosistem dan apa sajakah komponen penyusun


suatu ekosistem?

1.2.3

Bagaimanakah hubungan antara komponen-komponen ekosistem?

1.2.4

Bagaimanakah respon hewan terhadap perubahan kondisi lingkungan


abiotik?

1.2.5

Bagaimanakah hubungan intraspesifik dan interspesifik yang terjadi dalam


ekosistem?

1.3 Tujuan
1.3.1

Untuk

mengetahui

pengertian

ekosistem

dan

kompen-komponen

ekosistem.
1.3.2

Untuk mengetahui tipe-tipe ekosistem dan komponen penyusun ekosistem

1.3.3

Untuk mengetahui hubungan antara komponen-komponen ekosistem.

1.3.4

Untuk mengetahui respon hewan terhadap perubahan kondisi lingkungan


abiotik.

1.3.5

Untuk mengetahui hubungan intraspesifik dan interspesifik dalam


ekosistem

1.4 Manfaat
1.4.1

Mengetahui dan memahami pengertian ekosistem dan kompen-komponen


ekosistem.

1.4.2

Mengetahui dan memahami tipe-tipe ekosistem dan komponen penyusun


ekosistem

1.4.3

Mengetahui dan memahami tentang hubungan antara komponenkomponen ekosistem.

1.4.4

Mengetahui dan memahami tentang respon hewan terhadap perubahan


kondisi lingkungan abiotik.

1.4.5

Mengetahui

dan

memahami

tentang

hubungan

intraspesifik

dan

interspesifik dalam ekosistem

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem dapat dikatakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh
antara

segenap

unsur

lingkungan

hidup

yang

saling

mempengaruhi

(Hadisubroto,1989). Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit


biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan
fisik sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan
terjadi suatu siklus materi antara organisme dan anorganisme. Dalam ekosistem,
organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan fisik
sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,
sebaliknya organisme juga mempengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup
(Sudarmadji, 2004).

2.1.1 Tipe-Tipe Ekosistem


Beberapa tipe ekosistem yang terdapat di permukaan bumi antara lain
ekosistem darat, ekosistem perairan dan ekosistem buatan. Tipe ekosistem ini
ditentukan oleh faktor biotik tertentu yang berada pada lingkungan abiotik tertentu
Berdasarkan letak geografisnya (garis lintang) ekosistem darat dibedakan kedalam
beberapa bioma yaitu (Samingan, 1993) :
1. Hutan Musim/Hutan Musim Gugur
Jenis hewan yang hidup di daerah ini misalnya serangga, burung, bajing,
salamander, racoon (hewan sebangsa luwak/musang). Contoh di daerah
belahan timur Amerika Utara.
2. Padang Rumput.
Tumbuhan yang dominan adalah rumput, meskipun ada tumbuhan lainnya
tetapi rumput yang beradaptasi dengan baik karena mampu hidup pada daerah
porositas dan drainase kurang baik. Hewan yang berada disana adalah bison,

kuda liar, gajah, jerapah, domba, kanguru, zebra, singa, srigala, anjing liar,
cheetah. Contoh dari daerah yang beriklim tropis sampai daerah yang beriklim
sedang seperti Hongaria, Rusia Selatan, Asia Selatan, Amerika Selatan,
Australia.
3. Gurun
Hewan yang dapat beradaptasi dengan kondisi di daerah gurun adalah
rodentia, semut, kalajengking. Contoh daerah seperti gurun gobi diAsia, gurun
Sahara diAfrika, gurun Anzo Borrego di Amerika.
4. Taiga
. Hewan yang berada di daerah ini adalah beruang hitam, serigala, ajag,
burung-burung. Ada hewan yang bermigrasi ketika musim dingin tiba dan ada
yang berhibernasi. Contoh daerah ini adalah Amerika Utara, dan beberapa
dataran tinggi lainya.
5. Tundra
Wilayah yang terletak disebelah kutub utara ini suhunya sangat dingin.
Hewan yang hidup didaerah ini adalah muscox, rusa kutub, beruang kutub,
insekta terutama nyamuk dan lalat hitam.
6. Hutan Hujan Tropis
Tumbuhan yang khas adalah liana dan epifit seperti rotan, paku sarang
burung, anggrek serta pohon-pohon ramin, rengas dan sebagainya. Sedangkan
hewan yang berada didaerah ini adalah hewan yang bersifat diurnal dan
nokturnal seperti monyet, burung hantu, babi hutan, kucing hutan, macan tutul,
sipanse, gorilla dan sebagainya. Contoh hutan tropis meliputi daerah aliran
sungai Amazone-Orinaco, Amerika Tengah, sebagian besar daerah Asia
Tenggara, dan Papua Nugini serta lemba kongo diafrika.
7. Savana
Tumbuhan yang mendominasi didaerah rumput, semak, serta pohon yang
tersebar. Sedangkan hewan yang berada didaerah ini sangat beragam yaitu
terdiri dari belalang, kumbang, rayap, beberapa hewan karnivora dan
herbivora. Contoh dearahnya seperti sabana Afrika dan sabana Australia.

Ekosistem perairan terdiri atas ekosistem air tawar dan ekosistem laut.
Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:
a. Ekosistem Air Tawar
Ekosistem air tawar umumnya memiliki ciri-ciri: (1)Salinitas (kadar
garam) rendah, umumnya lebih rendah daripada kadar garam plasma sel
organisme yang hidup di dalamnya; (2) Kondisi lingkungannya dipengaruhi oleh
iklim dan cuaca; (3) Variasi suhu antara permukaan dan dasar sangat rendah,
relatif sama; (4) Penetrasi cahaya di perairan kurang. Contoh hewan yang berada
pada ekosistem air tawar yaitu ikannial, ikan mijair, katak, dan lain sebagainya.
Ekosistem air tawar Berdasarkan aliran airnya dibedakan menjadi
ekosistem lotik yang airnya mengalir, misalnya sungai. Dan ekosistem lentik yang
airnya tidak mengalir misalnya, danau dan kolam. Berdasarkan intensitas cahaya
yang diterimanya ekosistem air tawar dikelompokkan menjadi litoral, limnetik,
dan profundal.
b. Ekosistem Air Laut
Ekosistem air laut memiliki ciri-ciri umum sebagai berikut: (1) Memiliki salinitas
tinggi, semakin mendekati khatulistiwa semakin tinggi; (2) NaCl mendominasi
mineral ekosistem laut hingga mencapai 75%; (3) Iklim dan cuaca tidak terlalu
berpengaruh pada ekosistem laut; (4) Memiliki variasi perbedaan suhu di
permukaan dengan dikedalaman. Contoh hewan yang berada di ekosistem air laut
yaitu ikan tengiri, cumi-cumi, kepiting, ikan teri, dan lain sebagainya.
Berdasarkan jarak dari pantai dan kedalamannya ekosistem laut dibedakan
menjadi 3 zona, antara lain (Odum, 1995):
1. Zona litoral
Beberapa macam zona litoral, antara lain sebagai berikut.

Ekosistem estuaria, yaitu terdapat pada wilayah pertemuan antara sungai


dan laut. Ciri estuari adalah berair payau dan vegetasi di dominasi oleh
tumbuhan bakau. Berdasarkan salinitasnya estuaria dibedakan menjadi
oligohalin yang berkadar garam rendah (0.5-3%), mesohalin berkadar
garam sedang (3-17%), dan polihalin berkadar garam tinggi di atas 17%.

Ekosistem pantai pasir, merupakan zona litoral yang terkena deburan


ombak terus-menerus dan terpaan cahaya matahari selama 12 jam. Hewan
pada ekosistem pantai pasir kebanyakan hidup di dalam pasir, misalnya
kepiting kecil.

Ekosistem pantai batu, merupakan daerah pantai yang memiliki air jernih
dan berbatu. Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, moluska,
krustase dan tumbuhannya adalah algabersel tunggal, alga h ijau, dan alga
merah.

2.

Zona laut dangkal (Neritik)


Neritik, yaitu zona yang masih dapat ditembus cahaya matahari sampai ke

dasarnya. Di daerah ini plankton, nekton dan bentos dapat hidup dengan baik.
Contoh zona laut dangkal adalah ekosistem terumbu karang. Ekosistem terumbu
karang hanya dapat tumbuh di dasar perairan yang jernih. Terumbu karang
terbentuk dari kerangka Coelenterata. Organisme yang ada dari Alga, Porifera,
Coelenterata, berbagai jenis ikan dan udang.
3.

Zona oseanik
Merupakan wilayah ekosistem laut lepas yang kedalamannya tidak dapat

ditembus cahaya matahari sampai ke dasar, sehingga bagian dasarnya paling


gelap. Akibatnya bagian air dipermukaan tidak dapat bercampur dengan air
dibawahnya, karena ada perbedaan suhu. Batas dari kedua lapisan air itu disebut
daerah Termoklin, daerah ini banyak ikannya.
Berdasarkan cara hidup organisme pada ekosistem perairan dibedakan
menjadi lima, antara lain sebagai berikut.
1.

Bentos, yaitu organisme yang hidupnya merangkak di dasar perairan,


misalnya ketam dan cacing air.

2. Nekton, yaitu organisme yang hidupnya bebas berenang secara aktif


bergerak kesana kemari, misalnya ikan.
3. Neuston, yaitu organisme yang hidupnya di permukaan perairan, misalnya
eceng gondok, kiambang, dan laba-laba air.
4. Plankton, yaitu organisme yang hidupnya melayang-layang mengikuti
arus air bergantung intensitas cahaya, misalnya alga.

5. Perifiton, yaitu organisme yang hidupnya menempel pada benda-benda


yang ada di lingkungan air, misalnya lumut dan alga.
2.1.2

Satuan-satuan Makhluk Hidup Penyusun Ekosistem


Di dalam sebuah ekosistem terdapat satuan-satuan makhluk hidup yang

meliputi (Anwar dkk, 1984):


1. Individu
Istilah individu berasal dari bahasa latin, yaitu in yang berarti tidak dan dividus
yang berarti dapat di bagi. Jadi, individu adalah makhluk hidup yang berdiri
sendiri yang secara fisiologis bersifat bebas atau tidak mempunyai hubungan
dengan sesamanya. Individu juga disebut satuan makhluk hidup tunggal.
2. Populasi.
Populasi berasal dari bahasa latin, yaitu populus yang berarti semua orang yang
bertempat tinggal pada suatu tempat. Dalam ekosistem, populasi berarti kelompok
makhluk hidup yang memiliki spesies sama (sejenis) dan menempati daerah
tertentu.
3. Komunitas
Komunitas adalah berbagai jenis makhluk hidup yang terdapat di suatu daerah
yang sama,misalnya halaman sekolah.
4. Biosfer
Biosfer adalaha semua ekossistem yang berada di permukaan bumi.
2.1.3

Komponen-Komponen Ekosistem

Ekosistem merupakan kesatuan dari seluruh komponen yang membangunnya. Di


dalam suatu ekosisiem terdapat kesatuan proses yang saling terkait dan
mempengaruhi antar semua komponen. Komponen-komponen ekosistem tersebut
antara lain (Anwar dkk, 1984):
1.

Komponen biotik

Komponen biotik di bedakan menjadi 3 golongan, yaitu :


a.

Produsen

Semua produsen dapat menghasilkan makanannya sendiri sehingga disebut


organisme

autotrof.

Sebagai

produsen,

yaitu

tumbuhan

hijau

dapat

menghasilkan makanan (karbohidrat) melalui proses fotosintesis. Makanan di

manfaatkan oleh tumbuhan itu sendiri maupun makhluk hidup lainnya. Dengan
demikian produsen merupakan sumber energi utama bagi organisme lain, yaitu
konsumen.
b.

Konsumen.

Semua konsumen tidak dapat membuat makanan sendiri di dalam tubuhnya


sehingga disebut heterotrof. Konsumen mendapatkan zat-zat organik yang
telah di bentuk oleh produsen, atau dari konsumen lain yang menjadi
mangsanya. Berdasarkan jenis makanannya,konsumen di kelompokkan sebagai
berikut: (1) Pemakan tumbuhan (herbivora), misalnya kambing, kerbau, kelinci
dan sapi; (2) Pemakan daging (karnivora), misalnya harimau,burung elang,dan
serigala; (3) Pemakan tumbuhan dan daging (omnivora), misalnya ayam, itik,
dan orang hutan.
c.

Pengurai (dekomposer)
Pengurai

(dekomposer)

berperan

penting dalam

ekosistem

yaitu

menguraikan zat-zat organik (sisa-sisa organisme mati) menjadi zat-zat


organik penyusunnya.
2.

Komponen abiotik.
Bagian dari komponen abiotik, antara lain:

1. Tanah.
Tanah merupakan hasil pelapukan batuan yang disebabkan oleh iklim atau
lumut, dan pembusukan bahan organik. Tanah memiliki sifat, tekstur, dan
kandungan garam mineral tertentu. Tanah yang subur sangat diperlukan oleh
organisme untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan akan tumbuh
dengan baik pada tanah yang subur (Susanto, 2000)
2. Air.
Air terdiri dari molekul-molekul H2O. Air dapat berbentuk padat, cair, dan
gas. Di alam, air dapat berbentuk padat, misalnya es dan kristel es (salju),
serta berbentuk gas berupa uap air. Dalam kehidupan, air sangat diperlukan
oleh makhluk hidup karena sebagian besar tubuhnya mengandung air. Hal-hal
penting pada air yang mempengaruhi kehidupan makhluk hidup adalah suhu

air, kadar mineral air, salinitas, arus air, penguapan, dan kedalaman air
(Susanto, 2000).

3. Udara.
Udara merupakan lingkungan abiotik yang berupa gas. Gas itu berbentuk
atmosfer yang melingkupi makhluk hidup. Oksigen, karbondioksida, dan
nitrogen merupakan gas yang paling penting bagi kehidupan makhluk
hidup(Susanto, 2000).
4. Cahaya matahari
Cahaya matahari merupakan sumber energi utama bagi kehidupan di bumi ini.
Namun demikian, penyebaran cahaya di bumi tidak merata. Oleh karena itu,
organisme harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang intensitas dan
kualitas cahaya yang berbeda (Susanto, 2000).
5. Suhu atau temperatur.
Suhu atau temperature adalah derajat energi panas. Sumber utama energi
panas adalah radiasi matahari. Suhu merupakan komponen abiotik di udara,
tanah, dan air. Suhu sangat diperlukan oleh setiap makhluk hidup, berkaitan
dengan reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Reaksi kimia
dalam tubuh makhluk hidup memerlukan enzim. Kerja suatu enzim
dipengaruhi oleh suhu tertentu. Setiap makhluk hidup memerlukan suhu
optimum untuk kegiatan metabolisme dan perkembangbiakannya(Susanto,
2000).
6. Kelembapan
Kelembapan merupakan salah satu komponen abiotik di udara dan
tanah.Kelembapan di udara berarti kandungan uap air di udara, sedangkan
kelembapan di tanah berarti kandungan air dalam tanah. Kelembapan
diperlukan oleh makhluk hidup agar tubuhnya tidak cepat kering karena
penguapan. Kelembapan yang diperlukan setiap makhluk hidup berbedabeda. Sebagai contoh, cacing memerlukan habitat yang sangat lembab
(Susanto, 2000).

2.2 Hubungan Antara Komponen-Komponen Ekosistem


2.2.1 Rantai Makanan
Rantai makanan merupakan prinsip yang menjelaskan tentang hubungan
antara produsen, konsumen, dan pengurai dalam memperoleh makanan. Makanan
yang dimaksud yaitu bahan-bahan organik, khususnya yang terbentuk dari proses
fotosintesis, yang mengandung energi kimia sebagai transformasi energi cahaya
matahari (Susanto, 2000). Secara singkat, dalam rantai makanan ini energi yang
dipancarkan matahari diserap oleh tumbuhan kemudian eenergi tersebut berpindah
seiring proses makan-dimakan (rantai makanan) makhluk hidup. Proses tersebut
yaitu tumbuhan dimakan herbivora, herbivora dimakan omnivora, kemudian
omnivora mati dan jasadnya diuraikan menjadi materi-materi organik oleh bakteri
pengurai (dekomposer), kemudian bahan organik tersebut dapat tumbuh menjadi
individu baru dengan bantuan matahari dan seterusnya.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu :
1. Rantai Pemangsa
sentai pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivorasebagai konsumen I,
dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen
ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai
konsumen ke-3.
2. Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai
parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3. Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur
dan bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu
dengan lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
.

10

Gambar 1. Rantai Makanan


(http://mediaekosistem.blogspot.com/)

2.2.2. Jaring-jaring makanan


Merupakan sekumpulan rantai makanan yang saling berhubungan dalam
suatu ekosistem. Seperti contoh jaring-jaring makanan di bawah ini.

Gambar 2. Jaring-jaring Makanan


(http://mediaekosistem.blogspot.com/)

11

2.2.3

Piramida Makanan
Dalam rantai makanan yang terdapat dalam suatu ekosistem dikenal istilah

keseimbangan ekosistem yang harus dipenuhi agar lingkungan hidup tetap


seimbang, artinya lingkungan hidup tersebut dapat terus berlangsung dalam
periode generasi yang cukup lama. Ekosistem dikatakan seimbang apabila semua
komponen biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya, baik jumlah
maupun peranannya dalam lingkungan (Dharmawan, 2005)
Sehingga untuk melihat jumlah yang sesuai dari suatu ekosistem dikenal
dengan istilah piramida makanan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 3. Piramida Makanan


(http://mediaekosistem.blogspot.com/)

2.2.4

Siklus Biogeokimia
Siklus biogeokimia atau yang biasa disebut dengan siklus organik-

anorganik adalah siklus unsur-unsur atau senyawa kimia yang mengalir dari
komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen abiotik.
Siklus unsur-unsur tersebut tidak hanya melalui organisme, tetapi juga melibatkan

12

reaksi-reaksi kimia dalam lingkungan abiotik sehingga disebut sebgai siklus


biogeokimia (Sudarmadji,2004).
Siklus biogeokimia yang terjadi di alam dapat berupa siklus oksigen dan
karbondioksida (karbon), silkus air, siklus nitrogen, siklus sulfur, dan siklus
fosfor.

1.Siklus Karbon dan Oksigen


Di atmosfer terdapat kandungan CO2 sebanyak 0.03%. Sumber-sumber
CO2 di udara berasal dari respirasi manusia dan hewan, erupsi vulkanik,
pembakaran batubara, dan asap pabrik. Karbondioksida di udara dimanfaatkan
oleh tumbuhan untuk berfotosintesis dan menghasilkan oksigen yang nantinya
akan digunakan oleh manusia dan hewan untuk berespirasi. Hewan dan tumbuhan
yang mati, dalam waktu yang lama akan membentuk batubara di dalam tanah.
Batubara akan dimanfaatkan lagi sebagai bahan bakar yang juga menambah kadar
C02 di udara. Di ekosistem air, pertukaran CO2 dengan atmosfer berjalan secara
tidak langsung. Karbondioksida berikatan dengan air membentuk asam karbonat
yang akan terurai menjadi ion bikarbonat. Bikarbonat adalah sumber karbon bagi
alga yang memproduksi makanan untuk diri mereka sendiri dan organisme
heterotrof lain. Sebaliknya, saat organisme air berespirasi, CO2 yang mereka
keluarkan menjadi bikarbonat. Jumlah bikarbonat dalam air adalah seimbang
dengan jumlah CO2 di air (Cotton dan Wilkinson, 1989).

13

Gambar 4. Siklus Karbon


(http://biologipedia.blogspot.com/2012/01/animasi-siklus-karbon.html)

2. Siklus Air
Air sangat penting bagi makhluk hidup karena air berfungsi sebagai
pelarut kation dan anion, pengatur suhu tubuh, pengatur tekanan osmotic sel, dan
bahan baku untuk fotosintesis. Di dalam terjadi daur air yang dapat
diuraikan sebagai berikut. Air laut, danau, dan sungai yang terkena cahaya
matahari akan menguap. Tumbuhan dan hewan juga mengeluarkan uap air. Uap
air akan membubung ke atmosfer dan berkumpul membentuk awan. Akibat
tiupan angina, awan akan bergerak menuju ke permukaan daratan. Pengaruh
suhu yang rendah mengakibatkan terjadinya kondensasi uap air menjadi titiktitik air hujan. Air hujan yang turun di permukaan bumi sebagian meresap ke
dalam tanah, sebagian dimanfaatkan tumbuhan dan hewan, sebagian yang lain
mengalir di permukaan tanah menjadi sungai-sungai, dan sebagian lagi
menguap menjadi uap air yang akan turun kembali bersama air hujan (Cotton dan
Wilkinson, 1989).

14

Gambar 5. Siklus Air


(http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air)

3. Siklus Nitrogen
Di alam, nitrogen terdapat dalam bentuk senyawa organik, seperti urea,
protein dan asam nukleat atau sebagai senyawa anorganik, seperti amonia, nitrit
dan nitrat. Udara (atmosfer) terdiri atas berbagai gas, dan gas nitrogen terdapat
kurang lebih sebanyak 80%. Namun, nitrogen tidak digunakan oleh makhluk
hidup dalam bentuk gas. Tumbuhan dapat menyerap nitrogen dalam bentuk
senyawa nitrit atau nitrat. Hewan maupun Tumbuhan membutuhkan nitrogen
untuk membuat protein. Tahap pertama daur nitrogen adalah transfer nitrogen
dari atmosfer ke dalam tanah. Selain air hujan yang membawa sejumlah nitrogen,
penambahan nitrogen ke dalam tanah terjadi melalui proses fiksasi nitrogen.
Fiksasi nitrogen secara biologis dapat dilakukan oleh bakteri Rhizobium yang
bersimbiosis dengan polong-polongan, bakteri Azetobacter dan Clostridium.
Selain itu, ganggang hijau-biru dalam air juga memiliki kemampuan memfiksasi
nitrogen. Tahap kedua, nitrat yang dihasilkan oleh fiksasi biologis digunakan oleh
produsen (tumbuhan) untuk kemudian diubah menjadi molekul protein.
Selanjutnya jika tumbuhan atau hewan mati, makhluk pengurai merombaknya
menjadi gas amoniak (NH3) dan garam amonium yang larut dalam air (NH4+).
Proses ini disebut dengan amonifikasi. Bakteri Nitrosomonas mengubah amoniak
dan senyawa amonium menjadi nitrat oleh Nitrobacter, kedua proses tersebut
dinamakan nitrifikasi. Apabila oksigen dalam tanah terbatas, nitrat dengan cepat
15

ditransformasikan menjadi gas nitrogen atau oksida nitrogen oleh proses yang
disebut denitrifikasi.

Gambar 6. Siklus Nitrogen


(http://evathedreamer.blogspot.com/2012/05/siklus-nitrogen.html)
4. Siklus Sulfur
Sulfur terdapat dalam bentuk sulfat anorganik. Sulfur direduksi oleh bakteri
menjadi sulfida dan kadang-kadang terdapat dalam bentuk sulfur dioksida atau
hidrogen sulfida. Hidrogen sulfida ini sering kali bersifat mematikan makhluk
hidup di perairan, pada umumnya dihasilkan dari penguraian bahan organik yang
mati. Ion sulfat kemudian diserap tumbuhan dan diubah menjadi protein. Jika
jaringan tumbuhan atau binatang mati akan mengalami proses penguraian.
Beberapa jenis bakteri dapat mengoksidasi hidrogen sulfida menjadi sulfat
kembali. Besi (Fe) dalam sedimen bereaksi dengan sulfida membentuk ferosulfida
(FeS) yang mengendap. Pembakaran bahan bakar fosil dan pencairan biji yang

16

mengandung sulfur sangat banyak menambah pemasukan senyawa gas sulfur


alam ke dalam atmosfer (Cotton dan Wilkinson, 1989).

Gambar 7. Siklus Sulfur


(http://schzimmyderry.blogspot.com/2013/10/pengertian-siklus-sulfurdan-proses.html)
5. Siklus Fosfor
Fungsi fosfor bagi makhluk hidup, antara lain fosfor dalam bentuk
adenosin trifosfat (ATP) merupakan bahan bakar (energi) bagi makhluk hidup.
Cadangan fosfat yang dapat larut, dapat digunakan langsung sebagai zat hara
primer dalam sintesis protein oleh tumbuhan. Melalui rantai makanan, fosfat dapat
beralih ke tingkat tropik yang lebih tinggi. Jika organisme mati, fosfor
dikembalikan ke tanah melalui proses penguraian. Kelebihan fosfat yang
diekskresikan burung dan ikan dalam tinjanya juga mengembalikan fosfor ke
lingkungan. Guano (deposit kotoran burung) juga merupakan akumulasi fosfor
yang dikembalikan ke daratan.

17

Gambar 8. Siklus Fosfor


(http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2011/08/daur-siklus-sulfurbelerang.html)

2.4

Respon Hewan Terhadap Perubahan Lingkungan Abiotik


Kondisi lingkungan yang ada di muka bumi ini tidak selalu dalam keadaan

konstan dari waktu ke waktu, tetapi terdapat lingkungan dengan kondisi stabil
daripada lingkungan lainnya. Begitu pula kondisi tubuh pada hewan, tidak ada
bentuk dan tingkah laku yang padu (match) dengan perubahan lingkungan,
kecuali terjadi perubahan besar pada tubuh hewan. Adapun perubahan-perubahan
kondisi lingkungan abiotik terbagi menjadi 3 (Begon, 1996), yaitu:
1. Perubahan siklik, yaitu perubahan yang ritmenya terjadi berulang-ulang.
Misalnya: siklus musim, gerakan gelombang, perubahan siang dan malam.
2. Perubahan terarah, yaitu perubahan lingkungan yang arahnya tetap dalam
satu periode waktu panjang, yang mungkin melebihi masa hidup
organisme. Misalnya: erosi pantai secara terus-menerus, terbentuknya
endapan di muara sungai.
3. Perubahan tidak teratur (erratic), yaitu meliputi semua perubahan
lingkungan yang tidak bersifat ritmik dan tidak mempunyai arah yang

18

tetap. Misalnya: siklon, badai, kebakaran akibat sambaran petir, tanah


longsor.
Perubahan kondisi lingkungan tersebut sangat mempengaruhi kehidupan
hewan. Oleh karena itu, hewan-hewan tersebut harus memiliki adaptasi khusus
terhadap perubahan lingkungan. Hewan yang mampu beradaptasi dengan
perubahan lingkungan maka hewan tersebut akan tetap hidup, sebaliknya apabila
hewan tidak dapat beradaptasi hewan tersebut akan mati atau bermigrasi bahkan
punah (Susanto, 2000).
Perubahan siklik yang terjadi pada lingkungan dapat direspon hewan
dengan dua cara (Susanto, 2000), yaitu:
1. Respon secara langsung: contohnya katak bernyanyi ketika terjadi
pergantian siang ke malam.
2. Respon secara tidak langsung: contohnya ketika akan terjadi
pergantian musim, burung yang hidup di daerah dingin akan
memprbanyak timbunan lemaknya pada musim panas sebagai
cadangan energi.
Pada perubahan lingkungan yang tidak teratur hewan sulit untuk
memberikan respon adaptasi. Hewan yang memiliki gerakan lincah akan dapat
menghindar dari perubahan lingkungan yang mengancam hidupnya, misalnya
dapat menghindari kebakaran hutan. Namun, hewan yang tidak dapat menghindar
dan tidak merespon dengan baik, maka akan terjadi kefatalan pada hewan tersebut
(Resosoedarmo, 1986).
Respon hewan terhadap perubahan lingkungan tidak muncul secara tibatiba. Respon akan muncul jika intensitas dan kuantitas perubahan faktor
lingkungan mencapai batas minimum sehingga hewan terangsang untuk
menanggapinya. Artinya, dibawah batas minimum hewan tidak merespon, diatas
batas minimum hewan akan merespon. Kuantitas atas intensitas minimum kondisi
lingkungan yang dapat menimbulkan respon hewan disebut batas ambang
(threshold) (Resosoedarmo, 1986). Adapun hewan yang masih mampu bertahan
hidup pada perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim, hewan tersebut memiliki
toleransi. Daerah antara batas terendah dan teratas dari rentangan tersebut disebut

19

batas toleransi (Dharmawan, 2005). Keluasan batas toleransi hewan terhdap


perubahan lingkungan bebeda-beda, contohnya ikan salmon yang hidup di lautan
Atlantik, yang dewasa hidup di laut, tetapi melakukan perkawinan di hulu sungai.
Artinya, ikan salmon memiliki toleransi untk bertahan pada keadaan yang
berbeda.

2.5 Hubungan Intraspesifik dan Interspesifik


Di dalam suatu ekosistem terdapat hubungan timbal balik antara
organisme satu dengan organisme lainnya. Hubungan tersebut dibedakan menjadi
dua yaitu hubungan intraspesifik dan hubungan interspesifik. Hubungan
intraspesifik adalah hubungan antara dua individu dalam satu jenis organisme,
sedangkan hubungan interspesifik adalah hubungan antara dua individu yang
berbeda jenis. Hubungan intraspesifik dan interspesifik merupakan mekanisme
alam untuk mengatur pertumbuhan populasi untuk menjaga keseimbangan
ekosistem. Hubungan-hubungan tersebut meliputi (Susanto, 2000):
a. Simbiosis : adalah hubungan dua individu dari dua jenis organisme yang
keduanya selalu bersama-sama.

Amensalisme, adalah hubungan antara dua jenis organisme, yang


satu menghambat atau merugikan yang lain, tetapi dirinya tidak
mendapat pengaruh dari kehadiran organisme yang dirugikannya.

Komensalisme, adalah hubungan antara dua jenis organisme, yang


satu memberikan kondisi yang menguntungkan bagi yang lain,
sementara dirinya sendiri tidak terpengaruh oleh kehadiran jenis
organisme lain.

Mutualisme, adalah hubungan antara dua jenis organisme atau


individu yang saling menguntungkan, tanpa ada yang mengalami
keurgian.

Parasitisme, adalah hubungan antara dua individu, yang satu hidup


atas tanggunan yang lain, sehingga yang satu mendapat
keuntungan sementara yang lain dirugikan.

20

b. Kompetisi : adalah hubungan antara individu untuk memperebutkan satu


macam sumberdaya (makanan,tempat tinggal, energi), sehingga sifatnya
merugikan bagisalah atu pihak.
c. Kanibalisme : adalah sifat suatu hewan untuk menyakiti dan membunuh
individu lain dalam satu jenis organisme.
d. Predatorisme : adalah hubungan antara dua jenis organisme yaitu predator
(hewan yang memburu) dan mangsa (hewan yang diburu dan dimakan).

21

BAB 3. PENUTUP

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang ekosistem,


antara lain:
1. Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan
timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem dapat dikatakan suatu tatanan kesatuan secara utuh dan
menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi.
2. Di dalam suatu ekosistem terdapat komponen-komponen penyusun
ekosistem yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponenkompenen tersebut akan saling keterkaitan karena adanya interaksi.
Interaksi yang dimaksudkan yaitu termasuk aliran energi (rantai makanan,
jaring-jaring makanan, dan piramida makanan) dan siklus biogeokimia.
Interaksi ini terdapat pada dua tipe ekosistem, yaitu ekosistem darat
maupun ekosistem akuatik.
3. Komponen abiotik sangat berpengaruh pada organisme di suatu
ekosistem, apabila kondisi lingkungannya berubah maka dibutuhkan
adaptasi. Adaptasi merupakan bentuk respon hewan pada perubahan
kondisi lingkungan. Namun, tidak semua hewan mampu beradaptasi ketika
lingkungan berubah. Karena masing-masing hewan memiliki kemampuan
toleransi yang berbeda.
4. Dalam ekosistem juga terjadi hubungan intraspesifik dan interspesifik,
yang mana hubungan ini merupakan mekanisme alam untuk mengatur
pertumbuhan populasi untuk menjaga keseimbangan ekosistem. Hubungan
tersebut antara lain: simbiosis, kompetisi, kanibalisme, dan predatorisme.

22

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, I., S.J. Damanik, N. Hisyam, dan A.J. Anthony. 1984. Ekologi Ekosistem.
Sumatera. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: 653 pp.
Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI-PRESS.
Dharmawan, A dkk. 2005. Ekologi Hewan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Eva.2012.(http://evathedreamer.blogspot.com/2012/05/siklus-nitrogen.html)
(Diakses 4 September 2014)
Hadisubroto, T. 1989. Ekologi Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan
Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
http://mediaekosistem.blogspot.com/.(Diakses 3 September 2014)
http://mediaekosistem.blogspot.com/.(Diakses 3 September 2014)
http://mediaekosistem.blogspot.com/. (Diakses 3 September 2014)
http://biologipedia.blogspot.com/2012/01/animasi-siklus-karbon.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Siklus_air. (Diakses 4 September 2014)
http://schzimmyderry.blogspot.com/2013/10/pengertian-siklus-sulfur-danproses.html (Diakses 2 September 2014)
http://kamuspengetahuan.blogspot.com/2011/08/daur-siklus-sulfur-belerang.html
(Diakses 2 September 2014)
Odum, E. P. 1995. Fundamental of Ecology. USA: WB Sander Company.
Resosoedarmo, S. 1986. Pengantar Ekologi. Bandung: Remadja Karya CV.
Samingan, T. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Edisi Ketiga. Gajah Mada University
Press
Sudarmadji. 2004. Ekologi Ekosistem. Jember: Jember University Press
Susanto, P. 2000. Pengatar Ekologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

23

Anda mungkin juga menyukai