Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kasih dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen serta memahami dan mengerti tentang Spektrofotometri UV-VIS
dalam bidang analisis kimia. Namun, dalam penulisan makalah ini, masih terdapat
banyak kekurangan.Untuk itu, kami mohon kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk pennyempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini penulis buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya,
kami ucapkan terima kasih.
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II
2.1 Zat-zat pengabsorpsi sinar radiasi UV-VIS ................................................... 2
2.2 Defenisi Spektroskopi UV-VIS ..................................................................... 7
2.3 Prinsip Kerja Spektroskopi UV-VIS .............................................................. 9
2.4 Instrumentasi Spektroskopi UV-VIS ............................................................ 15
2.5 Aplikasi Spektrofotometer UV-VIS .............................................................. 17
BAB III
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1. Mengetahui zat-zat pengabsorpsi sinar radiasi UV-VIS
2. Mengetahui Defenisi Spektroskopi UV-VIS
3. Mengetahui Prinsip Kerja Spektroskopi UV-VIS
4. Mengetahui Instrumentasi Spektroskopi UV-VIS
5. Mengetahui Aplikasi Spektroskopi UV-VIS
1
BAB II
ISI
2. 1 Zat-Zat Pengabsorbsi
2
elektronik yang meliputi σ σ* , n σ*, n π*, dan π π*, seperti pada gambar berikut
ini:
σ* antibonding
antibonding
π*
n nonbonding
π bonding
σ bonding
Gambar 1. Tingkat-tingkat energi molekul elektronik
Pada transisi elektronik σ σ*, elektron pada suatu orbital σ (sigma
bonding) tereksitasi pada orbital σ* (sigma antibonding), dengan mengabsorpsi
radiasi elektromagnetik. Transisi n σ*, terjadi pada senyawa-senyawa jenuh
yang mempunyai elektron tidak berpasangan.
Transisi n π* dan π π*, merupakan transisi elektronik yang
paling terjadi pada swenyawa-senyawa organik. Energi yang diperlukan lebih
kecil jika dibandingkan dengan transisi σ σ*, sehingga panjang gelombang
maksimumnya lebih besar yaitu sekitar5 200 s/d 700 nm. Transisi n π*
mempunyai ԑ = 10-100 L/cm/mol, sedangkan transisi π π*, mempunyai ԑ =
1000-10000 L/cm/mol.
3
Tabel 1. Karakteristik absorpsi dari beberapa senyawa kromofor
4
Gambar 2.2 Distribusi kerapatan elektron pada orbital d
Ketiga dari orbital d yaitu dxy.., dyz.., dxz mempunyai bentuk orientasi yang
mirip. Sebagai contoh, senyawa kompleks yang berbentuk oktahedral yang
merupakan bentuk yang paling umum dari senyawa-senyawa kompleks dari
logam transisi yang mempunyai ligan sebanyak 6 buah. Dipole yang bermuatan
negatif dari ligan menuju kearah ion logam dan medan elektrik dari dipole
tersebut akan menyebabkan naiknyatingkat energi dari orbitaldx2-y2 dan dz2 yang
lebih besar jika dibandingkan dengan elektron-elektron pada orbital dxy, dyz dan
dxz.
5
bertambahnya kekuatan medan ligan maka panjang gelombang absorpsi akan
menurun.
6
2. 2 Defenisi Spektroskopi UV-VIS
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di
dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik.Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari.Dalam interaksi materi dengan cahaya atau
radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan,
diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan,
spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektrofotometer UV-Vis
kimia kualitatif dan kuantitatif. Absorbansi ini berlangsung dalam dua tahap,
antara lain :
M + hϑ M*
Merupakan eksitasi spesies akibat absorbsi foton hϑ dengan waktu hidup
terbatas.Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya M* menjadi jenis baru
dengan reaksi foto kimia.Absorbsi dalam daerah UV-Vis menyebabkan eksitasi
elektron ikatan.Puncak absorbsi(λ max) dapat dihubungkan dengan jenis ikatan
yang ada dalam senyawa. Spektrum absorbsi dalam daerah UV-Vis umumnya
terdiri dari satu atau beberapa pita absorpsi yang lebar seperti pada gambar
dibawah ini:
7
Elektron dalam ikatan kovalen tunggal terikat erat, untuk eksitasinya
memerlukan energi tinggi sedangkan panjang gelombangnya pendek. Adapun
daerah penyerapan spektrofotometer UV-Vis, yaitu:
8
2.3. Prinsip Kerja SpektroskopiUV-VIS
9
Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif. Cahaya adalah
suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat sebagai gelombang dan
partikel.Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat dengan terjadinya pembiasan
dan pemmantulan cahaya oleh suatu medium, sedangkan sifatnya sebagai partikel
dapat dilihat dari terjadinya efek foto listrik.Energi radiasi terdiri dari sejumlah
besar gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berbeda-
beda.Bagian-bagian suatu radiasi dapat dipisah-pisahkan menjadi spectrum
elektro-magnetik.
Cahaya Tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh radiasi
elektromagnetik. Spektrum cahaya tampak terdiri dari komponen-komponen
merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-masing warna
mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Satuan yang banyak dipergunakan
-10
untuk menyatakan panjang gelombang adalah Angstrom, 1 A = 10 meter.
Perkiraan panjang gelombang warna-warna dalam daerah Cahaya Tampak.
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil.
10
Tabel 4. Perkiraan panjang gelombang warna – warna dalam daerah
Cahaya Tampak
Warna lengkap Panjang gelombang m (nm)
Hijau kuning 400 – 435
Kuning 435 – 480
Oranye 480 – 490
Merah lembayung 500 – 560
Ungu 580 – 595
Biru 580 – 595
Biru hijau 595 – 610
Hijau – biru 610 – 750
11
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat
digambarkan sebagai berikut:
Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang
atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.Cahaya yang
diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur
sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum
Beer, berbunyi:
12
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk
menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan :
A= a .b .c atau A = ε . b . c
dimana:
A = absorbansi
b = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).
1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.
13
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal
kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya
larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan
cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam
larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.
Keterangan C1 = contoh
A = sumber cahaya. C2 = pelarut .
B = monokromator. D = detektor.
C = sel absorpsi (tempat larutan) E = meter atau rekorder
( Triyati., 1985)
14
4. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada
blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol
sensitivitas.
5. Dengan menggunakan tombol transmitansi, atur besarnya pada 100 %.
6. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis.
7. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel.
2.4 Instrumentasi Spektroskopi UV-VIS
15
1. Sumber Radiasi
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu
wolfram, lampu aargon pada spektroskopi UV-Vakum, lampu hidrogen atau
lampu deuterium digunakan untuk sumber daerah UV.Kebaikan lampu wolfram
adalah energy radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang
gelombang.Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan
transformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan mendapatkan energi yang
bervariasi. Untuk mengkompensasi hal ini maka dilakukan pengukuran transmitan
larutan sampel selalu disertai larutan pembanding.
Sumber cahaya dipergunakan untuk pengukuran absorpsi.Sumber cahaya
ini harus memancarkan sinar dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan
pengukuran, juga harus memancarkan cahaya berkesinambungan yang berarti
harus mengandung semua panjang gelombang dari daerah yang dipakai.Kekuatan
sinar radiasi harus konstan selama waktu yang diperlukan.Sumber Cahaya
Tampak yang paling umum dipakai adalah lampu Wolfram.Sedangkan sumber
radiasi Ultra-violet biasa dipergunakan lampu Hidrogen atau Deuterium yang
terdiri dari tabung kaca dengan jendela dari kwartz yang mengandung Hidrogen
dengan tekanan tinggi.Oleh karena kaca menyerap radiasi Ultra-violet, maka
sistim optik Spektrofotometer Ultra-Violet dan sel harus dibuat dari bahan kwartz.
2. Monokromator
Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis.Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating.Untuk mengarahkan
sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan
celah.Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan
untuk mendapatkan 𝜆 yang diinginkan.Ada dua tipe prisma yaitu susunan Cornu
dan susunan Littrow. Secara umum tipe Cornu menggunakan sudut 60◦ ,
sedangkan tipe Littrow menggunakan prisma dimana pada sisinya tegak lurus
dengan arah sinar yang berlapis aluminium serta mempunyai sudut optik 30◦.
3. Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.Umumnya tebal
16
kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil lagi ataupun yang lebih besar
dapat digunakan.Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk
silinder dapat digunakan.Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk
pelarut organik.Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam
keseluruhannya.Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak
dipakai untuk daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung
pada cara pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat
pengotor pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih
sekali sebelum dipakai.
4. Detektor
Detektor dipergunakan untuk menghasil-kan signal elektrik. Dimana
signal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap. Sig-nal elektrik ini
kemudian dialirkan ke alat pengukur.Peranan detector penerima adalah
memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.Pada
spektrofotometer, tabung pengganda elektron yang digunakan prinsip kerjanya
telah diuraikan (Khopkar, 1990).
5. Rekorder
Rekorder dipergunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dari
detektor, yang dinyatakan dengan angka.
17
dengan menggunakan 20 set larutan kalibrasi diukur dengan spekttrofotometer
UV pada panjang gelombang 220 – 310 nm dengan interval 2nm. Pemilihan
panjang gelombang pada PLS bertujun agar data yang dihasilkan lebih informatif
dan kinerja model yang lebih optimum.
Aplikasi dari spektokopis UV-VIS ini juga dapat diaplikasikan untuk
menentukan kadar kafein dalam kopi bubuk yang dilakukan dengan metode
parry, sedangkan kadar kafein ditentukan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Pada pengujian dengan alat ini dilakukan pembuatan kurva standar larutan
baku kafein dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 mg/L
Kafein diperoleh dengan menyaring larutan kopi menggunakan kertas
saring. Kemudian dipisahkan dengan corong pisah dengan penambahan kalsium
karbonat dan kloroform. Kalsium karbonat berfungsi untuk memutuskan ikatan
kafein dengan senyawa lain, sehingga kafein akan ada dalam basa bebas yang
kemudian akan diikat oleh kloroform. Kemudian dilakukan pengocokan sehingga
terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang diekstraksi pada dua lapisan yang
terbentuk. Lapisan bawah diambil dan diuapkan dengan rotarievaporator.
Kloroform akan menguap, sehingga hanya ekstrak kafein yang tertinggal,
kemudian diencerkan dalam labu takar 100 mL.
Drai data yang dianalisis ada 6 sampel kopi yang dibaca dengan panjang
gelombang 275 nm. Untuk membaca nilai konsentrasi, masing-masing 100 mL
samel diambil 0,05 mL kemudian diencerkan dalam 3 mL akuades maka dikur
dengan menggunakan spektrofotomrter UV-Vis. Berikut adalah aplikasi
penggunaan spektroskopi UV-Vis pada penentuan bubuk kopi diuraikan lebih
lengkap.
1. Judul : Analisis Kafein dalam Kopi Bubuk di Kota
Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
2. Tujuan Penelitian : Menentukan kadar kafein dalam kopi bubuk kota
Manado dan kadar maksimum kopi bubuk yang
dapat dikonsumsi per hari berdasarkan SNI
3. Alat dan Bahan : Bahan : standar kafein, kloroform, kalsium
karbonat, alcohol, ammonia, akuades, sampel
kopi bubuk, reagen parry.
18
Alat : seperangkat alat spektrofotometer ( PG
Instrumen T80+ UV-Vis), evaporator, timbangan
analitik, tabung reaksi, corong, labu takar, gelas
piala, Erlenmeyer, pipet tetes, corong pisah, gelas
ukur dan hot plate.
4. Metode Penelitian :
a. Preparasi sampel
Preparasi yang dilakukan adalah proses ekstraksi dengan
menggunakan pelarut organik. Pelarut yang digunakan yaitu
kloroform. Ekstraksi dilakukan secara berulang sehingga kafein yang
dihasilkan benar-benar murni. Penyaringan larutan setelah ekstraksi
diperlukan agar diperoleh larutan yang jernih. Larutan didiamkan
sehingga terbentuk 2 lapiasan. Lapisan bawah kloroform yang
mengandung analit. Lapisan atas kloroform yang mngandung
pengotor.
b. Pengenceran
Kafein dari hasil ekstraksi kemudian diencerkan. Pengenceran ini
dilakukan dengan tujuan agar konsentrasi larutan kafein yang terdapat
dalam sampel tidak terlalu pekat yang akan menimbulkan over range
dalam pembacaan menggunakan spektrofotometer.
c. Pembuatan Larutan Baku Kafein
Larutan standar kafein dipipet sebanyak 2,5 mL dan dimasukkan ke
dalam labu takar 25 mL, kemudian diencerkan dengan akuades hingga
garis tanda yang digunakan sebagai larutan baku.
d. Penentuan Panjang Gelombang
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer uv-
vis. Larutan yang diukur tdak berwarna dan menggunakan sumber
lampu deutorium. Mula-mula pengukuran dilakukan dengan
mengukur zero base yang dilakukan dengan mengukur blanko,
kemudian dilanjutkan dengan mencari panjang gelombang maksimum
dengan cara mengukur salah satu deret standar yang telah dibuat
kemudian dibaca panjang gelombang maksimumnya.
19
Daerah serapan sampel kafein berada sekitar panjang gelombang 200
– 350 nm. Panjang gelombang pada absorbansi maksimum berada
pada panjang gelombang 275 nm.
20
6. Kesimpulan
Kadar kafein dari masing-masing kopi bubuk yang beredar di Kota
Manado dalam berat 1 g yaitu sampel A 13,81 mg, sampel B 13,63 mg,
sampel C 12,33 mg, sampel D 10,10mg, sampel E 10,13 mg, dan sampel F
9,53 mg.
21
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
22
DAFTAR PUSTAKA
23