Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas kasih dan rahmat-Nya, makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh dosen serta memahami dan mengerti tentang Spektrofotometri UV-VIS
dalam bidang analisis kimia. Namun, dalam penulisan makalah ini, masih terdapat
banyak kekurangan.Untuk itu, kami mohon kritik dan saran yang sifatnya
membangun untuk pennyempurnaan makalah ini.

Demikian makalah ini penulis buat, atas perhatian serta kritik dan sarannya,
kami ucapkan terima kasih.

Medan, 15 Maret 2018

Kelompok III

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 1

BAB II
2.1 Zat-zat pengabsorpsi sinar radiasi UV-VIS ................................................... 2
2.2 Defenisi Spektroskopi UV-VIS ..................................................................... 7
2.3 Prinsip Kerja Spektroskopi UV-VIS .............................................................. 9
2.4 Instrumentasi Spektroskopi UV-VIS ............................................................ 15
2.5 Aplikasi Spektrofotometer UV-VIS .............................................................. 17

BAB III
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 23

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dengan semakin kompleksisitas berbagai keperluan saat ini, analisis kimia


dengan mempergunakan metoda fisik dalam hal identifikasi dari berbagai
selektifitas fungsi polimer campuran, pemodifikasi dan aditif digunakan
untukplastik dan elastomer. Spektroskopi infra merah, metoda pengukuran
fotometer UV, gas dan liquid kromatografi dan spektroskopi masa bersama sama
dengan dari metoda pengukuran termoanalisis (DSC-TGA) merupakan alat yang
teliti sebagai pilihan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif bahan.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksiantara materi dengan cahaya.Sedangkan
peralatan yang digunakan dalam spektrofometri disebut spektrofotometer.Cahaya
yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan
materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
yang adapada atom ataupun molekul yang bersangkutan.
Para kimiawan telah lama menggunakan bantuan warna sebagai bantuan
dalam mengenali zat-zat kimia. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai suatu
perluasan pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari absorpsi
energi radiasi oleh macam-macam zat kimia memperkenankan dilakukannya
pengukuran ciri-ciri serta kuantitatifnya dengan ketelitian lebih besar (Day dan
Underwood, 1993).

1.2 Tujuan
1. Mengetahui zat-zat pengabsorpsi sinar radiasi UV-VIS
2. Mengetahui Defenisi Spektroskopi UV-VIS
3. Mengetahui Prinsip Kerja Spektroskopi UV-VIS
4. Mengetahui Instrumentasi Spektroskopi UV-VIS
5. Mengetahui Aplikasi Spektroskopi UV-VIS

1
BAB II
ISI

2. 1 Zat-Zat Pengabsorbsi

Pengukuran absorbans dalam spektroskopi ultraviolet dan daerah tampak


(UV-Vis). Dapat digunakan secara luas untuk keperluan analisis kualitatif dan
kuantitatif senyawa-senyawa kimia. Absorpsi dari senyawa M pada daerah UV-
Vis. Berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama, merupakan tahap eksitasi
akibat absorpsi foton.
M + hv M*
M* adalah partikel atom atau molekul yang berada dalam keadaan
tereksitasi setelah menyerap foton sebesar hv . tahap kedua adalah relaksasi
dengan menkonversi energi eksitasi menjadi energi panas.
M* M + Panas
Proses relaksasi juga dapat terjadi dengan berubahnya M* menjadi spesies
baru dengan reaksi fotokimia, atau dapat juga dengan melalui radiasi emisi berupa
fluoresensi atau fosforesensi. Adsorpsi pada daerah UV-Vis, pada umumnya
dihasilkan dari eksitasi dari elektron berpasangan (bonding elektron). Sehingga
panjang gelombang dari puncak absorpsi dapat dikorelasikan dengan jenis-jenis
ikatan dari senyawa yang dianalisis. Ada tiga jenis transisi elektronik yang
mungkin terjadi dari senyawa yang mengabsorpsi sinar radiasi. Diantaranya:

1. Absorpsi dari senyawa yang mempunyai elektron π, σ, dan n


Absorpsi senyawa dari jenis ini terdiri dari molekul-molekul (ion-ion) dari
senyawa organik dan anion dari swenyawa anorganik. Semua senyawa organik
dapat mengabsorpsi radiasi elektromagnetik karena semua senyawa organik
mempunyai elektron valensi yang dapat tereksitasi ketingkat energi yang lebih
tinggi. Absorpsi terjadi dalam daerah UV vakum (< 185 nm), sedangkan gugus-
gugus fungsional (kromofor) dengan energi eksitasi yang rendah mempunyai
daerah absorpsi di atas 180 nm. Transisi elektronik pada tingkat-tingkat energi
terjadi dengan mengabsorpsi radiasi sehingga mentebabkan terjadi transisi

2
elektronik yang meliputi σ σ* , n σ*, n π*, dan π π*, seperti pada gambar berikut
ini:

σ* antibonding

antibonding
π*

n nonbonding

π bonding

σ bonding
Gambar 1. Tingkat-tingkat energi molekul elektronik
Pada transisi elektronik σ σ*, elektron pada suatu orbital σ (sigma
bonding) tereksitasi pada orbital σ* (sigma antibonding), dengan mengabsorpsi
radiasi elektromagnetik. Transisi n σ*, terjadi pada senyawa-senyawa jenuh
yang mempunyai elektron tidak berpasangan.
Transisi n π* dan π π*, merupakan transisi elektronik yang
paling terjadi pada swenyawa-senyawa organik. Energi yang diperlukan lebih
kecil jika dibandingkan dengan transisi σ σ*, sehingga panjang gelombang
maksimumnya lebih besar yaitu sekitar5 200 s/d 700 nm. Transisi n π*
mempunyai ԑ = 10-100 L/cm/mol, sedangkan transisi π π*, mempunyai ԑ =
1000-10000 L/cm/mol.

Dengan bertambahnya kepolaran pelarut, bentuk puncak serapan bergeser


pada panjang gelombang yang lebih pendek (pergeseran biru atau hipsokromik).
Pergeseran biru disebabkan bertambahnya solvasi pasangan elektron tak berikatan
sehingga berakibat menmurunnya energi orbital n. Pergeseran merah terjadi akibat
bertambahnya kepolaran pelarut. Pergeseran ini disebabkan gaya polarisasi antara
pelarut dan senyawa, yang berakibat menurunnya selisih tingkat energi yang
terjadi.

3
Tabel 1. Karakteristik absorpsi dari beberapa senyawa kromofor

krofomor Contoh Pelarut λmaks ԑ Jenis transisi


(nm)
Alkena C6H13CH=CH2 n-Heptana 177 13.000 π π*
Alkuna C5H11C = C CH3 n-Heptana 178 10.000 π π*
Karbonil a) CH3COCH3 n-Heksana 186 1000 n σ*
280 16 n π*
b) CH3COH n-Heksana 180 Besar n σ*
293 12 n π*
Kerboksil CH3COOH Etanol 204 41 n π*
Amida CH3CONH2 Air 214 60 n π*
Azo CH3N=NCH3 Etanol 339 5 n π*
Nitro CH3NO2 Isooktana 280 22 n π*
Nitroso C4H9NO Etil eter 665 20 n π*
Nitrat C2H5ONO2 Dioksana 270 12 n π*

2. Absorpsi yang melibatkan elektron d dan f

Kebanyakan ion-ion logam mengabsorpsi pada daerah ultraviolet dan sinar


tampak. Untuk logam-logam seri lantanida dan aktinida proses absorpsi dihasilkan
dari transisi elektronik elektron-elektron pada orbital 4f dan 5f. Menurut teori
medan kristal, dengan tidak adanya medan magnet maka tingkat energi dari
orbital d adalah setara, dan absorpsi radiasi tidak terjadi. Namun jika
pembentukan senyawa kompleks terjadi dalam larutan antara ion logam dengan
ligan maka akan terjadi splitting dari orbital d kedalam tingkat-tingkat energi yang
berbeda-beda.

4
Gambar 2.2 Distribusi kerapatan elektron pada orbital d

Ketiga dari orbital d yaitu dxy.., dyz.., dxz mempunyai bentuk orientasi yang
mirip. Sebagai contoh, senyawa kompleks yang berbentuk oktahedral yang
merupakan bentuk yang paling umum dari senyawa-senyawa kompleks dari
logam transisi yang mempunyai ligan sebanyak 6 buah. Dipole yang bermuatan
negatif dari ligan menuju kearah ion logam dan medan elektrik dari dipole
tersebut akan menyebabkan naiknyatingkat energi dari orbitaldx2-y2 dan dz2 yang
lebih besar jika dibandingkan dengan elektron-elektron pada orbital dxy, dyz dan
dxz.

Besarnya harga ∆E tergantung pada beberapa faktor yaitu: keadaan valensi


dari ion logam, dan posisi unsur dalam sistem periodik. Namun yang penting
adalah kekuatan medan ligan. Berikut ini adalah deret ligan yang mempunyai
kekuatan medan ligan yang lebihbesar; I-< Br- <Cl- <F- <OH- <C2O42-<H2O
<SCN- <NH3- <etilendiamina<NO2- <CN-. Jika harga E bertambah besar dengan

5
bertambahnya kekuatan medan ligan maka panjang gelombang absorpsi akan
menurun.

Tabel 2. Pengaruh ligan pada absorpsi maksimum yang berkaitan dengan


transisi d-d.

Ion pusat Harga panjang gelombang maksimum pada kekuatan medan


ligan yang bertambah besar
6 Cl- 6H2O 6NH3 3en 6CN-
CR(III) 736 573 462 456 380
Co(III) -- 538 435 428 294
Co(II) -- 1345 980 909 --
Ni(II) 1370 1279 925 863 --
Cu(II) -- 794 663 610 --

3. Absorpsi Transfer Muatan

Spektrum absorpsi ini merupakan cara yang peka untuk menentukan


spesies absorpsi. Beberapa senyawa kompleks yang termasuk dalam absorpsi
transfer muatan adalah: [Fe(SCN)6]3+ ; [Fe(O-Fenantrolin)3]3+ ; [Fe-Fe(CN)6]+
yang berwarna biru prusia.absorbsi radiasi tersebut merupakan transfer elektron
dari donor orbital yang lebih tinggi yang berhubungan dengan akseptor.
Secara umum senyawa kompleks tersebut mengabsorpsi pada panjang
gelombang yang lebih besar, karena bertambahnya transfer elektron memerlukan
energi radiasi yang lebih kecil. Konsentrasi larutan yang berwarna diukur dengan
melihat absorpsi sinar. Pada daerah sinar tampak, konsentrasi dapat ditentukan
dengan 3 cara yaitu; kolorimetri visual, fotometri, dan spektrofotometri.

6
2. 2 Defenisi Spektroskopi UV-VIS
Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu di
dasarkan pada interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik. Namun
pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena
ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya
maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik.
Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang
digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan
kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.Peralatan
yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi.
Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai
radiasi elektromagnetik.Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan
sehari-hari adalah cahaya matahari.Dalam interaksi materi dengan cahaya atau
radiasi elektromagnetik, radiasi elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan,
diabsorbsi atau dihamburkan sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan,
spektroskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi.
Pengukuran absorbansi atau transmitansi dalam spektrofotometer UV-Vis
kimia kualitatif dan kuantitatif. Absorbansi ini berlangsung dalam dua tahap,
antara lain :

M + hϑ M*
Merupakan eksitasi spesies akibat absorbsi foton hϑ dengan waktu hidup
terbatas.Tahap kedua adalah relaksasi dengan berubahnya M* menjadi jenis baru
dengan reaksi foto kimia.Absorbsi dalam daerah UV-Vis menyebabkan eksitasi
elektron ikatan.Puncak absorbsi(λ max) dapat dihubungkan dengan jenis ikatan
yang ada dalam senyawa. Spektrum absorbsi dalam daerah UV-Vis umumnya
terdiri dari satu atau beberapa pita absorpsi yang lebar seperti pada gambar
dibawah ini:

7
Elektron dalam ikatan kovalen tunggal terikat erat, untuk eksitasinya
memerlukan energi tinggi sedangkan panjang gelombangnya pendek. Adapun
daerah penyerapan spektrofotometer UV-Vis, yaitu:

Berdasarkan pada gambar diatas Spektrofotometer UV mampu menyerap


pada panjang gelombang antara 200 – 400 nm sedangkan untuk spektrofotometer
UV-Vis mampu menyerap pada panjang gelombang antara 200 – 800 nm.Syarat
apabila suatu senyawa dapat di identifikasi melalui spektrofotometer UV-Vis
yaitu harus ada dua ikatan rangkap yang terkonjugasi atau resonansi (Hendayana,
1994).

8
2.3. Prinsip Kerja SpektroskopiUV-VIS

Daerah visible dari spektrum memiliki energi dari 36 s/d 72 kcal/mole.


Radiasi UV yang memiliki panjang gelombang lebih rendah dari 200 nm sulit
dilakukan dengan cara biasa. Energi yang disebutkan tadi cukup untuk
mempromosikan atau mengeksitasi electron suatu molekul ketingkat energi yang
lebih tinggi.Sehingga sebagai konsekuensinya, spektroskopi absorbsi didaerah ini
sering disebut sebagai spektroskopi elektronik.Diagram yang menggambarkan
berbagai jenis eksitasi elektronik yang mungkin terjadi pada molekul organik
dapat dilihat pada gambar kanan ini.Dari ke enam transisi yang digambarkan,
hanya dua energi transisi terendah yang dapat dilakukan oleh sinar dengan energi
pada daerah 200 s/d 800 nm. Sebagai aturannya, promosi elektron akan berasal
dari highest occupied molecular orbital (HOMO) ke lowest unoccupied
molecularorbital (LUMO). Spesi yang dihasilkannya disebut keadaan
tereksitasi.Jika suatu contoh molekul dikenai sinar dengan energi yang sesuai
dengan kemungkinan transisi elektronik didalam molekul, maka sebagian dari
sinar diserap dan energi sinar tersebut digunakanoleh elektron untuk promosi
ketingkat energi orbital yang lebih tinggi. Spektrometer optis akan mencatat
panjang gelombang dimana serapan terjadi, bersamaan dengan tingkat serapan
pada setiap panjang gelombang. Hasil spektrumnya diperlihatkan pada grafik
antara A terhadap panjang gelombang energi radiasi oleh suatu larutan

Prinsip kerja spektroskopi UV-VIS berdasarkan penyerapan cahaya atau

9
Jumlah cahaya atau energi radiasi yang diserap memungkinkan
pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara kuantitatif. Cahaya adalah
suatu bentuk energi radiasi yang mempunyai sifat sebagai gelombang dan
partikel.Sifatnya sebagai gelombang dapat dilihat dengan terjadinya pembiasan
dan pemmantulan cahaya oleh suatu medium, sedangkan sifatnya sebagai partikel
dapat dilihat dari terjadinya efek foto listrik.Energi radiasi terdiri dari sejumlah
besar gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang yang berbeda-
beda.Bagian-bagian suatu radiasi dapat dipisah-pisahkan menjadi spectrum
elektro-magnetik.
Cahaya Tampak hanyalah merupakan bagian kecil dari seluruh radiasi
elektromagnetik. Spektrum cahaya tampak terdiri dari komponen-komponen
merah, jingga, kuning, hijau, biru dan ungu, dimana masing-masing warna
mempunyai panjang gelombang yang berbeda. Satuan yang banyak dipergunakan
-10
untuk menyatakan panjang gelombang adalah Angstrom, 1 A = 10 meter.
Perkiraan panjang gelombang warna-warna dalam daerah Cahaya Tampak.
Metode Spektrofotometri Ultra-violet dan Sinar Tampak telah banyak
diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya
dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil.

Tabel 3. Daerah spektrum gelombang elektromagnetik


Macam Sinar Panjang Gelombang
Sinar X 10 – 100 pkm
Ultra – violet jauh 10 – 200 nm
Ultra – violet dekat 200 – 400 nm
Sinar Tampak 400 – 750 nm
Infra – merah dekat 0,75 – 2 𝜇m
Infra - merah tengah 2,5 – 50 𝜇m
Infra – merah jauh 50 – 1000 𝜇m
Gelombang mikro 0,1 – 100 cm
Gelombang radio 1 – 1000 m

10
Tabel 4. Perkiraan panjang gelombang warna – warna dalam daerah
Cahaya Tampak
Warna lengkap Panjang gelombang m (nm)
Hijau kuning 400 – 435
Kuning 435 – 480
Oranye 480 – 490
Merah lembayung 500 – 560
Ungu 580 – 595
Biru 580 – 595
Biru hijau 595 – 610
Hijau – biru 610 – 750

Ketika cahaya dengan panjang berbagai panjang gelombang (cahaya


polikromatis) mengenai suatu zat, maka cahaya dengan panjang gelombang
tertentu saja yang akan diserap. Di dalam suatu molekul yang memegang peranan
penting adalah elektron valensi dari setiap atom yang ada hingga terbentuk suatu
materi.Elektron-elektron yang dimiliki oleh suatu molekul dapat berpindah
(eksitasi), berputar (rotasi) dan bergetar (vibrasi) jika dikenai suatu energi.
Jika zat menyerap cahaya tampak dan UV maka akan terjadi perpindahan
elektron dari keadaan dasar menuju ke keadaan tereksitasi. Perpindahan elektron
ini disebut transisi elektronik. Apabila cahaya yang diserap adalah cahaya
inframerah maka elektron yang ada dalam atom atau elektron ikatan pada suatu
molekul dapat hanya akan bergetar (vibrasi). Sedangkan gerakan berputar elektron
terjadi pada energi yang lebih rendah lagi misalnya pada gelombang radio.
Atas dasar inilah spektrofotometri dirancang untuk mengukur konsentrasi
suatu suatu yang ada dalam suatu sampel.Dimana zat yang ada dalam sel sampel
disinari dengan cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Ketika cahaya
mengenai sampel sebagian akan diserap, sebagian akan dihamburkan dan
sebagian lagi akan diteruskan.

11
Pada spektrofotometri, cahaya datang atau cahaya masuk atau cahaya yang
mengenai permukaan zat dan cahaya setelah melewati zat tidak dapat diukur, yang
dapat diukur adalah It/I0 atau I0/It (perbandingan cahaya datang dengan cahaya
setelah melewati materi (sampel)). Proses penyerapan cahaya oleh suatu zat dapat
digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.Proses penyerapan cahaya oleh zat dalam sel sampel

Dari gambar terlihat bahwa zat sebelum melewati sel sampel lebih terang
atau lebih banyak di banding cahaya setelah melewati sel sampel.Cahaya yang
diserap diukur sebagai absorbansi (A) sedangkan cahaya yang hamburkan diukur
sebagai transmitansi (T), dinyatakan dengan hukum lambert-beer atau Hukum
Beer, berbunyi:

“Jumlah radiasi cahaya tampak (ultraviolet, inframerah dan sebagainya) yang


diserap atau ditransmisikan oleh suatu larutan merupakan suatu fungsi
eksponen dari konsentrasi zat dan tebal larutan”.

12
Berdasarkan hukum Lambert-Beer, rumus yang digunakan untuk
menghitung banyaknya cahaya yang hamburkan :

dimana I0 merupakan intensitas cahaya datang dan It atau I1 adalah intensitas


cahaya setelah melewati sampel.

Rumus yang diturunkan dari Hukum Beer dapat ditulis sebagai:

A= a .b .c atau A = ε . b . c

dimana:

A = absorbansi
b = tebal larutan (tebal kuvet diperhitungkan juga umumnya 1 cm)
c = konsentrasi larutan yang diukur
ε = tetapan absorptivitas molar (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam
molar)
a = tetapan absorptivitas (jika konsentrasi larutan yang diukur dalam ppm).

Secara eksperimen hukum Lambert-beer akan terpenuhi apabila peralatan


yang digunakan memenuhi kriteria-kriteria berikut:

1. Sinar yang masuk atau sinar yang mengenai sel sampel berupa sinar
dengan dengan panjang gelombang tunggal (monokromatis).
2. Penyerapan sinar oleh suatu molekul yang ada di dalam larutan tidak
dipengaruhi oleh molekul yang lain yang ada bersama dalam satu larutan.

13
3. Penyerapan terjadi di dalam volume larutan yang luas penampang (tebal
kuvet) yang sama.
4. Penyerapan tidak menghasilkan pemancaran sinar pendafluor. Artinya
larutan yang diukur harus benar-benar jernih agar tidak terjadi hamburan
cahaya oleh partikel-partikel koloid atau suspensi yang ada di dalam
larutan.
5. Konsentrasi analit rendah. Karena apabila konsentrasi tinggi akan
menggangu kelinearan grafik absorbansi versus konsntrasi.

Gambar 1. Bagan susunan alat spektrofotometer Ultra- Violet dan Sinar


Tampak

Keterangan C1 = contoh
A = sumber cahaya. C2 = pelarut .
B = monokromator. D = detektor.
C = sel absorpsi (tempat larutan) E = meter atau rekorder
( Triyati., 1985)

2.3.1Cara Kerja Spektrofotometer


1. Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama
sedangkan larutan yang akan dianalisis pada kedua sel.
2. Kemudian pilih fotosel yang cocok 200 nm -650 nm (650 nm – 1100 nm)
agar daerah 𝜆 yang diperlukan dapat terliputi
3. Dengan ruang fotosel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer dengan
menggunakan tombol dark-current.

14
4. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada
blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol
sensitivitas.
5. Dengan menggunakan tombol transmitansi, atur besarnya pada 100 %.
6. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis.
7. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel.
2.4 Instrumentasi Spektroskopi UV-VIS

Sebuah spektofotometer adalah suatu instrument untuk mengukur


transmitans atau absorbans suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang;
pengukuran terhadap sederetan sampel pada suatu panjang gelombang tunggal
dapat pula dilakukan.Instrumen semacam itu dapat dikelompokkan secara manual
atau merekam atau sebagai; berkas-tunggal atau berkas-rangkap. Dalam praktik,
instrument berkas-tunggal biasanya dijalankan secara manual, dan instrument
berkas – rangkap umumnya mencirikan perekam automatik terhadap spectra
absorpsi, namun dimungkinkan untuk merekam suatu spectrum dengan instrumen
berkas-tunggal (Underwood, 2002). Berikut adalah gambar instrumen di dalam
sketrofotometri UV-VIS.

Gambar 3. Instrumen di dalam sketrofotometri UV-VIS.

15
1. Sumber Radiasi
Sumber yang biasa digunakan pada spektroskopi absorpsi adalah lampu
wolfram, lampu aargon pada spektroskopi UV-Vakum, lampu hidrogen atau
lampu deuterium digunakan untuk sumber daerah UV.Kebaikan lampu wolfram
adalah energy radiasi yang dibebaskan tidak bervariasi pada berbagai panjang
gelombang.Untuk memperoleh tegangan yang stabil dapat digunakan
transformator. Jika potensial tidak stabil, kita akan mendapatkan energi yang
bervariasi. Untuk mengkompensasi hal ini maka dilakukan pengukuran transmitan
larutan sampel selalu disertai larutan pembanding.
Sumber cahaya dipergunakan untuk pengukuran absorpsi.Sumber cahaya
ini harus memancarkan sinar dengan kekuatan yang cukup untuk penentuan dan
pengukuran, juga harus memancarkan cahaya berkesinambungan yang berarti
harus mengandung semua panjang gelombang dari daerah yang dipakai.Kekuatan
sinar radiasi harus konstan selama waktu yang diperlukan.Sumber Cahaya
Tampak yang paling umum dipakai adalah lampu Wolfram.Sedangkan sumber
radiasi Ultra-violet biasa dipergunakan lampu Hidrogen atau Deuterium yang
terdiri dari tabung kaca dengan jendela dari kwartz yang mengandung Hidrogen
dengan tekanan tinggi.Oleh karena kaca menyerap radiasi Ultra-violet, maka
sistim optik Spektrofotometer Ultra-Violet dan sel harus dibuat dari bahan kwartz.
2. Monokromator
Monokromator digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis.Alatnya dapat berupa prisma ataupun grating.Untuk mengarahkan
sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian ini dapat digunakan
celah.Jika celah posisinya tetap, maka prisma atau gratingnya yang dirotasikan
untuk mendapatkan 𝜆 yang diinginkan.Ada dua tipe prisma yaitu susunan Cornu
dan susunan Littrow. Secara umum tipe Cornu menggunakan sudut 60◦ ,
sedangkan tipe Littrow menggunakan prisma dimana pada sisinya tegak lurus
dengan arah sinar yang berlapis aluminium serta mempunyai sudut optik 30◦.
3. Sel Absorpsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan, tetapi untuk pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel
kuarsa karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini.Umumnya tebal

16
kuvetnya adalah 10 mm, tetapi yang lebih kecil lagi ataupun yang lebih besar
dapat digunakan.Sel yang biasa digunakan berbentuk persegi, tetapi bentuk
silinder dapat digunakan.Kita harus menggunakan kuvet yang bertutup untuk
pelarut organik.Sel yang baik adalah kuarsa atau gelas hasil leburan serta seragam
keseluruhannya.Sel absorpsi dipakai dari bahan silika, kuvet dan plastik banyak
dipakai untuk daerah Sinar Tampak. Kualitas data absorbans sangat tergantung
pada cara pemakaian dan pemeliharaan sel. Sidik jari, lemak atau pengendapan zat
pengotor pada dinding sel akan mengurangi transmisi. Jadi sel-sel itu harus bersih
sekali sebelum dipakai.
4. Detektor
Detektor dipergunakan untuk menghasil-kan signal elektrik. Dimana
signal elektrik ini sebanding dengan cahaya yang diserap. Sig-nal elektrik ini
kemudian dialirkan ke alat pengukur.Peranan detector penerima adalah
memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai panjang gelombang.Pada
spektrofotometer, tabung pengganda elektron yang digunakan prinsip kerjanya
telah diuraikan (Khopkar, 1990).
5. Rekorder
Rekorder dipergunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dari
detektor, yang dinyatakan dengan angka.

2.5 Aplikasi dari Spektroskopi UV-VIS


Spektrokopi UV-VIS dapat digunakan untuk analisis parasetamol,
guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam sirup, pada analisis senyawa
multikomponen ini diawaali dengan mengukur absorbansi masing-masing larutan
baku parasetamol, guaifenesi, dan klorfeniramin maleat. Proses tersebut dilakukan
untuk mengatuhi overlapping spektra antara komponen yang satu dengan
komponen lain. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengecekan dengan profil
spektra UV sampel dengan spektra UV yang mirip. Tujuan dilakukan pengecekan
ini adalah apakah ada bahan tambahan yang turut memberikan serapan dalam
kisaran panjang gelombang tersebut.
Setelah konfirmasi spektrum UV campuran dan spektrum UV sampel
dilakukkan, tahap selanjutnya adalah dengan mebuat pemodelan kalibrasi, yakni

17
dengan menggunakan 20 set larutan kalibrasi diukur dengan spekttrofotometer
UV pada panjang gelombang 220 – 310 nm dengan interval 2nm. Pemilihan
panjang gelombang pada PLS bertujun agar data yang dihasilkan lebih informatif
dan kinerja model yang lebih optimum.
Aplikasi dari spektokopis UV-VIS ini juga dapat diaplikasikan untuk
menentukan kadar kafein dalam kopi bubuk yang dilakukan dengan metode
parry, sedangkan kadar kafein ditentukan menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Pada pengujian dengan alat ini dilakukan pembuatan kurva standar larutan
baku kafein dengan variasi konsentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6 mg/L
Kafein diperoleh dengan menyaring larutan kopi menggunakan kertas
saring. Kemudian dipisahkan dengan corong pisah dengan penambahan kalsium
karbonat dan kloroform. Kalsium karbonat berfungsi untuk memutuskan ikatan
kafein dengan senyawa lain, sehingga kafein akan ada dalam basa bebas yang
kemudian akan diikat oleh kloroform. Kemudian dilakukan pengocokan sehingga
terjadi kesetimbangan konsentrasi zat yang diekstraksi pada dua lapisan yang
terbentuk. Lapisan bawah diambil dan diuapkan dengan rotarievaporator.
Kloroform akan menguap, sehingga hanya ekstrak kafein yang tertinggal,
kemudian diencerkan dalam labu takar 100 mL.
Drai data yang dianalisis ada 6 sampel kopi yang dibaca dengan panjang
gelombang 275 nm. Untuk membaca nilai konsentrasi, masing-masing 100 mL
samel diambil 0,05 mL kemudian diencerkan dalam 3 mL akuades maka dikur
dengan menggunakan spektrofotomrter UV-Vis. Berikut adalah aplikasi
penggunaan spektroskopi UV-Vis pada penentuan bubuk kopi diuraikan lebih
lengkap.
1. Judul : Analisis Kafein dalam Kopi Bubuk di Kota
Manado Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis.
2. Tujuan Penelitian : Menentukan kadar kafein dalam kopi bubuk kota
Manado dan kadar maksimum kopi bubuk yang
dapat dikonsumsi per hari berdasarkan SNI
3. Alat dan Bahan : Bahan : standar kafein, kloroform, kalsium
karbonat, alcohol, ammonia, akuades, sampel
kopi bubuk, reagen parry.

18
Alat : seperangkat alat spektrofotometer ( PG
Instrumen T80+ UV-Vis), evaporator, timbangan
analitik, tabung reaksi, corong, labu takar, gelas
piala, Erlenmeyer, pipet tetes, corong pisah, gelas
ukur dan hot plate.
4. Metode Penelitian :
a. Preparasi sampel
Preparasi yang dilakukan adalah proses ekstraksi dengan
menggunakan pelarut organik. Pelarut yang digunakan yaitu
kloroform. Ekstraksi dilakukan secara berulang sehingga kafein yang
dihasilkan benar-benar murni. Penyaringan larutan setelah ekstraksi
diperlukan agar diperoleh larutan yang jernih. Larutan didiamkan
sehingga terbentuk 2 lapiasan. Lapisan bawah kloroform yang
mengandung analit. Lapisan atas kloroform yang mngandung
pengotor.
b. Pengenceran
Kafein dari hasil ekstraksi kemudian diencerkan. Pengenceran ini
dilakukan dengan tujuan agar konsentrasi larutan kafein yang terdapat
dalam sampel tidak terlalu pekat yang akan menimbulkan over range
dalam pembacaan menggunakan spektrofotometer.
c. Pembuatan Larutan Baku Kafein
Larutan standar kafein dipipet sebanyak 2,5 mL dan dimasukkan ke
dalam labu takar 25 mL, kemudian diencerkan dengan akuades hingga
garis tanda yang digunakan sebagai larutan baku.
d. Penentuan Panjang Gelombang
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer uv-
vis. Larutan yang diukur tdak berwarna dan menggunakan sumber
lampu deutorium. Mula-mula pengukuran dilakukan dengan
mengukur zero base yang dilakukan dengan mengukur blanko,
kemudian dilanjutkan dengan mencari panjang gelombang maksimum
dengan cara mengukur salah satu deret standar yang telah dibuat
kemudian dibaca panjang gelombang maksimumnya.

19
Daerah serapan sampel kafein berada sekitar panjang gelombang 200
– 350 nm. Panjang gelombang pada absorbansi maksimum berada
pada panjang gelombang 275 nm.

e. Pembuatan Kurva Standar


Larutan standar dibuat dengan mengambil : 0,05; 0,1; 0,15; 0,2; 0,25;
0,3 mL dari larutan standar kafein 2,5 mL/25 mL yang dibuat dari
larutan induk 1000 mg/L, kemudian diencerkan lagi ke dalam 5 mL
akuades. Konsentrasi larutan standar yang diperoleh berturut-turut
adalah : 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8 mg/L
f. Penentuan Kadar Sampel
Absorbansinya dibaca pada panjang gelombang 275 nm dengan
blanko serapan akuades dan dihitung jumlah kafein dari angka serapan
masing-masing.
5. Hasil dan Pembahasan
 Uji kuantitatif kafein metode Spektrofotometri UV-Vis
Kafein yang telah diencerkan kemudian diukur absorbansinya
menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Absorbansi dari tiap-tiap
sampel dibuat kurva sehingga dapat ditentukan persamaan (Y=mx+C)
untuk mencari konsentrasi dari masing-masing sampel.

20
6. Kesimpulan
Kadar kafein dari masing-masing kopi bubuk yang beredar di Kota
Manado dalam berat 1 g yaitu sampel A 13,81 mg, sampel B 13,63 mg,
sampel C 12,33 mg, sampel D 10,10mg, sampel E 10,13 mg, dan sampel F
9,53 mg.

21
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Spektrofotometer manghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang


gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
2. Bagian – bagian dari spektofotometri UV-VIS
a. Sumber : Sumber cahaya dipergunakan untuk pengukuran absorpsi
b. Monokromator: digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang
monokromatis
c. Sel absorbsi
d. Detektor: dipergunakan untuk menghasil-kan signal elektrik.
e. Rekorder dipergunakan untuk mencatat data hasil pengukuran dari
detektor, yang dinyatakan dengan angka
3. Prinsip kerjanya berdasarkan penyerapan cahaya atau energi radiasi
oleh suatu larutan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Hendayana, Sumar., Kimia Analitik Instrumen, IKIP Semarang Press, Semarang

Khopkar, S. M., (1990), Konsep dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta.

Noviyanto, Fajrin., ( 2014 ), Ketoprofen, Pnetapan Kadarnya Dalam Sediaan Gel


Dengan Metode Spektrofotometri Ultraviolet-Visible,Pharmacy,1 (XI)

Triyati, Etty., ( 1985 ), Spektofotometer Ultra-Violet Dan Sinar Tampak Serta


Aplikasinya dalam Oseonologi,Oseana, 1(X)

Underwood, A.L dan R.A.Day., (2002), Analisis Kimia Kuantitatif, Erlangga,


Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai