MATERIAL TEKNIK
UJI TARIK DAN KEKERASAN
Oleh:
Kelompok II
laporan ini bertujuan untuk melengkapi tugas dan juga dapat digunakan
sebagai referensi bagi para pembaca untuk memahami dan mempelajari
tentangUji Tarik dan Uji Kekerasan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTARTABEL
Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985] ........................ 13
Tabel 2Skala kekerasan Rockwell dan huruf awalannya (Davis, Troxell, dan Wiskocil,
1955) .................................................................................................................... 19
iv
BAB I PENDAHULUAN
Suatu logam mempunyai sifat-sifat tertentu yang dibedakan atas sifat fisik,
mekanik, thermal, dan korosif. Salah satu yang penting dari sifat tersebut adalah
sifat mekanik. Sifat mekanik terdiri dari keuletan, kekerasan, kekuatan, dan
ketangguhan. Sifat mekanik merupakan salah satu acuan untuk melakukan proses
selanjutnya terhadap suatu material, contohnya untuk dibentuk dan dilakukan
proses permesinan. Untuk mengetahui sifat mekanik pada suatu logam harus
dilakukan pengujian terhadap logam tersebut. Salah satu pengujian yang
dilakukan adalah pengujian tarik.
Dalam pembuatan suatu konstruksi diperlukan material dengan spesifikasi
dan sifat-sifat yang khusus pada setiap bagiannya. Sebagai contoh dalam
pembuatan konstruksi sebuah jembatan. Diperlukan material yang kuat untuk
menerima beban diatasnya. Material juga harus elastis agar pada saat terjadi
pembebanan standar atau berlebih tidak patah. Salah satu contoh material yang
sekarang banyak digunakan pada konstruksi bangunan atau umum adalah logam.
Meskipun dalam proses pembuatannya telah diprediksikan sifat mekanik dari
logam tersebut, kita perlu benar-benar mengetahui nilai mutlak dan akurat dari
sifat mekanik logam tersebut. Oleh karena itu, sekarang ini banyak dilakukan
pengujian-pengujian terhadap sampel dari material.
Pengujian ini dimaksudkan agar kita dapat mengetahui besar sifat mekanik
dari material, sehingga dapat dlihat kelebihan dan kekurangannya. Material yang
mempunyai sifat mekanik lebih baik dapat memperbaiki sifat mekanik dari
material dengan sifat yang kurang baik dengan cara alloying.Hal ini dilakukan
sesuai kebutuhan konstruksi dan pesanan. Uji tarik adalah suatu metode yang
digunakan untuk menguji kekuatan suatu bahan/material dengan cara memberikan
beban gaya yang sesumbu. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat
penting untuk rekayasa teknik dan desainproduk karena mengahsilkan data
kekuatan material. Pengujian uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu
material terhadap gaya statis yang diberikan secara lambat.Salah satu cara untuk
1
mengetahui besaran sifat mekanik dari logam adalah dengan uji tarik. Sifat
mekanik yang dapat diketahui adalah kekuatan dan elastisitas dari logam tersebut.
Uji tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan dasar kekuatan
suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan. Nilai kekuatan
dan elastisitas dari material uji dapat dilihat dari kurva uji tarik.
Pengujian tarik ini dilakukan untuk mengetahui sifat-sifat mekanis suatu
material, khususnya logam diantara sifat-sifat mekanis yang dapat diketahui dari
hasil pengujian tarik adalah sebagai berikut:
Kekuatan tarik
Kuat luluh dari material
Keuletan dari material
Modulus elastic dari material
Kelentingan dari suatu material
Ketangguhan.
Pengujian tarik banyak dilakukan untuk melengkapi informasi rancangan
dasar kekuatan suatu bahan dan sebagai data pendukung bagi spesifikasi bahan.
Karena dengan pengujian tarik dapat diukur ketahanan suatu material terhadap
gaya statis yang diberikan secara perlahan. Pengujian tarik ini merupakan salah
satu pengujian yang penting untuk dilakukan, karena dengan pengujian ini dapat
memberikan berbagai informasi mengenai sifat-sifat logam.
Dalam bidang industri diperlukan pengujian tarik ini untuk
mempertimbangkan faktor metalurgi dan faktor mekanis yang tercakup dalam
proses perlakuan terhadap logam jadi, untuk memenuhi proses selanjutnya.
Oleh karena pentingnya pengujian tarik ini, kita sebagai mahasiswa metalurgi
hendaknya mengetahui mengenai pengujian ini. Dengan adanya kurva tegangan
regangan kita dapat mengetahui kekuatan tarik, kekuatan luluh, keuletan, modulus
elastisitas, ketangguhan, dan lain-lain. Pada pegujian tarik ini kita juga harus
mengetahui dampak pengujian terhadap sifat mekanis dan fisik suatu logam.
Dengan mengetahui parameter-parameter tersebut maka kita dapat data dasar
mengenai kekuatan suatu bahan atau logam.
2
BAB II PEMBAHASAN
Uji tarik adalah suatu metode yang digunakan untuk menguji kekuatan suatu
bahan/material dengan cara memberikan beban gaya yang sesumbu [Askeland,
1985]. Hasil yang didapatkan dari pengujian tarik sangat penting untuk rekayasa
teknik dan desain produk karena mengahasilkan data kekuatan material. Pengujian
uji tarik digunakan untuk mengukur ketahanan suatu material terhadap gaya statis
yang diberikan secara lambat.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus
menarik suatu bahan (dalam hal inisuatu logam) sampai putus, kita akan
mendapatkan profil tarikan yang lengkap yang berupa kurva sepertidigambarkan
pada Gbr.1. Kurva ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan
perubahanpanjang. Profil ini sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan
tersebut.
3
Gambar 2 Mesin uji tarik dilengkapi spesimen ukuran standar.
Seperti pada gambar 1 benda yang di uji tarik diberi pembebanan pada
kedua arah sumbunya. Pemberian beban pada kedua arah sumbunya diberi beban
yang sama besarnya.
4
2. Grip and Face Selection
Face dan grip adalah faktor penting. Dengan pemilihan setting yang tidak
tepat, spesimen uji akan terjadi slip atau bahkan pecah dalam daerah grip (jaw
break). Ini akan menghasilkan hasil yang tidak valid. Face harus selalu tertutupi
di seluruh permukaan yang kontak dengan grip. Agar spesimen uji tidak
bergesekan langsung dengan face.
5
Tegangan yang digunakan pada kurva adalah tegangan membujur rata-rata
dari pengujian tarik. Tegangan teknik tersebut diperoleh dengan cara membagi
beban yang diberikan dibagi dengan luas awal penampang benda uji. Dituliskan
seperti dalam persamaan 2.1 berikut:
s= P/A0
6
Bentuk kurva tegangan-regangan pada daerah elastis tegangan berbanding
lurus terhadap regangan. Deformasi tidak berubah pada pembebanan, daerah
remangan yang tidak menimbulkan deformasi apabila beban dihilangkan disebut
daerah elastis. Apabila beban melampaui nilai yang berkaitan dengan kekuatan
luluh, benda mengalami deformasi plastis bruto. Deformasi pada daerah ini
bersifat permanen, meskipun bebannya dihilangkan. Tegangan yang dibutuhkan
untuk menghasilkan deformasi plastis akan bertambah besar dengan
bertambahnya regangan plastik.
e : regangan
σ : Tegangan (kg/mm2)
Pada mulanya pengerasan regang lebih besar dari yang dibutuhkan untuk
mengimbangi penurunan luas penampang lintang benda uji dan tegangan teknik
(sebanding dengan beban F) yang bertambah terus, dengan bertambahnya
regangan. Akhirnya dicapai suatu titik di mana pengurangan luas penampang
lintang lebih besar dibandingkan pertambahan deformasi beban yang diakibatkan
oleh pengerasan regang. Keadaan ini untuk pertama kalinya dicapai pada suatu
titik dalam benda uji yang sedikit lebih lemah dibandingkan dengan keadaan tanpa
beban. Seluruh deformasi plastis berikutnya terpusat pada daerah tersebut dan
benda uji mulai mengalami penyempitan secara lokal. Karena penurunan luas
penampang lintang lebih cepat daripada pertambahan deformasi akibat pengerasan
regang, beban sebenarnya yang diperlukan untuk mengubah bentuk benda uji akan
berkurang dan demikian juga tegangan teknik pada persamaan (1) akan berkurang
hingga terjadi patah.
7
Dari kurva uji tarik yang diperoleh dari hasil pengujian akan didapatkan
beberapa sifat mekanik yang dimiliki oleh benda uji, sifat-sifat tersebut antara lain
[Dieter, 1993]:
a. Kekuatan tarik
b. Kuat luluh dari material
c. Keuletan dari material
d. Modulus elastic dari material
e. Kelentingan dari suatu material
f. Ketangguhan.
a. Kekuatan tarik
Tegangan tarik adalah nilai yang paling sering dituliskan sebagai hasil
suatu uji tarik, tetapi pada kenyataannya nilai tersebut kurang bersifat
8
mendasar dalam kaitannya dengan kekuatan bahan. Untuk logam-logam yang
liat kekuatan tariknya harus dikaitkan dengan beban maksimum, di mana
logam dapat menahan beban sesumbu untuk keadaan yang sangat terbatas.
Akan ditunjukkan bahwa nilai tersebut kaitannya dengan kekuatan logam
kecil sekali kegunaannya untuk tegangan yang lebih kompleks, yakni yang
biasanya ditemui. Untuk berapa lama, telah menjadi kebiasaan mendasarkan
kekuatan struktur pada kekuatan tarik, dikurangi dengan faktor keamanan
yang sesuai.
9
1. Batas elastik sejati berdasarkan pada pengukuran regangan mikro pada
skala regangan 2 X 10-6 inci/inci. Batas elastik nilainya sangat rendah dan
dikaitkan dengan gerakan beberapa ratus dislokasi.
2. Batas proporsionaladalah tegangan tertinggi untuk daerah hubungan
proporsional antara tegangan-regangan. Harga ini diperoleh dengan cara
mengamati penyimpangan dari bagian garis lurus kurva tegangan-
regangan.
3. Batas elastikadalah tegangan terbesar yang masih dapat ditahan oleh bahan
tanpa terjadi regangan sisa permanen yang terukur pada saat beban telah
ditiadakan. Dengan bertambahnya ketelitian pengukuran regangan, nilai
batas elastiknya menurun hingga suatu batas yang sama dengan batas
elastik sejati yang diperoleh dengan cara pengukuran regangan mikro.
Dengan ketelitian regangan yang sering digunakan pada kuliah rekayasa
(10-4 inci/inci), batas elastik lebih besar daripada batas proporsional.
Penentuan batas elastik memerlukan prosedur pengujian yang diberi
beban-tak diberi beban (loading-unloading) yang membosankan.
10
Tegangan di mana deformasi plastis atau batas luluh mulai teramati
tergantung pada kepekaan pengukuran regangan. Sebagian besar bahan
mengalami perubahan sifat dari elastik menjadi plastis yang berlangsung
sedikit demi sedikit, dan titik di mana deformasi plastis mulai terjadi dan
sukar ditentukan secara teliti.
11
1. Untuk menunjukan elongasi di mana suatu logam dapat berdeformasi
tanpa terjadi patah dalam suatu proses suatu pembentukan logam,
misalnya pengerolan dan ekstrusi.
2. Untuk memberi petunjuk secara umum kepada perancang mengenai
kemampuan logam untuk mengalir secara pelastis sebelum patah.
3. Sebagai petunjuk adanya perubahan permukaan kemurnian atau
kondisi pengolahan
d. Modulus Elastisitas
Dimana, s = tegangan
ε = regangan
12
Tabel 1 Harga modulus elastisitas pada berbagai suhu [Askeland, 1985]
e. Kelentingan (resilience)
Uo = ½ σxеx
13
f. Ketangguhan (Toughness)
UT ≈ su ef
atau
Tegangan patah sejati adalah beban pada waktu patah, dibagi luas
penampang lintang. Tegangan ini harus dikoreksi untuk keadaan tegangan
tiga sumbu yang terjadi pada benda uji tarik saat terjadi patah. Karena data
yang diperlukan untuk koreksi seringkali tidak diperoleh, maka tegangan
patah sejati sering tidak tepat nilai.
14
2.2.UJI KEKERASAN
1.1.1. BRINELL
Metode uji kekerasan yang diajukan oleh J.A Brinell pada tahun
1900 ini merupakan uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak
digunakan serta disusun pembakuanya (dieter, 1987). Uji kekerasan ini
berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai bola baja
yang dikeraskan kemudian ditekan dengan beban tertentu. Beban
diterapkan pada wktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan
diukur dengan mikroskop, setelah beban dihilangkan. Permukaan harus
relatif halus, rata, bersih dari debu atau kerak.
Angka kekerasan brinell (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi
luas permukaan lekukan. Pada prakteknya, luas ini dihitung dari
pengukuran mikroskopik panjang diameter jejak. BHN dapat ditentukan
dari persamaan berikut :
15
Kekerasan (Hardness) adalah salah satu sifat mekanik
(Mechanical properties) dari suatu material. Kekerasan suatu material
harus diketahui khususnya untuk material yang dalam penggunaanya akan
mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis. Deformasi
plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut
diberikan gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa
kembali ke bentuk asal artinya material tersebut tidak dapat kembali ke
bentuknya semula. Lebih ringkasnya kekerasan didefinisikan sebagai
kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi atau penetrasi
(penekanan).
16
mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan
berikut :
1. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian
ini sangat lamban.
2. Memerlukan persiapan permukaan benda uji.
3. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan
panjang diagonalnya
17
Troxell, dan Wiskocil, 1955).Indentor atau “penetrator” dapat berupa bola
baja atau kerucut intan dengan ujung yang agakmembulat (biasa disebut
“brale”). Diameter bola baja umumnya 1/16 inchi, tetapi terdapat juga
indentordengan diameter lebih besar, yaitu 1/8, 1/4, atau 1/2 inchi untuk
bahan-bahan yang lunak. Pengujiandilakukan dengan terlebih dahulu
memberikan beban minor 10 kg, dan kemudian beban mayordiaplikasikan.
Beban mayor biasanya 60 atau 100 kg untuk indentor bola baja dan 150 kg
untuk indentorbrale. Mesikpun demikian, dapat digunakan beban dan
indentor sesuai kondisi pengujian.Karena pada pengujian rockwell, angka
kekerasan yang ditunjukkan merupakan kombinasiantara beban dan
indentor yang dipakai, maka perlu diberikan awalan huruf pada angka
kekerasan yangmenunjukkan kombinasi beban dan penumbuk tertentu
untuk skala beban yang digunakan.Dial pada mesin terdiri atas warna
merah dan hitam yang didesain untuk mengakomodirpengujian skala B
dan C yang seringkali dipakai. Skala kekerasan B digunakan untuk
pengujian dengankekerasan medium seperti baja karbon rendah dan baja
karbon medium dalam kondisi telah dianil(dilunakkan). Range
kekerasannya dari 0–100. Bila indentor bola baja dipakai untuk menguji
bahan yangkekerasannya melebihi B 100, indentor dapat terdefomasi dan
berubah bentuk. Selain itu, karenabentuknya, bola baja tidak sesensitif
brale untuk membedakan kekerasan bahan-bahan yang keras.Tetapi jika
indentor bola baja dipakai untuk menguji bahan yang lebih lunak dari B 0,
dapatmengakibatkan pemegang indentor mengenai benda uji, sehingga
hasil pengujian tidak benar danpemegang indentor dapat rusak.
18
Tabel 2Skala kekerasan Rockwell dan huruf awalannya (Davis, Troxell, dan Wiskocil, 1955)
A Kelompok 2: 60 Hitam
D Brale 100 Hitam
E Brale 100 Merah
F Bola baja 1/8 – 60 Merah
G inchi 150 Merah
H Bola baja 1/16 – 60 Merah
K inchi 150 Merah
Bola baja 1/16 –
inchi
Bola baja 1/8 –
inchi
Bola baja 1/8 –
inchi
L Kelompok 3: 60 Merah
M Bola baja 1/4 – 100 Merah
P inchi 150 Merah
R Bola baja 1/4 - 60 Merah
S inchi 100 Merah
V Bola baja 1/4 – 150 Merah
inchi
Bola baja 1/2 –
inchi
Bola baja 1/2 –
inchi
Bola baja 1/2 –
inchi
19
DAFTAR PUSTAKA
http://belajarmetalurgi.blogspot.com/2011/02/pendahuluan-dalam-
kehidupan sehari-hari.html(Diakses tgl 10-03-2013 pukul 23:53)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bab%202%20Tarik.pdf(Diakses tgl
11-03-2013 pukul 01:56)
http://www.infometrik.com/wp-
content/uploads/2009/09/Mengenalujitarik.pdf(Diakses tgl 11-03-2013
pukul 02:05)
http://ft.unsada.ac.id/wp-content/uploads/2008/03/bab4-mt.pdf(Diakses tgl
11-03-2013 pukul 02:10)
http://www.alatuji.com/article/detail/3/what-is-hardness-test-uji-
kekerasan-(Diakses pada tgl 11-03-2013 pukul 02:18)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Bab%201%20Kekerasan%20edisi%
202009.pdf(Diakses pada tgl 11-03-2013)
20