Definisi
Spondilitis ankilosa (SA) merupakan penyakit jaringan ikat yang
ditandai dengan peradangan pada tulang belakang dan sendi-sendi yang
besar, menyebabkan kekakuan progresif,nyeri dan dengan penyebab yang
tidak diketahui. Penyakit ini dapat melibatkan sendi-sendi perifer, sinovia, dan
rawan sendi, serta terjadi osifikasi tendon dan ligamen yang akan
mengakibatkan fibrosis dan ankilosis tulang. Terserangnya sendi sakroiliaka
merupakan tanda khas penyakit ini. Ankilosis vertebra biasanya terjadi pada
stadium lanjut dan jarang terjadi pada penderita yang gejalanya ringan.
Nama lain SA adalah Marie Strumpell disease atau Bechterew's disease.1
Etiologi
Meskipun secara tepatnya penyebab ankilosing spondilitis tidak
diketahui (idiopatik), namun faktor predisposisi genetik memegang peranan
penting terjadinya ankilosis spondilitis. Penyakit ini sering ditemukan pada
kelompok keluarga dengan gen HLA B-27. Menurut penelitian didapatkan
90% pada pasien ankilosis spondilitis memiliki gen HLA B-27 tersebut.
Meskipun demikian tidak setiap orang dengan HLA B-27 menderita spondilitis
1
ankilosis sehingga diduga ada faktor pemicu lainnya.
Pathogenesis
Penyakit ini diawali dengan suatu peradangan pada sendi vertebra
atau sendi sakroiliaka yang terjadinya karena idiopatik, lalu terjadi osifikasi
pada ligament sekitarnya. Sehingga terjadi kekakuan dan nyeri. 1,3
Berbeda dengan rheumatoid arthritis yang menyerang membran
sinovial, ankylosing spondylitis menyerang bagian dari insersi tendon,
ligamen, fascia dan jaringan fibrosa kapsul sendi dan dinamakan "entheses".
Proses patologisnya adalah salah satu proses fibrosis progresif dan
pengerasan dalam jaringan lunak periarticular: yang dinamakan proses
"enthesopathy".1,3
Entesitis, baik di aksial dan kerangka apendikular, adalah fitur
patologis utama dari spondyloarthritis. Enthesis adalah keadaan di mana
tendon atau ligamen melekat pada tulang. Pada keadaan ini biasanya
berkembang edema tulang diikuti oleh erosi, dilanjutkan osifikasi, akhirnya
ankilosis. Peradangan sendi sacroiliaca diikuti oleh ankilosis. Pada tulang
belakang, kita dapat melihat peradangan di persimpangan fibrosis anulus dari
diskus tulang rawan dengan margin tulang vertebra. Pada akhirnya, ini
menyebabkan pembentukan syndesmophytes, dengan bridging yang
mengarah ke penampilan radiografi dari tulang belakang bamboo. Spinal
facet joint menunjukkan sinovitis diikuti oleh ankilosis. 1,3
Gejala Klinis
Peradangan ringan sampai menengah biasanya bergantian dengan
periode tanpa gejala. Gejala yang paling sering ditemukan adalah nyeri
punggung, yang intensitasnya bervariasi dari satu episode ke episode lainnya
dan bervariasi pada setiap penderita. Nyeri sering memburuk di malam hari. 4,5
Kekakuan di pagi hari yang akan hilang jika penderita melakukan
aktivitas,juga sering ditemukan. Nyeri punggung dan kejang otot-ototnya
seringkali bisa berkurang jika penderita membungkukkan badannya ke
depan. Karena itu penderita sering mengambil posisi membungkuk, yang
bisa menyebabkan bungkuk menetap bila tidak diobati. 4,5
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pola gejala-gejalanya dan foto
rontgen dari tulang belakang dan sendi yang terkena, dimana bisa dilihat
adanya erosi pada persendian antara tulang belakang dan tulang panggul
(sendi sakroiliaka) dan pembentukan jembatan antara tulang belakang, yang
menyebabkan kekakuan pada tulang belakang. Laju endap darah cenderung
meningkat. Pada 90% penderita ditemukan gen spesifik HLA-B27. 1,6
Roma, 1961
Kriteria klinik
1. Nyeri pinggang dan kekakuan > 3 bulan, yang tidak reda dengan
istirahat
Kriteria Radiologik
Tampak adanya perubahan sacroiliac bilateral merupakan ciri SA
(ini harus disingkirkan OA bilateral dan sendi sacroiliac)
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Tidak ada uji diagnostik yang spesifik. Terdapat anemia normositik
ringan dan laju endap darah ynag meninggi. Faktor reuma negatif. HLA-
5
B27 pada keadaan tertentu dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan radiologi 1
Prognosis
Prognosis dari SA sangat bervariasi dan susah diprediksi. Secara
umum, penderita lebih cenderung dengan pergerakan yang normal daripada
timbulnya restriksi berat. Keterlibatan ekstraspinal yang progresif merupakan
determinan penting dalam menentukan prognosis. Beberapa survei
epidemiologis menunjukkan bahwa apabila penyakitnya ringan, berkurangnya
pergerakan spinal yang ringan, dan berlangsung dalam 10 tahun pertama
maka perkembangan penyakitnya tidak akan memberat. Keterlibatan sendi-
sendi perifer yang berat menunjukkan prognosis buruk. Sebagian besar
penderita dengan SA memperlihatkan keluhan serta perlangsungan yang
ringan dan dapat dikontrol sehingga dapat menjalankan tugas dan kehidupan
sosial dengan baik. 6,7
Secara umum, wanita lebih ringan dan jarang progresif serta lebih
banyak memperlihatkan keterlibatan sendi-sendi perifer. Sebaliknya, bamboo
spine lebih sering terlihat pada pria. Terdapat dua gambaran yang secara
langsung berpengaruh terhadap morbiditas, mortalitas, dan prognosis.
Keduanya dianggap sebagai akibat dari trauma, baik yang tidak disadari
maupun trauma berat. Awalnya, terjadi lesi destruksi pada salah satu
diskovertebra, biasa terjadi pada segmen spinal yang bisa dilokalisir, dan
ditandai dengan nyeri akut atau berkurangnya tinggi badan yang mendadak.
Skintigrafi dan tomografi tulang memperlihatkan kelainan, baik elemen
anterior maupun posterior. Imobilisasi yang tepat dan diperpanjang dapat
memberikan penyembuhan pada sebagian besar kasus. Komplikasi kedua
yang menyusul trauma berat maupun yang ringan berupa fraktur yang dapat
6,7
menyebabkan koropresi komplit atau inkomplit.
DAFTAR PUSTAKA