Anda di halaman 1dari 18

A. BATANG TARIK.

Pengertian batang tarik

Batang tarik adalah batang-batang dari struktur yang dapat menahan pembebanan tarik yang
bekerja searah dengan sumbuhnya.

Contoh umum pada batang tarik adalah batang-batang bawah dari sebuah rangka batang dan
batang lentur yang biasa dipakai untuk memeriksa kelurusan.
Rumus tegangan tarik merupakan dasar perhitungan analisis atau desain elemen struktur tarik
rumus tersebut dapat ditulis :

tr = P/An

Dimana : P = Gaya aksial yang dialami


tr = tegangan tarik aksial izin
An = Luas netto penampang melintang elemen struktur yang dialami gaya aksial.

Rangka batang (Planar Truss )

 Berbentuk lurus, prismatis dan langsing Dimensi penampang lebih kecil dibanding
dengan panjang batang. Berat dari batang juga cukup kecil dibanding dengan beban luar dan
dapat diabaikan
 Titik kumpul diasumsikan sebagai internal hinge atau frictionless pins
 Beban hanya diberikan pada titik kumpul dalam bentuk beban terpusat
 Sebagai konsekuensi dari asumsi tersebut, rangka batang menjadi struktur hanya
menanggung beban aksial saja
Struktur batang tarik banyak dijumpai di kontruksi,antara lain :
 jembatan,
 rangka atap,
 menara,
 ikatan angin dan lain-lain.
Contoh profil batang tarik dapat dilihat digambar dibawah ini :

(a).pelat (b).bulat pejal

(c).profil kanal (d).profil siku

(a).profil siku ganda (a).profil siku bintang (a).profil WF

(a).profil kanal ganda (a).profil S

Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1 dinyatakan bahwa semua komponen struktur yang
memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar Tu, maka harus memenuhi :

Tu < .Tn

Dengan Tn adalah tahanan nominal dari penampang yang ditentukan berdasarkan tiga macam
kondisi keruntuhan batang tarik
Dalam menentukan tahanan nominal suatu batang tarik, harus diperiksa terhadap tiga macam
kondisi keruntuhan yang menentukan,

yaitu :

 Leleh dari luas penampang gross, di daerah yang jauh dari sambungan
 Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan
 Geser blok pada sambungan

Kondisi Leleh dari Luas Penampang Gross

Bila kondisi leleh yang menentukan, maka tahanan nominal, Tn, dari batang tarik memenuhi
persamaan :

Tn = Ag.fy

Dengan:

Ag = luas penampang gross, mm2

fy = kuat leleh material, Mpa

Kondisi Fraktur dari Luas Penampang Efektif Pada Sambungan

Untuk batang tarik yang mempunyai lubang, misalnya untuk penempatan baut, maka luas
penampangnya tereduksi, dan dinamakan luas netto (An).

Lubang pada batang menimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban kerja hingga sekitar 3 kali
tegangan rerata pada penampang netto.

Namun saat serat dalam material mencapai regangan leleh Εy = fy/Es, tegangan menjadi konstan
sebesar fy, dengan deformasi yang masih berlanjut sehingga semua serat dalam material
mencapai Ey atau lebih.

Tegangan yang terkonsentrasi di sekitar lubang tersebut menimbulkan fraktur pada sambungan.
Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka tahanan nominal, Tn, dari batang
tersebut memenuhi persamaan :

Tn = Ae.fu

Dengan

Ae = luas penampang efektif = U.An

An = luas netto penampang, mm2

U = koefisien reduksi

fu = tegangan tarik putus, Mpa

Nilai faktor tahanan ϕ diambil sebagai berikut :

ϕ = 0,90 untuk kondisi leleh, dan

ϕ = 0,75 untuk kondisi fraktur

Faktor tahanan untuk kondisi fraktur diambil lebih kecil daripada untuk kondisi leleh, sebab
kondisi fraktur lebih getas/berbahaya, dan sebaiknya tipe keruntuhan jenis ini dihindari.

Penampang bruto dan luas efektif bruto


 Luas penampang bruto : sebuah batang Ag yang didefinisikan sebagai hasil perkalian
antara tebal dan lebar bruto batang.
 Luas penampang netto : didefinisikan sebagai perkalian anatara lebar batang dan lebar
nettonya
 Lebar netto didapat dengan mengurangi lebar bruto dengan lebar dari lubang tempat
sambungan yang terdapat pada suatu penampang

Ag = LUAS PENAMPANG BRUTO

Penampang bruto, netto dan efektif netto (sambungan)


Desain batang tarik didasarkan pada ijin tegangan tarik dimana tegangan yang terjadi tidak boleh
melampaui tegangan ijin.
Bila ada lubang maka luas penampang melintangnya adalah luas netto ( luas netto – luas lubang )
Untuk menahan beban diapakai safety faktor ( faktor keamanan ) yang cukup terhadap
kehancuran.

Untuk membatasi kelangsingan batang tarik


Batang utama : L / i = 240
Batang penyongkong : L / i = 300
Ket : L = Panjang batang
i = jari-jari kelembaman
Pengaruh penempatan lubang terhadap luas netto :
 Luas netto efektif akibat lubang tidak boleh melampaui 85% dari luas penampang Bruto
(AISC).
 Tegangan rata-rata pada batang tarik yang berlubang tidak boleh lebih besar dari 0,75 x
tegangan dasar (75% ) dan luas lubang  15% luas penampang Bruto.

Contoh soal :

Dik : dari batang tarik berikut, yang terbuat dari profil siku L100.150.10 dengan  lubang = 25
mm

Ditanyakan : An minimum….?

Penyelesaian : Luas kotor Ag = 2420 mm² ( tabel profil baja )

Lebar lubang = 25 + 2 = 27 mm

Potonagan AC = An = 2420 – 2 (27) (10) = 1880 mm²

Potongan ABC = An = 2420 = -3 (27)(10) + 75² 10/4x60 + 75²x10/4x105 =

1978,3 mm²

Periksa terhadap syarat An = 0,85 . Ag

0,85 Ag = 0,85 (2420) = 2057 mm²

Jadi An minimum adalah = 1880 mm²


A. BATANG TARIK

Batang tekan merupakan batang dari suatu rangka batang. Gaya tekan searah panjang
batang. Batang tekan yang hanya menerima gaya tekan secara sentris saja dijumpai pada
struktur rangka atap, jembatan, menara dan struktur lain yang bersifat rangka. Pada
struktur rangka atap dan jembatan umumnya dijumpai pada batang-batang tepi atas,
sedikit pada batang-batang diagonal dan vertikal, lihat gambar berikut. Batang ini tidak
mengalami momen dan gaya lintang, hanya ada gaya normal tekan yang bekerja sentris,
tepat pada garis berat penampang, oleh karena sifat dari struktur rangka itu sendiri
dimana buhul-buhulnya dapat berotasi sehingga gaya-gaya dalam yang lain seperti
momen dan gaya lintang akan tereduksi dengan sendirinya.

Umumnya pada rangka batang, batang tepi atas adalah batang tekan. Pada struktur
baja terdapat 2 macam batang tekan, yaitu:
1. Batang yang merupakan bagian dari suatu rangka batang. Batang ini dibebani gaya
tekan aksial searah panjang batangnya. Umumnya pada suatu rangka batang maka
batang-batang tepi atas merupakan batang tekan.
2. Kolom merupakan batang tekan tegak yang bekerja untuk menahan balok-balok loteng,
balok lantai dan rangka atap, dan selanjutnya menyalurkan beban tersebut ke pondasi.
Batang-batang lurus yang mengalami tekanan akibat bekerjanya gaya-gaya aksial
dikenal dengan sebutan kolom. Untuk kolom-kolom yang pendek ukurannya, kekuatannya
ditentukan berdasarkan kekuatan leleh dari bahannya. Untuk kolom-kolom yang panjang
kekuatannya ditentukan faktor tekuk elastis yang terjadi, sedangkan untuk kolom-kolom
yang ukurannya sedang, kekuatannya ditentukan oleh faktor tekuk plastis yang terjadi.
Sebuah kolom yang sempurna yaitu kolom yang dibuat dari bahan yang bersifat isotropis,
bebas dari tegangan-tegangan sampingan, dibebani pada pusatnya serta mempunyai bentuk
yang lurus, akan mengalami perpendekan yang seragarn akibat terjadinya regangan tekan
yang seragam pada penampangnya. Kalau beban yang bekerja pada kolom ditambah
besarnya secara berangsur-angsur, maka akan mengakibatkan kolom mengalami lenturan
lateral dan kemudian mengalami keruntuhan akibat terjadinya lenturan tersebut. Beban
yang mengakibatkan terjadinya lenturan lateral pada kolom disebut beban kritis dan
merupakan beban maksimum yang masih dapat ditahan oleh kolom dengan aman.

A. Sifat dari Batang Tekan


Keruntuhan batang tekan dapat terjadi dalam 2 kategori, yaitu :
1.) Keruntuhan yang diakibatkan terlampauinya tegangan leleh. Hal ini umumnya terjadi
pada batang tekan yang pendek.
2.) Keruntuhan yang diakibatkan terjadinya tekuk. Hal ini terjadi pada batang tekan yang
langsing.
Keruntuhan akibar batang tekuk, asalkan tegangannya pada seluruh penampang
masih dalam keadaan elastis maka gaya tekuknya dihitung menurut rumus Euler.
𝜋 2 EI
𝐏 𝑘𝑟 =
Lk

Keterangan :
Lk = panjang tekuk
L = panjang batang tekan
K = koefisien panjang tekuk
B. Tekuk Elastis Euler.
Pada tekuk elastis, komponen struktur yang dibebani gaya tekan, masih dalam dalam
keadaan elastis, akan melengkung secara perlahan-lahan, seperti gambar 2. Gaya yang
bekerja sentris pada batang menyebabkan batang tersebut melentur sejauh y, sehingga
terjadi momen lentur tambahan sekunder yang besarnya,

Mx = P . y

Garis lentur diberikan oleh persamaan berikut,


d2 y −Mx P
= = EI . y
dx2 EI

Gambar 2 : batang tekuk Euler

Keterangan :
E = modulus elastisitas baja
I = momen inersia batang.

Persamaan diatas adalah persamaan homogen linear orde kedua (second-order


homogeneous linear differential equation) apabila di integralkan akan menghasilkan
persamaan beban kritis yang bekerja pada batang tekan,

𝜋 2 . 𝐸. 𝐼
𝑃𝑐𝑟 =
𝐿𝑘 2

Keterangan :
Lk = panjang tekuk batang

Pendekatan Euler di atas hanya terjadi pada batang tekan dalam kondisi elastis
dengan kelangsingan yang besar (λ > 110, batang panjang), artinya batang tekan sudah
menekuk sebelum tegangan mencapai leleh. Untuk kelangsingan sedang (λ < 110, batang
sedang ) akan terjadi tekuk inelastis, yaitu pada sebagian penampang sudah leleh dan untuk
batang pendek (λ < 20) seluruh penampang leleh, seperti dilukiskan gambar 4 berikut.

Gambar 4 : Kurva panjang batang/kolom versus kekuatan kritis

C. Panjang Tekuk
Panjang tekuk (Lk) batang tekan sangat tergantung kepada jenis perletakannya,
seperti kolom dengan tumpuan jepit dapat mengekang ujungnya dari berotasi dan translasi,
sehingga mampu menahan beban yang lebih besar dibandingkan tumpuan sendi. Panjang
tekuk dihitung seperti berikut:
Gambar 5 : Garis lentur akibat tekuk berdasarkan jenis perletakan

D. Pengaruh Tegangan Sisa (Residual Stress).


Tegangan sisa (Residual Stress), adalah tegangan yang tertinggal dalam suatu
komponen struktur baja, pada proses pembuatannya maupun dalam pemakaiannya. Yang
dapat diakibatkan oleh antara lain :
1. Proses pendinginan yang tidak merata setelah profil struktural dibentuk dengan
penggilingan panas.
2. Lenturan atau lendutan dingin selama fabrikasi.
3. Proses pelobangan dan pemotongan selama fabrikasi.
4. Proses pengelasan.

Pada penampang profil sayap lebar (wide flange) atau profil H yang digiling
panas, sayap yang merupakan bagian yang lebih tebal mendingin lebih lambat daripada
daerah badan (web). Ujung sayap yang lebih terbuka terhadap udara lebih cepat dingin
daripada daerah pertemuan sayap dan badan, ini berakibat ujung-ujung sayap dan tengah-
tengah badan mengalami tegangan residu tekan. Sedangkan pada daerah pertemuan sayap
dan badan mengalami tegangan residu tarik. Distribusi tegangan residu dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 6 : Pola tegangan residu yang umum pada profil giling

E. Stabilitas Batang Tekan


Tegangan tekan adalah tegangan yang timbul pada suatu batang alibat mengalami
gaya tekan. Sebagaimana diketahui, kalau batang mengalami tekan, maka ada
kemungkinan batang tersebut akan mengalami perpendekan ataupun tekuk. Semakin besar
gaya tekan yang bekerja pada suatu batang akan mengakibatkan tegangan tekan yang besar
pula. Yang selanjutnya akan mengalami bahaya tekuk. Karena itu dalam perencanaan
batang tekan harus memperhitungkan faktor tekuk.
Batang tekan harus direncanakan dengan baik sehingga terjamin tidak ada bahaya
tekuk. Keadaan seperti ini dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan
𝑁
𝜔 ≤𝜎
𝐴
Keterangan
N = gaya tekan pada batang
A = Luas penampang batang
𝜎 = tegangan dasar baja
𝜔 = faktor tekuk yang tergantung dari kelangsingan (𝜆) dan macam bajanya.

Untuk memperoleh harga 𝜔, dapat dilihat dari tabel 2, 3, 4, dan 5 yang tersedia di
PPBBI bab 4. Dan untuk harga 𝜆 yang berada diantara harga – harga yang tercantum dalam
tabel tersebut, harga 𝜔 dapat dihitung dengan interpolasi linier. Harga 𝜔 dapat ditentukan
dengan persamaan berikut

𝐸
𝜆𝑔 = 𝜋√
0,7 𝜎 𝑙

𝜆
𝜆𝑠 =
𝜆𝑔
Untuk : 𝜆𝑠 = ≤ 0,163 → maka 𝜔 = 1
1,41
Untuk : 0,183 < 𝜆𝑠 <1 → maka 𝜔 = 1,593−𝜆
𝑠

Untuk : 𝜆 ≥ 1 → maka 𝜔 = 2,281 𝜆𝑠

Sedangkan kelangsingan 𝜆 pada batang – batang dapat dihitung dengan persamaan berikut:
𝐿𝑘
𝜆=
𝑖
Keterangan :
𝐿𝑘 = panjang tekuk batang
𝑖 = jari – jari kelembaman

Berikut contoh dalam menentukan harga 𝜔


Contoh 1 :
Diketahui baja BJ 37 dan 𝜆 = 60
Ditaya berapakah harga faktor tekuk (𝜔)
Jawab :
Faktor tekuk (𝜔) = 1,339
Caranya : lihat tabel 3 PPBBI untuk 𝜆 = 60 kemudian lihat ke kanan angka 1,339
Contoh 2 :
Diketahui baja BJ 37 dan 𝜆 = 61
Ditanya berapakah harga faktor tekuk (𝜔)
Faktor tekuk (𝜔) = 1,351
Caranya sama dengan contoh 1, lihat tabel 3 PPBBI untuk 𝜆 = 61 kemudian lihat ke
kanan angka 1,35

Tetapi di dalam perencanaan tidaklah selalu demikian, sering terdapat angka 𝜆 yang
bulat seperti contoh 1 dan contoh 2, misalnya untuk 𝜆 = 64,6, untuk menghitungnya,
berikut dibuat contohnya
Contoh 3 :
Diketahui baja BJ 37 dan 𝜆 = 64,6
Ditanya berapakah harga faktor tekuk (𝜔)
Jawab :
Lihat 𝜆 = 60 → 𝜔 = 1,399
Lihat 𝜆 = 65 → 𝜔 = 1,399
64,6 −60
Maka untuk 𝜆 = 64,6 → 1,339 − (1,399 − 1,399)
65−60

𝜆 = 64,6 → 𝜔 = 1,394
Kalau panjang tekuk (𝐿𝑘 ) dan kelangsingan (𝜆) sudah diketahui, maka gaya tekan (𝑃𝑘𝑟 )
𝜋 2 𝐸𝐼
adalah 𝑃𝑘𝑟 = 𝐿𝑘 2

Keterangan :
𝑃𝑘𝑟 = gaya tekan batas
𝐸 = modulus elastisitas baja
𝐼 = momen inersia baja
𝐿𝑘 = panjang tekuk
Dan tegangan yang diizinkan adalah:
𝜎
𝜎𝑘𝑟 =
𝜔
Dengan demikian, kalau diketahui gaya tekan, panjang tekuk, maka akan dapat dicapai
profil yang memenuhi syarat yang dapat digunakan
Rumus yang dapat digunakan adalah :
1. Batang tunggal selain WF dan harga 𝜆 > 110
𝐼𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟 = 1,21 𝑁. 𝐿𝑘 2
Keterangan :
𝐼𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟 = momen inersia (cm4)
𝑁 = gaya normal tekan (ton)
𝐿𝑘 2 = panjang batang (m)

2. Batang tunggal khusus WF dan harga 𝜆 ≤ 110


𝑁
𝐴𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 = + 1,5 𝐿𝑘 2
𝜎

Keterangan :
𝐴 = luas penampang profil (cm2)
𝑁 = gaya normal tekan (ton)
𝜎 = Tegangan izin (kg/cm2)
𝐿𝑘 2 = panjang batang

Contoh :
Pada sebuah kolom yang panjang 6 m dibebani gaya tekan 100 ton. Bagian ujung atas
dianggap sendi dan ujung bawah jepit. Ditanya profil yang memenuhi syarat untuk
digunakan dari mutu BJ 37 WF
Jawab :
1) Pakai rumus untuk WF, yaitu :
𝑁
𝐴𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛 = + 1,5 𝐿𝑘 2
𝜎
1 1
2) Kondisi perletakan sendi jepit berarti harga 𝑘 = 2 √2, berarti 𝐿𝑘 = 2 √2

3) Coba profil WF yang luas profilnya lebih besar dari 𝐴𝑡𝑎𝑘𝑠𝑖𝑟𝑎𝑛


4) Karena kolom, maka penampang menekuk terhadap sumbu 𝑦, sehingga yang dihitung
adalah 𝜆𝑦
𝐿𝑘
𝜆𝑦 =
𝑖𝑦
Kalau 𝜆𝑦 = 𝜆 tidak angka bulat, harus dilakukan interpolasi untuk memperoleh 𝜔
5) Profil WF yang dicoba pada langkah 3 di kontrol dengan rumus :
𝑁
𝜔. ≤𝜎
𝐴
Kalau memenuhi berarti profil – profil dapat digunakan, tetapi kalu tidak, berati harus
mengulang dari langkah 3

Contoh :
Kolom DIR 20 dibebani sentries N = 100 ton. Panjang kolom (I) = 4 m. Ujung – ujung
kolom adalah sendi. Baja dari BJ 37 dengan 𝜎 = 1600 kg/cm2. Tinjaulah kolom tersebut
apakah cukup kuat.
Jawab :
DIR 20 mempunyai A =136 cm2, 𝑖𝑥 = 8,96 cm, dan 𝑖𝑦 = 5,28 cm. Ujung – ujung kolom
sendi, maka 𝐿𝑘 = L = 400 cm
𝐿𝑘 400
𝜆=𝑖 = = 75,76 → 𝜔 = 1,548 (lihat tabel PPBBI)
𝑚𝑖𝑛 5,28
𝜔𝑁 1.548 ×100.000
𝜎= = = 1138 kg/cm2 ≤ 𝜎d = 1600 kg/cm2 → OK
𝐴 136

F. Mendimensi Batang Tekan


Contoh :
1. Diketahui kolom tunggal dari DIN yang panjang tekuk 𝐿𝑘 = 6 m, menahan beban sentries
N = 35 ton, 𝜎d = 1600 kg/cm2. Ditanya, nomor profil yang dipakai dan periksa berapa daya
dukungnya.
Jawab :
Untuk 𝜎d = 1600 kg/cm2, ditaksir dengan :
𝐼𝑚𝑖𝑛 = 1,5 p 𝐿𝑘 2
𝐼𝑚𝑖𝑛 = 1,5 × 35 × 62 = 1890 cm4
Dicari di tabel baja profil DIN dengan 𝐼𝑚𝑖𝑛 = 𝐼𝑦 atau sedikit lebih besar dari 1890 cm4
Terdapat 𝐼𝑦 =2140 cm4 untuk DIN 20
DIN 20 mempunyai : 𝐼𝑥 = 5950 cm4, 𝑖𝑥 = 8,48
𝐼𝑦 = 2140 cm4, 𝑖𝑦 = 5,1
𝐴 = 82,70 cm2
Diperiksa daya dukungnya :
𝐿𝑘 600
𝜆=𝐼 = 5,10 = 117,64 > 111 (berlaku euler dalam keadaan elastis)
𝑚𝑖𝑛

𝜔 = 2,671
𝜔𝑁 𝐴𝜎𝑑 82,70×1600
= 𝜎d → 𝑁 = = = 49539 kg > 35000 (OK)
𝐴 𝜔 2,671

2. Diketahui kolom tunggal DIE 20 yang panjang kolomnya 𝐿𝑘 = 3,6 m. Ujug – ujungnya
sendi memikul beban sentries N. Hitunglah Nmaks yang dapat dipikul kolom
Jawab :
DIE 20 mempunyai 𝐴 = 57 cm2, 𝑖𝑥 = 8,24 cm, 𝑖𝑦 = 4,96 cm
𝐿𝑘 360
𝜆= = = 73 < 111
𝑖𝑚𝑖𝑛 4,96
𝜆 = 73 → 𝜔 = 1,507
𝐴𝜎𝑑 57×1600
𝑁= = = 60517 kg
𝜔 1,507
Nama: Gianti Maria Angela Paridy Man (22116005)

Delvina S. Boavida (22116060)

Anda mungkin juga menyukai