Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK MESIN S1 Pagi
UNIVERSITAS ISLAM ‘45 BEKASI
2014/2015
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah membimbing kami menyelesaikan makalah ini
dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan dan petunjuk-NYA, penyusun tidak akan
menyelesaikan makalah ini dengan penuh kelancaran.
Makalah ini kami susun agar pembaca dapat memahami tentang Ekonomi Dalam
Islam. Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
banyak membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah yang
sederhana ini dapat memberi wawasan dan pemahaman yang luas kepada pembaca.
Penyusun menyadari makalah ini masih memiliki banyak kekurangan, sehingga kami
masih mengharap kritik dan saran dari para pembaca.
Terima kasih.
1
Daftar Isi
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem Islam memandang masalah ekonomi tidak dari sudut pandang
kapitalis, tidak dari sudut pandang sosialis, dan juga tidak merupakan gabungan dari
keduanya. Islam memberikan perlindungan hak kepemilikan individu, sementara
“untuk kepentingan masyarakat didukung dan diperkuat, dengan tetap menjaga
keseimbangan kepentingan publik dan individu serta menjaga moralitas”.
Dalam ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok orang dihindarkan
dan secara otomatis tindakan untuk memindahkan aliran kekayaan kepada anggota
masyarakat harus dilaksanakan. Sistem ekonomi Islam merupakan sistem yang adil,
berupaya menjamin kekayaan tidak terkumpul hanya kepada satu kelompok saja,
tetapi tersebar ke seluruh masyarakat.
Islam memperbolehkan seseorang mencari kekayaan sebanyak mungkin.
Islam menghendaki adanya persamaan, tetapi tidak menghendaki penyamarataan.
Kegiatan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu banyak harta
dikuasai pribadi. Di dalam bermuamalah, Islam menganjurkan untuk mengatur muamalah
di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan
bermuamalah serta jelas-jelas bebas dari unsur riba. Islam melarang terjadinya
pengingkaran dan pelanggaran larangan-larangan dan menganjurkan untuk memenuhi
janji serta menunaikan amanat.
Berbagai hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli, menunjukkan
adanya masyarakat muslim yang dengan sadar memilih berintegrasi pada
perekonomian dalam perbankan shari‘ah sebagai implementasi ketaatan beragama,
sekaligus sebagai usaha memenuhi kebutuhan ekonomi.
B. Rumusan Masalah
Dari paparan pendahuluan diatas, untuk itu dalam pembuatan makalah ini
penulis mengambil sebuah judul “EKONOMI DALAM ISLAM”. Maka penulis mengemukakan
3
pokok Masalah Berikut :
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan utama penulisan pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut :
1) Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PAI.
2) Untuk memberikan penjelasan tentang ekonomi dalam islam.
D. Manfaat Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
EKONOMI DALAM ISLAM
Islam adalah satu-satunya agama yang sempurna yang mengatur seluruh seni
kehidupan manusia dan alam semesta. Kegiatan perekonomian manusia juga diatur
dalam Islam dengan prinsip illahiyah. Harta yang ada pada kita, sesungguhnya bukan
milik manusia, melainkan hanya titipan dari Allah SWT agar dimanfaatkan sebaik-
baiknya demi kepentingan umat manusia yang pada akhirnya semua akan kembali
kepada Allah SWT untuk dipertanggung jawabkan.
Ekonomi Islam merupakan ilmu yang mempelajari perilaku ekonomi manusia
yang perilakunya diatur berdasarkan aturan agama Islam dan di dasari dengan tauhid
sebagaimana dirangkum dalam rukun iman dan rukun Islam. Bekerja merupakan suatu
kewajiban karena Allah SWT memerintahkannya, sebagaimana firman-Nya dalam Surat At
Taubah ayat 105:
“Dan katakanlah, bekerjalah kamu, karena Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang yang
beriman akan melihat pekerjaanitu”.
Karena kerja membawa pada keampunan, sebagaimana sabada Rasulullah
Muhammad saw:
“Barang siapa di waktu sore nya kelelahan karena kerja tangannya, maka di waktu sore
itu ia mendapat ampunan”. ( HR.Thabrani dan Baihaqi )
Jual beli ialah persetujuan saling mengikat antara penjual (yakni pihak
yang menawarkan/menjual barang) dan pembeli (sebagai pihak yang membayar/
membeli barang yang dijual)
Sistem ekonomi islam adalah suatu sistem ekonomi yang didasarkan pada ajaran dan
nilai-nilai islam, bersumber dari Al Quran, As-Sunnah, ijma dan qiyas. Ini telah dinyatakan
dalam surat al maidah ayat (3). Sistem ekonomi islam berbeda dengan sistem ekonomi
kapitalis maupun sosialis, sistem ekonomi islam memiliki sifat-sifat baik dari sistem ekonomi
sosialis dan kapitalis, namun terlepas dari sifat buruknya.
5
Sistem ekonomi islam adalah sebuah system yang tidak lahir dari ahsil akal manusia,
akan tetapi sebuah system yang berdasarkan ajaran islam yang bersumber dari al-qur’an
dan Hadits yang dikembangkan oleh pemikiran manusia yang memenuhi syarat dan ahli
dalam bidangnya.
Sistem ekonomi Islam mempunyai perbedaan yang mendasar dengan sistem
ekonomi yang lain, dimana dalam sistem ekonomi Islam terdapat nilai moral dan nilai
ibadah dalam setiap kegiatannya.
Prinsip ekonomi Islam adalah:
a) Kebebasan individu.
b) Hak terhadap harta.
c) Kesamaan sosial.
d) Keselamatan sosial.
e) Larangan menumpuk kekayaan.
f) Larangan terhadap institusi anti-sosial.
g) Kebajikan individu dalam masyarakat.
a) Al Baqarah : 198
Artinya : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil
perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat,
berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut)
Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu
sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”
b) Al Baqarah : 275
Artinya :“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka
berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah
6
telah menghalal kan jual beli dan mengharam kanriba. Orang-orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil
riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan);
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka
orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
c) An Nisa : 29
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kami saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah
kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. “
Maka, bila mengacu pada ayat- ayat Al-Qur’an danHadis. Hukum jual beli adalah
mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum jual beli itu bisa berubah menjadi
sunnah, wajib, haram, dan makruh.
7
d. Nilai tukar barang yang dijual
Harga jual disepakati penjual dan pembeli
Nilai tukar barang dapat diserahkan pada waktu transaksi.
Apabila jual beli dengan cara barter, nilai tukar barang jangan sama dengan
barang haram misalnya, Babi.
a) Bai’ al mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang
berperan sebagai alat tukar. semacam ini menjiwai semua produk-produk lembaga
keuangan yang didasarkan atas prinsip jual-beli.
b) Bai’ al muqayyadah, yaitu jual-beli di mana pertukaran terjadi antara barang dengan
barang (barter). Aplikasi jual-beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan keluar
bagi transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa). Karena itu
dilakukan pertukaran barang dengan barang yang dinilai dalam valuta asing.
Transaksi semacam ini lazim disebut counter trade.
c) Bai’ al sharf; yaitu jual-beli atau pertukaran antara saw mata uang asing dengan
mata uang asing lain, seperti antara rupiah dengan dolar, dolar dengan yen dan
sebagainya. Mata uang asing yang diperjual belikan itu dapat berupa uang kartal
(bank notes) ataupun dalam bentuk uang giral (telegrafic transfer atau mail transfer).
d) Bai’ al murabahah adalah akad jual-beli barang tertentu. Dalam transaksi jual-beli
tersebut penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan, termasuk
harga pembelian dan keuntungan yang diambil.
8
f) Bai’ al muwadha’ah yaitu jual-beli di mana penjual melakukan penjualan dengan
harga yang lebih rendah dari pada harga pasar atau dengan potongan (discount).
Penjualan semacam ini biasanya hanya dilakukan untuk barang-barang atau aktiva
tetap yang nilai bukunya sudah sangat rendah.
g) Bai’ as salam adalah akad jual-beli di mana pembeli membayar uang (sebesar
harga) atas barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang yang
diperjualbelikan itu akan diserahkan kemudian, yaitu pada tanggal yang
disepakati. Bai’ as salam biasanya dilakukan untuk produk-produk pertanian jangka
pendek.
h) Bai’ al istishna’ hampir sama dengan bai’ as salam, yaitu kontrak jual-beli di mana
harga atas barang tersebut dibayar lebih dulu tapi dapat diangsur sesuai dengan
jadwal dan syarat-syarat yang disepakati bersama, sedangkan barang yang dibeli
diproduksi dan diserahkan kemudian.
Segala aturan yang diturunkan Allah SWT dalam system Islam mengarah
pada tercapainya kebaikan, kesejahteraan, keutamaan, serta menghapuskan kejahatan,
kesengsaraan, dan kerugian pada seluruh ciptaan-Nya. Demikian pula dalam hal
ekonomi, tujuannya adalah membantu manusia mencapai kemenangan di dunia dan di
akhirat.
Seorang fuqaha asal Mesir bernama Prof.Muhammad Abu Zahrah mengatakan ada
tiga sasaran hukum Islam yang menunjukan bahwa Islam diturunkan sebagai rahmat bagi
seluruh umat manusia, yaitu:
1. Penyucian jiwa agar setiap muslim bisa menjadi sumber kebaikan bagi
masyarakat dan lingkungannya.
2. Tegaknya keadilan dalam masyarakat. Keadilan yang dimaksud mencakup
aspek kehidupan di bidang hukum dan muamalah.
9
3. Tercapainya maslahah (merupakan puncaknya). Para ulama menyepakati bahwa
masalah yang menjadi puncak sasaran di atas mencakup lima jaminan dasar:
a) Keselamatan keyakinan agama ( al din)
b) Kesalamatan jiwa (al nafs)
c) Keselamatan akal (al aql)
d) Keselamatan keluarga dan keturunan (al nasl)
e) Keselamatan harta benda (al mal)
10
2) Hadis dan Sunnah
Setelah Alquran, sumber hukum ekonomi adalah Hadis dan Sunnah. Yang mana
para pelaku ekonomi akan mengikuti sumber hukum ini apabila didalam Alquran tidak
terperinci secara lengkap tentang hukum ekonomi tersebut.
3) Ijma'
Ijma' adalah sumber hukum yang ketiga, yang mana merupakan konsensus baik
dari masyarakat maupun cara cendekiawan Agama, yang tidak terlepas dari Alquran
dan Hadis.
11
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh”
Manusia adalah khalifah atas harta miliknya. Seperti tercantum dalam surat al-
Hadiid ayat 7. Terdapat pula sabda Rasulullah yang juga menjelaskan bahwa segala
bentuk harta yang dimiliki manusia pda hakikatnya adalah milik Allah SWT semata dan
manusia diciptakan untuk menjadi khalifah “ Dunia ini hijau dan manis. Allah telah
menjadikan kamu khalifah (penguasa) di dunia. Karena itu hendaklah kamu membahas
cara berbuat mengenai harta di dunia ini”.
12
1. Larangan terhadap pemilik dalam penggunaan hartanya yang dapat menimbulkan
kerugian atas harta orang lain atau kepentingan masyarakat. Sabda Rasulullah “
Tidak boleh merugikan diri sendiri dan juga orang lain” (HR. Ahmad)
2. Larangan melakukan penipuan dalam transaksi, ditegaskan dalam Sabda
Rasulullah “Orang-orang yang menipu kita bukan termasuk golongan kita”.
3. Larangan menimbun emas, perak atau sarana moneter lainnya sehingga dapat
mencegah peredaran uang dan menghambat fungsinya dalam memperluas
lapangan produksi. Hal ini sperti tercantum dalam QS 9:34.
4. Larangan melakukan pemborosan karena dapat menghancurkan individu dalam
masyarakat.
13
Islam memberikan kebebasan tiap individu untuk melakukan kegiatan ekonomi
namun tentu saja tidak bertentangan dengan aturan AlQuran dan AsSunnah, seperti
tercantum dalam surat al Baqarah ayat 188.
g) Bimbingan konsumsi
Dalam hal konsumsi, islam melarang hidup berlebih-lebihan, terlalu hidup
kemewahan dan bersikap angkuh. Hal ini tercermin dalam surat al-A’raaf ayat 31 seta
Al-Israa ayat 16.
h) Petunjuk investasi
Kriteria yag sesuai daalm melakukan investasi ada 5:
proyek yang baik menurut islam
1. memberikan rezeki seluas mungkin pda masyarakat
2. memberantas kekafiran,memperbaiki pendapatan dan kekayaan
3. memelihara dan menumbuhkembangkan harta
4. melindungi kepentingan anggota masyaakat.
i) Zakat
Adalah karakteristik khusus yang tidak terdapat daalm system ekonomi lainnya
manapun, penggunaannya sangat efektif guna melakukan distribusi kekayaan di
masyarakat. Zakat merupakan dasar prinsipil untuk menegakkan struktur social Islam.
Zakat bukanlah derma atau sedekah biasa, ia adalah sedekah wajib. Setiap muslim
yang memenuhi syarat tertentu, berdasarkan dalil :
Surat at-Taubah 103
14
Artinya :
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui”.
j) Larangan riba
Islam sangat melarang munculnya riba (bunga) karena itu merupakan salah satu
penyelewengan uang dari bidangnya. Seperi tercermin dalam surat al-baqarah ayat
275.
“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti
berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan
mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual
beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang
telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada
Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”
Larangan riba dalam islam bertujuan membina suatu bangunan ekonomi yang
menetapkan bahwa modal itu tidak dapat bekerja dengan sendirinya, dan tidak ada
keuntungan bagi modal tanpa kerja dan tanpa penempatan diri pada resiko sama
sekali. Karena itu Islam secara tegas menyatakan perang terhadap riba dan umat islam
wajib meninggalkannya, akan tetapi islam menghalalkan mencari keuntungan lewat
perniagaan (QS. 83:1-6)
15
sebagi individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup (life style)
tertentu. Oleh karena itu, politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk
meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah Negara semata, tanpa memperhatikan
terjamin tidaknya tiap orang menikmati kehidupan tersebut.
Ketika mensyariatkan hukum-hukum ekonomi pada manusia. Islam telah
mensyariatkan hukum-hukum tersebut kepada pribadi. Dengan itu, hokum-hukum syara’
telah menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan primer tiap warga Negara
Islam secara menyeluruh, sebagai sandang, pangan, dan papan. Jelaslah bahwa Islam tidak
memisahkan antara manusia dan eksistensinya sebagai manusia, serta antara
eksistensinya sebagai manusia dan pribadinya. Islam juga tidak perah memisahkan antara
anggapan tentang jaminan pemenuhan kebutuhan primer yang dituntut oleh masyarakat
dengan masalah mungkin-tidaknya terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sekunder dan
tersier mereka. Akan tetapi Islam telah menjadikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dengan apa yang dituntut oleh masyarakat sebagai dua hal yang seiring, yang
tidak mungin dipisahkan antara satu dengan yang lain. Justru Islam menjandikan apa yang
ditutuntut oleh masyarakat tersebut sebagai asa (dasar pijakan) untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan yang ada.
Islam mendorong manusia agar bekerja, mencari rezeki dan berusaha. Bahkan Islam
telah menjadikan hukum mencari rezeki tersebut. Adalah fardhu. Allah swt. Berfirman:
“Maka, berjalanlah di segala penjurunya, serta makanlah sebagian rezeki-Nya.” (QS.
Al-Mulk: 15)
Banyak hadist yang mendorong agar mencari harta. Dalam sebuah hadist: Bahwa
Rasulullah saw telah menyalami tangan Sa’ad bin Mu’adz r.a., dan ketika itu kedua tangan
Sa’ad ngapal (bekas-bekas karena dipergunakan kerja). Kemudian hal itu ditanyakan oleh
Nabi saw., lalu Sa’ad menjawab: “Saya selalu mengayunkan skrop dan kapak untuk
mencari nafkah keluargaku.” Kemudian Rasulullah saw. menciumi tangan Sa’ad dengan
bersabda: “ (Inilah) dua telapak tangan yang disukai oleh Allah swt.” Rasulullah saw juga
bersabda:
“Tidaklah seseorang makan sesuap saja yang ebih baik, selain ia makan dari hasil
kerja tangannya sendiri.”
16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Ekonomi Islam merupakan racikan resep ekonomi yang digali dari Al-Qur’an dan Hadits.
Sebagai seorang muslim, kita tidak boleh meragukan kandungan ajaran Al-Qur’an. Namun,
kita perlu merumuskan praktik-praktik ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
tetapi tidak menyalahi prinsip-prinsip yang terkandung dalam Al-Qur’an.
17
B. SARAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19