Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH BIOTEKNOLOGI

PENGEMBANGAN PRODUK

“Pigmen Dari Daun Jati (Tectona grandis)”

OLEH :

NAMA : WA ODE NANDA ASWINDA

NIM : F1F1 13 082

KELAS : SAINS

JURUSAN FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah ilmi tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami

menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan

kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami

menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaikinya.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan

manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi

pembaca.

Kendari, Januari 2018

Penyusun

Wa Ode Nanda Aswinda


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………………………………

KATA PENGANTAR……………………………………………..

DAFTAR ISI………………………………………………………

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG……………………………………
B. RUMUSAN MASALAH…………………………………
a. Bagaimana Prospek Produk dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

b. Bagaimana Proses Produksi dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

C. TUJUAN………………………………………………….
a. Untuk Mengetahui Prospek Produk dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

b. Untuk Mengetahui Produksi dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

D. MANFAAT……………………………………………….
a. Untuk Mengetahui Prospek Produk dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

b. Untuk Mengetahui Produksi dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

BAB II. PEMBAHASAN

BAB III. PENUTUP

Kesimpulan………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Zat warna alami adalah zat warna (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan,

hewan, atau dari sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah sejak dahulu

digunakan untuk pewarna makanan dan sampai sekarang penggunaannya secara

umum dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Zat warna alami memiliki

potensi pasar yang tinggi sebagai komoditas unggulan produk Indonesia

memasuki pasar global dengan daya tarik pada karakteristik yang unik, etnik dan

eksklusif.

Zat warna tekstil - tekstil itu digolongkan menjadi dua yaitu: yang pertama

adalah zat pewarna alam (ZPA) yaitu zat warna yang berasal dari bahan - bahan

alam pada umumnya dari hewan ataupun tumbuhan dapat berasal (akar, batang,

daun,kulit, dan bunga ). Sedangkan yang kedua adalah zat pewarna sintesis (ZPS)

yaitu zat warna buatan atau sintesis dibuat dengan reaksi kimia. Sebagian besar

warna dapat diperoleh dari produk tumbuhan. Di dalam tumbuhan terdapat

pigmen tumbuhan penimbul warna yang berbeda tergantung menurut struktur

kimianya yaitu: klorofil, karotenoid, tanin, dan antosianin. Sifat dari pigmen –

pigmen ini umumnya tidak stabil terhadap panas, cahaya, dan pH tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana Prospek Produk dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

b. Bagaimana Proses Produksi dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

C. TUJUAN

a. Untuk Mengetahui Prospek Produk dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

b. Untuk Mengetahui Produksi dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

D. MANFAAT

a. Dapat Mengetahui Prospek Produk dari Daun Jati (Tectona grandis) ?

b. Dapat Mengetahui Produksi dari Daun Jati (Tectona grandis) ?


BAB II

PEMBAHASAN

A.a Produk dari Daun Jati (Tectona grandis)

Jati adalah sejenis pohon penghasil kayu bermutu tinggi. Pohon besar,

berbatang lurus, dapat tumbuh mencapai tinggi 30-40 m. Berdaun besar, yang

luruh di musim kemarau. Jati dikenal dunia dengan nama teak (bahasa Inggris).

Nama ini berasal dari kata thekku dalam bahasa Malayalam, bahasa di Negara

bagian Kerala di India selatan. Nama ilmiah jati adalah Tectona grandis L.f.

Pohon jati (Tectona grandis sp.) dapat tumbuh meraksasa selama ratusan tahun

dengan ketinggian 40-45 meter dan diameter 1,8-2,4 meter. Namun, pohon jati

rata-rata mencapai ketinggian 9-11 meter, dengan diameter 0,9 -1,5 meter. Pohon

jati yang dianggap baik adalah pohon yang bergaris lingkar besar, berbatang lurus,

dan sedikit cabangnya. Kayu jati terbaik biasanya berasal dari pohon yang

berumur lebih daripada 80 tahun.

Daun umumnya besar, bulat telur terbalik, berhadapan, dengan tangkai

yang sangat pendek. Daun pada anakan pohon berukuran besar, sekitar 60-70 cm

× 80-100 cm; sedangkan pada pohon tua menyusut menjadi sekitar 15 × 20 cm.

Berbulu halus dan mempunyai rambut kelenjar di permukaan bawahnya. Daun

yang muda berwarna kemerahan dan mengeluarkan getah berwarna merah darah

apabila diremas. Ranting yang muda berpenampang segi empat, dan berbonggol

di bukubukunya. Daun jati letaknya saling berhadapan berbentuk opposite

bertangkai pendek. Permukaan daun bagian atas berwarna hijau dan kasar
sedangkan bagian bawah berwarna hijau kekuning-kuningan berbulu halus,

diantara rambut- rambutnya terdapat kelenjar merah yang

menggembung, sedangkan daun yang masih muda berwarna hijau tua keabu

abuan

Zat warna alami dapat diperoleh dari tanaman atau hewan. Warna alami

ini meliputi pigmen yang terdapat dalam bahan atau terbentuk melalui proses

pemanasan, penyimpanan atau pemrosesan. Warna alam seperti klorofil,

karotenoid, antosianin, brazilein, tanin dan lain–lain apabila dikonsumsi tidak

menimbulkan efek samping dan dapat dikatakan aman. Pigmen telah digunakan

sejak zaman dahulu sebagai zat pewarna alami dalam makanan, obat-obatan,

tekstil dan kosmetika. Zat pewarna alami kini telah banyak digantikan oleh

pewarna buatan karena zat pewarna alami dipandang kurang stabil dan mudah

mengalami perubahan baik fisik maupun kimiawi.

Produk bernilai guna tinggi yang akan digunakan pada penelitian ini

adalah pigmen alami daun jati. Pigmen warna daun jati (Tectona grandis)

mengandung damar, lendir, tanin, triterpen, alkaloid, karotenoid, flavonoid, dan

asam fenol. Kemajuan pengetahuan teknologi sekarang memungkinkan rekayasa

dan aplikasi pigmen alami secara lebih berkualitas. Oleh karena itu dilakukan

riset– riset yang berkelanjutan untuk mengembangkan pigmen alam, yaitu dengan

membuat film kaca non permanen.Daun jati mengandung karotenoid yang

berperan penting dalam pewarnaan . Sebagai contoh pewarnaan pada kain tenun.

Pemanfaatan pewarna alami ini lebih digemari daripada pewarna sintetik karena

dapat memberikan keistimewaan tersendiri . Pigmen zat pewarna alami dapat


diperoleh dari bahan alami antara lain. Karotenoid adalah pigmen yang larut

dalam lemak tetapi tidak larut dalam air yaitu pigmen zat warna kuning orange

sampai merah.

Salah satu zat warna yang dapat dijadikan sel surya organik adalah zat

warna dari daun jati. Jati (Tectona grandis) merupakan tanaman kayu berkualitas

tinggi. Kayu jati sebagai bahan baku furniture telah banyak digunakan oleh

berbagai negara di dunia sehingga banyak di budidayakan. Dengan banyaknya

budidaya jati meyebabkan jumlah daun jati menjadi sangat melimpah. Daun jati

selama ini masih belum banyak dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga hanya akan terbuang secara sia-sia, padahal daun jati memiliki beberapa

zat warna seperti antosianin dan karatenoid yang dapat dijadikan sebagai bahan

dasar dalam pembuatan DSSC. Zat warna dalam tanaman yang biasanya

digunakan dalam DSSC adalah klorofil, karotenoid, antosianin, flavonoid, dan

tannin.

B.b Proses Produksi Daun Jati (Tectona grandis)

A. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, aquades (H2O),

daun jati (Tectona grandis) metanol (CH3OH) teknis, iodida (I2) teknis, kalium

iodida (KI) teknis, n-heksan (C6H14) teknis, titanium oksida (TiO2) teknis, kertas

saring, lilin, natrium hidroksida (NaOH) 10 % dan silika G60 nomor katalog 7730

dan 7733.

B. Metode

1. Ektraksi dan Karakterisasi Zat Warna pada Daun Jati

a. Ekstraksi Daun Jati


Sampel daun jati yang diambil adalah daun jati yang masih muda.

Kemudian dikeringkan pada suhu kamar. Setelah itu, sampel dihaluskan

dengan menggunakan blender. Kemudian diekstraksi menggunakan alat

utrasonik dengan pelarut metanol selama 15 menit. Ekstrak kemudian disaring

dengan kertas saring lalu dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator.

b. Variasi pH

Ekstrak yang didapatkan diencerkan dengan metanol kemudian

ditambahkan dengan NaOH 10% hingga berubah dari pH 6 (warna merah) ke

pH 11 (warna ungu).

c. KKCV

Silika 7730 ditimbang ± 20 gram lalu dimasukkan ke dalam kolom

KKCV, lalu dialiri dengan n-heksan hingga tidak terdapat gelembung udara

pada silika 7730. Setelah itu, ekstrak kental daun jati diencerkan lalu

diimpregnasi dengan silika 7733 sebanyak ± 3 gram. Hasil impregnasi sampel

lalu dimasukkan ke dalam kolom KKCV yang selanjutnya dialiri dengan eluen

yang ditingkatkan kepolarannya. Eluen yang digunakan yaitu perbandingan

antara n:heksan dan metanol (8:2; 5:5 dan 2:8).

2. Pembuatan Dan Pengujian DSSC

a. Pembuatan Pasta TiO2

TiO2 dilarutkan dengan aquades panas kemudian diendapkan lalu

disaring. Endapan TiO2 kemudian dilarutkan dengan etanol hingga berbentuk

pasta.
b. Preparasi Larutan Elekrtolit

Kalium iodida ditimbang 0,83 gram lalu ditambahkan iod sebanyak 0,127

gram. Kemudian dilarutkan dalam 10 mL aquades

c. Pembuatan elektroda pembanding

Kaca TCO terlebih dahulu dibersihkan dengan aquades dalam ultrasonik

lalu dikeringkan. Setelah itu, kaca TCO dipanaskan diatas api hingga terbentuk

lapisan warna hitam.

d. Rangkaian Dan Pengujian Sel Surya Organik

Kaca TCO diberi selotip kemudian dilapiskan dengan pasta TiO2. Setelah

itu dilakukan pemanasan pada kaca selama 30 menit dan biarkan sampai kaca

TCO dingin. Kaca kemudian ditetesi dengan zat warna dan didiamkan sampai

zat warna meresap ke dalam TiO2. Setelah meresap, ditambahkan dua tetes

larutan elektrolit dan ditempelkan pada elektroda pembanding secara

berhadapan. Perangkat sel surya kemudian diuji dengan menggunakan

multimeter di bawah sinar matahari. Arus dan tegangan yang didapat dicatat.

3.Karakterisasi

Karakterisasi zat warna dilakukan dengan mengambil zat warna yang

memiliki efisiensi yang paling tinggi dan dianalisis dengan menggunakan

Spektrofotometer UV-Vis, Spektroskopi FTIR dan GC-MS sedangkan

karakteristik morfologi TiO2 dilakukan dengan menggunakan SEM.


C. Mekanisme reaksi yang terjadi

 Efisiensi DSSC pada Keadaan Asam dan Basa

Gambar 1. Pengikatan TiO2 pada antosianin

Pengujian DSSC yang dilakukan pada keadaan asam (pH 6) memiliki

efisiensi yang lebih besar yakni 0,02898 % dibanding pada keadaan basa (pH 11).

Hal ini disebabkan pada pH 6 zat warna telah terdeprotonasi (kehilangan H+) dari

bentuk kation flavilium. Menurut Cherepy dkk. (1997) bahwa dalam bentuk

quinonoidal, antosianin akan terikat dengan kuat pada TiO2 dibanding dalam

bentuk flavilium (pH 1-2) dapat dilihat pada Gambar 1. Pada pH yang sangat

rendah elektron lebih sulit untuk terdeprotonasi sehingga antosianin menjadi

sangat stabil dan sulit berikatan dengan molekul lain. Hal ini menyebabkan ikatan

antosianin dengan TiO2 menjadi lemah. Selain itu, muatan yang ada pada kation
flavilum dapat menghambat terjadinya perpindahan elektron pada permukaan

TiO2 (Chien & Shu, 2013: 205). Pada pH 11, kandungan antosianin yang dimiliki

oleh daun jati semakin menurun (Fatinatullabibah dkk., 2014) sehingga antosianin

yang terserap didalam TiO2 juga berkurang. Hal ini menyebabkan berkurangnya

efisiensi dibanding pada pH 6. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian DSSC yang

dilakukan oleh Chien & Shu (2013) bahwa efisiensi tertinggi dihasilkan pada pH

6-8. Terjadi penurunan pada keadaan yang lebih asam (pH 2 dan pH 4) maupun

lebih basa (pH 10 dan pH 12).

 Morfologi TiO2

Gambar 2. Hasil SEM permukaan TiO2 yang mengikat zat warna. (a) 20 μm dan

(b) 2 μm.
Karakteristik morfologi dari TiO2 yang terikat zat warna dapat dilihat

pada Gambar 2. Pada hasil SEM terlihat bahwa penyebaran zat warna pada

permukaan TiO2 yang kurang merata. Terdapat zat warna yang teradsorpsi

dengan baik dan ada pula zat warna yang tidak teradsorpsi dan membentuk

gumpalan-gumpalan. Adanya gugus hidroksil (-OH) dan karbonil (C=O) pada

suatu zat warna memungkinkan terbentuknya ikatan yang kuat dengan permukaan

TiO2. Selain itu hasil SEM juga menunjukkan bahwa ukuran partikel dari TiO2

tergolong besar (mikrometer) sehingga hanya dapat menampung sedikit zat

warna. Hal inilah yang menyebabkan zat warna yang teradsorpsi dalam TiO2

sedikit sehingga efisiensi yang dihasilkan juga tidak maksimal.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Efisiensi DSSC yang dihasilkan dalam keadaan asam (pH 6) dan keadaan

basa (pH 11) yakni 0,02898 % dan 0,01188 %. Efisiensi yang dihasilkan pada

KKCV menggunakan pelarut n-heksana : metanol adalah 0,01234 % untuk fraksi

8:2, untuk fraksi 5:5 diperoleh efisiensi sebesar 0,05127 % dan fraksi 2:8

diperoleh efisiensi sebesar 0,00541 %. Karakterisasi zat warna menggunakan UV-

Vis, GC-MS, dan FTIR secara keseluruhan menunjukkan bahwa salah satu zat

warna golongan antosianin yang terdapat dalam ekstrak daun jari adalah sianidin.
DAFTAR PUSTAKA

Zulfa.L., 2013., Ekstraksi Pewarna Alami Dari Daun Jati (Tectona Grandis)
(Kajian Konsentrasi Asam Sitrat Dan Lama Ekstraksi) Dan Analisa
Tekno-Ekonomi Skala Laboratorium, Jurnal Industria Vol 3 No 1 Hal 62
– 72, Universitas Brawijaya

Puspitarum. LD., 2013., Aplikasi Ekstrak Daun Jati (Tectona grandis) sebagai
Film Kaca Non Permanen, Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVII HFI
Jateng & DIY, Solo, ISSN : 0853-0823

Baharuddin. A., 2015., Karakterisasi Zat Warna Daun Jati (Tectona Grandis)
Fraksi Metanol:N-Heksana Sebagai Photosensitizer Pada Dye Sensitized
Solar Cell Chimica et Natura Acta Vol.3 No.1, April 2015:37-41

Nadeak, S.M. & Susanti, D., 2012., Variasi temperatur dan waktu tahan kalsinasi
terhadap unjuk kerja semikonduktor TiO, sebagai dye sensitized solar
cell (DSSC) dengan dyes ekstrak buah naga merah, Jurnal Teknik ITS, 1,
81-86.

Maddu, A., Zuhri, M., & Irmansyah., 2007., Penggunaan ekstrak antosianin kol
merah sebagai photosensitizer pada sel surya TiO, nanokristal
tersensitisasi dye, Makara Teknologi, 11(2), 78-84.

Anda mungkin juga menyukai