BAB I
STATUS PASIEN
Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : normocephal, simetris
2. Mata
Exopthalmus/enophtal: (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
3. Telinga : Sekret (-), serumen (-/-)
4. Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-)
5. Mulut
Bibir : lembab
Gigi geligi : lengkap, caries (+)
Uvula : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
6. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
7. Thoraks
4
Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung normal
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo (Paru)
8. Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hati dan lien
tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal
Fukuda : Pasien tidak berputar lebih dari 30◦ atau maju-mundur tidak
lebih dari 1 meter
Past Pointing Test : Pasien mampu menyentuh telunjuk pemeriksa
dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.
1.13 Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai pengertian, faktor resiko, cara
pengelolaan, dan komplikasi penyakit vertigo
2. Preventif :
a. Jangan gerakan kepala secara berlebihan dan mendadak
b. Hindari stres
3. Kuratif :
Non Farmakologi
a. Istirahat cukup
b. Latihan vestibular : Metode Band Daroff, 3 kali perhari selama 3
minggu
6
Farmakologi
a. Difenhidramin HCl tab 25 mg 4 kali perhari
b. Dimenhidrinat tab 25 mg 4 kali perhari
c. Betahistin tab 6 mg 3 kali perhari
d. Cinnarizine tab 15 mg 3 kali perhari
Obat tradisional :
a. Inggu 1x5 gram herba/hari
Cara penggunaan : Bahan dihaluskan, ditempelkan pada pelipis, biarkan
sampai kering
Tanggal: Tanggal:
Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :
Pro :
Umur : Pro :
Alamat : Umur :
Alamat :
8
d. Rehabilitatif
Teratur melakukan latihan vestibular
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa :
2.2 Etiologi
Terdapat beberapa keadaan yang dapat menyebabkan vertigo :1
2.3 Klasifikasi
10
maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka
keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.2
2.4 Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat
(pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah
susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistemoptik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nukleiN. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiriakan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebihlanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisitidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, makaproses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan
gejalaotonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
13
neuronitisdan pada meniere disease yang parah dan BPPV. Pada vertigo sentral
mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis berupa kelemahan,
disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran, parestesia, penurunan
kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motorislebih
mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit cererovascular,
neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan
gejala lain yang berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal
(throbbing, unilateral, kadang disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan
fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo.
2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20
sampai 40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat
pada pasien dan durasi gejala.
16
Anamnesis:
o Apakah terdapat pengaruh perubahan sikap?
o Apakah terdapat kondisi lain selain perubahan posisi yang dapat membuat
sensasi vertigo bertambah berat?
o Apakah terdapat disorientasi?
o Apakah gangguan penglihatan hanya terjadi saat bergerak
o Pencetus
o Awitan
Apakah terdapat gejala defisit neurologis fokal seperti penglihatan ganda,
gangguan menelan, disarti atau kelemahan motorik?
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan leher dan
system cardiovascular.
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan Fungsi Vestibularis
Untuk menimbulkan atau memperjelas nistagmus dapat dilakukan manuver
Hallpike, atau tes kalori.
Tes Nistagmus Posisi (Manuver Hallpike)
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita
dengan gangguan sistem vestibular dapat dilakukan manuver Nylen-Barany atau
dinamai juga sebagai manuver Hallpike.
Pada tes ini pasien disuruh duduk di tempat-tidur-periksa. Kemudian ia
direbahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut Sekitar 30
derajat di bawah horison. Selanjutnya kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian
diulangi dengan kepala melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke
kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya: pemeriksa dapat melihat
sekiranya muncul nistagmus. Perhatikan nistagmus mulai muncul, berapa lama
berlangsung serta jenis nistac Kemudian kepada penderita ditanyakan apa yang
dirasakannya. ada vertigo dan apakah vertigo yang dialaminya pada tes ini serupa
vertigo yang pernah dialaminya.
17
Pada lesi perifer, vertigo lebih berat dan didapatkan masa laten selama
sekitar 2-30 detik. Yang dimaksud dengan masa laten di sini ialah nistagmus tidak
segera timbul begitu kepala mengambil posisi yang kita berikan; nistagmus baru
muncul setelah beberapa detik berlalu, yattu sekitar 2-30 detik. Dalam hal ini, kita
katakan masa laten untuk terjadinya nistagmus ialah 2 - 30 detik.
Pada lesi perifer vertigo biasanya berat, lebih berat daripada lesi sentral.
Pada lesi perifer nistagmus akan capai; maksudnya ialah setelah beberapa saat
nistagmus akan berkurang dan kemudian berhenti, walaupun kepala masih tetap
dalam posisinya. Selain itu, pada lesi perifer, bila manuver ini diulang-ulang,
jawaban nistagmus akan berkurang dan kemudian tidak muncul lagi. Hal ini
disebut habituasi. Pada lesi vestibular sentral tidak didapatkan masa laten.
Nistagmus segera muncul. Selain itu, pada lesi sentral nistagmus tidak berkurang
atau mereda, tidak menjadi capai dan nistagmus akan tetap timbul bila manuver
ini diulang-ulang. Jadi, tidak didapatkan habituasi.
Ciri Nistagmus Posisional
Keterangan Lesi Perifer Lesi Sentral
Vertigo Berat Ringan
Masa Laten Ya Tidak
Jadi Capai/lelah Ya Tidak
Habituasi Ya Tidak
18
Tes kalori.
Tes kalori mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Tes ini membutuhkan
peralatan yang sederhana, dan dapat diperiksa pada kedua telinga. Kepekaan
penderita terhadap rangsang kalori bervariasi, karenanya lebih baik dimulai
dengan stimulasi yang ringan; dengan harapan bahwa stimulasi ringan telah
menginduksi nistagmus dengan rasa vertigo yang ringan dan tidak disertai nausea
atau muntah. Stimulasi yang lebih kuat selalu dapat diberikan bila penderita
ternyata kurang sensitif.
Cara melakukan tes kalori:
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat
(tujuannya ialah agar bejana lateral di iabirin berada dalam posisi vertikal, dengan
demikian dapat dipengaruhi secara maksimai oleh aliran konveksi yang
diakibatkan oleh aliran endolimf).
Tabung suntik berukuran 20 cc dengan jarum ukuran nomor 15 yang
ujungnya dilindungi karet diisi dengan air bersuhu 30 C (kira-kira 7 derajat
dibawah suhu badan). Air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1cc per
detik. Dengan demikian gendangan telinga tersiram air selama kira 20 detik.
Kemudian, bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang diairi
(karena air yang disuntikkan lebih dingin suhu badan). Arah gerak nistagmus
dicatat, demikian juga freku (biasanya 3 - 5 kali per detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita,
biasanya berlangsung antara 1/2-2 menit.
Setelah beristirahat selama 5 menit, telinga ke dua dites. Halpenting
diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada sisi, yang pada
keadaan normal hampir serupa. Pada sekitar 5% normal, stimulasi minimal
tidak akan mencetuskan nistagmus. penderita demikian, 5 ml air es
diinjeksikan ke telinga, secara sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20
detik. Pada keadaan hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2 -
21/2 menit masih tidak timbul nistagmus, kemudian dapat disuntikkan 20 ml ;
20
selama 30 detik. Bila stimulasi ini juga tidak menimbulkan nistagmus dapat
dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
Tes kalori untuk mengevaluasi fungsi vestibular ini dilaksanakan
dan mudah diinterpretasi. Tes ini memungkinka kita menentukan apakah
keadaan labirin normal, hipoaktif atau tidak berfungsi. Dalam hal ini kita
bandingkan sensitivitas labirin pada kedua sisi. demikian, pada tes kalori,
pemeriksa harus mengobservasi gerak boia selain itu, gerakan dan arah
nistagmus serta lamanya nistagmus berlangsung harus diamati. Karena
pengamatan dilakukan langsunc pemeriksa, kesalahan yang manusiawi dapat
terjadi. Untuk kemungkinan kesalahan ini dikembangkan pemeriksaan
elektronistagmografi.
duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam
hari, masing-masing diulang 5 kali. Latihan ini dlakukan selama 2-3 minggu.
2) Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
yaitu Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung
banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai
khasiat lainseperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang
lain ini berperandalam mengatasi vertigo belum diketahui. Cinnarizine
(Stugerone), mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3
kalisehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa
lelah, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.
3) Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh
bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Promethazine (Phenergan), golongan Fenotiazine yang paling
efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam.
Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1draze), 4 kali sehari per oral
atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang
sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit dibanding obat Fenotiazinelainnya.
24
4) Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin. Lama
aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.Khasiat
obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigolainnya. Efek
samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadigelisah – gugup.
5) Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo. Efek samping
seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur. Lorazepam dapat diberikan
0,5 mg – 1 mg. Diazepam dapat diberikan 2 mg – 5 mg.
BAB III
ANALISIS KASUS
3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:
Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada keluhan pasien yang
mengarah pada vertigo perifer. Dimana sifat vertigo merupakan rasa berputar,
serangan tidak kontinyu, terdapat mual. Penyebabnya itu tidak diketahui.
26
Karena serangan bisa muncul kapan saja, pasien sebaiknya istirahat untuk
pemulihan terlebih dahulu. Karena keluhan dipicu oleh perubahan posisi
kepala yang mendadak dan tiba-tiba, sebaiknya dalam beraktifitas
menghindari keadaan yang dapat mencetuskan keluhan.
Karena keluhan yang muncul hebat, pasien sering cemas dan khawatir
akan adanya penyakit yang berat, oleh karena itu pasien diberikan penjelasan
bahwa vertigo bukan merupakan sesuatu yang berbahaya dan biasanya
menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Namun,
kadang-kadang dapat berlangsung lama dan kambuh kembali. Pasien juga
harus teratur melakukan latihan vestibular.
27
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran :
29