Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
STATUS PASIEN

1.1 Identitas Pasien


a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Tn. T/ Laki-Laki / 32 tahun
b. Pekerjaan/Pendidikan : Wiraswasta / D3 Akuntansi
c. Alamat : RT 7 Kelurahan Lebak Bandung

1.2 Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : Anak ke-2 dari 3 bersaudara
c. Status ekonomi keluarga : Kurang mampu
d. Kondisi Rumah Pasien :
Pasien tinggal dirumah
permanen berukuran 8x5 m2,
lantai semen, dinding semen, atap
seng. Rumah pasien terdiri dari 1
ruang tamu, 2 ruang tidur, dapur,
dan 1 kamar mandi di bagian
belakang. Sumber air bersih
berasal dari PDAM dan sumber
penerangan berasal dari PLN.
e. Kondisi Lingkungan di Sekitar Rumah :
Rumah pasien berjarak cukup jauh dengan rumah lainnya.
Samping rumah pasien merupakan lahan pasien.

1.3 Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga :


a. Pasien jarang berolahraga
b. Pasien tidak merokok
c. Hubungan dengan anggota keluarga baik.
2

1.4 Keluhan Utama :


Kepala pusing terasa berputar sejak 1 hari sebelum berobat ke Puskesmas

1.5 Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke Puskesmas Simpang Kawat dengan keluhan pusing
berputar sejak ± 1 hari yang lalu. Keluhan awalnya muncul ketika pasien
menunduk saat shalat. Pada saat pusing pasien mengatakan lingkungan
sekitar seperti bergerak beputar mengelilingnya. Menurut pasien keluhan
pusing dirasakan sangat berat, berlangsung tidak sampai satu menit namun
kemudian muncul kembali, terutama apabila pasien merubah posisi dari
berbaring ke duduk atau berdiri, dan juga pada posisi berbaring yang secara
tiba-tiba. Keluhan terasa berkurang saat pasien menutup mata. Keluhan
disertai mual, namun muntah (-).

Pandangan mata kabur atau ganda disangkal. Riwayat trauma pada


kepala (-), telinga berdenging (-), gangguan pendengaran (-), demam (-),
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pasien mengatakan sudah meminum
obat pannadol untuk pusingnya, namun belum ada perbaikan.

1.6 Riwayat Penyakit Dahulu :


a. Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya (-)
b. Riwayat dirawat dan operasi sebelumnya (-)
c. Riwayat hipertensi (-)
d. Riwayat DM (-)
e. Riwayat konsumsi obat dan penyakit lainnya (-)

1.7 Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama (-)
3

1.8 Pemeriksaan Fisik :


Status Generalisata
1. Keadaan Umum : tampak sakit ringan
2. Kesadaran : compos mentis GCS : 15 E:4 M:6 V:5
3. Tekanan darah : 120/80 mmHg
4. Nadi : 84x/menit
5. Pernafasan : 20 x/menit
6. Suhu : 37,1°C
7. Berat Badan : 79 kg
8. Tinggi Badan : 169 cm
9. IMT : 27,7 (overweight)

Pemeriksaan Organ
1. Kepala
Bentuk : normocephal, simetris
2. Mata
Exopthalmus/enophtal: (-/-)
Konjungtiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Pupil : bulat, isokor, reflex cahaya +/+
3. Telinga : Sekret (-), serumen (-/-)
4. Hidung : Rhinorhea (-), deviasi septum (-)
5. Mulut
Bibir : lembab
Gigi geligi : lengkap, caries (+)
Uvula : deviasi (-)
Gusi : warna merah muda, perdarahan (-)
Lidah : kotor (-), ulkus (-)
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
6. Leher : pembesaran KGB (-), struma (-)
7. Thoraks
4

Cor (Jantung)
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri
Perkusi Batas-batas jantung normal
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

Pulmo (Paru)

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Statis & dinamis :
Statis & dinamis: simetris
simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler, Wheezing (-), Vesikuler, Wheezing (-),
rhonki (-) rhonki (-)

8. Abdomen
Inspeksi Datar, sikatriks (-), dilatasi vena (-)
Palpasi Supel, nyeri tekan epigastrium (-), hati dan lien
tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

9. Ekstremitas Atas : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik,


ulkus (-)/(-)
Ekstremitas bawah : akral hangat, edema (-), CRT< 2 detik,
ulkus (-)/(-)
10. Pemeriksaan Nervus kranial : dalam batas normal
Nervus Cranialis III : Occulomotorius (nistagmus spontan -/-)

1.9 Pemeriksaan Penunjang


 Tandem gait : pasien mampu berjalan mengikuti garis lurus,
langkah lebar (-), berjalan menyimpang (-)
 Romberg dan Romberg dipertajam : Pasien kesulitan mempertahankan
diri dan jatuh pada saat menutup mata
5

 Fukuda : Pasien tidak berputar lebih dari 30◦ atau maju-mundur tidak
lebih dari 1 meter
 Past Pointing Test : Pasien mampu menyentuh telunjuk pemeriksa
dalam keadaan mata terbuka dan tertutup.

1.10 Pemeriksaan Anjuran


 Tes Nistagmus Posisi
 Tes Kalori

1.11 Diagnosis Kerja


Vertigo (R42)

1.12 Diagnosis Banding :


1. Vertigo / Benign Paroxysmal Positional Vertigo ( H81.1)
2. Penyakit Meniere (H81.0)
3. Vestibular neuritis (H81.2)

1.13 Manajemen
1. Promotif :
a. Menjelaskan kepada pasien mengenai pengertian, faktor resiko, cara
pengelolaan, dan komplikasi penyakit vertigo

2. Preventif :
a. Jangan gerakan kepala secara berlebihan dan mendadak
b. Hindari stres

3. Kuratif :
Non Farmakologi
a. Istirahat cukup
b. Latihan vestibular : Metode Band Daroff, 3 kali perhari selama 3
minggu
6

Farmakologi
a. Difenhidramin HCl tab 25 mg 4 kali perhari
b. Dimenhidrinat tab 25 mg 4 kali perhari
c. Betahistin tab 6 mg 3 kali perhari
d. Cinnarizine tab 15 mg 3 kali perhari

Obat tradisional :
a. Inggu 1x5 gram herba/hari
Cara penggunaan : Bahan dihaluskan, ditempelkan pada pelipis, biarkan
sampai kering

b. Bingle 2x5 gram herba / hari


Cara penggunaan : Bahan dihaluskan tambahkan sedikit air hingga
menjadi seperti bubur, ditempelkan pada pelipis, biarkan sampai kering
7

RESEP PUSKESMAS RESEP ILMIAH 1


Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat
Jl. Buton RT.36 Kelurahan Payolebar, Jl. Buton RT.36 Kelurahan Payolebar,
Kota Jambi 36225 Kota Jambi 36225
Nadia Fetrisia Nadia Fetrisia
SIP. 1234567 SIP. 1234567
STR. 987654 STR. 987654

Tanggal: Tanggal:

Pro : Pro :
Umur : Umur :
Alamat : Alamat :

RESEP ILMIAH 2 RESEP ILMIAH 3


Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Simpang Kawat Dinas Kesehatan Kota Jambi
Jl. Buton RT.36 Kelurahan Payolebar, Puskesmas Simpang Kawat
Kota Jambi 36225 Jl. Buton RT.36 Kelurahan Payolebar,
Nadia Fetrisia Kota Jambi 36225
SIP. 1234567 Nadia Fetrisia
STR. 987654 SIP. 1234567
STR. 987654
Tanggal:
Tanggal:

Pro :
Umur : Pro :
Alamat : Umur :
Alamat :
8

d. Rehabilitatif
 Teratur melakukan latihan vestibular
9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Persepsi gerakan bisa berupa :

c. Vertigo Vestibular : rasa berputar yang timbul pada gangguan


vestibular
d. Vertigo non Vestibular : rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan system proprioseptif atau system visual.1

Secara umum, istilah vertigo diindikasikan sebagai suatu gejala yang


dicirikan dengan suatu perasaan tidak nyaman dari berpindahnya tubuh (vertigo
subjektif) atau benda dan lingkungan yang berputar mengelilingi (vertigo
objektif).1

2.2 Etiologi
Terdapat beberapa keadaan yang dapat menyebabkan vertigo :1

2.3 Klasifikasi
10

Berdasarkan letak lesinya, ada dua jenis vertigo, yaitu :


1. Vertigo Sentral
Penyebab vertigo jenis sentral biasanya ada gangguan di nucleus
vestibularis batang otak, thalamus sampai korteks serebri. Untuk
menentukan gangguan di batang otak, apakah terdapat gejala lain yang
khas bagi gangguan di batang otak, misalnya diplopia, parestesia,
perubahan sensibilitas danfungsi motorik, rasa lemah.
2. Vertigo Perifer
Terjadi lesi di labirin dan nervus vestibularis1

Lamanya vertigo berlangsung1,2,3 :


a. Episode (serangan) vertigo yang berlangsung beberapa detik Paling sering
disebabkan oleh vertigo posisional benigna. Dapat dicetuskan oleh perubahan
posisi kepala. Berlangsung beberapa detik dan kemudian mereda. Paling
sering penyebabnya idiopatik (tidak diketahui), namun dapat juga diakibatkan
oleh trauma di kepala, pembedahan di telinga atau oleh neuronitis vestibular.
Prognosis umumnya baik, gejala menghilang secara spontan.
b. Episode vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam. Dapat dijumpai
pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang. Penyakit meniere
mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun (tuli), vertigo
dantinitus.
c. Serangan vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering datang ke unit darurat.
Padapenyakit ini, mulainya vertigo dan nausea serta muntah yang
menyertainya ialah mendadak, dan gejala ini dapat berlangsung beberapa hari
sampai beberapa minggu.Fungsi pendengaran tidak terganggu pada neuronitis
vestibular. Pada pemeriksaan fisik mungkin dijumpai nistagmus.
11

Sesuai kejadiannya, vertigo ada beberapa macam yaitu :


- Vertigo spontan
Vertigo ini timbul tanpa pemberian rangsangan. Rangsangan timbul dari
Penyakitnyasendiri, misalnya pada penyakit Meniere oleh sebab tekanan
Endolimfa yang meninggi.Vertigo spontan komponen cepatnya mengarah ke
jurusan lirikan kedua bola mata.
- Vertigo posisi
Vertigo ini disebabkan oleh perubahan posisi kepala. Vertigo timbul karena
perangsangan pada kupula kanalis semi-sirkularis oleh debris atau pada
kelainan servikal. Debris ialah kotoran yang menempel pada kupula kanalis
semi-sirkularis.
- Vertigo kalori
Vertigo yang dirasakan pada saat pemeriksaan kalori. Vertigo ini penting
ditanyakan pada pasien sewaktu tes kalori, supaya ia dapat membandingkan
perasaan vertigo ini denganserangan yang pernah dialaminya. Bila sama,
12

maka keluhan vertigonya adalah betul, sedangkan bila ternyata berbeda, maka
keluhan vertigo sebelumnya patut diragukan.2

2.4 Patofisiologi
Vertigo timbul jika terdapat gangguan alat keseimbangan tubuh yang
mengakibatkan ketidakcocokan antara posisi tubuh (informasi aferen) yang
sebenarnya dengan apa yang dipersepsi oleh susunan saraf pusat
(pusat kesadaran). Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah
susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus menerus menyampaikan
impulsnya ke pusat keseimbangan. Susunan lain yang berperan ialah sistemoptik
dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan
nukleiN. III, IV dan VI, susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis.
Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor
vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi
paling besar, yaitu lebih dari 50 % disusul kemudian reseptor visual dan yang
paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik.
Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat
keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik
kanan dan kiriakan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan
wajar, akan diproses lebihlanjut. Respons yang muncul berupa penyesuaian otot-
otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang
menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar. Jika fungsi
alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisitidak normal/ tidak
fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, makaproses
pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan
gejalaotonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat
sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus, unsteadiness,
ataksia saat berdiri/ berjalan dan gejala lainnya.
13

Ada beberapa teori yang berusaha menerangkan kejadian ketidakseimbangan


tubuh :
1. Teori rangsang berlebihan (over stimulation)
Teori ini berdasarkan asumsi bahwa rangsang yang berlebihan menyebabkan
hiperemi kanalis semisirkularis sehingga fungsinya terganggu; akibatnya akan
timbul vertigo,nistagmus, mual dan muntah.
2. Teori konflik sensorik
Menurut teori ini terjadi ketidakcocokan masukan sensorik yang berasal dari
berbagaireseptor sensorik perifer yaitu antara mata/visus, vestibulum dan
proprioseptik, atau ketidakseimbangan/asimetri masukan sensorik dari sisi kiri
dan kanan.Ketidakcocokan tersebut menimbulkan kebingungan sensorik di
sentral sehingga timbul respons yang dapat berupa nistagmus (usaha koreksi
bola mata), ataksia atau sulit berjalan (gangguan vestibuler, serebelum) atau
rasa melayang, berputar (yang berasal dari sensasi kortikal). Berbeda dengan
teori rangsang berlebihan, teori ini lebih menekankan gangguan proses
pengolahan sentral sebagai penyebab.
3. Teori neural mismatch
Teori ini merupakan pengembangan teori konflik sensorik; menurut teori ini
otak mempunyai memori/ingatan tentang pola gerakan tertentu; sehingga jika
pada suatu saat dirasakan gerakan yang aneh/tidak sesuai dengan pola gerakan
yang telah tersimpan, timbul reaksi dari susunan saraf otonom. Jika pola
gerakan yang baru tersebut dilakukan berulang-ulang akan terjadi mekanisme
adaptasi sehingga berangsur-angsur tidak lagi timbul gejala.
4. Teori otonomik
Teori ini menekankan perubahan reaksi susunan saraf otonom sebagai usaha
adaptasigerakan/perubahan posisi, gejala klinis timbul jika sistim simpatis
terlalu dominan,sebaliknya hilang jika sistim parasimpatis mulai berperan.
5. Teori neurohumoral
Di antaranya teori histamin (Takeda), teori dopamin (Kohl) dan teori
serotonin(Lucat) yang masing-masing menekankan peranan neurotransmiter
14

tertentu dalam mempengaruhi sistim saraf otonom yang menyebabkan


timbulnya gejala vertigo.
6. Teori sinap
Merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan
neurotransmisi dan perubahan-perubahan bio molekuler yang terjadi pada
proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres
yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor), peningkatan
kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang
selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas
sistim saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang
sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat
aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan
hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan
saraf parasimpatis. 1

2.5 Gejala Klinis


Vertigo, diartikan sebagai sensasi berputar. Vertigo dapat horizontal,
vertical atau rotasi.Vertigo horizontal merupa tipe yang paling sering, disebabkan
oleh disfungsi dari telinga dalam. Jika bersamaan dengan nistagmus, pasien
biasanya merasakan sensasi pergerakan dari sisi yang berlawanan dengan
komponen lambat. Vertigo vertical jarang terjadi, jika sementara biasanya
disebabkan oleh BPPV. Namun jika menetap, biasanya berasal dari sentral dan
disertai dengan nistagmus dengan gerakan ke bawah atau ke atas. Vertigo rotasi
merupakan jenis yang paling jarang ditemukan. Jika sementara biasnaya
disebabakan BPPV namun jika menetap disebabakan oleh sentral dan biasanya
disertai dengan rotator nistagmus.
Gejala penyerta berupa penurunan pendengaran, nyeri, mual, muntah dan
gejala neurologis dapat membantu membedakan diagnosis penyebab vertigo.
Nyeri yang menyertai vertigo dapat terjadi bersamaan dengan infeksi akut
telinga tengah, penyakit invasive pada tulang temporal, atauiritasi meningeal.
Vertigo sering bersamaan dengan muntah dan mual padaacute vestibular
15

neuronitisdan pada meniere disease yang parah dan BPPV. Pada vertigo sentral
mual dan muntah tidak terlalu parah. Gejala neurologis berupa kelemahan,
disarthria, gangguan penglihatan dan pendengaran, parestesia, penurunan
kesadaran, ataksia atau perubahan lain pada fungsi sensori dan motorislebih
mengarahkan diagnosis ke vertigo sentral misalnya penyakit cererovascular,
neoplasma, atau multiple sklerosis. Pasien denga migraine biasanya merasakan
gejala lain yang berhubungan dengan migraine misalnya sakit kepala yang tipikal
(throbbing, unilateral, kadang disertai aura), mual, muntah, fotofobia, dan
fonofobia. 21-35 persen pasien dengan migraine mengeluhkan vertigo.

2.6 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sekitar 20
sampai 40% pasien dapat didiagnosis segera setelah anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Diagnosis juga dapat ditentukan berdasarkan komplek gejala yang terdapat
pada pasien dan durasi gejala.
16

Anamnesis:
o Apakah terdapat pengaruh perubahan sikap?
o Apakah terdapat kondisi lain selain perubahan posisi yang dapat membuat
sensasi vertigo bertambah berat?
o Apakah terdapat disorientasi?
o Apakah gangguan penglihatan hanya terjadi saat bergerak
o Pencetus
o Awitan
Apakah terdapat gejala defisit neurologis fokal seperti penglihatan ganda,
gangguan menelan, disarti atau kelemahan motorik?
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan neurologis, pemeriksaan dan leher dan
system cardiovascular.
Pemeriksaan Penunjang :
 Pemeriksaan Fungsi Vestibularis
Untuk menimbulkan atau memperjelas nistagmus dapat dilakukan manuver
Hallpike, atau tes kalori.
 Tes Nistagmus Posisi (Manuver Hallpike)
Untuk membangkitkan vertigo dan nistagmus posisional pada penderita
dengan gangguan sistem vestibular dapat dilakukan manuver Nylen-Barany atau
dinamai juga sebagai manuver Hallpike.
Pada tes ini pasien disuruh duduk di tempat-tidur-periksa. Kemudian ia
direbahkan sampai kepalanya tergantung di pinggir dengan sudut Sekitar 30
derajat di bawah horison. Selanjutnya kepala ditolehkan ke kiri. Tes kemudian
diulangi dengan kepala melihat lurus dan diulangi lagi dengan kepala menoleh ke
kanan. Penderita disuruh tetap membuka matanya: pemeriksa dapat melihat
sekiranya muncul nistagmus. Perhatikan nistagmus mulai muncul, berapa lama
berlangsung serta jenis nistac Kemudian kepada penderita ditanyakan apa yang
dirasakannya. ada vertigo dan apakah vertigo yang dialaminya pada tes ini serupa
vertigo yang pernah dialaminya.
17

Pada lesi perifer, vertigo lebih berat dan didapatkan masa laten selama
sekitar 2-30 detik. Yang dimaksud dengan masa laten di sini ialah nistagmus tidak
segera timbul begitu kepala mengambil posisi yang kita berikan; nistagmus baru
muncul setelah beberapa detik berlalu, yattu sekitar 2-30 detik. Dalam hal ini, kita
katakan masa laten untuk terjadinya nistagmus ialah 2 - 30 detik.
Pada lesi perifer vertigo biasanya berat, lebih berat daripada lesi sentral.
Pada lesi perifer nistagmus akan capai; maksudnya ialah setelah beberapa saat
nistagmus akan berkurang dan kemudian berhenti, walaupun kepala masih tetap
dalam posisinya. Selain itu, pada lesi perifer, bila manuver ini diulang-ulang,
jawaban nistagmus akan berkurang dan kemudian tidak muncul lagi. Hal ini
disebut habituasi. Pada lesi vestibular sentral tidak didapatkan masa laten.
Nistagmus segera muncul. Selain itu, pada lesi sentral nistagmus tidak berkurang
atau mereda, tidak menjadi capai dan nistagmus akan tetap timbul bila manuver
ini diulang-ulang. Jadi, tidak didapatkan habituasi.
Ciri Nistagmus Posisional
Keterangan Lesi Perifer Lesi Sentral
Vertigo Berat Ringan
Masa Laten Ya Tidak
Jadi Capai/lelah Ya Tidak
Habituasi Ya Tidak
18

Manuver Nylen-Barany atau manuver Hallpike


19

 Tes kalori.
Tes kalori mudah dilakukan dan mudah diduplikasi. Tes ini membutuhkan
peralatan yang sederhana, dan dapat diperiksa pada kedua telinga. Kepekaan
penderita terhadap rangsang kalori bervariasi, karenanya lebih baik dimulai
dengan stimulasi yang ringan; dengan harapan bahwa stimulasi ringan telah
menginduksi nistagmus dengan rasa vertigo yang ringan dan tidak disertai nausea
atau muntah. Stimulasi yang lebih kuat selalu dapat diberikan bila penderita
ternyata kurang sensitif.
Cara melakukan tes kalori:
Kepala penderita diangkat ke belakang (menengadah) sebanyak 60 derajat
(tujuannya ialah agar bejana lateral di iabirin berada dalam posisi vertikal, dengan
demikian dapat dipengaruhi secara maksimai oleh aliran konveksi yang
diakibatkan oleh aliran endolimf).
Tabung suntik berukuran 20 cc dengan jarum ukuran nomor 15 yang
ujungnya dilindungi karet diisi dengan air bersuhu 30 C (kira-kira 7 derajat
dibawah suhu badan). Air disemprotkan ke liang telinga dengan kecepatan 1cc per
detik. Dengan demikian gendangan telinga tersiram air selama kira 20 detik.
Kemudian, bola mata penderita segera diamati terhadap adanya nistagmus. Arah
gerak nistagmus ialah ke sisi yang berlawanan dengan sisi telinga yang diairi
(karena air yang disuntikkan lebih dingin suhu badan). Arah gerak nistagmus
dicatat, demikian juga freku (biasanya 3 - 5 kali per detik) dan lamanya nistagmus
berlangsung Lamanya nistagmus berlangsung berbeda pada tiap penderita,
biasanya berlangsung antara 1/2-2 menit.
Setelah beristirahat selama 5 menit, telinga ke dua dites. Halpenting
diperhatikan ialah membandingkan lamanya nistagmus pada sisi, yang pada
keadaan normal hampir serupa. Pada sekitar 5% normal, stimulasi minimal
tidak akan mencetuskan nistagmus. penderita demikian, 5 ml air es
diinjeksikan ke telinga, secara sehingga lamanya injeksi berlangsung ialah 20
detik. Pada keadaan hal ini akan mencetuskan nistagmus yang berlangsung 2 -
21/2 menit masih tidak timbul nistagmus, kemudian dapat disuntikkan 20 ml ;
20

selama 30 detik. Bila stimulasi ini juga tidak menimbulkan nistagmus dapat
dianggap bahwa labirin tidak berfungsi.
Tes kalori untuk mengevaluasi fungsi vestibular ini dilaksanakan
dan mudah diinterpretasi. Tes ini memungkinka kita menentukan apakah
keadaan labirin normal, hipoaktif atau tidak berfungsi. Dalam hal ini kita
bandingkan sensitivitas labirin pada kedua sisi. demikian, pada tes kalori,
pemeriksa harus mengobservasi gerak boia selain itu, gerakan dan arah
nistagmus serta lamanya nistagmus berlangsung harus diamati. Karena
pengamatan dilakukan langsunc pemeriksa, kesalahan yang manusiawi dapat
terjadi. Untuk kemungkinan kesalahan ini dikembangkan pemeriksaan
elektronistagmografi.

 Tes untuk menilai keseimbangan


Untuk menilai keseimbangan penderita, dapat dilakukan tes Romberg
yang dipertajam dan tes melangkah di tempat (stepping test).
 Tes Romberg yang dipertajam.
Pada tes ini penderita_berdiridengan kaki yang satu di depan kaki yang
lainnya; tumit kaki yang satu berada di depan jari-jari kaki yang lainnya (tandem).
Lengan dilipat pada dada dan mata kemudian ditutup. Tes ini berguna menilai
adanya disfungsi sistem vestibular. Orang yang normal mampu berdiri dalam
sikap Romberg yang dipertajam selama 30 detik atau lebih.
 Tes melangkah di tempat (stepping test).
Penderita disuruh berjalan di tempat, dengan mata ditutup, sebanyak 50
langkah dengan kecepatan seperti berjalan biasa. Sebelumnya dikatakan
kepadanya bahwa ia harus berusaha agar tetap di tempat, dan tidak beranjak dari
tempatnya selama tes ini. Tes ini dapat mendeteksi gangguan sistem vestibular.
Hasil tes ini dianggap abnormal bila kedudukan akhir penderita teranjak
lebih dari 1 meter dan tempatnya semuia, atau badan terputar lebih dari 30 derajat.
21

 Salah tunjuk (past pointing)


Penderita disuruh merentangkan lengannya dan telunjuknya
menyentuh telunjuk pemeriksa. Kemudian ia disuruh menutup mata,
mengangkat lengannya tinggi-tinggi (sampai vertikal) dan kemudian kembalike
posisi semula. Pada gangguan vestibular didapatkan salah tunjuk (deviasi),
demikian juga dengan gangguan serebelar. Tes ini dilakukan dengan lengan kanan
dan lengan kiri, selain penderita disuruh mengangkat lengannya tinggi-tinggi,
dapat pula dilakukan dengan menurunkan lengan kebawah sampai vertikal dan
kemudian kembali ke posisi semula.
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis, Tes audiologik tidak selalu
diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran.
Namun jika diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan audiometric pada semua
pasien meskipun tidak mengeluhkan gangguan pendengaran (Chain. Vestibular
testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhandizziness.Vestibular
testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas.
Pemeriksaan laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah,
fungsi thyroid dapat menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen
pasien. Pemeriksaan radiologi sebaiknya dilakukan pada pasien dengan vertigo
yang memiliki tanda dan gejala neurologis, ada factor resiko untuk terjadinya
CVA, tuli unilateral yang progresif. MRI kepala mengevaluasi struktur dan
integritas batang otak, cerebellum, danperiventrikular white matter,dan kompleks
nervus VIII.1,2

2.7 Tatalaksana 1,3,4


Tatalaksana nonfarmakologi yaitu latihan vestibular dengan metode Brand
Darrof. Pasien duduk di pinggir tempat tidur dengan kedua tungkai tergantung,
dengan kedua mata tertutup baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu sisi,
pertahankan selama 30 detik. Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik,
baringkan dengan cepat ke sisi lain. Pertahankan selama 30 detik, kemudian
22

duduk kembali. Lakukan latihan ini 3 kali sehari pada pagi, siang, dan malam
hari, masing-masing diulang 5 kali. Latihan ini dlakukan selama 2-3 minggu.

Beberapa golongan farmakologi yang sering digunakan :


1) Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo. Antihistamin
yang dapat meredakan vertigo seperti obat dimenhidrinat, difenhidramin,
meksilin, siklisin. Antihistamin yang mempunyai anti vertigo juga memiliki
aktivitas anti-kholinergik di susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik
ini ada kaitannya dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping
yang umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang berat
efek samping ini memberikan dampak yang positif.
 Betahistin (suatu analog histamin), yang dapat meningkatkan
sirkulasi ditelinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala vertigo.
Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa enek, dan
sesekali “rash” di kulit. Betahistin Mesylate (Merislon) Dengan dosis 6 mg
(1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral. Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagidalam beberapa dosis.
23

 Dimenhidrinat (Dramamine). Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat


diberi per oral atau parenteral(suntikan intramuscular dan intravena).
Dapat diberikan dengan dosis 25 mg – 50mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek
samping ialah mengantuk.
 Difhenhidramin Hcl (Benadryl). Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam,
diberikan dengan dosis 25 mg (1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral.
Obat ini dapat juga diberikan parenteral. Efek samping mengantuk.

2) Antagonis Kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis kalsium
yaitu Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering digunakan.
Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut vestibular mengandung
banyak terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai
khasiat lainseperti anti kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang
lain ini berperandalam mengatasi vertigo belum diketahui. Cinnarizine
(Stugerone), mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15 – 30 mg, 3
kalisehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa mengantuk (sedasi), rasa
lelah, diare atau konstipasi, mulut rasa kering dan “rash” di kulit.

3) Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti muntah).
Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo. Khlorpromazine (Largactil) dan
prokhlorperazine (Stemetil) sangat efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh
bahan kimiawi namun kurang berkhasiat terhadap vertigo.
 Promethazine (Phenergan), golongan Fenotiazine yang paling
efektif mengobati vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam.
Diberikan dengan dosis 12,5 mg – 25 mg (1draze), 4 kali sehari per oral
atau parenteral (suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang
sering dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit dibanding obat Fenotiazinelainnya.
24

 Khlorpromazine (Largactil), dapat diberikan pada penderita dengan


serangan vertigo yang berat dan akut.Obat ini dapat diberikan per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular atauintravena). Dosis yang lazim ialah
25 mg (1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah
sedasi (mengantuk).

4) Obat Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah satunya obat
simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo ialah efedrin. Lama
aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4 kali sehari.Khasiat
obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan obat anti vertigolainnya. Efek
samping ialah insomnia, jantung berdebar (palpitasi) dan menjadigelisah – gugup.
5) Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo. Efek samping
seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur. Lorazepam dapat diberikan
0,5 mg – 1 mg. Diazepam dapat diberikan 2 mg – 5 mg.

6) Obat Anti Kolinergik


Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas system
vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg –
0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
25

BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar:


Vertigo Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau
lingkungan sekitarnya yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan
tubuh oleh berbagai keadaan atau penyakit pada system vestibular atau
nonvestibular. Jadi pada kasus ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan keadaaan rumah dan lingkungan sekitar dengan penyakit yang
diderita pasien.

1.2 Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam


keluarga:

Di dalam hubungan diagnosis dan aspek psikologis di keluarga tidak ada


hubungannya dengan penyakit pasien, karena didalam keluarga pasien
hubungan pasien dengan keluarga baik. Sehingga tidak ada hubungan
diagnosis dengan aspek psikologis dalam keluarga.

3.3 Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar:

Keluhan vertigo datang secara tiba-tiba terutama pada perubahn posisi


kepala dan keluhan vertigonya terasa sangat berat, kadang-kadang disertai
rasa mual, berlangsung tidak lama dan tidak terdapat gangguan pendengaran.
Penyakit ini tidak mempunyai hubungan dengan perilaku kesehatan dan
lingkungan sekitar

3.4 Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini:

Penegakan diagnosis pada kasus ini didasarkan pada keluhan pasien yang
mengarah pada vertigo perifer. Dimana sifat vertigo merupakan rasa berputar,
serangan tidak kontinyu, terdapat mual. Penyebabnya itu tidak diketahui.
26

Perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika penderita berbaring, bangun,


berguling di atas tempat tidur atau menoleh ke belakang) dapat memicu
timbulnya penyakit ini.

3.5 Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan :

Karena serangan bisa muncul kapan saja, pasien sebaiknya istirahat untuk
pemulihan terlebih dahulu. Karena keluhan dipicu oleh perubahan posisi
kepala yang mendadak dan tiba-tiba, sebaiknya dalam beraktifitas
menghindari keadaan yang dapat mencetuskan keluhan.

3.6 Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga :

Karena keluhan yang muncul hebat, pasien sering cemas dan khawatir
akan adanya penyakit yang berat, oleh karena itu pasien diberikan penjelasan
bahwa vertigo bukan merupakan sesuatu yang berbahaya dan biasanya
menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan. Namun,
kadang-kadang dapat berlangsung lama dan kambuh kembali. Pasien juga
harus teratur melakukan latihan vestibular.
27

DAFTAR PUSTAKA

1. Kelompok Studi Vertigo. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.


Pedoman Tatalaksana Vertigo. 2012.
2. Soepardi, Efiaty Arsyad. Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT edisi ke-6 FK
UI. 2007; Jakarta.
3. Paola Gnerre,Maurizio Cavalleri,Sara Guizzetti. Management of vertigo:
from evidence to clinical practice. Italian Journal of Medicine 2015;
volume 9:180-192.
4. Reprinted from Otolaryngology-Head and Neck Surgery, 113, American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Committee on
Hearing and Equilibrium, "Committee on hearing and equilibrium
guidelines for the diagnosis and evaluation of therapy in Meniere's
disease," 181–185, copyright 1995
28

Lampiran :
29

Anda mungkin juga menyukai