Infus Elektrolit
Infus Elektrolit
Disusun Oleh :
Kelompok 2B
Lia maryani putri 130110
Nurhati 12010060
Pebri Ardiansyah 120100
Prita Rahmansari 12010065
Puspa Oktaviada Sari 12010066
Putut Prasetyana Putra 12010067
Rahayu Damayanti 12010068
Maka :
NaCl = 0,946 x 1 x 111,1 = 105,10 ml
KCl = 0,033 x 0,76 x 111,1 = 2,786 ml
CaCl2 = 0,528 x 0,5 x 111,1 = 29,33 ml +
= 137,2 ml
Untuk larutan 110 ml = 137,2 – 110 = 27,2 ml
27,2
g NaCl berlebih W = = 0,2448 g
111,1 𝑥1
IV.4. Evaluasi
Evaluasi yang sehrusnya dilakukan pada larutan infus adalah sebagai
berikut:
1. Evaluasi fisika: pH, volume injeksi dalam wadah, bahan partikulat, uji
kebocoran, uji kejernihan dan warna.
2. Evaluasi kimia: penetapan kadar, identifikasi
3. Evaluasi biologis: Uji sterilitas, uji pirogen, uji endotoksin bakteri,
penetapan kadar antibiotik
4. Pengemasan dan penyimpanan
5. Penandaan
Karena keterbatasan waktu dan alat evaluasi yang dilakukan hanya evaluasi
fisika masing-masing evaluasinya didapatkan:
1. pH larutan, larutan infus yang dibuat mempunyai pH 7 syarat sediaan
infus adalah antara rentang pH 5-7,5.
2. Uji adanya partikel melayang, terdapat partikel melayang pada sediaan
infus yang dibuat.
3. Warna larutan bening dan jernih.
BAB V
PEMBAHASAN
Praktikum teknologi sediaan steril kali ini, kita membuat infus ringer atau
disebut pula infus NaCl majemuk. Infus ringer mempunyai komposisi 3 jenis
elektrolit yang dibutuhkan tubuh, dengan zat aktif NaCl, KCl, dan CaCl2. Dalam
pembuatannya, sediaan harus memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk
sediaan parenteral volume besar, seperti syarat isohidris, steril, bebas pirogen dan
isotonis. Hal ini dikarenakan, pemberian infus yang diinjeksikan langsung ke
dalam pembuluh darah. Untuk larutan infus tidak diperbolehkan penambahan
bahan bekteriostatik atau zat tambahan lainnya karena volume larutan banyak dan
pemberiannya berupa tetesan.
Volume sediaan yang kami buat adalah dalam volume 100 ml, namun pada
perhitungan perlu dilebihkan 10% nya, yaitu sekitar 10 ml. Hal ini dimaksudkan
karena dikhawatirkan adanya penguapan yang terjadi pada saat proses pemanasan.
Selain itu, pembawa yang kami gunakan pun harus isotonis dan larutan harus
isohidris karena sediaan ditujukan untuk pemberian intravena.
Pada saat proses pembuatan, zat aktif dilarutkan dengan menggunakan API.
NaCl dan KCl dilarutkan secara bersamaan dalam satu wadah, sedangkan CaCl2
pelarutannya dilakukan dalam wadah yang berbeda. Hal ini dikarenakan, dekatnya
kelarutan NaCl dan KCl dalam air, yaitu 2,8 dan 3 bagian air, sedangkan CaCl2
memiliki kelarutan 0,25 bagian air. Setelah ketiganya larut sempurna, ketiga
bahan dicampurkan dalam satu wadah. Kemudian, alat yang berkontak dengan
bahan dibilas dengan menggunakan API. Hal ini dimaksudkan untuk,
membersihkan sisa-sisa zat aktif yang menempel pada alat sehingga sediaan dapat
mencapai efek terapinya karena sediaan tidak menglami pengurangan dosis.
Sediaan infuse harus bebas pirogen. Pirogen adalah zat endotoksin yang
dapat masuk dalam tubuh sehingga menyebabkan reaksi negative pada tubuh
seperti demam. Oleh karena itu, pada sediaan yang kami gunakan ditambahkan
0,1% karbon aktif dari volume sediaan. Kadar karbon aktif yang digunakan 0,1%
karena pada kadar tersebut karbon aktif efektif mengikat pirogen dalam larutan
Apabila kadar zat karbon aktif kurang atau lebih dari 0,1% menyebabkan tidak
aktifnya pengikatan dan penyerap pirogen, sehingga dikhawatirkan tertinggalnya
pirogen dalam sediaan. Untuk mengaktifkan kerja dari karbon aktif, maka setelah
zat aktif larut dan tercampur homogen, sediaan ditambahkan karbon aktif 0,1%
dan dipanaskan pada suhu 50-70°C selama 15 menit.
Pada saat dilakukan evaluasi, sediaan yang kami hasilkan bebas partikel
melayang dan pH larutan, larutan infus yang dibuat mempunyai pH 7 syarat
sediaan infus adalah antara rentang pH 5-7,5.
BAB VI
KESIMPULAN