Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kunyit asam merupakan minuman kesehatan yang popular di


masyarakat Indonesia. Pada umumnya kunyit asam ini dijajakan oleh penjual
jamu keliling dalam kondisi segar. Minuman kunyit asam diolah dengan
bahan utama kunyit dan asam. minuman ini kaya akan kurkumin yang mana
merupakan komponen aktif utama kunyit, berperan sebagai antibakteri,
antiradang, dan antioksidan. Begitu pula dengan asam jawa yang juga terbukti
mempunyai aktivitas antibakteri, antikapang, anti radang, dan antioksidan.1
Kunyit dan asam jawa sangat berpotensi untuk dikembangkan menjadi
minuman fungsional. Kombinasi keduanya dianggap dapat meningkatkan
efek antioksidannya.2 Berbagai manfaat kesehatan diberikan melalui
konsumsi minuman ini, mulai dari pencegahan terhadap kanker hingga
mengatasi keluhan menstruasi pada wanita.1

Dismenore atau nyeri menstruasi didefinisikan sebagai nyeri pada


bagian bawah abdomen yang terjadi sesaat sebelum atau selama siklus
menstruasi dan seringkali disertai gejala lain.3 Dismenore dibagi atas
dismenore primer (tanpa kelainan patologik) dan dismenore sekunder
(disertai kelainan patologik).4 Dismenore primer umunya terjadi pertama kali
di bawah atau sekitar usia 20 tahun, saat siklus ovulasi telah stabil.5

Dismenore umumnya didapatkan 67%-90% bagi mereka yang berusia


17-24 tahun.3 Di Indonesia prevalensi dismenore ditemukan sebesar 64,25%,
terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder.6 Pada
tahun 2015 didapatkan 76,9% dari responden yang ada menderita dismenore
primer di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.7

1
Keluhan dismenore dirasakan memberi dampak yang besar bagi
kualitas hidup wanita, produktivitas kerja, dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan.3 Nyeri perut saat haid (dismenore) yang dirasakan setiap wanita
berbeda-beda, ada yang sedikit terganggu namun ada pula yang sangat
terganggu hingga tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dan
membuatnya harus istirahat bahkan terpaksa absen dari sekolah/pekerjaan.8
Sebuah studi melaporkan bahwa 41% wanita dewasa muda terganggu
aktivitasnya akibat dismenore yang dirasakan, dimana mana hal ini tentu
dapat mengganggu prestasi belajar bagi wanita usia sekolah/mahasiswa
maupun produktivitas dan kualitas kerja bagi wanita muda yang telah
bekerja.3,8

Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAID), kombinasi


kontrasepsi oral, dan analgesik lainnya adalah obat-obat yang paling sering
diresepkan karena keefektifannya dalam mengatasi nyeri haid.4 Namun
penggunaan obat-obatan ini pada usia muda dapat memberikan berbagai efek
samping hingga resiko kesehatan jangka panjang yang serius ketika
penggunaannya yang tidak sesuai dengan dosis dan indikasi tepat.3,8

Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman obat menjadi populer untuk


pengelolaan beberapa gejala gangguan ginekologis dismenore. Produk herbal
atau fitofarmaka dinilai memiliki khasiat tinggi dengan efek samping dan
toksisitas lebih minimal. Melalui kerja yang sinergis dengan NSAID,
kandungan potensial dalam minuman kunyit asam menginhibisi reaksi
cyclooxygenase (COX) sehingga menghambat atau mengurangi terjadinya
inflamasi dan kemudian akan mengurangi atau bahkan menghambat kontraksi
uterus yang menyebabkan nyeri haid.9

Dari uraian di atas peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian


langsung mengenai pengaruh minuman kunyit asam pada mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia. Lokasi tersebut dipilih dengan
alasan angka kejadian dismenore yang cukup besar pada tempat tersebut dan

2
diharap dapat menjadi indikator gambaran dismenore beberapa tahun terakhir
di kota Makassar. Selain itu lokasi ini juga dianggap mudah dijangkau
sehingga akan memudahkan pengontrolan terhadap responden. Penelitian ini
akan dilakukan pada mahasiswi sebagai wanita usia muda berusia sekitar 20
tahun yang merupakan usia tersering ditemukannya dismenore primer.
Prevalensi yang besar pada tempat tersebut membuktikan bahwa masih
kurangnya penanganan yang optimal di dalam mengatasi keluhan dismenore,
padahal rasa ketidaknyamanan yang timbul dari dismenore dapat
mempengaruhi secara emosional dan fisik hingga menganggu prestasi belajar
mahasiswa. Oleh sebab itu peneliti mencoba mengkaji mengenai manfaat
salah satu pengobatan herbal yang populer di masyakat dalam khasiatnya
mengurangi dismenore primer yaitu minuman kunyit asam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diambil


rumusan masalah berupa suatu pertanyaan penelitian yaitu “Adakah pengaruh
mengkonsumsi minuman kunyit asam terhadap penurunan dismenore primer
pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia?”

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum:

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh


mengkonsumsi minuman kunyit asam terhadap penurunan dismenore
primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia.

1.3.2 Tujuan Khusus:

3
 Mengetahui derajat nyeri haid (dismenore) yang dirasakan pada
mahasiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia
yang mengalami dismenore primer.
 Menganalisis penurunan nyeri haid (dismenore) yang dirasakan
setelah mengkonsumsi minuman kunyit asam.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat teoritis

Memberikan sumbangan ilmiah kepada dunia kedokteran berupa


bukti empiris bahwa ada pengaruh mengkonsumsi minuman kunyit asam
terhadap penurunan dismenore primer pada wanita.

2. Manfaat praktis

Memperoleh data yang diharapkan memberikan informasi dan


solusi bagi para wanita dalam mengatasi keluhan dismenore primer.

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kunyit

2.1.1 Profil

Kunyit atau kunir (Curcuma longa Linn. Syn Curcuma domestica Val.)
merupakan salah satu tanaman rempah dan obat asli dari wilayah Asia
Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami penyebaran ke daerah
Malaysia, Indonesia, Australia bahkan Afrika. Hampir setiap orang Indonesia
dan Inda serta bangsa Asia umumnya pernah mengkonsumsi tanaman ini baik
sebagai pelengkap bumbu masakan, jamu, maupun untuk menjaga kesehatan
dan kecantikan. Beberapa Negara mengenal kunyit dengan sebutan
turmeric/indian saffron (Inggris), curcuma (spanyol), ataupun chiang husang
(Cina).10 Sedangkan di Indonesia dikenal kunir (Jawa) dan kunyi
(Makassar).11

Tanaman kunyit merupakan tanaman menahun yang mepunyai ciri khas


tumbuh berkelompok membentuk rumpun. Tinggi tanaman antara 40 sampai
100 cm dengan batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah daun.
Daun kunyit berbentuk bulat memanjang disertai rimpang (akar rimpang)
yang membentuk cabang di dalam tanah. Rimpang kunyit terdiri atas rimpag
induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang.11

2.1.2 Taksonomi

Dalam taksonomi tumbuhan, kunyit dikelompokkan sebagai berikut:11

Kingdom : Plantae
Divisi (divisio) : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas (class) : Liliopsida
Bangsa (ordo) : Zingiberales

5
Suku (family) : Zingiberaceae
Marga (genus) : Curcuma
Jenis (species) : Curcuma longa L./ Curcuma domestica Val

2.1.3 Kandungan

Kunyit mempunyai banyak kandungan kimia, diantaranya minyak atsiri


sebanyak 6% yang terdiri dari golongan senyawa monoterpen dan
sesquiterpen (meliputi zingiberen, alfa dan beta turmeron), zat warna kuning
yang disebut kurkuminoid sebanyak 5% (meliputi kurkumin 50–60%,
monodesmetoksikurkumin dan bidesmetoksikurkumin), protein, fosfor,
kalium, besi dan vitamin C. Dari ketiga senyawa kurkuminoid tersebut,
kurkumin merupakan komponen terbesar.12

2.1.4 Manfaat

Kunyit memiliki manfaat medis yang beragam, mulai dari manfaat


kosmetik hingga pencegahan penyakit Alzheimer. Kunyit juga unggul dalam
aktivitasnya sebagai inhibitor COX alami. Penelitian terbaru memfokuskan
kunyit sebagai antioksidan, hepatoprotektif, antiinflamasi, antikarsiogenik,
dan antimikroba.10 Sifat terapeutik kunyit berasal dari kurkumin. Kurkumin
merupakan molekul dengan kadar polifenol yang rendah tetapi memiliki
aktivitas biologi yang tinggi antara lain memiliki potensi sebagai antioksidan.
Kunyit juga berkapasitas menurunkan kadar histamin dan mungkin
meningkatkan produksi kortison alami oleh kelenjar adrenal. Hal ini dapat
membantu hati dan fungsi kandung empedu. Studi-studi menunjukan,
kurkumin adalah senyawa antiinflamasi yang standarnya sama dengan
cortisone, mengurangi inflamasi pada hewan dan simtom rematik pada
manusia.12

6
2.1.5 Dosis

Penelitian menunjukan bahwa kunyit dapat ditoleransi baik bahkan


pada dosis yang sangat tinggi tanpa menimbulkan efek toksik. Uji klinis pada
manusia menunjukan bahwa tidak ada toksisitas dosis yang membatasi bila
diberikan hingga dosis 10 gr/hari. Pada 25 kasus percobaan pada manusia,
digunakan dosis aman berkisar 1125-2500 mg /hari. Sebuah studi
menunjukan kunyit bersifat nontoksik sampai dengan dosis 8000mg/hari
ketika diminum selama 3 bulan. Selama evaluasi dinilai tidak ada efek
samping yang ditimbulkan pada konsumsi kurkumin, sehingga kurkumin
dinilai aman dalam pengobatan.10

Kunyit merupakan kontraindikasi bagi mereka yang telah terdiagnosis


dengan batu empedu atau obstruksi pada saluran empedu tanpa konsultasi
medis. Berdasarkan studi farmakologi dan toksikologi, tanaman kunyit tidak
dianjurkan pemberiannya tanpa konsultasi medis sebelumnya pada orang-
orang dengan penggunaan :10

1. Obat pengencer darah, seperti warfarin, aspirin, dan lain-lain.


2. Obat Anti Inflamasi Nonsteroid, seperti indometasin, ibuprofen,
dan lain-lain.
3. Obat antihipertensi, seperti reserpin

Dosis oral tunggal kurkumin telah terbukti memberi efek dalam waktu
30 menit setelah pemberian. Kunyit memiliki bioavailibilitas yang sangat
rendah, terutama pada pemberian oral. Hal ini dikarenakan daya penyerapan
yang buruk, metabolisme, dan penghapusan sistemik yang cepat, sehingga
curcumin hanya ditemukan dalam konsentrasi yang sangat rendah pada
plasma dan jaringan walaupun dengan pemberian dosis tinggi sekalipun.
sebagian besar metabolisme kunyit berlangsung di usus dan hati
menyebabkan konsentrasi curcumin pada kunyit hanya bertahan dalam waktu
singkat di dalam traktus gastrointestinal. Sebuah studi mengamati pemberian
kunyit secara oral dengan dosis 500, 1000, 2000, 4000, 8000, dan 12000

7
mg/hari. Dari pengamatan tersebut tercatat tidak ada toksisitas, namun
pemberian dosis besar diatas 8000 mg/hari sudah tidak dapat diterima. Untuk
mengembangkan kurkumin menjadi preventif maupun obat terapi penting
untuk mempertimbangkan dosis yang sesuai. Berdasarkan penelitian pada
manusia, umumnya diakui bahwa kurkumin tidak menyebabkan toksisitas
jangka pendek yang signifikan pada dosis 8 gr/hari. Dosis ini dianggap cocok
diberikan pada percobaan dimana kurkumin diberikan dalam waktu singkat.
Namun sebuah penelitian menunjukan pemberian 8 gr/hari yang
dikombinasikan cenderung menunjukan efek samping yang ditimbulkan pada
responden, sehingga pemberian kurkumin dosis yang lebih rendah
diberikan.13,14

2.2 Asam Jawa

2.2.1 Profil

Asam jawa memiliki beberapa sebutan, yaitu Tamrindus indica (Latin),


Tamarind (Inggris), Tamarinier (Perancis). Di Indonesia dikenal dengan
beberapa nama daerah, seperti celagi (Bali), camba (Makassar), asem
(Sunda), asem (Madura), bage (Bima), magge (Flores), asang jawa (Sulawesi
Utara), dan asam bak meei (Aceh). Tanaman asam pertama kali ditemukan di
benua hitam Afrika sejak berabad-abad yang lalu, tepatnya di Madagaskar.
Kata “tamarin” berasal dari bangsa Persia yaitu “Tamar-I-Hindi” yang berarti
kurma bangsa Hindu.2
Asam merupakan tanaman berperawakan besar dengan ketinggian
mencapai 80 atau bahkan 100 kaki (24-30 m). Tanaman ini memiliki pohon
berumur panjang, permukaan kasar, kuat, dan cabang lentur menjuntai hingga
ujung. Daun berbentuk menyirip, biasanya berwarna hijau, dan kerap kali
melipat di malam hari. Buah yang melengkung dan menonjol berbentuk
polong tersusun berlimpah sepanjang cabangnya. Polong berwarna coklat
atau cokelat keabu-abuan berisi daging buah yang sangat asam dengan biji
lembut. Pada saat waktunya, polong akan memiliki isi dan lebih berair

8
kemudian terbentuk daging asam yang berwarna cokelat kemerahan dan
dibungkus oleh beberapa lapisan berserat kasar.15

2.2.2 Taksonomi

Berikut adalah taksonomi dari tumbuhan asam jawa:15


Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi (divisio) : Magnoliophyta
Kelas (class) : Magnoliopsida-Dicotyledons
Subclass : Rosidae
Bangsa (ordo) : Fabales
Suku (family) : Fabaceae
Marga (genus) : Tamarindus L.
Jenis (species) : Tamarindus indica L.

2.2.3 Kandungan

Asam jawa atau Tamarindus indica mengandung berbagai


elemen makro dan mikro seperti asam amino, protein, asam lemak dan
mineral serta senyawa fitokimia. Senyawa fitokimia tersebut senyawa
fenolik, tanin polimer dan asam lemak, flavonoid, saponin, alkaloid,
glikosida, serta profilpolifenol termasuk proanthocyanidine dalam
berbagai bentuk seperti apigenin, antosianin, procyanidine, catechin,
epicatechin, taxifolin, dan eriodictyol andnaringenin. Senyawa-
senyawa tersebut ditemukan berlimpah di dalam benih Tamarindus
indica. Selain itu tanaman ini memiliki serat sebesar 2,20-18,30%. Serat
kasar yang ada pada daging buah asam jawa ini merupakan campuran
polisakarida dan lignin.16

9
2.2.4 Manfaat

Senyawa bioaktif seperti tanin dan flavonoid yang ditemukan dalam


ekstrak Tamarindus indica memiliki efek analgesik dan antiinflamasi.
Polifenol dan flavonoid telah dikenal untuk menunjukan antiinflamasi dan
tindakan antinosiseptik. Flavanoid juga memiliki peran sebagai antipiretik,
terkhusus antiinflamasi, dan antioksidan. Pankaj (2012) telah melaporkan
bahwa benih Tamarindus indica memiliki antiulcer, anti-asma, aktivitas anti-
diabetes dan antioksidan, begitu pula biji Tamarindus indica yang kaya akan
senyawa fenolik, polimer tanin dan asam lemak, flavanoid, saponin, alkaloid
dan glikosida. Flavonoid, tanin, saponin dan alkaloid tersebut bertanggung
jawab atas antiinflamasi dan analgesik. Tanin memiliki sifat astringent yang
penting dalam penyembuhan luka dan peranannya dalam aktivitas
antinosiseptif. Satu atau kombinasi dari senyawa-senyawa ini dianggap
bertanggung jawab sebagai antinosiseptif dan antiinflamasi.17 Khalid et al
menunjukan efek antiinflamasi, analgetik, dan antinosiseptif Tamarindus
indica pada dosis 60-100 mg/kg melalui pemberian oral secara signifikan
dimana efeknya berada pada presentase 51,8 dan 74,1 %.18
Senyawa fenol yang ada pada daging buah asam jawa ini merupakan
golongan fenol yang masih dapat bertahan meskipun telah dipanaskan dalam
keadaan mendidih dan sangat berpotensi sebagai antioksidan.16

2.3 Minuman Kunyit Asam


Kunyit asam merupakan minuman kesehatan yang popular di masyarakat
Indonesia. Pada umumnya kunyit asam ini dijajakan oleh penjual jamu keliling
dalam kondisi segar. Untuk skala rumah tangga, minuman kunyit asam dibuat
dari tiga bahan utama yaitu kunyit, asam (asam jawa), gula aren sebagai
pemanis alami, dan air sebagai pelarut.1
Kunyit asam kaya akan kurkumin yang berperan sebagai anti bakteri,
antiradang atau antioksidan. Zat kurkumin dari kunyit ini sangat berguna bagi
tubuh untuk menurunkan risiko terkena berbagai penyakit misalnya kanker.1
Begitu pula dengan asam jawa, tumbuhan ini sangat berpotensi untuk

10
dikembangkan menjadi minuman fungsional karena mengandung komponen
antioksidan yang sangat berarti, dan akan meningkat fungsi aktivitas
antioksidannya jika dikombinasikan dengan rempah lain seperti kunyit.3
Hasil penelitian sejati (2002) menyebutkan bahwa aktivitas antioksidan
minuman kombinasi kunyit-asam jawa lebih baik daripada minuman asam jawa
saja. Asam jawa memiliki kemudahan fungsional untuk bersinergi dengan jenis
rempah-rempah lain.3 Aktivitas antioksidan yang dihasilkan cenderung
meningkat dengan semakin banyaknya konsentrasi asam jawa yang
ditambahkan. Hal ini diduga karena asam jawa mengandung senyawa yang
memiliki kemampuan sebagai antioksidan dengan mendonorkan atom H dari
gugus fenoliknya, sehingga berdampak terhadap meningkatnya aktivitas
antioksidan.13

Minuman kunyit asam adalah minuman kesehatan yang berkhasiat


mengurangi rasa sakit saat haid, menghilangkan bau badan, dan menyediakan
serat bagi tubuh. Minuman kunyit asam memiliki manfaat lain yakni
meningkatkan kesehatan tulang serta persendian dan membantu dalam
mencegah timbulnya jerawat serta memperlancar siklus menstruasi pada
wanita. Minuman ini juga bermanfaat bagi penderita arthritis karena kunyit
asam memiliki sifat antiinflamasi.3

Komponen lain seperti gula aren ikut berperan serta dalam khasiat
minuman kesehatan ini. Gula merah dalam hal ini melakukan aktivitas
penangkapan radikal bebas (DPPH) dalm minuman, sehingga akan
meningkatkan efektivitas antioksidannya. Begitu pula dengan air yang ikut
berkontribusi, dimana pelarut air menghasilkan ekstrak dengan kadar
kurkuminoid yang semakin meningkat seiring penambahan proporsi
pelarut.19,20

2.4 Pengaruh Minuman Kunyit Asam Terhadap Nyeri Haid (Dismenore)

Selama periode menstruasi terjadi peningkatan regulasi aktivitas jalur


COX dan sintesis prostanoid berupa prostaglandin yang menyebabkan

11
timbulnya keluhan dismenore primer pada wanita.21 Minuman kunyit asam
adalah minuman kesehatan yang kaya akan kurkumin.1 Kurkumin sebagai
komponen bioaktif utama dalam kunyit diteliti memiliki efek kerja yang
sinergis dengan obat antiinflamasi non steroid (OAINS). Kurkumin berperan
dalam memblokade aktivitas COX dan lipooxigenase (LOX) dengan cara
menghambat pembentukan dan metabolisme asam arakidonat melalui
penghambatan pada jalur transkripsi protein. Sehingga dengan adanya
penghambatan terhadap sintesis asam arakidonat akan mengakibatkan
penurunan sintesis prostaglandin. Berkurangnya kadar prostaglandin melalui
hambatan jalur COX juga ikut serta akan menurunkan kotraktilitas dinding
uterus, penurunan tekanan intrauterin, dan akhirnya akan mengurangi keluhan
nyeri yang dirasakan.21,22

Dilain pihak kandungan senyawa bioaktif dalam asam jawa seperti


flavanoid dan saponin dilaporkan sama-sama memberi efek analgesik.
Flavonoid telah dilaporkan berperan dalam aktivitas analgesik terutama dengan
menargetkan prostaglandin. Flavonoid ini dapat berinteraksi secara langsung
dengan sistem prostaglandin dan menghambat kofaktor pengganti, generasi
prostaglandin dan juga menghambat lipoksigenasi asam arakidonat serta enzim
yang terlibat dengan inaktivasi atau biotransformasi prostaglandin. Mekanisme
ini menyebabkan penghambatan produksi PGE2. Penghambatan produksi
PGE2 menyebabkan penurunan sensitasi nosiseptor dan menghambat nyeri.17
Kurkumin merupakan komponen dominan dalam minuman kunyit
asam.1 Pemberian secara oral memberi efek biologis yang berarti, termasuk
dalam respon antiinflamasi. Dosis efektif kurkumin di jelaskan beragam sesuai
sasaran pengobatannya. Konsentrasi maksimum kurkumin ditemukan dalam
plasma darah adalah sekitar 14 menit sampai 1 jam setelah pemberian oral.
Efektivitas antiinflamasi bertambah seiring bertambahnya kandungan total
kurkuminoid. 23,24,25

12
2.5 Dismenore

2.5.1 Definisi
Dismenore adalah gangguan ginekologi umum berupa fenomena nyeri
siklik yang terjadi pada saat menstruasi.21 Kata dismenore berasal dari bahasa
Yunani, yaitu dysmenorrhea, yang menurut arti katanya terdiri atas “dys”
berarti sulit, “meno” berarti bulan, dan “rrhea” berarti aliran.9 Dismenore
diklasifikasikan menjadi dismenore primer dan dismenore sekunder.
Dismenore primer (esensial, intrinsik, idiopatik) apabila tidak terdapat
gangguan fisik yang menjadi penyebab dan hanya terjadi selama siklus-siklus
ovulatorik, sedangkan dismenore sekunder (ekstrinsik, yang diperoleh,
acquired) merupakan nyeri haid siklik yang timbul akibat keadaan patologi
yang mendasari seperti endometriosis, adenomiosis, subakut endometriosis
dan penyakit radang panggul, copper intrauterine devices (IUDs), kista
ovarium, malformasi kongenital panggul, dan servikal stenosis.21

2.5.2 Epidemiologi

Beberapa studi melaporkan bahwa dismenore memiliki angka kejadian


yang besar (16%-90%) yang terjadi pada pelajar, remaja, dan individu dari
populasi beragam.22 Dismenore biasanya muncul dalam waktu 1 sampai 2
tahun menarche, ketika siklus ovulasi telah stabil. Prevalensi dismenore
dilaporkan dalam literatur bervariasi secara substansial dengan kisaran antara
16-91% pada wanita usia reproduksi, dan pada prevalensi yang lebih besar
diamati sekitar 67%-90% untuk mereka yang berusia 17-24 tahun.4
Di Indonesia, angka kejadian dismenore primer dialami oleh 54,89%
wanita di usia produktif. Pada tahun 2008, prevalensi dismenore di Indonesia
sebesar 64,25% yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36%
dismenore sekunder. Dan berbagai penelitian lainnya di tahun 2012 dan 2013
menunjukan remaja di Indonesia mengalami dismenore hingga lebih 80%.
Salah satunya di Medan dengan intensitas nyeri ringan 46,7%, nyeri sedang
30,0%, dan nyeri berat 23,3%.7 Adapun penelitian sebelumnya yang dilakukan
oleh Fakhrunnisa (2015), menunjukkan bahwa dari 321 responden ada 74

13
responden (23,1%) tidak menderita dismenore dan sebanyak 247 responden
(76,9%) menderita dismenore di Fakultas Kkedokteran Universitas Muslim
Indonesia.8

2.5.3 Faktor Resiko

Demografi dan Faktor Gaya Hidup. Studi penelitian mengungkapkan


bahwa wanita dengan usia dibawah 25 tahun beresiko dua kali merasakan nyeri
haid sedang sampai berat dibandingkan dengan mereka yang berusia 25-34
tahun. Sebuah penelitian besar di Skotlandia menunjukan bahwa resiko
keparahan dismenore berkurang setiap kenaikan usia 5 tahun. Riwayat
keluarga dismenore juga memegang peranan penting. Selain itu konsumsi buah
dan sayur yang tinggi terbukti mengurangi resiko dismenore dalam beberapa
studi. Adapun status pendidikan, status perkawinan, daerah tempat tinggal, dan
konsumsi alkohol tidak memberi hubungan yang signifikan dengan keluhan
dismenore pada wanita. Namun hubungan dismenore dilaporkan dengan
merokok dilaporkan dalam beberapa studi, dimana dilaporkan adanya
peningkatan risiko dismenore pada perokok. Faktor lain yang ikut serta
mempengaruhi adalah indeks massa tubuh (obesitas).3

Faktor Reproduksi. Tidak ada pengaruh signifikan antara keluhan


dismenore dengan angka melahirkan oleh seorang wanita dalam beberapa studi
kecuali dalam salah satu studi menunjukan bahwa wanita yang belum pernah
melahirkan sebelumnya lebih beresiko dibandingkan dengan 3 atau lebih
kelahiran. Didapatkan pula hubungan penggunaan kontrasepsi dengan derajat
keparahan dismenore. Di sisi lain didapatkan hasil yang tidak konsisten untuk
hubungan antara usia menarche (menstruasi pertama) dengan nyeri haid.
Namun suatu studi melaporkan secara signifikan bahwa resiko dismenore
berkurang pada wanita dengan usia menarche <12 tahun.3

Faktor Psikologis. Hampir seluruh hasil studi melaporkan adanya


hubungan positif antara stress dengan resiko dan derajat keparahan dismenore.
Secara umum, efek sederhana yang diamati adalah peningkatan resiko

14
dismenore oleh karena stress. Bahkan dalam penilitian Wang et al, wanita
dengan riwayat dismenore disertai stress yang tinggi memiliki kemungkinan
menderita dismenore lebih berat 10 kali lipat dibandingkan dengan wanita
tanpa riwayat dismenore dan stress yang rendah.3

Faktor lain. Faktor lain yang ikut berperan diantaranya adalah masalah
kesehatan ginekologik wanita itu sendiri sebagai faktor resiko terjadinya nyeri
haid sekunder.3

2.5.4 Etiologi

Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab


dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya
beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,
antara lain:26
1. Faktor kejiwaan: Pada gadis secara emosional tidak stabil, apalagi jika
mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah
timbul dismenore.
2. Faktor konstitusi: Faktor ini, erat hubungannya dengan faktor tersebut
diatas, dapat juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor
seperti anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore.
3. Faktor obstruksi kanalis servikalis: Salah satu teori yang paling tua untuk
menerangkan terjadinya dismenore primer ialah stenosis kanalis servikalis.
Pada wanita dengan uterus dalam hiperantefleksi mungkin dapat terjadi
stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak dianggap
sebagai faktor yang penting penyebab dismenore. Banyak wanita menderita
dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi.
Sebaliknya, terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada
stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau
hiperretrofleksi. Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium
dapat menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras
dalam usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.

15
4. Faktor endokrin: Faktor endokrin mempunyai hubungan dengan soal tonus
dan kontraktilitas otot usus. Novak dan Reynolds yang melakukan
penelitian pada uterus kelinci berkesimpulan bahwa hormon estrogen
merangsang kontraktilitas uterus, sedang hormon progesteron
memenghambat atau mencegahnya. Penjelasan lain diberikan oleh
Clitheroe dan Pickles. Mereka menyatakan bahwa karena endometrium
dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan
kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang berlebihan
dilepaskan ke dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula
efek umum, seperti diare, mual, dan muntah.
5. Faktor alergi: Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya
asosiasi antara dismenore dengan urtikaria, migran atau asam bronkhiale.
Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.
Penyelidikan dalam tahun-tahun terakhir menunjukan bahwa
peningkatan kadar prostaglandin memegang peranan penting dalam etiologi
dismenore primer.

2.5.5 Patofisiologi

Dismenore primer pada wanita terjadi karena adanya jumlah yang


berlebihan atau tidak seimbangnya kadar prostanoids yang disekresikan dari
endometrium selama periode menstruasi. Penurunan kadar progesteron pada
akhir fase luteal memicu terjadinya aksi litik enzimatik, yang mengakibatkan
pelepasan fosfolipid dengan generasi asam arakidonat dan aktivasi jalur
cyclooxigenase (COX). Asam arakidonat yang merupakan perkursor produksi
prostaglandin ditemukan meningkat dalam endometrium selama siklus ovulasi.
Asam arakidonat akan memasuki lintasan metabolisme cyclooxigenase,
kemudian dikonversi menjadi berbagai senyawa prostanoids. PGF2α, PGE2,
dan leukotrin yang terbentuk melalui jalur ini akan menimbulkan peningkatan
kontraksi miometrium. Hiperkontraktilitas yang terjadi mengakibatkan
penurunan aliran darah uterus yang kemudian memicu terjadinya iskemik, serta

16
peningkatan hipersensitivitas saraf perifer yang berkontribusi terhadap
timbulnya sensasi nyeri. Peningkatan sintesis prostaglandin dari asam
arakidonat dapat berakibat lebih besarnya kontraksi dari uterus sehingga
konsentrasi PGF2α dan PGE2 dianggap berkolerasi dengan beratnya keluhan
dismenore yang timbul.5,21

2.5.6 Tanda dan Gejala

Rasa sakit dismenore primer biasanya dimulai beberapa jam sebelum


atau setelah onset awal dari periode menstruasi dan bisa berlangsung 12 sampai
72 jam. Rasa sakit dengan intensitas yang sama, kram suprapubik, nyeri pada
perut bagian bawah, bisa disertai dengan sakit punggung lumbosakral, nyeri
menjalar ke paha anterior, sakit kepala, mual, muntah, diare, dan jarang terjadi
episode sinkopal. Rasa sakit dari dismenore berupa nyeri kolik biasa dan tidak
seperti sakit perut yang disebabkan oleh peritonitis kimia atau infeksi.
Diagnosis sebagian besar dapat ditegakkan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisis. Wanita dengan dismenore primer memiliki pemeriksaan
pelvis dalam batas normal. Keluhan dismenore biasanya timbul pertama kali
sekitar 6 bulan setelah periode menstruasi pertama, hal ini membedakannya
dengan malformasi akibat obstruksi pada saluran genital sebagai diagnosis
banding.5,21

2.5.7 Diagnosis

Dismenore primer sering terjadi pada usia muda/remaja dengan keluhan


nyeri seperti kram dan lokasinya di tengah bawah rahim. Dismenore primer
sering diikuti dengan keluhan mual, muntah, diare, nyeri kepala, dan pada
pemeriksaan ginekologi tidak ditemukan kelainan. Biasanya nyeri muncul
sebelum keluarnya haid dan meningkat pada hari pertama dan kedua. Nyeri
seringkali berlangsung 12 hingga 72 jam. Nyeri hanya muncul saat siklus
ovulasi dan tidak muncul di waktu lain. Diagnosis dismenore primer sebagian
besar ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisis. Wanita dengan
dismenore primer memiliki pemeriksaan panggul dalam batas normal.
Pemeriksaan panggul, ukuran, bentuk, mobilitas uterus, ukuran, struktur

17
adneksa, nodularitas atau fibrosis ligamen uterosakral atau septum rektovaginal
tetap harus dinilai. USG panggul harus dilakukan jika gejala tidak
menyelesaikan dengan NSAID. Jika tidak ada kelainan yang ditemukan,
diagnosis sementara dari dismenore primer dapat dibentuk. Dismenore
sekunder dipikirkan bila pada anamnesis dan pemeriksaan curiga ada patologi
panggul atau kelainan bawaan atau tidak respon dengan obat untuk dismenore
primer.4,5,21

2.5.8 Penatalaksanaan
a. Obat antiinflamasi nonsteroid/NSAID

NSAID adalah terapi awal yang sering digunakan untuk


dismenore. NSAID mempunyai efek analgetika yang secara langsung
menghambat sintesis prostaglandin dan menekan jumlah darah haid
yang keluar. Seperti diketahui sintesis prostaglandin diatur oleh dua
isoform siklooksigenase (COX) yang berbeda, yaitu COX-1 dan
COX-2. Sebagian besar NSAID bekerja menghambat COX-2. Studi
buta ganda membandingkan penggunaan melosikam dengan
mefenamat memberikan hasil yang sama untuk mengatasi keluhan
dismenore.5

b. Pil kontrasepsi kombinasi


Bekerja dengan cara mencegah ovulasi dan pertumbuhan
jaringan endometrium sehingga mengurangi jumlah darah haid dan
sekresi prostaglandin serta kram uterus. Penggunaan pil kontrasepsi
kombinasi sangat efektif untuk mengatasi dismenore dan sekaligus
akan membuat siklus haid menjadi teratur.5
Progestin dapat juga dipakai untuk pengobatan dismenore,
misalnya medroksi progesteron asetat (MPA) 5 mg atau didrogesteron
2×10 mg mulai haid hari ke-5 sampai 25.5
c. Terapi herbal

18
Beberapa obat konvensional seringkali dijadikan pengobatan
seperti NSAID, dikombinasikan kontrasepsi oral (COC), dan
analgesik lainnya (misalnya parasetamol). Obat yang dinilai efektif
dalam mengatasi keluhan dismenore tersebut ternyata memberi
berbagai konsekuensi efek samping jika penggunaannya tanpa
indikasi, dosis, bahkan jika digunakan dalam waktu lama. Data
terakhir menunjukan bahwa penggunaan COX inhibitor tersebut
dalam waktu lama memberi efek samping serius termasuk
peningkatan risiko kardiovaskular, hipertensi hingga ulserasi
lambung.4,9
Dalam beberapa tahun terakhir, tanaman obat dan produk
botani lainnya telah menjadi populer untuk pengelolaan gejala
beberapa gangguan ginekologis termasuk keluhan nyeri haid atau
dismenore. Produk herbal atau fitofarmaka saat ini memang sedang
menjadi alternatif utama bagi para remaja putri yang berpotensial
mengatasi keluhan dengan efek samping dan toksisitas yang lebih
minimal. Beberapa ekstrak herbal dan fitokimia dilaporkan dapat
menghambat aktivitas dari COX-1 dan COX-2 yang mana dapat
bermanfaat sebagai pengobatan dismenore. Adapun diantaranya yang
biasa digunakan yakni curcumin, pigmen warna utama dalam rimpang
kunyit (Curcuma longa L), ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L),
dan epigallocatechin gallate serta resveratrol dari anggur merah.10

2.5.9 Pengukuran Derajat Dismenore


Dismenore dapat dibagi menjadi 4 tingkatan menurut keparahannya,
yaitu:26

Derajat 0 : Tanpa rasa nyeri dan aktivitas sehari-hari tidak


terpengaruh.

19
Derajat 1 : Nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri seperti
parasetamol, antalgin, ponstan, namun aktivitas sehari-
hari jarang terpengaruh.

Derajat 2 : Nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri


tetapi mengganggu aktivitas sehari-hari.

Derajat 3 : Nyeri sangat berat dan tidak berkurang walaupun telah


memakan obat dan tidak mampu bekerja. Kasus ini harus
diatasi segera dengan berobat ke dokter.

Selain berdasarkan derajat nyeri diatas, beberapa metode lain dapat


digunakan sebagai parameter menilai rasa nyeri seperti unidimensi dan
multidimensi. Skala unidimensi merupakan metode sederhana dengan
menggunakan satu variabel untuk menilai intensitas rasa nyeri. Metode
unidimensi yang biasa dipakai antara lain Categorical Scale, Numerical
Ratting Scale (NRS), Visual Analogue Scale (VAS). Metode sederhana ini
biasanya digunakan secara efektif di rumah sakit dan klinik. Metode
Categorical Scales berisi beberapa deskripsi secara verbal atau visual
mengenai nyeri dari yang paling ringan sampai paling berat. Yang termasuk
dari Categorical Scale ini antara lain Verbal Descriptor Scale (VDS), Face
Pain Scale (FPS) yang menunjukan gambaran perubahan ekspresi wajah
terhadap sensasi rasa nyeri. Sedangkan metode NRS berisi tentang serial angka
dari 0 sampai 10 atau 100, dimana pada awal angka diberi label tidak nyeri dan
akhir angka sangat nyeri. Pasien akan memilih kriteria nyeri yang sesuai
dengan intensitas nyeri yang meraka rasakan. Sedangkan metode VAS berisi
garis horizontal atau vertikal sepanjang 10 cm dengan label pada awal 25 garis
tidak nyeri dan pada akhir garis sangat nyeri. Pasien akan memberi tanda pada
garis tersebut sesuai tingkat nyeri yang mereka rasakan. Panjangnya jarak dari
awal garis sampai tanda yang diberikan oleh pasien merupakan indeks derajat
nyeri.8

20
2.6 Kerangka Teori

Esterogen Menstruasi
Progesteron

Rangsang fisik
Endometriosis
Adenomiosis
Mioma Fosfolipid
Cervical stenosis
Kunyit (Kurkumin)
Infeksi
Inflamasi
Asam Arakidonat
Jalur Cyclooxigenase
Asam Jawa
(COX-2)
(Flavonoid)

↑Prostaglandin
Inhibitor COX
(Kurkumin dan
NSAID)
Kontraksi Uterus

Aliran Darah ↓
Iskemik Uterus
Faktor Resiko : Etiologi:
 Faktor demografi dan  Kejiwaan
gaya hidup  Konstitusi
 Faktor reproduksi Dismenore  Obstruksi kanalis
 Faktor psikologis servikalis
 Faktor lain  Endokrin
 Alergi
Penatalaksanaan:
 Penerangan dan nasihat
 Pemberian obat
analgesik
 Terapi hormonal Perubahan Derajat
 Terapi dengan obat Nyeri
nonsteroid
antiprostaglandin
 Dilatasi kanalis
servikalis
 Terapi herbal

21
2.7 Kerangka Konsep

Kurkumin menghambat jalur


siklooksigenasi dan liooksigenase

Menghambat dihasilkannya PGE2


dan leukotrien B4 dan C4

Penurunan derajat dismenore

Penurunan Perubahan Terapi obat non


Terapi herbal : Minuman
Derajat Nyeri steroid
kunyit asam
Dismenore

a. Beristirahat
b. Penerangan dan nasihat
c. Pemberian obat
analgesik
d. Terapi hormonal
e. Terapi dengan obat
nonsteroid
antiprostaglandin
f. Dilatasi kanalis
servikalis
Keterangan :

= Variabel tergantung (dependen)

= Variabel bebas (independen) yang diteliti

= Variabel bebas (independen) yang tidak diteliti

22
2.8 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep yang telah dipaparkan sebelumnya, maka


hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

 H0: Diduga bahwa tidak ada pengaruh mengkonsumsi minuman kunyit


asam terhadap penurunan nyeri haid (dismenore) primer pada mahasiswi
Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
 H1: Diduga bahwa ada pengaruh mengkonsumsi minuman kunyit asam
terhadap penurunan nyeri haid (dismenore) primer pada mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kuasi eksperimen dengan uji klinis


one group pre dan post test. Dalam penelitian diberikan intervensi kepada
responden yang akan diberikan perlakuan berupa pemberian minuman kunyit
asam, kemudian membandingkan sebelum dan sesudah perlakuan.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di fakultas kedokteran Universitas Muslim


Indonesia, Jl. Urip Sumoharjo Km. 05. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
Mei hingga Juli 2016.

3.3 Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Independen

Variabel ini berupa minuman kunyit asam (Curcuma longa L.-


Tamarindus indica)

3.3.2 Variabel Dependen

Variabel ini berupa penurunan derajat dismenore sebelum dan setelah


pemberian minuman kunyit asam.

3.4 Populasi

Populasi dalam penelitian ini merupakan seluruh mahasiswi angkatan


2013, 2014, dan 2015 yang mengalami nyeri haid (dismenore) di fakultas
kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

24
3.5 Sampel Dan Cara Pengambilan Penelitian
3.5.1 Sampel
a. Cara pengambilan sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan menentukan total
mahasiswi yakni angkatan 2013, 2014, dan 2015, dari data absen yang
ada dan menggunakan kuisioner. Subjek penelitian dalam hal ini
mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi mendapatkan perlakuan
berupa pemberian minuman ekstrak kunyit asam. Setelah itu seluruh
subjek penelitian dinilai dengan menggunakan visual analog scale
(VAS) untuk menilai rasa nyeri sebelum dan setelah pengobatan.
b. Kriteria seleksi
 Kriteria inklusi
1. Mahasiswi fakultas kedokteran Universitas Muslim Indonesia.
2. Berusia 17 – 24 tahun yang telah menstruasi.
3. Mengalami keluhan dismenore (nyeri haid) primer sedang-berat
dan sedang dalam masa menstruasi.
4. Bersedia menjadi responden (bersedia diberikan minuman kunyit
asam).
5. Bersedia mengikuti setiap prosedur penelitian.
 Kriteria Ekslusi
1. Mahasiswi yang tidak merasakan keluhan nyeri haid (dismenore)
pada siklus menstruasi saat penelitian dilakukan.
2. Mahasiswi dengan penyakit obstruksi atau batu empedu.
3. Mahasiswi yang sedang dalam penggunaan obat pengencer darah,
OAINS, dan antihipertensi.

c. Teknik pengambilan sampel


Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu pemilihan subjek berdasarkan atas ciri-ciri atau
sifat tertentu yang berkaitan dengan populasi.

25
Penghitungan besarnya sampel, berdasarkan rumus:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁(𝑑 2 )
Keterangan :
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
d = Presisi absolut atau margin of error (0,1)
Dalam hal ini jumlah total mahasiswi angkatan 2013, 2014, dan
2015 yang mengalami nyeri haid (dismenore) primer sebesar 48 orang,
maka dapat dihitung besar sampel sebagai berikut:

84
𝑛=
1 + 84(0,12 )

𝑛 = 45,6521739

𝑛 = 46 mahasiswi

Dengan rumus di atas, dapat diperoleh n = 45,6521739 kemudian


dibulatkan menjadi 46 sampel, sehingga sampel penelitian ini adalah 46
mahasiswi.

d. Proses pembuatan minuman kunyit asam

Pembuatan kunyit asam dapat dilakukan dengan skala rumah


tangga maupun skala industri. Untuk skala rumah tangga diperlukan
bahan-bahan antara lain 4 gram kunyit, 4 gram asam jawa, gula mearah
dan air secukupnya. Biji asam dibuang, kemudian asam direndam dengan
sedikit air. Kunyit diparut. Kemudian diperas untuk diambil sarinya, lalu
diendapkan. Air asam dan air kunyit kemudian direbus hingga kental,
lalu disaring. Setelah itu kunyit asam dapat diminum. Untuk
menambahkan rasa manis dapat dimasukkan gula pasir atau gula jawa
sesuai selera.

26
3.6 Defenisi Operasional dan Kriteria Objektif

a) Minuman Kunyit Asam

Minuman kunyit asam yaitu, filtrat kunyit asam dari 4 gram kunyit
dan 4 gram asam jawa yang dihancurkan dengan cara diparut dan disaring,
kemudian dilarutkan didalam air secukupnya.

b) Derajat dismenore
Derajat dismenore diukur dengan metode VAS yang berisi garis
horizontal atau vertikal sepanjang 10 cm dengan label pada awal 25 garis
tidak nyeri dan pada akhir garis sangat nyeri. Responden akan memberi
tanda pada garis tersebut sesuai tingkat nyeri yang mereka rasakan sebelum
dan setelah pemberian minuman kunyit asam. Panjangnya jarak dari awal
garis sampai tanda yang diberikan oleh responden merupakan indeks derajat
nyeri.

Gambar 1. Visual analog scale (VAS)

c) Faktor yang mempengaruhi penurunan intensitas dismenore


a. Beristirahat
Secara medis dapat memunculkan hormon adrenalin yang
dibutuhkan untuk menurunkan produksi dari hormon prostaglandin.
Penurunan prostaglandin dapat menurunkan tingkat nyeri dismenore.23
b. Obat antiinflamasi nonsteroid/NSAID
c. Pil kontrasepsi kombinasi
d. Terapi hebal

27
3.7 Pengumpulan Data

3.7.1 Data Primer


Data primer merupakan data hasil pengamatan atau data yang
diolah oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui
kuisioner oleh peneliti pada objek penelitian dan data hasil analisis yang
dilakukan oleh peneliti.
3.7.2 Data sekunder
Data yang diperoleh dari data data yang sudah ada dan literatur-
literatur lainnya yang mendukung.

3.8 Pengolahan data


Setelah kuisioner pertama yang dibagikan kepada responden
dikumpulkan kembali oleh peneliti, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahan data.
Data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi dan cross tabulasi untuk menggambarkan karakteristik penderita
disertai dengan penjelasan yang sesuai. Adapun analisis yang dilakukan
dengan menggunakan teknik bivariat dan univariat.
1. Analisis Univariat
Analisis univariat merupakan analisis data yang disajikan dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi, atau grafik. Pada penelitian ini tujuan
digunakan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik responden.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis data yang digunakan untuk
mengetahui interaksi dua variabel yaitu pemberian kunyit asam dengan
perubahan derajat dismenore.

28
3.9 Alur Penelitian

Alur penelitian dalam penulisan karya tulis ilmiah ini menjelaskan


mengenai tahapan atau prosedur penelitian untuk menganalisa pengaruh
mengkonsumsi minuman kunyit asam terhadap penurunan nyeri haid
(dismenore) primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia.

Subjek pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran


Universitas Muslim Indonesia yang memenuhi kriteria inklusi maupun ekslusi
yang didapatkan melalui kuisioner, yang dimana mahasiswa ini akan diberi
perlakuan khusus berupa pemberian minuman ekstrak kunyit asam, namun
sebelumnya diberikan penilaian menggunakan visual analog scale (VAS).
Setelah pemberian minuman kunyit asam maka mahasiswi yang mengikuti
penelitian ini selanjutnya akan diberikan penilaian menggunakan VAS untuk
menilai derajat dismenore setelah pemberian kunyit asam.

Berikut merupakan diagram alur penelitian yang dimulai dari tempat


penelitian serta persiapan penelitian yang akan dilakukan, tahap-tahapannya
hingga pada akhirnya akan didapatkan hasil yang ingin dituju dari penelitian
pengaruh mengkonsumsi minuman kunyit asam terhadap penurunan nyeri haid
(dismenore) primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim
Indonesia.

29
Penelitian dilakukan di fakultas kedokteran
Universitas Muslim Indonesia

Mendapatkan surat izin

Subjek penelitian yang memenuhi kriteria


inklusi didapatkan melalui kuisioner

Diberi perlakuan berupa pemberian


minuman ekstrak kunyit asam

Penilaian menggunakan visual analog


scale (VAS) setelah perlakuan

Informed consent sekaligus meminta


kesediaan calon responden

Penelitian menggunakan visual analog


scale (VAS) sebelum perlakuan

Interpretasikan hasil
pengelolahan data

Penyajian hasil

Gambar 2. Diagram Alur Penelitian

30
3.10 Etika Penelitian
1. Informed consent, berupa lembar persetujuan yang diberikan kepada
responden yang diteliti yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Dalam hal ini responden telah diberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian.
2. Anonymity, berupa kerahasiaan identitas responden penelitian yang
dijaga oleh peneliti dan hanya semata–mata untuk kepentingan
penelitian.
3. Right to with drow, berupa hak responden untuk mengundurkan diri
sewaktu-waktu selama proses penelitian apabila menghendakinya tanpa
adanya sanksi atau paksaan.

31
BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Profil Lokasi Penelitian

Gambar 1. Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia (FK-UMI),

didirikan di Makassar, pada tanggal 8 Juni 1992. Sejak 14 tahun

didirikannya, FK-UMI telah meluluskan 304 orang dokter. Awal berdirinya,

FK-UMI memulai kegiatan akademik dengan jumlah mahasiswa yang sangat

sedikit (45 orang) hingga saat ini mampu menampung kurang lebih 1089

mahasiswa yang aktif baik di pre-klinik (tahap akademik) maupun klinik

(tahap profesi).

Letaknya yang sangat strategis baik secara geografis maupun

ekonomis, mempunyai fasilitas Rumah Sakit Pendidikan sendiri (RS. Ibnu

Sina) yang letaknya berhadapan dengan kampus UMI, menjadikan fakultas

ini mempunyai prospek yang sangat baik dalam konsep pengembangan

ketrampilan klinik, pengenalan lebih dini dengan masalah klinik dan

pelayanan kesehatan primer di masa mendatang.

32
Berikut uraian tentang gambaran umum Fakultas Kedokteran

Universitas Muslim Indonesia :

Nama Fakultas : Fakultas Kedokteran

Alamat : Jalan Urip Sumihardjo km.5 Makassar

No. Telpon/fax : (0411) 443280/(0411) 432730

Kota : Makassar

Provinsi : Sulawesi Selatan

4.2 Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

Pimpinan Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

periode sekarang :

Dekan : Prof.dr.H.Syarifuddin Wahid,Ph.D,SpPA(K),SpF

Pembantu Dekan I : Dr.dr.Nasruddin A.M, Sp.OG

Pembantu Dekan II : dr.Hj.Suliati P.Amir, Sp.M

Pembantu Dekan III : dr. Shulhana Mochtar

4.3 Visi dan Misi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia

4.3.1 Visi Fakultas Kedokteran UMI :

Menjadi fakultas yang menghasilkan dokter yang

bermutu, bermartabat dengan dijiwai nilai-nilai Islam, mengabdi kepada

kepentingan umat dan kemakmuran bangsa secara berkelanjutan

melalui penerapan prinsip tata kelola yang baik.

33
4.3.2 Misi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia :

1. Meningkatkan mutu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi

berlandaskan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) dan nilai-

nilai Islam.

2. Mengembangkan dan memperkuat manajemen FK UMI yang

mandiri, berkarakter, dan mempunyai tata kelola yang baik (Good

Faculty Governance).

3. Meningkatkan kompetensi segenap sivitas akademika yang bercirikan

profesionalitas dan bermartabat

4.4 Tujuan Fakultas Kedokteran UMI :

Menjadi fakultas yang berlandaskan SKDI dan nilai-nilai

Islam dalam memecahkan masalah kesehatan, mengabdi kepada

kepentingan umat dan kemakmuran bangsa secara berkelanjutan. Menjadi

fakultas yang mandiri, berkarakter, dan bertata kelola baik. Menjadi

fakultas yang mengedepankan kompetensi dokter melalui profisionalitas

dan bermartabat.

4.5 Sasaran, Strategi Pencapaian, Dan Kemampuan Pelaksanaan :

1. Tercapainya peran FK–UMI yang selalu meningkat dalam

penyelesaian masalah kesehatan, mengabdi kepada kepentingan umat

dan kemakmuran bangsa dengan pendekatan nilai–nilai Islam secara

berkelanjutan.

34
2. Terwujudnya pembelajaran IPTEKDOK berbasis nilai- nilai Islam

3. Tercapainya peningkatan jejaring kerjasama nasional dan internasional

4. Tuntas data based dan pelaporan aset tetap

5. Tuntas penyiapan sistem manajemen SDM yang transparan dan mandiri

6. Tersusunnya laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi yang

berlaku bagi fakultas yang mandiri

7. Tercapainya Good Governance dalam system manajemen

8. Tercapainya peningkatan berkelanjutan kapasitas kerjasama dan

pengembangan usaha

9. Tercapainya pemerataan kegiatan dalam pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat

10. Tercapainya standar penghargaan dan kesejahteraan segenap sivitas

akademika

35
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muslim


Indonesia dan dilaksanakan pada bulan Mei hingga Juli 2016. Responden dalam
penelitian ini adalah mahasiswi angkatan 2013, 2014, dan 2015 yang mengalami
dismenore serta termasuk dalam kriteria inklusi sebanyak 46 responden tanpa
menggunakan kelompok kontrol.

5.1 Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau


mendeskriptifkan karakteristik variabel yang diteliti. Deskripsi karakteristik
responden dalam penelitian ini disajikan pada tabel berikut:

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi sampel penelitian berdasarkan usia (n=46)

Klasifikasi Usia (tahun) Frekuensi (orang) Presentase (%)


18 1 2,2
19 6 13,0
20 13 28,3
21 22 47,8
22 4 8,7
Total 46 100
Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 21, 2016

36
Berdasarkan tabel 5.1 di atas menunjukan bahwa presentase responden
terbanyak berusia 21 tahun yaitu sebanyak 22 orang (47,8%) dan terendah berusia
18 tahun (2,2%).

5.1.2 Derajat Dismenore Sebelum Pemberian Minuman Kunyit Asam

Tabel 5.1.2 Distribusi derajat dismenore sebelum pemberian minuman kunyit asam
(n=46)

Variabel Frekuensi (orang) Presentase (%)


Nyeri Berat 28 60,9
Nyeri Sedang 18 39,1
Total 46 100
Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 21, 2016

Tabel 5.1.2 menunjukan bahwa derajat nyeri yang dirasakan responden


sebelum (pre) pemberian minuman kunyit asam terdiri atas nyeri berat sebanyak 28
orang (60,9%) dan 18 orang (39,1%) dengan keluhan nyeri sedang.

5.1.3 Derajat Dismenore Setelah Pemberian Minuman Kunyit Asam

Tabel 5.1.3 Distribusi derajat dismenore setelah pemberian minuman kunyit asam
(n=46)

Variabel Frekuensi (orang) Presentase (%)


Nyeri Berat 6 13
Nyeri Sedang 17 37
Nyeri Ringan 23 50
Total 46 100
Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 21, 2016

Berdasarkan tabel 5.1.3 di atas memperlihatkan bahwa sebagian besar


responden mengalami penurunan derajat keluhan dismenore yang dirasakan setelah
(post) mengkonsumsi minuman kunyit asam. Jumlah responden yang masih

37
merasakan nyeri berat sebanyak 6 orang (13%) dan menurun hingga derajat nyeri
ringan sebanyak 23 orang (50%).

5.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis data yang digunakan untuk mengetahui


interaksi dua variabel secara analitik korelasi. Analisis bivariat pada penelitian ini
adalah untuk mengidentifikasi pengaruh pemberian minuman kunyit asam terhadap
penurunan nyeri haid (dismenore) primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia.

Untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh pemberian minuman kunyit asam
terhadap penurunan nyeri haid maka dilakukan analisa data menggunakan uji t-
berpasangan (t-paired test). Sebelum dilakukan uji paired sample test, terlebih
dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan kolmogorov-smirnov
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak.

Tabel 5.2.2 Hasil uji normalitas menggunakan kolmorgov smirnov

Variabel N Standar Z Asymp.Sig.(2-


Deviasi tailed)
Pre test 46 1,7840 1,311 0,064
Post test 46 2,0615 1,324 0,060
Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 21, 2016

Berdasarkan tabel 5.2.2 hasil uji normalitas variabel penelitian diketahui


bahwa semua variabel penelitian mempunyai nilai signifikansi lebih besar dari 0,05
(p>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa semua variabel penelitian ini
terdistribusi normal. Selanjutnya hasil dari uji paired t-test terhadap data penelitian
ditunjukan pada tabel berikut:

Tabel 5.2.3 Hasil analisis data sebelum dan setelah pemberian minuman kunyit
asam terhadap penurunan dismenore

38
Data N Mean Thitung Ttabel Asymp.Sign.(2-
tailed)
Pre test 46 6,870 11,409 1,679427 0,000
Post test 46 2,804
Sumber: Data primer diolah dengan SPSS 21, 2016

Hasil uji analisis menggunakan paired t-test didapatkan data bahwa Asymp.
Sign (2-tailed) untuk derajat dismenore sebelum dan setelah diberikan perlakuan
sebesar 0,000 dengan α=0,1. Tabel di atas juga menunjukan nilai T hitung = 11,409
lebih besar dari T table = 1,679427 dengan derajat kemaknaan 0,1. Hasil tersebut
menunjukan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang berarti ada pengaruh
pemberian minuman kunyit asam terhadap penurunan nyeri haid. Adapun nilai
probabilitas/p value uji T paired memperlihatkan hasil 0,000. Artinya terdapat
perbedaan sebelum dan setelah perlakuan sebab nilai p value < 0,1 (90%
kepercayaan).

5.2 Pembahasan

Berdasarkan data kuesioner pada awal penelitian berupa skrining pada


seluruh mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia, ditemukan
sebanyak 80 orang mengalami dismenore primer dan 4 orang dismenore sekunder.
Dalam hal ini seorang wanita dikatakan mengalami dismenore primer apabila
ketika keluhan nyeri haid yang timbul bersifat idiopatik dan intrinsik, dalam hal ini
tidak terdapat gangguan fisik yang menjadi penyebab dan hanya terjadi selama
siklus-siklus ovulatorik. Sedangkan dismenore sekunder sendiri bersifat ekstrinsik
berupa nyeri haid siklik yang timbul akibat keadaan patologi yang mendasari seperti
endometriosis, adenomiosis, subakut endometriosis dan penyakit radang panggul,
copper intrauterine devices (IUDs), kista ovarium, malformasi kongenital panggul,
dan servikal stenosis. Selanjutnya dari total 46 mahasiswi dengan dismenore primer
yang dipilih menjadi responden, didapatkan sebanyak 28 orang (60,9%) mengalami
nyeri berat dan 18 orang (39,1%) mengalami nyeri sedang. Keadaan ini dikarenakan

39
berbagai faktor dapat mempengaruhi timbulnya keluhan dismenore pada wanita,
seperti gaya hidup, psikis, riwayat menarche, dan lain-lain.

Saat ini patofisiologi terjadinya dismenore primer memang masih belum


jelas karena banyaknya faktor yang mempengaruhi terjadinya dismenore primer
pada wanita. Namun, sampai dengan saat ini ada satu teori yang masih dipercaya
kebenarannya mengenai terjadinya dismenorea primer, yaitu teori prostaglandin
dan leukotrien. Dismenore primer pada wanita terjadi karena adanya jumlah yang
berlebihan atau tidak seimbangnya kadar prostanoids yang disekresikan dari
endometrium selama periode menstruasi akibat pelepasan fosfolipid dengan
generasi asam arakidonat dan aktivasi jalur cyclooxigenase (COX). PGF2α,
Peningkatan sintesis prostaglandin berupa PGE2, dan leukotrin yang terbentuk
melalui jalur ini akan menimbulkan hiperkontraktilitas dan iskemik uterus, serta
peningkatan hipersensitivitas saraf perifer yang pada akhirnya berkontribusi
timbulnya keluhan nyeri haid. Pelepasan prostaglandin ini mengalami puncaknya
terutama pada awal siklus menstruasi, itulah mengapa hampir seluruh responden
mengeluhkan nyeri hanya pada hari pertama dan kedua siklus berlangsung.21,22

Dismenore primer seringkali terjadi pada usia dewasa muda, hal ini sesuai
dengan rata-rata usia mahasiswi sebagai responden yakni berusia 18-22 tahun,
dimana tertinggi pada usia 21 tahun sebanyak 22 orang (47,8%). Hal ini karena
pada usia ini terjadi optimalisasi fungsi saraf rahim sehingga sekresi prostaglandin
meningkat.28 Sebagian besar responden hanya mengeluhkan nyeri pada daerah
abdomen bawah saja, namun beberapa responden juga disertai keluhan lain seperti
sakit kepala, nyeri yang menjalar hingga kedaerah paha dan pinggang belakang,
mual, serta muntah.

Berbagai tatalaksana dilakukan para responden dalam mengatasi dismenore


salah satunya dengan mengkonsumsi obat analgetik seperti NSAID. Minuman
kunyit asam memang telah cukup dikenal dikalangan mahasiswi sebagai minuman
kesehatan namun manfaatnya dalam mengatasi keluhan dismenore primer masih
belum banyak diketahui. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa terdapat

40
pengaruh yang cukup signifikan antara pemberian minuman kunyit asam dengan
penurunan derajat nyeri haid. Jumlah responden yang sebelumnya mengeluhkan
nyeri berat yaitu sebanyak 28 orang (60,9%) berkurang menjadi 6 orang (13%),
nyeri sedang yang awalnya berjumlah 18 orang (39,1%) menjadi 17 orang (37%),
dan sebagian besar mencapai nyeri ringan sebanyak 23 orang (50%).

Minuman kunyit asam terbuat dari 2 bahan utama yaitu kunyit dan asam
jawa.1 Dalam penelitian ini digunakan proporsi yang sama antara kunyit dan asam
jawa yaitu masing-masing 4 gr. Hal ini dilakukan demi mendapatkan efek baik dari
segi kimia fisik maupun dari segi organoleptik. Minuman kunyit asam sendiri kaya
akan kurkumin, yakni zat aktif utama penyusun kunyit. Berdasarkan penelitian pada
manusia, kurkumin dinilai dapat ditoleransi hingga dosis 8 gr pada pemberian oral
single dose. Namun dosis tersebut dapat tetap memberi beberapa kemungkinan efek
samping seperti mual dan diare pada beberapa orang. Peningkatan konsentrasi
kurkumin selain dapat meningkatkan efektivitas juga dapat meningkatkan toksisitas
sehingga perlu dipertimbangkan dosis yang tepat untuk mengembangkannya
sebagai preventif maupun obat terapi.13,14 Kurkumin berperan dalam memblokade
aktivitas COX, lipooxigenase, serta menghambat pembentukan dan metabolisme
asam arakidonat melalui penghambatan pada jalur transkripsi protein. Sehingga
dengan adanya penghambatan terhadap sintesis asam arakidonat akan
mengakibatkan penurunan sintesis prostaglandin. Penurunan prostaglandin
kemudian akan berujung pada penurunan intesitas nyeri yang dirasakan akibat dari
penurunan kontraktilitas uterus dan sensitifitasi saraf perifer.21,22 Adapun asam
jawa dalam sebuah studi menyebutkan efek analgetiknya dinilai signifikan pada
dosis 60-600 mg/kg. Dilain pihak flavanoid dan saponin sebagai senyawa bioaktif
dalam asam jawa bekerja pada sistem prostglandin dengan menghambat aktivasi
dan biotransformasi prostaglandin, sehingga ikut serta pula dalam mengurangi
derajat nyeri haid.18

Kombinasi kunyit dan asam jawa menjadi minuman asam jawa terbukti
dapat meningkatkan efektivitas kedua komponen tersebut terutama aktivitas
antioksidannya. Selain itu komponen lain seperti gula merah sebagai pemanis alami

41
dan pemberi cita rasa ternyata ikut berkontribusi dalam meningkatkan kapasitas
antioksidannya. Begitu pula dengan pelarut air menghasilkan ekstrak dengan kadar
kurkuminoid yang semakin meningkat seiring penambahan proporsi pelarut.19,20

42
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa


terdapat pengaruh mengkonsumsi minuman kunyit asam terhadap penurunan
keluhan dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan positif antarvariabel yang
ditunjukkan oleh hasil penghitungan Odds Ratio.

6.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan penelitian ini antara lain
sebagai berikut:
1. Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan alternatif pengobatan bagi
para mahasiswi maupun wanita lainnya dalam mengatasi nyeri haid.
Penggunaan fitofarmaka seperti minuman kunyit asam sangat dianjurkan
sebagai terapi sebab telah terbukti khasiatnya, murah, mudah pembuatannya,
dan yang terpenting ialah efek samping minimal bahkan tidak ada bagi tubuh.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini, diharapkan
variabel-variabel luar yang tidak terkontrol dseperti faktor genetik, indeks
massa tubuh, usia dan lainnya dapat lebih diperhatikan. Selain itu diharapkan
pada penelitian dapat memberikan durasi waktu yang lebih panjang, tidak
hanya dilakukan satu kali intervensi dan perlunya keberadaan kelompok
kontrol sebagai perbandingan.

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Fitriyono A, dkk., 2015. Aplikasi Pengolahan Pangan. Yogyakarta:


Deepublish. Hal. 72-78
2. Astawan, Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian.
Jakarta: Penebar Swadaya.
3. Jung, Ho et al. 2013. The Prevalence and Risk Factors of Dysmenorrhea.
Oxford Journals: Epidemiology reviews.
4. Winkjosastro, Hanifa dkk., 2011. Buku Ajar Ilmu Kandungan. Edisi III.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5. Gretchen M Lentz. 2012. Comprehensive Gynecology. Elsevier Health


Sciences. Hal 792

6. Shinta, Deby. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian


Dismenore pada Siswi SMA Negeri 2 Medan Tahun 2014. Jurnal Gizi,
Kesehatan Reproduksi dan Epidemiologi (1).
7. Fakhrunnisa, Octavira Eka. 2015.Hubungan Status Gizi dengan Angka
Kejadian Dismenore pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Muslim Indonesia Angkatan 2011, 2012, dan 2013. Skripsi. Universitas
Muslim Indonesia.
8. Fahmi, M. F. 2014. Pengaruh Vitamin E Dalam Mengurangi Nyeri Haid
(Dismenore) Pada Wanita Usia Muda Yang Dinilai Dengan Visual Analog
Scale.
9. Wieser F., Cohen M., Gaeddert A., Yu J., Burks-Wicks C., Berga S.L. and
Taylor R.N. 2007. Evolution of medical treatment for endometriosis: back
to the roots?.Human Reproduction Update-Oxford Journals. 13 (5): 487-99.
10. Ravindran, P. N. 2007. Turmeric The Genus Curcuma. Boca Raton, FL:
CRC Press.
11. Winarto, W.P. 2004. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia.
12. Ide P. 2014. Health Secret Of Turmeric (Kunyit). Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.

44
13. Burgos‐Morón, Estefanía, et al. 2010. The dark side of
curcumin. International journal of cancer 126(7).
14. Gupta, Subash C., et al. 2013. "Therapeutic roles of curcumin: lessons
learned from clinical trials." The AAPS journal 15 (1): 195-218.
15. National Tropical Botanical Garden. Tamarindus indica [Internet].
http://ntb.org/plants/plant_details (diakses 02 Juli 2015).
16. Wijayanti, Ruthia dkk. 2016. Pengaruh Proporsi Kunyit (Curcuma longa L.)
dan Asam Jawa (Tamarindus indica) terhadap Karakteristik Leather Kunyit
Asam. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.4(1):158-169
17. S.T. Akor, et al., 2015. Antinociceptive and Anti-InflammatoryActivies of
the Aqueous Leaf Extract of Tamarindus indica L. in Albino Rats. Journal
of Plant Studies(4):2
18. Khalid, Syamimi, et al. 2010. In vivo analgesic effect of aqueous extract of
Tamarindus indica L. fruits. Medical principles and practice 19(4):255-259.
19. Ningrum, Setiya. 2010. Kapasitas Antioksidan Minuman Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Menggunakan Gula Kristal Putih, Gula
Kristal Merah, Gula Merah, dan Gula Aren. Skripsi. Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
20. Susilowati, Triwik. 2010. Kapasitas Antioksidan dan Kadar Kurkuminoid
pada Ekstrak Rimpang Temulawak (Curcuma xanthrriza Roxb)
Menggunakan Pelarut Air dengan Variasi Proporsi Proporsi Pelarut dan
Metode Pemanasan. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
21. Berek, Jonathan S., 2007. Berek and Novak’s Gynecology 15th edition.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Hal 481-484

22. Kerry Bone,Simon Mills. Principles and Practice of Phytotherapy: Modern


Herbal Medicine. Elsevier Health Sciences. Hal 902

23. Ortega Gutierres, Vânia. 2015. Curcumin Pharmacokinetic and


Pharmacodynamic Evidences in Streptozotocin-Diabetic Rats Support the

45
Antidiabetic Activity to Be via Metabolite.Hindawi Publishing Corporation:
Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine

24. Sahdeo Prasad. 2014. Recent Developments in Delivery, Bioavailability,


Absorption and Metabolism of Curcumin: the Golden Pigment from Golden
Spice. Cancer Res Treat 46(1): 2–18.

25. Winkjosastro, Hanifa dkk., 2007. Buku Ajar Ilmu Kandungan. Edisi II.
Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

26. AY Anindita, 2010. Pengaruh Kebiasaan Mengkonsumsi Kunyit Asam


terhadap Keluhan Dismenorea Primer Pada Remaja Putri di Kotamadya
Surakarta. Skripsi. Universitas Sebelas Maret.

27. Hadjar Rifki Hutomo.2014. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat


penurunan nyeri dysmenorrhea pada anggota PKK di Desa Margo asri,
Puro, Karangmalang, Sragen. http://eprints.ums.ac.id (diaskes tgl 14 Januari
2016. pukul 09.00 WITA)

28. Novia, Ika. 2008. Faktor Risiko yang Memengaruhi Kejadian Dismenore
Primer. The Indonesian Journal of Public Health Vol. 4(2): 96-104.

46
TABEL FREQUENCY

Usia

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

18 1 2,2 2,2 2,2

19 6 13,0 13,0 15,2

20 13 28,3 28,3 43,5


Valid
21 22 47,8 47,8 91,3

22 4 8,7 8,7 100,0

Total 46 100,0 100,0

Sebelum

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Nyeri berat 28 60,9 60,9 60,9

Valid Nyeri sedang 18 39,1 39,1 100,0

Total 46 100,0 100,0

Setelah

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Nyeri berat 6 13,0 13,0 13,0

Nyeri sedang 17 37,0 37,0 50,0


Valid
Nyeri Ringan 23 50,0 50,0 100,0

Total 46 100,0 100,0

47
TABEL CROSSTABULATION

Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Sebelum Sesudah

N 46 46
Mean 6,870 2,804
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1,7840 2,0615
Absolute ,193 ,195
Most Extreme Differences Positive ,133 ,195
Negative -,193 -,104
Kolmogorov-Smirnov Z 1,311 1,324
Asymp. Sig. (2-tailed) ,064 ,060

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Sebelum dan Setelah Pemberian Minuman Kunyit Asam

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Sebelum 6,870 46 1,7840 ,2630


Pair 1
Sesudah 2,804 46 2,0615 ,3040

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Sebelum & Sesudah 46 ,216 ,148

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-

Mean Std. Std. Error 90% Confidence Interval tailed)

Deviation Mean of the Difference

Lower Upper

Pair 1 Sebelum - Sesudah 4,0652 2,4166 ,3563 3,4668 4,6636 11,409 45 ,000

48

Anda mungkin juga menyukai