Anda di halaman 1dari 4

Kita baru memperingati HUT ke 71 Kemerdekaan RI yang dilaksanakan dengan meriah dan penuh

hikmat. Dengan peringatan hari kemerdekaan, kita diingatkan bahwa kemerdekaan tidak diperoleh
dengan mudah, namun melalui perjuangan penuh pengorbanan baik jiwa maupun raga, yang
dengan ikhlas dilakukan oleh para pahlawan pendahulu kita. Indonesia adalah bangsa yang
memperoleh kemerdekaan melalui perjuangan, bukan pemberian dari bangsa lain. Kita sebagai
generasi penerus harus bangga dan meneladani para pahlawan/pendahulu kita yang gagah berani
melawan penjajah untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan. Para pahlawan dan
pendahulu kita telah mempraktekkan melakukan Bela Negara dalam perjuangan fisik dan non fisik
(diplomasi) untuk memproklamirkan Indonesia dan mempertahankan kemerdekaan RI.

Sebagai salah satu pendiri bangsa, Bung Karno pernah menyampaikan konsep Trisakti dalam
pidatonya Tahun 1963, yaitu berdaulat secara politik, berdikari secara ekonomi, dan
berkepribadian dalam budaya. Konsep Trisakti menjadi landasan bagi Kabinet Kerja dalam
meletakkan dasar pembangunan Indonesia selama lima tahun kedepan (2015-2019), yang tertuang
dalam visi pembangunan, yaitu Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan
berkepribadian berlandaskan gotong royong.

Kita semua sadar bahwa saat ini kita hidup di era globalisasi yang seolah-olah negara tanpa batas
(boardless) dengan segala bentuk dinamikanya. Globalisasi selain membawa dampak positif juga
membawa dampak negatif yang memerlukan penanganan dan antisipasi

WAWASAN KEBANGSAAN DAN BELA NEGARA

Untuk menghadapi berbagai ancaman dan tantangan globalisasi, diperlukan wawasan kebangsaan
dalam memperkuat semangat nasionalisme melalui pendidikan Bela Negara. Beberapa bentuk
pendidikan Bela Negara di dalam kampus adalah melalui Resimen Mahasiswa, Pramuka, Pecinta
Alam, dll untuk membiasakan diri belajar disiplin, kerjasama, dan tanggung jawab, serta memahami
wawasan kebangsaan.
Keberadaan suatu bangsa dalam bingkai negara pada dasarnya dilandasi oleh 3 (tiga) hal mendasar
yaitu: ”kesadaran”, ”semangat” dan ”tekad” yang kuat dalam memahami wawasan kebangsaan,
yaitu:
Kesadaran meliputi dua fenomena realitas, yaitu ”kesadaran ruang”(pemahaman terhadap
konfigurasi geografis) dan ”kesadaranisi” (kemajemukan dan heterogenitas kita sebagai bangsa).
Semangat, yaitu spirit para founding father dan kita semua untuk mewujudkan fenomena realitas
tadi menjadi satu “entity” ….. suatu kesatuan yang utuh seperti diikrarkan melalui Sumpah Pemuda
1928 dan dipertahankan melalui pertempuran 10 November 1945.
Tekad, merupakan komitmen kuat untuk mewujudkan cita-cita luhur kita yang tertuang dalam
proklamasi kemerdekaan serta komitmen terhadap Wawasan Kebangsaan yang berintikan 4
konsensus dasar berbangsa (Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika).
Ketiga aspek mendasar tersebut terakumulasi dalam pemahaman wawasan kebangsaan yang
ditunjukkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan kesadaran Bela Negara bertujuan untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Bela Negara
kepada setiap warga Negara, demi terwujudnya kesadaran Bela Negara yang dapat mendukung
sistem pertahanan dan keamanan Negara yang bersifat semesta.
Konstitusi kita secara eksplisit telah mencantumkan tentang Bela Negara yang diatur dalam Pasal
27 ayat (3), Pasal 30 ayat (1) dan Pasal 30 ayat (2) UUD 1945.

Upaya Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan
Negara (UU Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara). Dengan demikian, Bela Negara
bukan hanya menjadi tanggung jawab TNI dan Polri semata, tetapi merupakan tugas segenap WNI,
sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan.

Para atlet Indonesia yang mengikuti Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil, juga dalam rangka Bela
Negara. Para guru dan dosen yang bertugas di wilayah perbatasan juga melakukan Bela Negara.
Para mahasiswa dan sarjana yang ikut membimbing masyarakat di daerah terpencil juga
melakukan Bela Negara. Oleh karena itu, para mahasiswa baru perlu memahami nilai-nilai Bela
Negara melalui pendidikan formal dan informal di kampus.

Nilai-nilai Dasar Kesadaran Bela Negara yang dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari oleh
masyarakat Indonesia, meliputi :

Cinta Tanah Air.


Setiap warga negara harus mencintai tanah air sebagai ruang hidup dalam menjalankan
kehidupannya yang selalu mendapat ancaman baik dari dalam maupun luar negeri; antara lain
diwujudkan menjaga lingkungan hidup, mengenal wilayah tanah air, dan mencintai produk dalam
negeri agar tumbuh rasa nasionalisme.

Kesadaran Berbangsa dan Bernegara.


Setiap warga negara dituntut mempunyai kesadaran atas tanggung jawabnya sebagai warga
masyarakat yang didukung pengetahuan, keterampilan, kompetensi serta pribadi manusia yang
beriman, sehat, cakap, kreatif, mandiri, dan bersikap demokratis; antara lain diwujudkan dengan
bersikap disiplin, bertanggung jawab, saling menghargai dan menghormati, menjaga kerukunan,
berjiwa gotong royong, mendahulukan kewajiban daripada hak sebagai warga negara, serta
mendahulukan kepentingan negara dan bangsa daripada kepentingan pribadi dan kelompok.

Yakin Pancasila Sebagai Ideologi Negara.


Setiap warga negara dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara mengacu dan
berlandaskan ideologi Pancasila; antara lain diwujudkan dengan bertaqwa kepada Tuhan YME,
menjalankan kewajiban agama, mempunyai kesadaran membantu sesama, memelihara persatuan
dan kesatuan, mengedepankan musyawarah untuk mufakat, serta mewujudkan keadilan sosial

Rela Berkorban Untuk Bangsa Dan Negara.


Setiap warga negara harus mampu mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan
pribadi/golongan dan mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menyelesaikan tugas, hak dan
kewajiban tanpa pamrih (ikhlas); antara lain diwujudkan dengan rela menolong sesama warga,
mendahulukan kepentingan umum, bersedia menyumbang tenaga, pikiran, kemampuan, keahlian
dan materi untuk kepentingan bangsa dan negara, siap membela bangsa dan negara, serta yakin
pengorbanannya tidak sia-sia.

Memiliki Kemampuan Awal Bela Negara.


Setiap warga negara harus mempunyai kemampuan psikis berupa sikap dan perilaku disiplin, ulet,
bekerja keras, taat aturan, percaya kemampuan sendiri, tahan uji dan pantang menyerah serta
mempunyai kemampuan fisik yang prima untuk mendukung kemampuan psikis; antara lain
diwujudkan dengan mempunyai kondisi kesehatan fisik dan mental yang baik, memiliki
keterampilan, integritas pribadi, pantang menyerah, dan disiplin, serta tanggap terhadap kondisi
yang terjadi di masyarakat.

Bela Negara akan kelihatan berarti, apabila setiap pemuda/mahasiswa sadar bahwa masa depan
Negara ada ditangannya. Tentunya pemuda/mahasiswa tidak boleh bersikap masa bodoh dan
pesimis, tetapi harus optimis dan terpanggil hatinya untuk ikut peduli dan mengatasi tantangan
bangsa seperti pengangguran, kemiskinan, dan kesenjangan.

Presiden RI Bapak Jokowi telah menegaskan bahwa saat ini tantangan dan ancaman terhadap
kedaulatan bangsa, sifatnya sudah multidimensi, ancaman tidak lagi bersifat konvensional atau fisik
semata akan tetapi sudah berkembang baik fisik maupun non fisik. Ancaman berkembang menjadi
bersifat multidimensi karena karakter ancaman dapat bersumber dari ideologi, politik, ekonomi,
maupun sosial budaya. Untuk menghadapi ancaman yang multidimensi tersebut, upaya Bela Negara
yang kita laksanakan harus melalui berbagai aspek Ipoleksosbud dan Hankam.

Dengan pendekatan seperti ini, semua Warga Negara termasuk masyarakat sipil mempunyai hak
dan kewajiban melaksanakan Bela Negara dalam semua aspek kehidupan. Pendidikan Bela Negara
harus berupaya membuat peserta/mahasiswa menjadi senang dan riang gembira, tanpa melupakan
disiplin dan tanggung jawab. Disamping itu, menggunakan bahasa-bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti, sehingga tidak terkesan “wajib militer” dan/atau “militerisasi sipil”, sehingga
menakutkan peserta khususnya kaum perempuan. Gunakan diskusi dan praktek lapangan yang
sederhana untuk mudah meresapi dan menghayati dalam pendidikan Bela Negara.

Pada dasarnya upaya Bela Negara di tengah persaingan global tidak bisa lepas dari wawasan
kebangsaan yang wajib dimiliki oleh generasi muda, khususnya para mahasiswa. Sebagai bangsa
majemuk, kita sangat bersyukur memiliki Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara.
Pancasila bukan saja mampu mempersatukan kita, tetapi secara dinamis mampu mendayagunakan
kemajemukan kita itu sebagai sumber kekuatan bangsa.

MENINGKATKAN IPTEK DAN PANCASILA

Pendidikan Bela negara dimaksudkan agar dapat menimbulkan motivasi dan daya juang yang tinggi
para pemuda/mahasiswa untuk berupaya meningkatkan kemampuan di bidang Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (Iptek) dalam meningkatkan daya saing pemuda Indonesia, karena hanya bangsa
yang dapat menguasai iptek secara efisien dan produktif untuk kemajuan umat manusia yang akan
mampu maju dengan cepat. Hanya bangsa yang dapat menguasai dan mengembangkan Iptek yang
akan mampu mandiri di dalam menentukan nasibnya.

Sejarah menunjukkan bahwa dengan Iptek, umat manusia mengalami lompatan-lompatan besar
dalam mencapai kemajuan dan kesejahteraan. Sejarah juga menunjukkan bahwa bangsa-bangsa
yang menguasai Iptek saja yang berhasil menjadi bangsa yang maju dan makmur. Namun itu saja
tidak cukup, kita juga harus meningkatkan kesetiaan kita pada Pancasila dan UUD 1945. Kita harus
sadar bahwa tanpa nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, maka kemajuan Iptek yang kita capai
justru dapat memerosotkan nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa nilai-nilai persatuan dan kesatuan,
maka kemajuan yang kita capai tidak akan banyak gunanya, bahkan dapat membawa kita kearah
keruntuhan. Selain itu, tanpa nilai-nilai Keadilan Sosial, maka kemajuan yang kita capai akan
membuka kesenjangan sosial dan menimbulkan keresahan.
Penguasaan Iptek tanpa mengindahkan sistem nilai yang berlaku akan melahirkan sarjana yang
bersedia memanipulasikan Iptek, sehingga pengajaran Iptek haruslah disertai dengan penghayatan
sistem nilai bangsa (Pancasila). Penguasaan Iptek yang disertai dengan penghayatan Pancasila akan
menghasilkan generasi bangsa yang tangguh, berdaya saing tinggi dan kuat dalam menghadapi
persaingan global.

HARAPAN

Sebelum menutup tulisan ini, beberapa harapan kepada para pemuda/mahasiswa adalah sebagai
berikut:

Paa pemuda/mahasiswa harus memiliki Wawasan Kebangsaan yang berintikan 4 Konsensus Dasar
berbangsa untuk membangun semangat kebangsaan/ nasionalisme, serta harus diwujudkan dalam
karya nyata agar dapat menangkal ancaman narkoba, terorisme, faham radikal dan cyberwar,
sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara;
Persiapkan diri dengan baik menjadi agen perubahan dengan pendidikan Bela Negara agar
mendahulukan kepentingan bangsa dan negara daripada kepentingan kelompok dan pribadi;
Membangun persaudaraan, toleransi, kerukunan dan harmoni di bumi pertiwi ini.
Pemuda/mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk terus menjadikan Indonesia yang penuh
ketentraman, kedamaian, dan harapan terhadap masa depan yang cerah;
Belajar dengan tekun, kerja keras, fokus dan siap bersaing dengan mempelajari dan menguasai
Iptek dalam meningkatkan daya saing pemuda;
Meningkatkan kesadaran akan kebersatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, karena
mahasiswa adalah calon pemimpin bangsa.
Semoga para pemuda/mahasiswa Indonesia mampu meningkatkan daya saing pada era global, dan
ikut berperanserta dalam mempercepat pembangunan nasional untuk mewujudkan Indonesia yang
maju dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai