Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN (LP)

HERPES ZOZTER

Disusun Oleh

Muhamad Alkim

(PO.62.20.1.15.131)

Jurusan Keperawatan
Program Studi DIV KeperawatanReguler II
Politeknik Kesehatan Palangka Raya
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2017
1. DEFINISI
Herpes adalah radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-
gelembung berkelompok. Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan.
Herpes zoster (Shingles atau sinanaga) adalah suatu infeksi yang
menyebabkan erupsi kulit yang terasa sangat nyeri berupa lepuhan yang berisi cairan.
Penyakit ini juga disebabkan virus herpes yang juga mengakibatkan cacar air (virus
varisela zoster). Seperti virus herpes yang lain, viru varisela zoster mempunyai
tahapan penularan awal (cacar air) yang diikuti oleh suatu tahapan tidak aktif.
Kemudian tanpa alasan virus ini jadi aktif kembali menjadi penyakit yang disebut
sebagai herpes zoster.
Herpes zoster hidup dalam jaringan syaraf. Kejangkitan herpes zoster dimulai
dengan gatala, mati rasa, kesemutan atau rasa nyeri yang parahpada daerah bentuk tali
lebar di dada, punggung hidung dan mata. Walaupun jarang, herpes zoster dapat
menular pada syaraf wajah dan mata. Ini menyebabkan jangkitan di sekitar mulut,
wajah, leher dan kulit kepala, dalam dan sekitar telinga atau pada ujung hidung.
Jangkitan herpes zoster hampir selalu terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Setelah
bebeapa hari ruam muncul pada daerah kulit yang berhubungan dengan syaraf yang
meradang. Lepuh kecil terbentuk dan berisi cairan. Kemudian lepuh pecah dan
berkeropang. Jika lepuh digaruk, infeksi akan terjadi. Ini membutuhkan pengobatan
dengan antibiotic dan mungkin menimbulkan bekas.
Penelitian baru tehadap Odha menemukan bahwa angka herpes zoster tertinggi terjadi
pada :
a. Laki-laki gay dan biseks
b. Orang di bawah usia 29 tahun
c. Orang dengan kadar CD4 di bawah 500
d. Orang kulit putih
Bila kekebalan tubuh menurun maka virus akan aktif kembali. Virus varisela
zoster berkembang biak, merusak, menyebabkan peradangan dan kemudian
menyebar menuju kulit serta menimbulkan gangguan kulit yang lebih parah.
Sekalipun belum pernah mengalami cacar air dapat saja terkena Herpes zoster. Hal ini
disebabkan karena virus varisela zoster dapat langsung menular. Caranya :
a. Kontak langsung dengan kulit penderita Herpes zoster
b. Melalui udara masuk mukosa saluran pernapasan bagian atas
2. ETIOLOGI
Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 adalah
penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. Herpes
simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun belakangan diketahui lagi,
bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan infeksi pada kelamin, begitu pula virus
tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.
Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster . virus
varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm.
Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein–virion yang lengkap dengan diameternya
150–200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas
virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic , deterjen, enzim proteolitik,
panas dan suasana Ph yang tinggi

3. KLASIFIKASI
Sebagian besar orang yang terkena penyakit herpes terlambat mengetahui jika
dirinya terinfeksi bahkan tidak sadar dapat menyebarkannya. Penularan penyakit
herpes melalui Infeksi herpes simpleks ditularkan dari orang ke orang melalui
hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Proses penularan bisa saja
terjadi meski tak ada luka pada penderita penyakit herpes yang terbuka. Penggolongan
penyakit herpes didasarkan atas jenis virus yang menginfeksi yaitu herpes simpleks
dan herpes zoster.
a. Herpes simpleks terbagi 2 , yaitu virus herpes simpleks tipe I (HSV-I) dan herpes
simpleks virus tipe II (HSV-II). Herpes yang mengenai daerah mulut dan
sekitarnya adalah HSV-I (Herpes Labialis) sedangkan Herpes yang menginfeksi
kulit didaerah vagina merupakan HSV-II (Herpes Genitalis) yang penularannya
melalui hubungan seksual yang menimbulkan , gatal-gatal dan nyeri di daerah
genital, dengan kulit dan selaput lendir yang menjadi merah.
b. Herpes zoster disebabkan oleh virus Varicella zoster, yaitu virus yang juga
menyebabkan cacar air. Gejalanya khas, yaitu timbul gelembung-gelembung
kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah
persyarafan tertentu. Gelembung – gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah
sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri. Penyakit ini bukan penyakit kelamin,
dan dapat sembuh sempurna Penyakit Herpes yang disebabkan oleh virus herpes
simpleks tipe 1 adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di
sekeliling mulut. Herpes simpleks-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin.
Namun belakangan diketahui lagi, bahwa virus tipe 1 juga dapat menyebabkan
infeksi pada kelamin, begitu pula virus tipe 2 dapat menginfeksikan daerah mulut
melalui hubungan seks. Penyakit Herpes genitalis berpotensi menyebabkan
kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes
kelamin aktif disaat melahirkan maka dianjurkan melahirkan dengan bedah caesar.
Orang dengan herpes simpleks aktif sebaiknya sangat hati-hati waktu
berhubungan seks agar menghindari infeksi HIV. Orang dengan HIV dan herpes
simpleks bersama juga sebaiknya sangat hati-hati waktu terjangkit herpes aktif.
Pada waktu itu, viral load HIV-nya biasanya lebih tinggi, dan hal ini dapat
meningkatkan kemungkinan HIV ditularkan pada orang lain.

4. PATOFISIOLOGI
Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini
pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan
dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan
asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial
System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya
lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian
virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris
dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam
darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada
saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah
reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.
Patofisiologi herpes simpleks masih belum jelas, ada kemungkinan :
a. Infeksi primer akibat transmisi virus secara langsung melalui jalur neuronal dari
perifer ke otak melalui saraf Trigeminus atau Offactorius.
b. Reaktivitas infeksi herpes virus laten dalam otak.
c. Pada neonatus penyebab terbanyak adalah HSV-2 yang merupakan infeksi dari
secret genital yang terinfeksi pada saat persalinan.
5. MANIFESTASI KLINIS
Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa gejala herpes terkadang tidak
menunjukkan gejala sama sekali namun perlu dipahami bahwa jika seseorang
terinfeksi herpes virus memang kadang bersifat silent (tidak terasa) namun dalam
melakukan interpretasi hasil laboratorium juga perlu diwaspadai karena yang diukur
adalah bukan kadar virusnya secara secara langsung akan tetapi kadar antibodinya.
Meskipun demikian kita dapat mengenali gejala penyakit herpes sesaat setelah
terinfeksi HSV, biasanya gejala awal ditandai dengan suhu badan yang meningkat
(demam) , kerongkongan kering dan terasa sakit, pening, kelelahan dan sebagainya
seperti yang terjadi pada orang demam dan flu. Hal itu terjadi karena sistim imun
pada yang orang terinfeksi HSV tidak siap untuk memerangi infeksi yang timbul.
Setelah itu akan masuk ke tahap selanjutnya dengan timbulnya rasa gatal yang panas
disertai lepuhan-lepuhan kecil yang berderet-deret pada permukaan kulit. Penyebaran
herpes akan semakin cepat terutama jika sering digaruk dan menimbulkan iritasi pada
kulit atau menimbulkan luka.
3-4 hari sebelum timbulnya herpes zoster, penderita merasa tidak enak badan,
menggigil, demam, mual, diare atau sulit berkemih. Penderita lainnya hanya
merasakan nyeri, kesemutan atau gatal di kulit yang terkena. Muncul sekumpulan
lepuhan kecil berisi cairan dikelilingi oleh daerah kemerahan. Lepuhan ini hanya
terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena. Lepuhan paling
sering muncul di batang tubuh dan biasanya hanya mengenai satu sisi. Daerah yang
terkena biasanya peka terhadap berbagai rangsangan (termasuk sentuhan yang sangat
ringan) dan bisa terasa sangat nyeri.

Lepuhan mulai mongering dan membentuk keropeng pada hari kelima setelah
muncul. Lepuhan mengandung virus herpes zoster yang jika ditularkan bisa
menyebabkan cacar air. Lepuhan yang tua atau menetap lebih dari 2 minggu biasanya
menunjukkan bahwa system kekebalan penderita tidak berfungsi sebagaimana
mestinya. Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan tanpa meninggalkan
gejala sisa. Tetapi bisa terbentuk jaringan parut yang luas meskipun tidak terjadi
infeksi bakteri sekunder. Jika mengenai saraf wajah yang menuju ke mata bisa
menimbulkan masalh yang cukup serius. Sebelum timbul gejala kulit, terdapat gejala
awal berupa :
1. Demam
2. Pusing
3. Lemas
4. Nyeri otot-tulang
5. Gatal
6. Pegal
7. Kulit kebas
Gejala awal yang terlihat pada kulit adalah bercak kemerahan. Dalam 12-24
jam muncul kelompok bintil-intil berair di atas kulit yang kemerahan tersebut dan
akan tumbuh terus selama 7 hari. Kemudian berair tersebut berubah menjadi bintil
bernanah dan selanjutnya mongering. Selain kulit herpes zoster juga bisa menyerang
selaput mukosa dalam bentuk sariewan dan luka yang sangat parah.

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk
membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herps simplex :
a. Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat
membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
b. Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan
diagnosis herpes virus.
c. Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit.
d. Pemeriksaan histopatologik.
e. Pemerikasaan mikroskop electron.
f. Kultur virus
g. Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)
h. Deteksi antibody terhadap infeksi virus

Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat dilakukan
secara virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan tersebut adalah
sebagai berikut :
a. Virologi
1. Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada
permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi
(Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel
yang membesar menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. Pada
percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan
sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear.
2. Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen
dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Kemudian pemeriksaan dilakukan
dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik) tetapi,
pemeriksaan ini tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus.
3. PCR, Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan
kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur
yang hanya 75 %). Tetapi penggunaannya dalam mendiagnosis infeksi HSV
belum dilakukan secara reguler, kemungkinan besar karena biayanya yang
mahal. Tes ini biasa digunakan untuk mendiagnosis ensefalitis HSV karena
hasilnya yang lebih cepat dibandingkan kultur virus.
4. Kultur Virus, Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah
cara yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan
cara-cara lain. HSV dapat berkembang dalam 2 sampai 3 hari. Jika tes ini (+),
hampir 100% akurat, khususnya jika cairan berasal dari vesikel primer
daripada vesikel rekuren. Pertumbuhan virus dalam sel ditunjukkan dengan
terjadinya granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti
banyak. Sejak virus sulit untuk berkembang, hasil tesnya sering (-). Namun
cara ini memiliki kekurangan karena waktu pemeriksaan yang lama dan biaya
yang mahal.
b. Serologi
Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang mempunyai
gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus negatif, sebagai
konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan gejala- gejala herpes genital,
menentukan apakah pasangan seksual dari orang yang terdiagnosis herpes genital
juga terinfeksi dan orang yang mempunyai banyak pasangan sex dan untuk
membedakan dengan jenis infeksi menular sexual lainnya. Sample pada
pemeriksaan serologi ini diambil dari darah atau serum.

7. KOMPLIKASI
Terdapat beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya reaktivasi herpes
diantaranya adalah :
Stress, kelelahan yang berlebihan dan menstruasi. Penyakit Herpes pun sangat
bervariasi. Bila dalam keadaan akut bisa menyebabkan perasaan kulit sangat nyeri dan
terbakar atau sebaliknya pasien tidak tahu sama sekali bila dirinya telah terjangkit
virus herpes karena dalam beberap kondisi bersifat silent.
1. Nyeri
Nyeri adalah gejala yang dialami penderita herpes zoster di awal dan akhir
penyakit.
a. Nyeri akut dialami penderita sebelum keluar kelainan kulit dan pada saat
kelainan kulit muncul
b. Nyeri setelah herpes Zoster (NPH) disebut nyeri persisten, adalah nyeri yang
timbul pada daerah bekas penyembuhan lebih dari sebulan setelah Herpes
sembuh. Nyeri ini sering dialami penderita herpes berumur lebih dari 50 tahun
dan mengalami herpes pada wajah.
2. Mata
Komplikasi mata bisa terjadi bila ada gangguan saraf cabang pertama Nervus
Trigemus. Masuknya virus menyebabkan peradangan dan pembengkakan pada
saraf sehingga sering ditemukan gangguan mata berupa konjungtivitis, ptosis
paralitik, Keratitis epithelial, skleritis, iridosiklitis, uveitis dan glukoma.
3. Sindrom Ramsay Hunt
Akibat gangguan saraaf wajah dan saraf otikus, penderita herpes akan
mengalami lumpuh otot wajah (paralisis bell), telinga berdenging, sakit kepala
seperti berputar, gangguan pendengaran dan mual. Hal ini cenderung terjadi dalam
2 minggu sejak kelainan kulit muncul, umumnya dapat sembuh spontan.

8. PENATALAKSANAAN MEDIS
Masalah pengobatan penyakit herpes, kita harus melihat tujuannya, apakah
untuk mengatasi infeksi akut atau ketika terjadi reaktifitasi saja. Bila ada gelembung
pada daerah genital, termasuk yang akut dan membutuhkan pengobatan segera. Pasien
bisa diberikan Acyclovir selama 7-10 hari dengan dosis 2X1000 mg atau 5X200 mg.
Sedangkan kasus herpes reaktivitasi bisa diberikan dengan dosis yang sama selama 5
hari.
Sementara untuk valasiklovir dapat diberikan 2X1000 mg pada fase akut atau
2X500 mg pada fase reaktivasi. Selain itu penggunaan obat-obatan imunomodulator
seperti IM-BOOST umumnya ditujukan untuk memodulasi system imun untuk
membantu percepatan penyembuhan inveksi virus. (dr. Kanadi Sumapraja,
SpOG,M.Sc) dan untuk perawatan hindari menggaruk pada daerah yang terinfeksi dan
membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering.
Secara teori dalam penyembuhan dengan hijama atau yang sudah kami up
gread dengan konsep ODT (oxidant drainage therapy) seorang penderita penyakit
Herpes ) adalah karena adanya timbunan oxidant di daerah Kulit bisanya di daerah
yang lembab seperti lipatan ketiak,selangkangan dan daerah kelamin tapi kadang juga
di kulit yang terbuka seperti di kulit wajah atau punggung sehingga terjadi peradangan
kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok.
Gelembung-gelembung ini berisi air pada dasar peradangan kemudian daerah yang
bergelembung ini akan timbul rasa nyeri yang luarbiasa karena syaraf ujung megalami
peradangan tertekan oleh oxidant.Dengan dikeluarkan oxidant yang terkumpul dan
menekan syaraf ujung dan rasa nyerin yang luar biasa akibat herpes ini akan spontan
hilang setelah terapi ODT (oxidant drainage therapy).
Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasuk membersihkan
lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering. Gentian violet dapat
dioleskan pada luka. Penyakit ini juga diobati dengan asiklovir yang diminu 5x sehari
atau jika penyakitnya parah bisa diberikan lewat infus. Dua obat yang lebih baru yaitu
famsiklovir dan valasiklovir kelihatannya lebih efektif terhadap ras nyeri yang timbul
akibat herpes zoster dan hanya perlu diminum 3x sehari. Ada juga suatu pengobatan
baru adalah tempelan obat bius yang dapat ditempelkan langsung pada kulit. Dapat
juga digunakan beberapa jenis obat penawar nyeri.
Herpes harus ditangani secara serius mengingat virus varisela zoster dapat
bertahan lama di dalam tubuh.
Metode pengobatan yang dapat dilakukan adalah :
a. Pengobatan topical
Pengobatan topical dengan antivirus untuk penyakit herpes zoster cenderung
tidak efektif, sehingga tidak menyembuhkan. Pengobatan topical sangat
ditentukan oleh stadium penyakit yaitu stadium bintil berair yang bertujuan
protektif untuk mencegah bintil-bintil berair menjadi pecah dengan cara dibedaki.
Bila telah terjadi luka akan diberikan salep antibiotic untuk mencegah infeksi.
b. Pengobatan sistemik
Pengobatan oral berupa antivirus, biasabya harus dikonsumsi 3x sehari selama
paling tidak 7 hari berturut-turut tanpa terhenti.

Anda mungkin juga menyukai