Anda di halaman 1dari 33

MODUL 2 PERENCANAAN PROSES

2.1 TUJUAN PRAKTIKUM


Setelah menyelesaikan modul perencanaan proses, peserta proyek PTI 1
diharapkan mampu :
1. Menyusun operasi-operasi yang diperlukan untuk merakit dan
merancang metode kerja untuk melaksanakan operasi perakitan tersebut
2. Menyusun Bill of Material produk dalam bentuk bagan dan tabel.
3. Membuat Assembly Chart produk
4. Membuat Precedences Diagram produk
5. Membuat Operation Process Chart produk
2.2 PROSEDUR PRAKTIKUM
1. Berdasarkan informasi part list yang diberikan saat praktikum berupa:
part number, deskripsi part, kuantitas yang dibutuhkan, satuan,
keputusan make or buy. Susunlah Bill of Material (BOM) dalam bentuk
bagan dan tabel untuk kedua model kursi.
2. Simulasikan perakitan part-part kursi berdasarkan BOM yang ada dan
diskusikan nama dan berapa banyak operasi yang berlangsung dalam
proses perakitan kedua model kursi tersebut.
3. Diskusikan dengan anggota kelompok Anda untuk menentukan berapa
stasiun kerja yang dibutuhkan dalam melakukan operasi-operasi
perakitan masing-masing model kursi sesuai hasil langkah 2. Jumlah
stasiun kerja yang terbentuk ini selanjutnya disebut sebagai lini
perakitan pada kondisi awal.
4. Diskusikan dengan anggota kelompok untuk mengatur posisi part-part
pada masing-masing stasiun kerja dan dokumentasikan dalam bentuk
foto layout part.
5. Diskusikan dengan anggota kelompok, kegiatan inspeksi akan dilakukan
kapan selama proses perakitan.

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 29


6. Bagi tugas dalam kelompok untuk menjadi operator pada masing-
masing stasiun kerja, pencatat data dan timer, serta bagian dokumentasi.
7. Lakukan perakitan part-part kursi berdasarkan jumlah stasiun kerja
yang terbentuk. Dokumentasikan dengan merekam seluruh kegiatan
perakitan mulai dari awal sampai akhir.
8. Hitung jarak antara part-part yang akan dirakit dengan operator pada
masing-masing stasiun kerja. Catat data tersebut pada lembar
pengamatan.
9. Buatlah Assembly Chart dan Precedences Diagram untuk masing-
masing model kursi dengan melihat rekaman video kegiatan perakitan.
10. Berdasarkan data-data yang akan diberikan pada saat praktikum modul 2
berupa urutan dan waktu permesinan dari komponen-komponen kursi,
pertimbangan kegiatan inspeksi yang akan dilakukan, dan kegiatan
perakitan yang telah dilakukan langsung di laboratorium, buatlah
Operation Process Chart untuk masing-masing model kursi.
2.3 PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA
2.3.1 Pengumpulan data
a. Kursi A
 Part List
Tabel 2.1 Part List Kursi A
Kode Kuantitas Dimensi
No Nama Part Material Keterangan
part / Unit Komponen (cm)
1 KBL Kaki Belakang 1 Kayu Kamper 96 x 6 x 4 Buat
2 KBR Kaki Belakang 1 Kayu Kamper 96 x 6 x 4 Buat
3 KDL Kaki Depan 1 Kayu Kamper 43 x 6 x 4 Buat
4 KDR Kaki Depan 1 Kayu Kamper 43 x 6 x 4 Buat
5 TD1 Tempat Duduk 1 1 Kayu Kamper 32.3 x 6 x 2.5 Buat
6 TD2 Tempat Duduk 1 1 Kayu Kamper 41 x 20 x 2.5 Buat
7 TD3 Tempat Duduk 1 1 Kayu Kamper 41 x 20 x 2.5 Buat
8 PSAR Penguat Samping Atas Kanan 1 Kayu Kamper 4 x 6 x 40 Buat
9 PSBR Penguat Samping Bawah Kanan 1 Kayu Kamper 40 x 6 x 4 Buat
10 PSAL Penguat Samping Atas kiri 1 Kayu Kamper 40 x 6 x 4 Buat
11 PSBL Penguat Samping Bawah Kiri 1 Kayu Kamper 40 x 6 x 4 Buat
12 SD Sandaran 1 Kayu Kamper 32.3 x 20 x 2.5 Buat
13 PDA Penguat Depan Atas 1 Kayu Kamper 38 x 6 x 4 Buat

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 30


14 PDA Penguat Belakang Atas 1 Kayu Kamper 38 x 6 x 4 Buat
15 PDB Penguat Depan Bawah 1 Kayu Kamper 38 x 3 x 2 Buat
16 PBB Penguat Belakang Bawah 1 Kayu Kamper 38 x 6 x 4 Buat
17 SK Sekrup 1 Kayu Kamper ᶲ 0.4 panjang 5 Beli

 Assembly List
Tabel 2.2 Assembly List Kursi A

Stasiun Kerja Kode Assembly Keterangan


A SIA + S4A5 + Sekrup
SK 4
S4A5 TD1 +TD2 + TD3 + SD
S1A1 S2A1 + S4A4
SK3
S4A4 PDB + PDA
S2A1 S3A1 + S4A3
SK2
S4A3 KDL + PSBL + PSAL
S3A1 S4A1 + S4A2
SK1 S4A1 KDR + PSBR + PSAR
S4A2 KBR + KBL + PBB + PBA

 Data Permesinan
Tabel 2.3 Data Permesinan Kursi A

Pembuatan
Nama part Potong Serut Belah Perlubangan Pengeboran Penghalusan
Purus
Kaki belakang kiri 15 8 47 5 52
Kaki belakang kanan 15 8 47 5 52
TD 1 30 5 20 8 66
TD 2 12 5 5 48
TD 3 12 5 5 48
PSA Kiri 15 8 60 4 52
PSA Kanan 15 8 60 4 52
PSB Kiri 15 8 60 10 52
PSB Kanan 15 8 60 10 52
Sandaran 12 8 5 48
PD Atas 15 8 60 5 52
PB Atas 15 8 60 5 52
Kaki depan kiri 15 8 47 5 52
Kaki depan kanan 15 8 47 5 52
PD Atas 30 8 60 10 52
PB Atas 15 8 60 10 52

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 31


 Data Mesin
Tabel 2.4 Data Mesin Kursi A

Proses Penyelesaian Nama Mesin


Pemotongan
Penyerutan Multipurpose
Pembelahan
Pelubangan Mortiser
Pembuatan Purus Band Saw
Pengeboran Bor
Penghalusan Sander

b. Kursi B
 Part List
Tabel 2.5 Part List Kursi B
Kuantitas / Dimensi
No Kode part Nama Part Material Keterangan
Unit Komponen (cm)
1 KBL Kaki Belakang Kiri 1 Kayu Kamper 89.5 x 2.5 x 4.5 Buat
Kaki Belakang
2 KBR 1 Kayu Kamper 89.5 x 2.5 x 4.5 Buat
Kanan
3 KDL Kaki Depan Kiri 1 Kayu Kamper 45 x 2.5 x 4.5 Buat
4 KDR Kaki Depan kanan 1 Kayu Kamper 45 x 2.5 x 4.5 Buat
5 TD Tempat Duduk 1 Kayu Kamper 48 x 44 x 1.4 Buat
6 SD Sandaran 1 Kayu Kamper 42 x 13 x 1.7 Buat
Penyangga Tempat
7 PTD 1 Kayu Kamper 12 x 2.5 x 4.3 Buat
Duduk
Penyangga Tempat
8 PTD 1 Kayu Kamper 12 x 2.5 x 4.3 Buat
Duduk
9 PK Paku 1 Kayu Kamper Beli

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 32


 Assembly List
Tabel 2.6 Assembly List Kursi B

Stasiun Kerja Kode Assembly Keterangan


SK3 A SD + S1A1
SK2 S1A1 KD2 + S2A1
S2A1 KD1 + S3A1
S3A1 KB2 +S5A1
S4A1 KB1 + S5A2
SK1 S5A1 TD + S5A2
S6A1 PTDI + PTD2

 Data Permesinan
Tabel 2.7 Data Permesinan Kursi B

Data Permesinan Potong Serut Perlubangan Pembuatan Purus Penghalusan


Kaki belakang kiri 15 30 50 40
Kaki belakang kanan 15 30 50 40
Kaki depan kiri 15 20 50 50
Kaki depan kanan 15 20 50 50
Tempat duduk 30 35 50 30 65
Sandaran 15 15 40 20
Penyangga tempat duduk 25 20 60 60 10
Penyanggga tempat duduk 25 20 60 60 10

 Data Mesin
Tabel 2.8 Data Mesin Kursi B

Proses Penyelesaian Nama Mesin


Pemotongan
Penyerutan Multipurpose
Pembelahan
Pelubangan Mortiser
Pembuatan Purus Band Saw
Pengeboran Bor
Penghalusan Sander

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 33


2.3.2 Pengolahan Data
2.3.2.1 Bill Of Material
Menurut Sritomo (1995), Bill of Material adalah
penggambaran komponen – komponen atau part produk
dalam sebuah hubungan parent atau child, atau penggambaran
komponen dengan level – level yang lebih rendahnya lagi.
BOM juga merupakan suatu struktur yang dapat digunakan
Master Production Schedule dalam penentuan gross
requirement subassemblies, komponen, dan part untuk suatu
produk.
1. Bill Of Material Bagan (Struktur Produk)
A. Produk Kursi A

Gambar 2.1 Struktur Produk Kursi A

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 34


Interpretasi:
Dari struktur produk pada gambar 2.1 dapat diketahui struktur
dalam perakitan kursi A. Dalam struktur produk tersebut
terdapat 5 tingkatan level struktur produk. Pada level 0 berupa
kursi A, sedangkan pada level 1 terdapat sub 1 assembly 1 dan
sub 4 assembly 5. Level 2 terdapat sub 2 assembly 1 dengan
sub 4 assembly 4. Untuk level 3 terdiri dari sub 3 assembly 1
dan sub 4 assembly 3. Pada level 4 terdiri dari sub 4 assembly
1 dan sub 4 assembly 2. Dan level terakhir terdiri dari kaki
belakang kiri, kaki belakang kanan, penguat belakang atas,
penguat belakang bawah kemudian kaki depan kanan dan
penguat samping bawah kanan dan kiri.

B. Produk Kursi B

Gambar 2.2 Struktur Produk Kursi B

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 35


Dari struktur produk pada gambar 2.2 dapat diketahui struktur
dalam perakitan kursi A. Dalam struktur produk tersebut
terdapat 7 tingkatan level struktur produk. Pada level 0 berupa
kursi B, sedangkan pada level 1 terdapat sub 1 assembly 1 dan
SD. Level 2 terdapat sub 2 assembly 1 dan KD2. Level 3
terdapat sub 3 assembly 1 dan KD1. Level 4 terdapat sub 4
assembly 1 dan KB2. Level 5 terdapat sub 5 assembly 1 dan
KB1. Level 6 terdapat sub 6 assembly 1 dan TD. Level 7
terdapat PTD 1 dan PTD 2.

2. Bill Of Material Tabel


A. Produk Kursi A

Tabel 2.9 Bill of Material Kursi A


Quantity
Part Unit of
Description For Each Decision Picture
Number Measure
Assembly

Kaki
KBL 1 Unit Make
Belakang

Kaki
KBR 1 Unit Make
Belakang

KDL Kaki Depan 1 Unit Make

KDR Kaki Depan 1 Unit Make

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 36


Tempat
TD1 1 Unit Make
Duduk 1

Tempat
TD2 1 Unit Make
Duduk 1

Tempat
TD3 1 Unit Make
Duduk 1

Penguat
PSAR Samping 1 Unit Make
Atas Kanan

Penguat
Samping
PSBR 1 Unit Make
Bawah
Kanan

Penguat
PSAL Samping 1 Unit Make
Atas kiri

Penguat
PSBL Samping 1 Unit Make
Bawah Kiri

SD Sandaran 1 Unit Make

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 37


Penguat
PDA 1 Unit Make
Depan Atas

Penguat
PBA Belakang 1 Unit Make
Atas

Penguat
PDB Depan 1 Unit Make
Bawah

Penguat
PBB Belakang 1 Unit Make
Bawah

SK Sekrup 1 Unit Buy

Interpretasi:
Berdasarkan bill of material (BOM) steker oval maka dapat diketahui
informasi – informasi part produk steker model oval. Dalam BOM
terdapat informasi kode produk berdasarkan level perakitan, deskripsi
produk, jumlah part, unit of measure, decision, dan gambar part.

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 38


2. Bill Of Material Produk Kursi B

Tabel 2.10 Bill of Material Kursi B


Quantity
Part Unit Of
Description For Each Decision Picture
Number Measure
Assembly

A S1A1+SD 1 Unit Make

SD Sandaran
1 Unit Make

S1A1 S2A1+KDL 1 Unit Make


KDL Kaki Depan
Kiri 1 Unit Make

S2A1 S3A1+KDR 1 Unit Make


KDR Kaki depan
kanan 1 Unit Make

S3A1 S4A1+KBR 1 Unit Make

Kaki belakang
KBR 1 Unit Make
kanan

S4A1 S5A1+KBL 1 Unit Make

Kaki belakang
KBL 1 Unit Make
kiri

S5A1 S5A2+TD 1 Unit Make

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 39


TD Tempat duduk 1 Unit Make

S5A2 PTD1+PTD2 1 Unit Make

Penyanggah
PTD 2 Unit Make
tempat duduk

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 40


2.3.2.2 Assembly Chart
Diagram rakitan merupakan grafis urutan aliran perakitan
suatu produk sehingga dapat diketahui komponen pembentuk
suatu produk, urutan perakitan komponen, dan keterkaitan
komponen.
1. Assembly Chart Kursi A

Gambar 2.3 Assembly Chart Kursi A

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 41


Keterangan assembly chart dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.13 Keterangan Assembly Chart Kursi A


Perakitan Deskripsi
Assembly
ke - i
Sub (4) Assembly (1) Merakit KBL, KBR, PBB, dan PBA
1
(S4A1)
Sub (4) Assembly (2) Merakit KDR, PSBR, dan PSAR
2
(S4A2)
Sub (3) Assembly (1) Merakit (S4A1) dan (S4A2)
3
(S3A1)
Sub (4) Assembly (3) Merakit KDL, PSBL, dan PSAL
4
(S4A3)
Sub (2) Assembly (1) Merakit (S3A1) dan (S4A3)
5
(S2A1)
Sub (4) Assembly (4) Merakit PDB dan PDA
6
(S4A4)
Sub (1) Assembly (1) Merakit (S2A1) dan (S4A4)
7
(S1A1)
Sub (4) Assembly (5) Merakit TD 1, TD 2, TD 3, dan SD
8
(S4A5)

9 A Merakit (S1A1) dan (S4A5)

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 42


2. Assembly Chart Kursi B

Gambar 2.4 Assembly Chart Kursi B

Keterangan assembly chart dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.14 Keterangan Assembly Chart Kursi A


Perakitan Deskripsi
Assembly
ke - i
Sub (6) Assembly (1) Merakit PTD 1 dan PTD 2
1
(S6A1)
Sub (5) Assembly (1) Merakit (S6A1) dan TD
2
(S5A1)

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 43


Sub (4) Assembly (1) Merakit (S5A1) dan KB 1
3
(S4A1)
Sub (3) Assembly (1) Merakit (S4A1) dan KB 2
4
(S3A1)
Sub (2) Assembly (1) Merakit (S3A1) dan KD 1
5
(S2A1)
Sub (1) Assembly (1) Merakit (S2A1) dan KD 2
6
(S1A1)

9 A Merakit (S1A1) dan SD

2.3.2.3 Precedences Diagram


Ada dua pendekatan dalam hal menggambarkan diagram
jaringan kerja. Yang pertama, kegiatan/aktivitas digambarkan
dalam simpul (node), Activity On Node (AON), dimana anak
panah menyatakan hubungan antara aktivitas-aktivitas. Yang
kedua, aktivitas digambarkan dengan anak panah, Activity On
Arrow (AOA). Pada praktikum kali ini, precedence diagram
yang digunakan yaitu dengan pendekatan Activity On Node
(AON).

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 44


1. Kursi A

2. Kursi B

2.3.2.4 Operation Proses Chart


Merupakan peta kerja yang lebih detail daripada diagram
rakitan yaitu dengan adanya informasi lain seperti bahan dasar
komponen, urutan operasi komponen, yang termasuk
didalamnya : alat bantu produksi, waktu pengerjaan, mesin
yang digunakan dan scrap terbuang.

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 45


A. Operation Process Chart Kursi A

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 29


Kode Proses Operasi Waktu (s)

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-1
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-2
permukaan kayu
O-3 Pelubangan kayu untuk merakit 47

Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5


O-4
mortiser
O-5 Penghalusan permukaan part kayu 52

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-6
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-7
permukaan kayu
O-8 Pelubangan kayu untuk merakit 47

Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5


O-9
mortiser
O - 10 Penghalusan permukaan part kayu 52

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O - 11
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O - 12
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 60
O - 13
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 10
O - 14

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 29


mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-15

Perakitan antara pengaman belakang bawah dan


O-16
kaki belakang kiri
Perakitan antara O-17 dengan kaki belakang
O-17
kanan
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15
O-18
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-19
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 60
O-20
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5
O-21
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-22

Perakitan pengaman bagian atas dengan operasi


O-23
17.
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15
O-24
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-25
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit 47
O-26

Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5


O-27
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-28

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-29
diinginkan

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 30


Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-30
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 60
O-31
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 10
O-32
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-33

Perakitan antara kaki depan kanan dengan


O-34
penguat samping bawah kanan.
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15
O-35
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-36
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 60
O-37
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 4
O-38
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-39

Perakitan antara operasi ke 34 dengan penguat


O-40
samping atas kanan.
Perakitan yang dioperasi 23 dengan operasi 40
O-41

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-42
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-43
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit 47
O-44

Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5


O-45

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 31


mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-46

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-47
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-48
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 60
O-49
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 10
O-50
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-51

Perakitan antara kaki depan kiri dengan penguat


O-52
bawah samping kiri
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15
O-53
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-54
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 80
O-55
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 4
O-56
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-57

Perakitan antara operasi ke 52 dengan penguat


O-58
samping atas kiri
Perakitan antara operasi ke 52 dengan operasi 41
O-59

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 30


O-60
diinginkan

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 32


Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-61
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 60
O-62
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 10
O-63
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-64

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-65
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-66
permukaan kayu
Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 60
O-67
mesin band saw
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5
O-68
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 52
O-69

Perakitan antara penguat depan atas dengan


O-70
penguat depan bawah
Perakita operasi ke 70 dengan operasi ke 59
O-71

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 30


O-72
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 5
O-73
permukaan kayu
Membelah kayu sesuai dengan yang diinginkan 20
O-74
dengan menggunakan mesin multipurpose
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5
O-75
mortiser

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 33


Penghalusan permukaan part kayu 66
O-76

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 12


O-77
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 5
O-78
permukaan kayu
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5
O-79
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 48
O-80

Perakitan antara tempat duduk 1 dan tempat


O-81
duduk 2
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 12
O-82
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 5
O-83
permukaan kayu
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5
O-84
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 48
O-85

Perakitan antara operasi ke 81 dengan tempat


O-86
duduk 3
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 12
O-87
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-88
permukaan kayu
Pengeboran kayu dengan menggunakan mesin 5
O-89
mortiser
Penghalusan permukaan part kayu 48
O-90

Perakitan antara operasi ke 86 dengan sandaran


O-91

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 34


Perakitan operasi ke 91 dengan operasi ke 71
O-92
yanng menambahkan sekrup.
Inspeksi part kaki belakang kanan
I-1

Inspeksi part kaki belakang kiri


I-2

Inspeksi part penguat bawah bawah


I-3

Inspeksi part penguat bawah atas


I-4

Inspeksi part kaki depan kanan


I-5

Inspeksi part penguat samping bawah kanan


I-6

Inspeksi penguat samping atas kanan


I-7

Inspeksi part kaki depan kiri


I-8

Inspeksi part penguat samping belakang kiri


I-9

Inspeksi part penguat samping atas kiri


I-10

Inspeksi part penguat depan bawah


I-11

Inspeksi part penguat depan atas


I-12

Inspeksi part tempat duduk 1


I-13

Inspeksi part tempat duduk 2


I-14

Inspeksi part tempat duduk 3


I-15

Inspeksi part sandaran


I-16

Inspeksi produk jadi.


I-17

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 35


PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 36
B. Operation Process Chart Kursi B

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 29


Kode Proses Operasi Waktu (s)

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-1
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 20
O-2
permukaan kayu
O-3 Pelubangan kayu untuk merakit 60

Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 5


O-4
mesin band saw
O-5 Penghalusan permukaan part kayu 52

Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15


O-6
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-7
permukaan kayu
O-8 Pelubangan kayu untuk merakit 47

Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 5


O-9
mesin band saw
O - 10 Penghalusan permukaan part kayu 52

Perakitan penyangga tempat duduk A dan 15


O - 11
penyangga tempat duduk B
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 8
O - 12
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 60
O - 13
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit 10
O - 14

Pembuatan purus pada part kayu menggunakan 52


O-15
mesin band saw

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 29


Penghalusan permukaan part kayu
O-16

Perakitan antara sub assembly PTD dengan


O-17
tempat duduk
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 15
O-18
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 8
O-19
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit 60
O-20

Penghalusan permukaan part kayu 5


O-21

Perakitan sub assembly tempat duduk dengan 52


O-22
kaki belakang kanan.
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang
O-23
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 15
O-24
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit 8
O-25

Penghalusan permukaan part kayu 47


O-26

Perakitan sub assembly tempat duduk dengan 5


O-27
kaki belakang kiri.
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 52
O-28
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 15
O-29
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit 8
O-30

Penghalusan permukaan part kayu 60


O-31

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 30


Perakitan sub assembly tempat duduk dengan 10
O-32
kaki depan kanan.
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 52
O-33
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan
O-34
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit 15
O-35

Penghalusan permukaan part kayu 8


O-36

Perakitan sub assembly tempat duduk dengan 60


O-37
kaki depan kiri.
Proses pemotongan kayu sesuai ukuran yang 4
O-38
diinginkan
Penyerutan yang berguna untuk meratakan 52
O-39
permukaan kayu
Pelubangan kayu untuk merakit
O-40

Penghalusan permukaan part kayu


O-41

Perakitan sub assembly tempat duduk dengan 15


O-42
sandaran.
Inspeksi part penyangga tempat duduk 1
I-1

Inspeksi part penyangga tempat duduk 2


I-2

Inspeksi part tempat duduk


I-3

Inspeksi part kaki belakang kanan


I-4

Inspeksi part kaki belakang kiri


I-5

Inspeksi part kaki depan kanan


I-6

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 31


Inspeksi part kaki depan kiri
I-7

Inspeksi part sandaran


I-8

Inspeksi produk jadi


I-9

2.4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN


1. Bill of material yang telah dibuat dalam bentuk tabel dan struktur produk
digunakan untuk mengetahui informasi produk kursi A dan Kursi B.
Struktur produk untuk Kursi A dapat dilihat pada Gambar 2.1 bahwa
terdapat lima tingkatan level. Kemudian untuk tabel bill of material dapat
dilihat pada Tabel 2.9 merupakan kumpulan informasi tentang komponen
produk kursi A. Struktur produk untuk kursi B dapat dilihat pada gambar
2.2. Sedangkan untuk tabel bill of material steker kursi B dapat dilihat
pada Tabel 2.10 yang merupakan kumpulan informasi tentang komponen
kursi B. Sehingga departemen PPIC (produck planning and inventory
controling) dapat memperkirakan bahan baku produk kursi.
2. Assembly chart digunakan untuk mengetahui urutan-urutan perakitan
yang harus dirakit sehingga membentuk sub-sub assembly yang
dibutuhkan untuk membuat kursi. Assembly chart untuk kursi A dapat
dilihat pada Gambar 2.3 dan assembly chart untuk kursi B dapat dilihat
pada Gambar 2.4.
3. Precedence diagram menggambarkan hubungan aktivitas-aktivitas suatu
jaringan. Pada Gambar 2.5 merupakan precedence diagram steker model
oval dengan menggunakan tipe AON (activity on node) dengan aktivitas
pendahulu yaitu aktivitas A dan B. Sedangkan pada gambar 2.6
merupakan precedence diagram steker model L dengan menggunakan
tipe AON (activity on node) dengan aktivitas pendahulu yaitu aktivitas A.
Precedence diagram steker oval memiliki 2 aktivitas pendahulu dan

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 32


memiliki 6 aktivitas perakitan dan steker model L memiliki 1 aktivitas
pendahulu dan terdapat 5 aktivitas untuk merakit.
4. Operation process chart (OPC) dimulai dari proses pemotongan bahan
baku kayu untuk kursi hingga inspeksi produk di akhir perakitan. Pada
OPC dapat diketahui informasi untuk membuat produk kursi, informasi
tersebut mulai dari aktivitas, mesin, dan waktu. Gambar 2.7 merupakan
operation process chart dari kursi A, dari gambar tersebut dapat melihat
bagaimana membuat suatu kursi mulai dari bahan baku hingga produk
jadi yang siap untuk dijual. Sedangkan pada gambar 2.8 merupakan OPC
dari kursi B. Pada OPC kursi A terdapat 92 operasi dan 17 pemeriksaan,
sedangkan untuk steker kursi B terdapat 42 operasi dan 9 pemeriksaan.

2.5 KESIMPULAN
1. Dari metode perakitan yang ada disusunlah satu proses operasi untuk
menyusun 1 buah kursi.
2. Berdasarkan bill of material (BOM) dapat diketahui informasi – informasi
part produk kursi A dan kursi B. Dalam BOM terdapat informasi kode
produk berdasarkan level perakitan, deskripsi produk, jumlah part, unit of
measure, decision, dan gambar part. Dari BOM yang ada jumlah part
pada steker kursi A adalah 17 part dan jumlah part kursi B adalah 8 part.
3. Assembly chart digunakan untuk mengetahui urutan-urutan perakitan yang
harus dirakit sehingga membentuk sub-sub assembly yang dibutuhkan
untuk membuatkursi A dan kursi B.
4. Pada praktikum kali ini, precedence diagram yang digunakan yaitu
dengan pendekatan Activity On Node (AON). Precedence diagram steker
oval memiliki 2 aktivitas pendahulu dan memiliki 6 aktivitas perakitan
dan steker model L memiliki 1 aktivitas pendahulu dan terdapat 5
aktivitas untuk merakit.
4. Operation process chart (OPC) dimulai dari proses inspeksi bahan baku
hingga inspeksi produk di akhir perakitan. Pada OPC kursi A terdapat 92

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 33


operasi dan 17 pemeriksaan, sedangkan untuk kursi B terdapat 42 operasi
dan 9 pemeriksaan.

PRAKTIKUM PERANCANGAN TEKNIK INDUSTRI I 34

Anda mungkin juga menyukai