Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENGAMBILAN DATA HANDAUGER

Mata Kuliah Geologi Teknik

Oleh:

Kelompok/ Aslab : F1 /Fathur Rizal


Nama/ NPM : 1. Fuad M. Falah/270110140026
2. Ardika G. Gahana/270110140027
3. Iqbal J. Mufti/270110140028
4. Ananda D. Dayana/270110140029
5. Faizin M. Rizkika/270110140030
6. Priscila N. Agustina/270110140066
7. Aldila J. Purbiyantoro/270110140067
8. Adhi D. Supriadi/270110140068
9. Hany N. Shabrina/270110140069
10. Jemi S. Ahnaf/270110140070

Laboratorium Geoteknik
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI
UNIVERITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2016
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanah ditemukan dimana-mana di sekitar kita dan mempunyai arti yang
sangat penting bagi kehidupan semua makhluk hidup di muka bumi ini,
termasuk manusia. Manusia sangat bergantung pada tanah karena tanpa
adanya tanah semua makhluk hidup di muka bumi tidak akan bisa
mempertahankan hidupnya. Tanah merupakan satu rantai di antara sistem
tubuh alam yang keberadaannya tidak dengan sendirinya, proses
pembentukan dan keberadaannya sangat dipengaruh oleh faktor alam yang
lain, seperti bahan induk, iklim, topografi, atau relief, vegetasi atau
organisme, manusia, dan waktu. Tanah merupakan hasil pelapukan batuan,
dimana merupakan salah satu objek yang dipelajari dalam geologi. Masuk ke
dalam subkategori dari Geologi Teknik.

Tanah adalah bagian dari permukaan bumi yang ditandai oleh lapisan yang
sejajar dengan permukaan bumi, sebagai modifikasi oleh proses-proses fisik,
kimiawi, maupun biologis yang bekerja dibawah kondisi bermacam-macam
yangg berkerja (Thornbury, 1957). Berdasarkan keteknikan, tanah adalah
kumpulan agregat mineral alami yang dapat dipisahkan oleh adukan secara
mekanika dalam air, dengan karakteristik memiliki sifat terurai, lepas, dan
lunak, tekanan <200 psi, ukuran butir <256 mm, dan memiliki berat 40 kg.
Tanah dipengaruhi oleh faktor-faktor penentu tanah seperti: Batuan induk,
iklim, topografi, organisme, dan waktu. Tanah dapat dibedakan dalam dua
kelompok besar, yang berasal dari pelapukan (fisika dan kimia) dan yang
berasal dari bahan organik. Tanah lapukan secara genesis dikenal antara lain
tanah jenis residual dan transported.

Horizon tanah atau disebut juga lapisan tanah, bisa kita lihat dengan membuat
profil tanah itu sendiri dengan cara menggali tanah yang ukurannya sekitar
1,5 meter sampai kedalaman tertentu sesuai dengan ketebalan tanah dan
tingkat kebutuhan analisis yang akan dilakukan. Deskripsi tanah tergantung
kepada parameter yang terkait dengan material dan massa. Secara umum
klasifikasi dan deskripsi tanah berdasarkan kepada genesis, struktur,
kandungan utama, besar butir, mineralogi butiran mineral utama. Khusus
untuk tanah lebih mudah menggunakan klasifikasi standar USCS. Tujuan dari
deskripsi dan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan jenis tanah agar
diperoleh gambaran tentang sifat-sifat tanah tersebut.

1.2. Tujuan Penelitian


1. Mengetahui cara pengambilan sampel DS (Disturbed Sample) dan UDS
(Undisturbed Sample)
2. Mampu mendeskripsikan tanah
3. Mengetahui jenis tanah yang terdapat pada lokasi penelitian
4. Mengklasifikasikan tanah dari lokasi penelitian berdasarkan USCS dan
tingkat pelapukannya.

1.3. Lokasi Penelitian dan Aksesibilitas


Lokasi penelitian terletak pada koordinat S -06ᵒ 55’ 12.8” dan E 107ᵒ 47’ 28”,
secara administratif lokasi ini terletak pada Desa Cibeusi, Kecamatan
Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Daerah ini berada di belakang kampus
IPDN dan dekat dengan kampus Universitas Padjadjaran. Daerah ini terletak
pada wilayah perbukitan karena terletak berdekatan dengan kaki Gunung
Manglayang, selain itu, wilayah ini dekat dengan Gunung Geulis.

Lokasi penelitian berjarak sekitar 7 km dari kampus Universitas Padjadjaran


Jatinangor, untuk menuju lokasi penelitian terdapat dua jalur, jalur pertama
adalah dengan melewati kampus IPDN memakan waktu sekitar 25 menit
dengan sepeda motor dari Fakultas Teknik Geologi, jalur kedua adalah
dengan menggunakan jalur belakang kampus Universitas Padjadjaran
memakan waktu sekitar 20 menit dengan sepada motor dari Fakultas Teknik
Geologi. Lokasi penelitian terletak pada daerah perkebunan berbukit, yang
hampir seluruh tanahnya tertutupi oleh rumput dan semak-semak, sehingga
sebelum pengambilan sampel, perlu dibersihkan terlebih dahulu.
II. STUDI LITERATUR

2.1. Tanah dan Batuan


Berdasarkan keteknikan, tanah adalah kumpulan agregat mineral alami yang
dapat dipisahkan oleh adukan secara mekanika dalam air, dengan
karakteristik memiliki sifat terurai, lepas, dan lunak, tekanan <200 psi, ukuran
butir <256 mm, dan memiliki berat 40 kg. Sedangkan Batuan adalah agregat
mineral yang diikat oleh gaya-gaya kohesif yang permanen dan kuat,
memiliki karakteristik sifat yang padu, tekanan >200 psi, ukuran butir ≥256
mm (boulder), serta berat ≥40 kg.

Karakter keteknikan massa batuan diteliti menjadi 3 macam aspek kondisi,


yaitu:

 Fresh Intact Rock


Batuan segar, sangat padu, tidak terlapukkan, bebas dari
ketidakselarasan, dan bereaksi terhadap tekanan layaknya massa padat
yang disebut komponen atau sound rock dalam nomenklatur
keteknikan.
 Decomposed Rock
 Sudah mengalami pelapukan sehingga batuan menjadi lebih permeabel,
kompresibel, dan lemah.
 Non intact Rock
Mengalami diskontinuitas pada batuan yang menggambarkan bidang
lemah, mengontrol properti keteknikan dengan membagi massa
menjadi blok yang dipisahkan oleh retakan seperti patahan, rekahan,
bidang belah, lapisan, dan slicken side.

Tanah memiliki komponen dasar didasarkan pada ukuran butir, komponen


tanah umumnya meliputi (boulders, cobbles, gravel, batupasir, lanau,
lempung).
Gambar 1. Klasifikasi tanah berdasarkan ukuran butir.

Pengelompokkan utama yang didasarkan pada ukuran butir, karakteristik


fisika, dan komposisi adalah sebagai berikut:

1. Boulder dan cobbles (unit individu)


2. Tanah granular (meliputi kerikil, batupasir, lanau)
3. Tanah lempungan
4. Tanah organik
2.2. Klasifikasi Tanah
2.2.1. Tingkat Pelapukan
Tingkat Deskripsi
I Segar (Fresh). Tidak terlihat tanda-tanda pelapukan material
batuan, mungkin sedikit terjadi perubahan warna pada
bidang diskontinuitas utama
II Agak Lapuk (Slightly Weathered). Terjadi perubahan
warna yang menunjukkan pelapukan material batuan dan
bidang diskontinuitas. Seluruh material batuan mungkin
berubah warna karena pelapukan.
III Lapuk Sedang (Moderately Weathered) Kurang dari 50%
material batuan beralih ke tanah. Batuan segar atau sudah
berubah warna tetap ada sebagai bagian tak menerus atau
batuan inti.
IV Sangat Lapuk (Highly Weathered). Lebih dari 50% material
batuan beralih ke tanah. Batuan segar atau sudah berubah
warna tetap ada sebagai bagian tak menerus atau batuan inti.

V Lapuk Sempurna (Completely Weathered). Seluruh material


batuan telah beralih menjadi tanah. Struktur massa asli
sebagian masih ada (intact).
VI Tanah Residual (Residual Soil). Seluruh material batuan
telah beralih menjadi tanah. Struktur massa dan material
fabric telah hancur. Terjadi perubahan besar dalam volume
tetapi tanah belum mengalami transportasi berarti.
2.2.2. USCS (Unified Soil Classification System)

Gambar 2. Klasifikasi tanah berdasarkan USCS.

2.3. Handauger
Pemboran auger atau bor tangan (auger drilling) adalah suatu cara pemboran
yang dilakukan menggunakan tenaga manusia dengan cara memutar dan
menekan mata bor ke dalam tanah. Metode ini memiliki beberapa
keterbatasan, yaitu kedalaman yang dapat dicapai terbatas (kurang dari 10
meter), membutuhkan banyak tenaga, waktunya relatif lama.

Ada banyak jenis mata bor Auger, antara lain:

 Regular Soil Auger: digunakan untuk ssemua tipe tanah dan untuk
mengambil distrubed soil sample di dekat permukaan;
 Clay Auger: digunakan pada tanah lempung yang sangat kohesif;
 Sand Auger: digunakan pada tanah pasir yang tidak kohesif atau pada
tanah kering;
 Stony Soil Auger: digunakan pada tanah yang memiliki kandungan
gravel yang tinggi; dll.

Adapun tujuan-tujuan yang akan dicapai dari pekerjaan pemboran auger atau
bor tangan yaitu:

 Untuk memperoleh gambaran dan informasi tentang susunan lapisan


(stratifikasi) tanah;
 Untuk memperoleh contoh (sample) tanah baik contoh tanah terganggu
(disturbed sample) maupun contoh tanah tidak terganggu (undisturbed
sample).

Contoh Tanah Terganggu (Disturbed Soil Sample), yaitu contah tanah dimana
pada kegiatan pengambilannya, struktur tanah tersebut tidak dilindungi,
sehingga strukturnya menjadi terganggu atau tidak sesuai lagi dengan struktur
aslinya. Contoh Tanah Tidak Terganggu (Undisturbed Soil Sample), yaitu
contah tanah dimana pada kegiatan pengambilannya, struktur tanah tersebut
dilindungi, sehingga strukturnya tidak terganggu dan sesuai dengan struktur
aslinya. Keuntungan menggunakan metode Hand Auger adalah auger
berbentuk single unit yang terdiri dari kepala auger/mata bor, rod/bantang,
dan stang yang cocok untuk digunakan dalam proses pengambilan sampel.
selain itu mudah dan cepat dalam penggunaannya, dapat memotong batu-batu
yang keras, mudah dibersihkan dan kokoh, dll.

Berikut alat-alat yang digunakan dalam pengambilsan sampel DS (Disturbed


Sample) dan UDS (Undisturbed Sample)

A. DS (Disturbed Sample)
Gambar 3. Peralatan yang dipakai dalam pengambilan sample DS.
B. UDS (Undisturbed Sample)

Gambar 4. Peralatan yang dipakai dalam pengambilan sampel UDS.


III. METODE PENELITIAN

3.1. Survey Lokasi dan Perizinan


Survei lokasi penelitian dilakukan sehari sebelum penelitian, dilakukan
untuk mengetahui kondisi dan akesibilitas. Survei lokasi ditentukan
berdasarkan koordinat masing-masing setiap kelompok, koordinat
kelompok F1 terletak pada S -06ᵒ 55’ 12.8” dan E 107ᵒ 47’ 28”,
pencocokan koordinat dilakukan menggunakan GPS.

Lokasi pada koordinat tersebut terletak pada Desa Cibeusi, Kecamatan


Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Lokasi penelitian terletak di belakang
kampus IPDN, dan dekat dengan kampus Universitas Padjadjaran.
Perizinan penelitian tidak terlalu rumit, karena sebenarnya lokasi
penelitian di daerah kebun dan tidak termasuk dalam wilayah kampus,
sehingga perijinan hanya dilakukan pada satpam kampus IPDN dan warga
sekitar yang berada di sekitar lokasi penelitian. Perizinan ini dilakukan
pada hari penelitian.

3.2. Teknis Pengambilan Data


3.2.1. Pendeskripsian Kondisi Sekitar
Lokasi penelitian berada pada daerah perkebunan jagung, di samping
terdapat daerah persawahan. Lokasi ini terletak pada jalan kecil, yang
di sepnajang jalanya terdapat lereng terjal sampai landai. Hampir
seluruh tanah pada lokasi ini tertutup oleh rumput, sehingga sebelum
pengambilan sampel dilakukan, permukaan tanah dibersihkan terlebih
dahulu menggunakan cangkul.

Kondisi keseluruhan di sekitar daerah penelitian termasuk dalam daerah


perbukitan, hal ini sangat wajir karena daerah penelitian memang
terletak dekat dengan kaki Gunung Manglayang. Selain itu, terdapat
pula Gunung Geulis yang letaknya juga beberapa kilometer dari lokasi
penelitian.
3.2.2. Pengambilan Sampel DS
Pengambilan sampel DS (Distrubed Sample) dilakukan pada daerah
yang sudah ditentukan pada koordinat. Terdapat beberapa peralatan
yang digunakan dalam pengambilan sampel ini, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Mata bor
2. Rod/batang
3. Kunci inggris
4. Stang
5. Sikat besi
6. Pencongkel
7. Minyak atau oli
8. Kertas HVS dan Koran
9. Papan dada

Langah-langkah pengambilan sampel DS:


1. Persiapan semua alat dan bahan yang akan digunakan
2. Bersihakan titik yang akan dibor dari rumput dengan menggunakan
cangkul
3. Rangkai alat handauger yang akan dipakai untuk DS, pada saat
dirangkai, sebelumnya alat-alat (ujung rod, matabor, dan stang)
harus diolesi oli atau minyak agar mudah dipasang/dilepas dan
mencegah dari korosi
4. Setelah alat sudah dirangkai, letak dan dipegang tegak lurus dengan
titik yang sudah dibersihkan.
5. Kemudian putar stang agar matabor mengebor tanah, agar lebih
cepat dalam pengeborannya, tambahkan beban di atas stang, bisa
satu orang.
6. Ketika matabor sudah dipenuhi sampel tanah, angkat alat, dan
ambil tanah yang terperangkap dalam matabor
7. Tanah diletak di atas koran, kemudian dideskripsi
8. Matabor yang sudah bersih, letakan kembali pada titik sampel dan
lanjutkan pengeboran sampai matabor penuh kembali.
9. Pengambilan sampel dilakukan maksimal sampai kedalaman 1,5 m
atau 10 kali pengambilan.

3.2.3. Pendeskripsian Insitu Sample DS


Terdapat 10 sampel DS yang diambil pada lokasi penelitian dengan
kedalaman total mencapai 131 cm. Berikut pendeskripsian sampel yang
dilakukan insitu pada saat penelitian berlangsung:

SAMPEL DS 1 SAMPEL DS 2

SAMPEL DS 3 SAMPEL DS 4
SAMPEL DS 5 SAMPEL DS 6

SAMPEL DS 7 SAMPEL DS 8

SAMPEL DS 9 SAMPEL DS 10

Gambar 5. Sampel DS (Disturbed Sample) 1 sampai 10 dari lokasi penelitian.


Sampel 1. Tebal 30 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,
lempung, agak plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 2. Tebal 15 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, agak plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 3. Tebal 10 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 4. Tebal 13 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 5. Tebal 10 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 6. Tebal 6 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 7. Tebal 6 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 8. Tebal 12 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

Sampel 9. Tebal 8 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,


lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.
Sampel 10. Tebal 21 cm, kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan,
lempung, semi plastis, agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual
soil), struktur berserat.

3.2.4. Pengambilan Sampel UDS


Pengambilan sampel UDS (Undisturbed Sample) dilakukan pada titik
yang sama dengan sampel DS (Disturbed Sample), dimana
pengambilan sampel UDS merupakan kelanjutan dari sampel DS.
Perbedaan utama antara pengambilan sampel UDS dengan DS adalah
keadaan sampelnya, sampel DS dibiarkan terbukan sehingga sampel
bisa berinteraksi dengan material luar dan udara, sedangkan sampel
UDS sampel diambil dalam keadaan tertutupi dengan lilin, sehingga
membatasi sampel dengan material dan udara luar. Berikut peralatan
yang dipakai dalam pengambilan sampel UDS:

1. Shellby tube
2. Rod/batang
3. Kunci inggris
4. Stang
5. Sikat besi
6. Pencongkel
7. Minyak atau oli
9. Head
10. Stik apparatus
11. Lilin
12. Kompor lapangan
13. Selotip
14. Papan dada

Langkah-langkah pengambilsan sampel UDS:


1. Persipakan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Rangkai alat-alat, rangkain alat UDS berbeda dengan DS, diaman
pada pengambilan sampel UDS digunkan shellby tube sebagai
penganti matabor.
3. Pada saat perangkaian alat, persiapakan lilin dengan cara
dipanaskan agar mencair
4. Tandai Rod/batang dengan menggunakan tali sebagai batas
pengambilan sampel. Batas ini menyesuaikan panjang shellby tube
yaitu 40 cm
5. Setelah alat sudah dirangkai, masukan alat ke lubang bekas
pengambilan sampel DS
6. Pukul Head dari rangkaian alat UDS menggunkan palu, dengan
bagian bawah ditahan menggunakan kunci Inggris. Pukul sampai
batas tali mencapai permukaan tanah
7. Ketika batas sudah mencapai permukaan tanah, berarti shellby tube
sudah terisi penuh dengan sample tanah
8. Angkat rangkaian alat, lepaskan shellby tube dari rangkaian alat
9. Bersihakan bagian atas dan bawah shellby tube dari material selain
sampel tanah
10. Kemudian, congkel sampel pada shellby tube sekitar 2-4 cm,
kemudian isi menggunakan lilin cair, tunggu sampai lilin memadat
11. Ketika lilin sudah padat, lakukan hal yang sama (langkah 10) pada
ujung shellby tube yang satu lagi, selesai.
3.3. Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah pembuatan log
berskala dari data pengeboran handauger baik DS maupun UDS. Pembuatan
log menggunakan software CorelDraw CS 4. Pada log, dicantumkan pula
deskripsi tanah dan penentuan jenis tanah berdasarkan USCS dan tingkat
pelapukannya. Berikut data log dari log DS dan UDS, sampel DS mecapai
131 cm dan UDS 40 cm, sehingga kedalaman total mencapai 171 cm.
Gambar 6. Log bor handauger sepanjang 171 cm dari lokasi penelitian, sampel DS (131 cm)
dan UDS (40 cm).
IV. PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Lingkungan Sekitar


Daerah penelitian secara administratif termasuk dalam Desa Cibeusi,
Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Daerah ini terletak di belakang
kampus IPDN dan Universitas Padjadjaran. Kecamatan Jatinangor
merupakan perbatasan antara Bandung dengan Sumedang, sehingga kondisi
geologi dan geomorfologi Jatinangor masih berhubungan dengan Bandung.
Ditinjau dari geomorfologinya daerah ini memiliki tiga satuan geomorfologi,
diantaranya adalah:

1. Satuan geomorfologi pedataran


2. Satuan geomorfologi perbukitan landai
3. Satuan geomorfologi perbukitan terjal

Daerah penelitian yang khususnya pada Desa Cibeusi termasuk dalam satuan
geomorfologi perbukitan landai, terlihat dari banyaknya ditemui tebing-
tebing landai sampai agak curam di sisi jalan. Keadaan ini diperkuat dengan
adanya Gunung Geulis dan Manglayang yang turut mempengaruhi bentuk
bentang alamnya.

Sedangkan untuk kondisi geologinya, menurut Silitonga (1973) pada Peta


Geologi Lembar Bandung, daerah penelitian termasuk satuan geologi Qyu
(Quarter Young Unravel) yang tersusun atas pasir tufaan, lapili, breksi, lava,
agromerat yang berasal dari Gunug Tangkubanperahu dan sebagian dari
Gunung Tampomas. Tidak ada struktur geologi dominan yang mempengaruhi
daerah ini sehingga cenderung membentuk dataram-dataran kecil dan bukit-
bukit rendah yang tertutupi oleh tanah. Dengan demikian, litologi batuan yang
mungkin ditemukan pada daerah penelitian adalah breksi, aglomerat, lava,
ataupun tuff.

4.2. Disturbed Sample (DS)


Pengambilan sampel dilakukan pada hari Minggu, tanggal 13 November
2016, jam 10.30, daerah sampel terletak pada perbukitan di Desa Cibeusi.
Kondisi cuaca pada saat awal pengambilan sampel cerah, namun berubah
menjadi mendung pada saat jam 13.30. Sampel DS diambil 10 kali dengan
total kedalaman 131 cm, dari pengambilan 10 kali pada bor dan titik yang
sama, hanya ditemukan satu horizon tanah yang berdasarkan USCS termasuk
dalam CL (Clay Low Permeability), sedangkan untuk tingkat pelapukannya
termasuk dalam residual soil, yang artinya tanah tersebut terbentuk dari
lapukan batuan di daerah itu. Untuk deskripsi dari 10 sampel yang diambil,
hampir semuanya menunjukan hal yang sama yaitu, kohesif, berwarna
cokelat gelap kemerahan, ukuran butir lempung, agak-semi plastis, lunak,
agak lembab, pelapukan VI, struktur berserat, residual soil.
Gambar 7. Log DS Bor F1 sepanjang 131 cm, garis putus-putus pada log menunjukan
batas pengambilan 10 sampel.
V. KESIMPULAN

Pada lokasi penelitian dilakukan pengambilan sampel tanah DS (Disturbed Sample)


sepanjang 131 cm dengan 10 kali pengambilan sampel dan UDS (Undisturbed
Sample) sepanjang 40 cm. Dari 10 sampel DS, hampir semua menunjukan kondisi
yang sama, yaitu kohesif, lunak, cokelat gelap kemerahan, lempung, semi plastis,
agak lembab, tingakat pelapkuan VI (residual soil), struktur berserat. Sampel UDS
tidak dapat dideskripsi karena sampel disimpan pada shellby tube yang ditutupi oleh
lilin, sehingga hanya sampel DS yang dapat diamati dan diklasifikasikan.
Berdasarkan USCS (Unified Soil Classification System), karena semua sampel DS
terusun atas partikel lempung dan memiliki plastistias rendah sampai medium,
maka termasuk dalam CL (Clay Low Permeability), sedangkan berdasarkan tingkat
pelapukannya, sampel DS termasuk dalam tingkat VI (residual soil), yang artinya
tanah tersebut terbentuk hasil pelapukan dan erosi dari batuan dimana tanah tersebut
berada.
VI. DAFTAR PUSTAKA

Hunt, R. E., 2007. Characteristics of Geologic Materials and Formations, A Field


Guide for Geotechnical Engineers. USA: Taylor and Francis

Darmawijaya, M. Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada


UniversityPress.

Foth, Henry D. 1978. Fundamentals of Soil Science. New York: John Wiley and
Sons,Inc.

https://untungsuprayitno.wordpress.com/2011/05/27/penyelidikan-tanah-dengan-
metode-pengeboran-boring/, diakses pada 20 November 2016.

http://www.vanwalt.com/hand-augers-soil-sampling.html, diakses pada 20


November 2016.

http://www.ams-samplers.com/hand-tooling/soil-samplers/soil-augers.html,
diakses pada 20 November 2016.

http://documents.tips/download/link/pemboran-tanah-hand-auger/, diakses pada 20


November 2016.
LAMPIRAN

F1 SQUAD
WORK TOGETHER

Anda mungkin juga menyukai