Anda di halaman 1dari 22

BELAJAR CARA BELAJAR DARI PEMBELAJARAN MENGUASAI DAN

INSTRUKSI LANGSUNG

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Strategi Belajar Mengajar Kimia
yang dibina oleh Ibu Oktavia Sulistina S.Pd., SH., M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 7 :


1. Fika Aning Tiara (160331605606)
2. Firda Novi Azizah (160331605645)
3. Ismiatul Zaroh (160331605618)
4. Mada Karipura P.R.P (160331605664)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
Maret 2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pendidikan pada hakekatnya adalah pemberian bantuan kepada orang lain
secara sadar dan terencana untuk mewujudkan dan mengaktifkan potensi
orang lain, agar yang bersangkutan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Musaheri, 2005:20).
Menurut La sula (2000:34) “pendidikan adalah suatu kegiatan yang
sistematik dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta
didik yang berlangsung di semua lingkungan yang saling mengisi
(lingkungan rumah, sekolah dan masyarakat)”. Masalah interaksi di kelas,
yaitu komunikasi antara guru dan murid dalam proses belajar mengajar di
kelas merupakan masalah pendidikan yang sangat menarik untuk dibicarakan
yang sampai kini tidak pernah ada habisnya. Oleh karena itu bagi para
pendidik serta pengelola pendidikan senantiasa diharapkan pemecahannya
guna menuju proses belajar mengajar dapat terlaksana dengan baik. Menurut
Shachelford dan Fenak (dalam Ulfah, 2004:3), apa yang dikenal selama ini
dalam proses belajar mengajar yaitu bahwa mengajar harus menguasai:
a. Apa yang diajarkan;
b. Teori pengajaran yang relevan;
c. Hal-hal baru (mau melakukan penelitian untuk memperkaya isi bahan ajar
yang diajarkan);
d. Karakteristik siswa.
Setiap guru harus memiliki keahlian di dalam memilih model pengajaran
yang dipakai sehari-hari di kelas. Pemilihan model yang tepat dalam
pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran termasuk tujuan
setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari beberapa model
pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi yang penting
untuk diketahui adalah belajar cara belajar dari pembelajaran menguasai dan
model pengajaran langsung (Direct instruction).

2
2.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengolah kelas terhadap bakat siswa yang berbeda-beda?
2. Bagaimana sistem IPI melaksananakan pengajaran secara individual?
3. Bagaimana langkah-langkah program IPI?
4. Mengapa labolatorium bahasa disebut sebagai salah satu contoh sistem
intruksional?
5. Bagaimana menggunakan labolatorium bahasa sebagai salah satu
contoh sistem intruksional?
6. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran instruksi langsung?
7. Bagaimana lingkungan pengajaran yang sesuai dengan model
pembelajaran instruksi langsung?
8. Bagaimana orientasi dan praktik model pembelajaran instruksi
langsung?
9. Apa saja karakteristik dari model pembelajaran langsung?
10. Bagaimana syntak dari model pembelajaran langsung?

2.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan bagaimana mengolah kelas terhadap bakat siswa
yang berbeda-beda.
2. Dapat menjelaskan bagaimana sistem IPI melaksananakan pengajaran
secara individual.
3. Dapat menjelaskan bagaimana langkah-langkah program IPI.
4. Dapat memberi alasan mengapa labolatorium bahasa disebut sebagai
salah satu contoh sistem intruksional.
5. Dapat menjelaskan bagaimana menggunakan labolatorium bahasa
sebagai salah satu contoh sistem intruksional?
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran instruksi
langsung.
7. Dapat menjelaskan lingkungan pengajaran yang sesuai dengan model
pembelajaran instruksi langsung.

3
8. Dapat menjelaskan orientasi dan praktik pengajaran yang sesuai dengan
model pembelajaran instruksi langsung.
9. Mengetahui karakteristik pembelajaran langsung.
10. Mengetahui syntak model pembelajaran langsung.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Belajar Cara Belajar dari Pembelajaran Menguasai


Pembelajaran menguasai (masterylearning) adalah kerangka pikiran
berpikir dalam merencanakan rangkaian instruksional,yang dirumuskan oleh
John B.Carrol (1971) dan Benjamin Bloom (1971). Pembelajaran dengan
model penguasaan merupakan metode yang menarik dalam meningkatkan
kemungkinan siswa untuk mampu mencapai level performa yang
memuaskan. Karya yang baru-baru ini muncul telah memperkuat gagasan
tersebut, dan teknologi instruksional kontemporer telah menjadikan gagasan
ini lebih mudah diaplikasikan.
1. Konsep Tentang Bakat
Gagasan teoretis yang paling inti dalam pembelajaran menguasai ini
didasarkan pada perspektif John Carroll yang cukup menarik mengenai
makna bakat.Umumnya,bakat dianggap sebagai karakteristik yang
berhubungan erat dengan prestasi siswa (semakin banyak bakat yang
dimiliki seseorang, maka semakin sering ia belajar). Namun, Carrol
memandang bakat sebagai jumlah waktu yang dihabiskan seseorang untuk
mempelajari materi tertentu, dan bukan merupakan kapasitas seseorang
dalam menguasai materi tersebut. Dalam pandangan Carroll, siswa yang
punya bakat rendah akan membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa
menguasai materi tertentu dibanding siswa yang memiliki bakat lebih
tinggi.

4
Pandangan ini mengisyaratkan sikap optimistis bahwa semua siswa
bisa saja menguasai materi yang lebih dipelajarinnya selama ada waktu
yang cukup (kesempatan untuk belajar) yang tersedia dan demikian,bakat
kemudian menjadi objek bimbingan untuk menentukan seberapa banyak
waktu yang dibutuhkan siswa. Bakat juga mengisyaratkan metode-metode
dalam memberikan instruksi, sebab siswa yang memiliki bakat berbeda
akan bisa belajar lebih efisien jika gaya instruksi disesuaikan dengan
konfigurasi mereka. (dalam istilah kami,bakat dapat disesuaikan dengan
model-model pengajaran bakat tersebut membantu kita memilih dan
menerapka beberapa model). Utuk sasaran pembelajaran apapun, menurut
Carroll, tingkat pembelajaran yang dicapai seorang siswa akan sesuai
dengan waktu yang dihabiskan, ketekunan siswa, instruksional
kemampuan siswa dalam memahami instruksi, dan bakat siswa sendiri.
Masalah yang muncul saat guru ingin mengatur pengajaran kebanyakan
berkaitan erat dengan metode apa yang akan digunakan dalam mengatur
kurikulum dan ruang kelas, sehingga siswa bisa memiliki waktu yang
optimal, memperoleh manfaat dari pengajaran tersebut, didorong untuk
tekun, dan menerima bantuan dalan memahami tugas pembelajaran.
Bloom mentransformasi pandangan Carroll ke dalam suatu sistem
dengan karakteristik-karakteristik berikut ini:
1. Penguasaan terhadap suatu materi pembelajaran berdasarkan sarana-
sarana utama yang merepresentikan tujuan tujuan pembelajaran atau
unit tersebut.
2. Materi yang lebih luas tersebut kemudian dibagi ke dalam
seperangkat unit pembelajaran yang relatif kecil, setiap unit dibagi
dengan sasaran-sasarannya, yang merupakan bagian dari unit-unit
yang lebih besar atau yang penting diajarkan untuk penguasaan
mereka.
3. Pembelajaran materi-materi kemudian diidentifikasi dan strategi
instruksional (model pengajaran ) dipilih.
4. Setiap unit dibarengi dengan tes-tes diagnostik yang mengukur
kemajuan perkembangan siswa (evaluasi formatif) dan

5
mengidentifikasi setiap masalah yang sedang dialami siswa. (Pujian
atau dorongan juga dapat, jika bersinggungan dengan performa yang
tepat, menjadi penguatan.)
5. Data yang diperoleh dari pengelolaan tes-tes tersebut digunakan
untuk menyiapkan instruksi tambahan pada siswa untuk membantu
mengatasi masalah ( Bloom, 1971 : 47-63)
Jika intruksi ini diolah dengan cara demikian, Bloom percaya, bahwa
waktu pembelajaran dapat disesuaikan dengan bakat yang dimiliki siswa.
Siswa yang memiliki bakat rendah bisa diberi waktu yang lebih lama dan
respons langsung yang lebih banyak, sementara kemajuan dari seluruh
aktivitas yang mereka lakukan dapat dipantau oleh guru melalui bantuan
tes yang diberikan.
2. Pengajaran yang diberikan Secara Individual
Bloom, Block dan advokat lain mengenai pembelajaran penguasaan
percaya bahwa instruksi individual bisa diterapkan oleh guru dengan
mengubah prosedur instruksi kelompok yang tradisional untuk
memastikan bahwa sebagian siswa memiliki waktu yang lebih banyak dan
mereka menerima instruksi pribadi yang sesuai dengan hasil evaluasi
format mereka. (Carrol, 1971, hlm. 37-41)
Namun begitu, teknologi insruksi modern, khususnya
perkembangan unit multimedia dan aplikasi prosedur pembelajaran
terprogam, telah mendorong para pengembang kurikulum untuk
menemukan sistem kurikulum yang komprehensif dan merombak kembali
sekolah dalam rangka memberikan level pengajaran individu yang lebih
baik dibanding kemungkinan umum yang ada dalam organisasi sekolah-
sekolah konvensional.
Salah satu contoh yang penting dari aplikasi sistem perencanaan
bagi sekolah dasar maupun sekolah lanjutan adalah IPI (indivisually
precibed instructional program) yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian
Pembelajaran dan Pengembangan University of Pittsburg yang bekerja
sama dengan Baldwin-Whitehall School District. Dalam IPI, siswa
biasanya bekerja secara mandiri pada materi yang diberikan tiap hari (atau

6
beberapa hari) pada mereka, berdasarkan tingkat kompetensi yang
ditunjukan, gaya pembelajaran dan kebutuhan khusus dalam
pemebelajaran.
3. Langkah – langkah dalam Program
IPI menggambarkan satuan kurikulum yang dikembangkan dengan
cara menerapakan prosedur sistem analisis menjadi perkembangan materi
kurikulum. Satuan kurikulum tersebut sangat penting dalam proses
pembelajaran sebab ia menyajikan langkah-langkah yang telah dibuat oleh
para perencana IPI dalam menciptakan sistem tertentu. Saat langkah-
langkah tersebut diuji, masing-masing langkah merefleksikan cara kerja
modelnya :
Sistem tersebut dirancang untuk :
1. Memudahkan setiap siswa untuk berkerja sesuai rating mereka melalui
unit-unit pelajaran yang ada dalam rangka pembelajaran.
2. Mengembangkan level penguasaan yang dimiliki masing-masing
siswa.
3. Mengembangkan insiatif diri (self-initiation) dan arah diri (self-
direction) dalam pembelajaran.
4. Melatih proses-proses dalam menangani masalah-masalah.
5. Mendorong evaluasi-diri dan motivasi untuk belajar. (Lindvall dan
Bolvin, 1966)
Asumsi yang berkaitan dengan proses pembelajaran dan lingkungan
pembelajaran yang terkait adalah sebagai berikut :
1. Satu hal yang membedakan antara satu orang dengan yang lain adalah
jumlah waktu dan praktik yang mereka gunakan untuk menguasai
sasaran instruksional.
2. Satu aspek penting dalam menghadapi perbedaan-perbedaan individu
adalah menyusun dan menciptakan konsisi sekondusif mungkin
sehingga masing-masing siswa bisa bekerja melalui rangkaian unit
instruksional dalam langkah yang dijalaninya sendiri dan dengan
jumlah praktik yang mereka butuhkan.

7
3. Jiak sekolah memiliki jenis materi pelajaran sebelumnya, siswa sekolah
dasar, yang bekerja dalam lingkungan tutorial yang menitik beratkan
pada pembelajaran diri, bisa belajar dengan jumlah unit yang minimum
dari instruksi langsung yang diberikan guru.
4. Saat bekerja melalui urutan unit-unit instruksional, siswa tidak boleh
memulai kerjanya pada sebuah unit yang baru hingga ia memperoleh
tingkat penguasaan minimum khusus pada materi sebelumnya.
5. Jika siswa diizinkan dan didorong untuk menjalani proses dalam rating
individu, maka hal yang harus diperhatikan bagi siswa maupun guru
adalah program yang memberikan evaluasi periodik terhadap
perkembangan dan kemajuan siswa. Evaluasi tersebut dapat
memberikan dasar pengembangan pedoman-pedoman instruksional
pribadi.
6. Guru yang profesional dan terlatih menampakkan performa yang lebih
produktif saat mengajar, saat mendiagnosis kebutuhan siswa dan
merencanakan program instruksional. Beberapa hal tersebut seharusnya
lebih diperhitungkan oleh seorang guru dibandingkan tugas-tugas
kantor lain, semisal merekam, memberi sekor ujian dan lain sebagainya.
Efisiensi dan keadaan ekonomi program sebuah sekolah dapat
ditingkatkan dengan memberikan klerikal untuk menghibur gutu
dengan berbagai tugas yang tidak terkait dengan proses pengajaran.
7. Setiap siswa dapat membuat dugaan yang lebih bertanggung jawab
dalam merencanakan dan menjalankan program belajaranya dibanding
aturan-aturan yang ditetapkan dikelas.
8. Proses pembelajaran dapat ditingkatkan, baik bagi mereka yang
membimbing dan mereka yang dibimbing, jika siswa dizinkan untuk
saling membantu dalam beberpa hal tertentu ( Lindvall dan Bolvin,
1966, hlm 3-4)
Perkembangan sangat penting. Pada kebanyakan unit kurikulum, semua
model pelaksanaan utamanya, sasarannya memang dikembangakan.
Kemudian, model pelaksanaan dianalisis ke dalam sasaran prilaku yang
teratur dan berturut-turut. Perencanaan IPI percaya bahwa pendaftaran yang

8
demikian adalah sangat penting bagi aspek lain dalam sebuah program dan
harus memiliki karakteristik berikut.
a. Masing-masing sasaran memaparkan apa yang harus dikuasai siswa dari
beberapa materi dan skill tertentu. Ini biasanya menjadi sesuatu yang rata-
rata bisa dikuasi siswa dalam jangka waktu yang relatif singkat, semisal
dalam periode satu kelas. Sasaran harus terdiri dari instruksi lisan, seperti
menyelesaikan, menjabarkan, menjelaskan, mendaftar, mendeskripsikan
dari pada tindakan-tindakan umum, semisal memahami, menghargai,
mengetahui dan mengerti.
b. Sasaran harus diklompokan dalam sebuah aliran materi yang bernilai.
Misalkan dalam aritmatika, sasaran akan dikelompokan pada bidang-
bidang seperti perhitungan, nilai, penambahan, pengurangan dan lain
sebagainya. Pengelompokan tersebut membantu mengembangkan materi
instruksional yang bernilai dan mendiagnosis prestasi siswa. Pada waktu
yang sama, pengelompokan ini tidak menghalangi kemungkinan adanya
sasaran yang mengabaikan beberapa bidang.
c. Sasaran dalam setiap bidang seharusnya diurutkan sehingga masing-
masing sasaran tersebut akan menjadi prasyarat untuk meneruskan proses
pengajaran selanjutnya. Tujuanya menjadikan sasaran sebagai skala
kemampuan.
d. Dalam urutan sasaran setiap bidang, dikelompkan dalam urutan yang
penting. Unit yang demikian dirancang untuk mempresentasikan tingkatan
kemajuan yang berbeda dan dapat menyediakan poin-poin jeda, sehingga
seorang siswa telah menyelesaikan satu unit dalam bidang tersebut, dia
bisa melanjutkan pada unit selanjutnya atau beralih pada unit dalam
wilayah lain.
Setiap bidang kurikulum memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda.
Pada setiap tingkatan, beberapa sasaran perilaku diidentifikasi dan diolah
secara berturut-turut. Rincian dari bidang kurikulum menciptakan pilihan-
lihan tertentu bagi siswa maupun guru. Siswa bisa menguasai satu bidang
dengan baik terlebih dahulu baru pindah ke tingkat yang lain.

9
Setiap sasaran materi ditempuh oleh siswa dengan caranya masing-
masing dan dibuat oleh siswa sendiri dengan bantuan minimal guru. Selain
instruksi diri, guru juga harus menawarkan instruksi pada kelompok kecil
maupun kelompok besar bila mana terdapat kesulitan diantara para siswa.
4. Laboraturium bahasa
Laboraturium bahasa merupakan contoh lain dari sistem instruksional yang
menggunakan semua komponen mesin di semua lingkungan pembelajaran yang
berbeda. Sebelum laboraturium bahasa didirikan guru masih berperan sebagai
model untuk kelas bahasa asing yang terdiri dari 25 sampai 30 siswa yang tengah
belajar berbicara dalam bahasa asing. Setiap individu mungkin hanya memiliki
waktu maksimum satu menit untuk melakukan praktek pada tiap sesi kelas,
sehingga mereka akan sulit memiliki akurasi dan kefasihan yang memadai dalam
bahasa asing yang dipelajari. Dewasa ini dibeberapa laboraturium bahasa,
pembelajar menggunakan peralatan elektronik untuk mendengar, merekam, dan
memutar materi yang disampaikan . perangkat fisik yang dipakai umumnya
mencakup stasiun siswa atau central panel instruktor. Melalui panel ini guru
menyiarkan berbagai materi pembelajaran yang berbeda, program baru dan
program perbaikan, memberikan pengajaran bagi individu-individu, kelompok-
kelompok yang terpilih, atau seluruh kelas. Guru juga bisa memonitor performa
siswa. Sedangkan stasiun siwa mencakup perlengkapan alat bunyi berupa
headphone, microphone, dan tape recorder. Setiap siswa dapat mendengar melalui
headphone untuk langsung menerima arahan guru yang telah terekam. Ia bisa
mengulang instruksi, menjawab pertanyaan, atau memberikan respons yang sesuai.
Instruktur juga bisa menggunakan kapur tulis, buku, atau stimulus lain untuk
mendukung input audio
Teknologi modern telah memungkinkan siswa ntuk:
1. Mendengar suara mereka sendiri dengan lebih jelas melalui earphone maupun
alat-alat lain
2. Membandingkan ucapan mereka secara langsung dengan model yang tengah
dipelajari
3. Memberikan respon balik secara langsung
4. Memisahkan objek-objek studi

10
5. Memungkinkan siswa belajar latihan sendiri
6. Memungkinkan adanya materi instruksional yang tersusun dengan baik

Mempelajari bahasa asing mengharuskan siswa mendengar dan mengucapkan kosa


kata tersebut berulang-ulang. Hal ini bertujuan utamanya untuk melatih siswa untuk
mampu memahami apa yang didengar dan segera memberikan respons yang sesuai.
Dari sudut pandang siswa, laboraturium bahasa berfungsi sebagai dasar praktik
dalam praktik-praktik ilmu bahasa, menyesuaikan model aural,dan
mengembangkan kefasihan berbicara. Sedangkan dari sudut pandang instruktur,
laboraturium bahasa menyediakan fasilitas representatif untuk menciptakan
suasana belajar bahasa yang efektif. Sebelum maraknya laboraturium bahasa,
kesempatan untuk menyampaikan materi-materi pelajaran dalam representasi
visual memang sudah ada. Namun sebenarnya, bagian penting dalam pembelajaran
bahasa yakni praktik audio individu dan respon balik yang dinamis sangatlah berada
diluar batas kemampuan seorang guru yang harus mengondisikan kelas dengan 25
sampai 30 siswa yang sama-sama membutuhkan bimbingan intensif dalam
pengajaran bahasa. Dengan menggunakan hardware dan software, peralatan
elektronik, guru bisa membagi waktu dengan lebih efisien untuk memonitor dan
mendiagnosis perkembangan serta memberikan instruksi. Sedangkan siswa juga
diuntungkan dengan hal ini. Siswa mendapatkan respons langsung atas semua
performa yang mereka tunjukkan sehingga mereka bisa membandingkan performa
mereka dengan performa yang diinginkan guruserta menyadari bahwa dirinya,
dalam hal ini membutuhkan penyesuaian-penyesuaian dengan melakukan koreksi
diri dan tidak harus sepenuhnya bergantung pada respon balik dari guru.

Model pembelajaran ini telah diteliti oleh Slavin (1990) dan Kulik, Kulik, Bangert-
Drown (1990) yang kemudian berupaya meningkatkan pembelajaran secara
sederhana namun dilakukan dengan konsisten pada beberapa kurikulum yang
relevan dengan ujian yang akan diberikan. Sebagan besar siswa yang menggunakan
model instruksional berada pada posisi 65% lebih baik dibandingkan siswa yang
mempelajari materi yang sama namun tidak menggunakan urutan sasaran dan
modul-modul instruksional.
5. Catatan Mengenai Instruksi Terprogram

11
Ada banyak program pembelajaran penguasaan (mastery learning) yang
menggunakan instruksi terprogram, yakni sebuah sistem untuk merancang materi
instruksi diri. Instruksi ini merupakan salah satu aplikasi yang dilakukan secara
langsung dan diilhami oleh tulisan Skinner. Instruksi terprogram memberikan
kontrol stimuli yang cukup tinggi dan penguatan langsung. Kendati konsep yang
diajukan Skinner mengalami banyak perubahan namun ada tiga gagasan awal yang
dipertahankan dan digunakan secara luas:
1. Rangkaian objek-objek yang berurutan
2. Respon siswa
3. Pembekalan untuk menginformasi respons langsung

Penelitian tentang instruksi terprogram kadang memberikan penyimpangan yang


berpengaruh pada efisensi instruksi ini dapat dibuat tanpa adanya perbedaan yang
signifikan dalam jumlah pelajaran yang diberikan. Kendati begitu, program
instruksi diri yang diarahkan pada siswa yang menerima materi serupa tidaklah
dipandang cukup oleh beberapa pendidik. Mereka beranggapan bahwa hal ini lebih
didasari oleh ciri khas masing-masing siswa yang berbeda, utamanya dalam
menyerap informasi. Ketidakpuasan ini menuntun munculnya percabangan.
Gagasan program ini adalah bahwa siswa yang lambat menyerap informasi dan
tidak bisa memberikan respons yang tepat mungkin membutuhkan informasi
tambahan atau review tentang latar belakang informasi yang disajikan padanya. Di
sisi lain, siswa yang telah mahir mudah menyerap informasi bisa lebih mudah
memanfaatkan materi tambahan dan materi yang lebih sulit. Dengan demikian
program ini secara otomatis akan mengarahkan siswa pada bagian yang sesuai
dengan pilihan respons dan kemampuannya. Jika siswa memberikan respons yang
salah, maka terlebih dahulu ia akan dibimbing untuk memperbaiki kesalahannya
tersebut. Untuk siswa yang memberikan respons tepat, ia akan diberikan contoh dan
meteri yang lebih sulit.
Teknik ini diaplikasikan dalam beberapa aspek penting misalnya perumusan
konsep, pembelajaran dengan sistem hafalan, kreativitas dan pemecahan masalah.
Perbedaan antara instruksi terprogram dengan buku-buku tradisonal yang
digunakan guru yakni dalam buku tersebut yang ditekankan adalah praktik, bukan
aspek perilaku melalui rangkaian materi yang disusun secara seksama. Buku

12
pelajaran memberikan kerangka tiada akhir mengenai review material. Review ini
hanya memiliki sedikit nilai, kecuali jika perilaku yang diharapkan telah terlebih
dahulu tertanam dalam diri siswa namun buku pelajaran tidak dikemas demikian.
Selain itu pengaruh penguatan review yang itu-itu saja dapat memperkecil hasil
pembelajaran, sebab siswa hanya belajar materi yang sudah dikuasai. Pada akhirnya
sebagian besar buku pelajaran tidak memuat respon langsung yang bisa diberikan
dengan segera pada siswa, siswa pun hanya bisa memberikan jawaban yang sama
persis dengan apa yang dipaparkan guru.
B. INSTRUKSI LANGSUNG
A. Tujuan dan Asumsi
Instruksi langsung memainkan peran yang terbatas namun penting dalam
program pendidikan yang komprehensif. Kritik terhadap instruksi langsung
memperingatkan bahwa pendekatan ini seharusnya tidak digunakan dalam
setiap saat untuk semua bidang pendidikan atau untuk semua siswa. Terlepas
dari kewaspadaan dan peringatan ini,instruksi langsung tetap memiliki track
record empiris yang relatif solid.
B. Lingkungan Pengajaran yang Sesuai untuk Instruksi Langsung
Keunggulan terpenting dari instruksi langsung adalah adanya fokus
akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi terhadap
perkembangan siswa, sistem menejemen waktu, dan atmosfer akademik yang
cukup netral. Fokus akademik berarti prioritas tertinggi yang diletakkan
dalam penugasan dan penyelesaian tugas akademik. Selama aktivitas
pengajaran akademik, penggunaan perangkat nonakademik, misalnya mainan
dan teka-teki tidak terlalu ditekankan atau bahkan ditiadakan,seperti halnya
interaksi guru-siswa yang tidak berorientasi akademik,seperti pertanyaan
yang bersifat pribadi atau diskusi masalah-masalah pribadi. Kontrol dan
arahan guru diberikan saat guru memilih dan mengarahkan tugas
pembelajaran, menegaskan peran inti selama memberi instruksi,dan
meminimalisir jumlah percakapan siswa yang tidak berorientasi akademik.
Guru yang memiliki pengharapan besar pada siswa-siswanya serta concern
dalam bidang tersebut akan berupaya menghasilkan kemajuan akademik yang
istimewa serta perilaku kondusif demi terciptanya kemajuan dalam

13
pendidikan. Mereka berharap lebih pada siswa,baik dari sisi kuantitas
maupun kualitas kerja.
Dua tujuan utama dari instruksi langsung adalah maksimalkan waktu belajar
siswa dan mengembangkan kemandirian dalam mencapai dan mewujudkan
tujuan pendidikan. Perilaku yang berkaitan erat dengan instruksi langsung
memang dirancang untuk membuat sebuah lingkungan pendidikan yang
berorientasi akademik dan juga terstruktur serta mengharuskan siswa untuk
terlibat aktif (dalam tugas) saat pelaksanaan instruksi langsung. Siswa juga
diharapkan dapat memperoleh tingkat kesuksesan yang cukup tinggi (sekitar
80 persen) dalam tugas yang diberikan. Waktu yang dihabiskan siswa didlam
dua situasi diatas merujuk pada waktu pembelajaran akademik yang
dimaksimalkan.
Guru harus merancang fokus akademik dan menghindari praktik-praktik
negatif,seperti mencela perilaku siswa. Lingkungan instruksi langsung adalah
tempat dimana pembelajaran menjadi fokus utama dan tempat dimana siswa
terlibat dalam tugas-tugas akademik dalam waktu tertentu dan mencapai
tingkat kesuksesan yang tinggi. Iklim sosial dalam lingkungan ini harus
diciptakan secara positif dan bebas dari pengaruh negatif.
C. Orientasi Model
Beberapa peneliti menggunakan istilah “instruksi langsung” sebagai suatu
model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan guru mengenai konsep atau
ketrampilan baru terhadap siswa. Kemudian penjelasan ini dilanjutkan
dengan meminta siswa menguji pemahaman mereka dengan melakukan
praktik dibawah bimbingan guru (praktik yang terkontrol) dan mendorong
mereka meneruskan praktik dibawah bimbingan guru (praktik yang
dibimbing).
Sebelum menyajiakan dan menjelaskan materi baru,akan sangat
membantu jika guru membuat sebuah kerangka pelajaran dan mengarahkan
materi baru terhadap siswa. Menyusun komentar yang dibuat diawal pelajaran
dirancang untuk bisa mengklarifikasi tujuan,prosedur, dan materi yang ada
dalam rangkaian pengalaman belajar.

14
Komentar-komentar ini bisa muncul bermacam-macam,diantaranya (1)
aktivitas perkenalan yang dapat memunculkan struktur-struktur pengetahuan
relevan yang sudah ada pada siswa (2) mendiskusikan sasaran materi
pelajaran (3) memberikan arahan yang jelas dan eksplisit tentang tugas yang
harus dilkakukan (4) menjelaskan materi yang akan digunakan siswa dan
aktivitas yang akan mereka jalani selama pelajaran (5) menyediakan
rekapitulasi pelajaran.
Kesuksesan siswa dalam mempelajari materi baru harus sesuai dengan
ketuntasan dan kualitas penjelasan guru. Guru yang efektif menghabiskan
lebih banyak waktu untuk menjelaskan dan menyajikan materi baru
dibandingkan guru yang kurang efektif. Praktik-paktik presentasi yang
muncul untuk memfasilitasi pembelajaran mencakup: menyajikan materi
dengan langkah-langkah yang singkat sehingga satu point/inti pelajaran bisa
dikuasai dalam satu waktu (2) menyediakan beberapa bahkan beragam contoh
mengenai ketrampilan atau konsep baru (3) memeragakan atau memberikan
gambaran naratif,mengenai tugas pembelajaran (4) menghindari digresi,tetap
dan konsisten pada satu topic (5) menjelaskan kembali point yang sulit.
Ketika mengajarkan suatu konsep baru,maka hal yang juga penting adalah
mengidentifikasi karakteristik konsep tersebut secara jelas dan memberikan
aturan penjabaran (atau beberapa rangkaian langkah dalam pembelajaran
keterampilan). Sesi penjelasan dilanjutkan dengan sesi diskusi,dimana guru
menguji pemahaman siswa terhadap konsep atau skill baru yang telah
diajarkan,misalnya mengajukan beberapa pertanyaan kepada siswa. Aspek-
aspek dari perilaku mengajukan pertanyaan efektif dalam pendekatan
instruksi langsung adalah (1) mengajukan pertanyaan-pertanyaan konvergen
( beberapa pertanyaan yang mengarah pada satu jawaban) (2) memastikan
bahwa semua siswa memiliki kesempatan untuk merespons,tidak hanya
mereka yang mengangkat tangan atau berteriak lantang. Hal ini bisa
diselesaikan dengan memanggil seorang siswa dengan pola tertentu,misalnya
memanggil siswa yang namanya berada dalam absen pertama,nama pertama
dalam sebuah kelompok,atau meminta respons semua siswa secara
bersamaan (3) mengajukan pertanyaan pada siswa selama sepersekian waktu

15
(75-90% dari seluruh jam pelajaran) (4) menghindari pertanyaan yang tidak
berhubungan dengan hal-hal akademik selama proses instruksi langsung.
Setelah guru mengajukan pertanyaan dan siswa memberi respons,guru
haruslah memberi respons balik terhadap jawaban atau respons yang
diberikan siswa tersebut. Jenis respons balik yang diterima siswa selama
pelaksanaan praktik sangat berpengaruh pada kesuksesan yang akan mereka
capai. Respons balik membantu siswa mengetahui bagaimana mereka
memahami materi baru dan apa kesalahan mereka. Agar efektif, respons balik
haruslah bersifat akademik, korektif, penuh respek, dan layak.
D. Praktik
Inti dari model ini adalah aktivitas praktik. Ketika siswa pertama kali
diperkenalkan dengan skill atau konsep baru,guru membuat pengelompokan
dan memaparkan beberapa langkah tertentu pada siswa untuk bisa terhindar
dari masalah. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sedikit kesalahan yang
mungkin ada dalam langkah awal pembelajaran. Setelah melewati praktik
yang terstruktur,siswa melaksanakan praktik dengan cara mereka
sendiri,sedangkan guru memantau siswa. Selama masa ini,guru memberikan
respons balik yang sifatnya korektif terhadap kesalahan yang diperbuat selain
menguatkan dan menegaskan praktik yang benar. Langkah terakhir dalam
praktik ini adalah tingkatan penguasaan.
Prinsip kedua dilakukan berdasarkan panjang atau lamanya sesi masing-
masing praktik. Prinsip umum yang menentukan panjangnya waktu yang
direkomendasikan untuk praktik ini adalah periode praktik yang
singkat,intensif dan dengan semangat tinggi akan menghasilkan
pembelajaran yang lebih baik dibandingkan praktik yang sedikit dengan
periode praktik yang lebih lama.
Prinsip ketiga adalah kebutuhan untuk memantau tahap awal praktik.
Siswa membutuhkan respons balik yang sifatnya korektif untuk mencegah
prosedur yang tidak benar menancap dan berkarat dalam ingatan mereka.
Respons balik korektif yang segera diberikan akan menghasilkan kesalahan
dalam memahami konsep pada tahap-tahap awal proses pengajaran

16
Prinsip keempat adalah mendorong siswa untuk bisa mencapai 85 hingga
90 persen tingkat akurasi pada tingkatan praktik sebelum membahas pelajaran
selanjutnya.
Petunjuk selanjutnya adalah mereview pelajaran yang sudah disampaikan.
Kesalahan yang paling umum dilakukan dalam instruksi adalah membahas
sebuah topic,kemudian mengakhirinya,dan tidak pernah mereview informasi
atau skill yang telah dipelajari hingga waktu ujian akhir. Materi penting harus
ditinjau ulang secara reguler.
Petunjuk umum yang terakhir adalah bahwa periode praktik harus
diperdekat pada awal-awal pembelajaran,ketika siswa sudah bisa belajar
mandiri,sesi review praktik bisa direnggangkan dengan periode praktik
tersebut. Oleh karena itu,sesi review praktik seharusnya dilaksanakan
sesegera mungkin setelah perkenalan materi baru dan harus dilanjutkan
secara berkala hingga siswa benar-benar bisa bekerja mandiri.
E. Model Pengajaran

Salah satu karakteristik dari suatu model pengajaran adalah adanya


sintaks/tahapan pembelajaran. Selain harus memperhatikan sintaks, guru yang akan
menggunakan pengajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel
lingkungan lain, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang
tinggi untuk kemajuan siswa, waktu dan dampak dari pembelajaran.
Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus
dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan.
Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan
melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber
belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan

17
pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan
yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.
Sintaks model pengajaran intruksi langsung memiliki 5 tahapan, sebagai berikut:

Fase 1 : Fase Orientasi


Pada fase ini guru memberikan kerangka pelajaran dan orientasi terhadap materi
pelajaran yang meliputi:

 Guru menentukan materi pelajaran


 Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa
 Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pembelajaran
 Guru menentukan prosedur pengajaran yang dapat berupa:
a) Memberi penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan dilakukan
b) Menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan dan kegiatan
yang akan dilakukan selama pembelajaran
c) Menginformasikan kerangka pelajaran

Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi


Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep atau
keterampilan baru dan memberikan pemeragaan serta contoh yang meliputi:
 Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru
 Guru menyajikan representasi visual atau tugas yang diberikan seperti
pemodelan/peragaan keterampilan
 Guru memastikan pemahaman dengan cara menjelaskan ulang hal yang
dianggap sulit atau kurang dimengerti oleh siswa serta memberikan pertanyaan-
pertanyaan.

Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur


 Guru menuntun kelompok siswa dengan contoh praktik dalam beberapa langkah
dapat dilakukan dengan cara menggunakan proyektor, menyajikan contoh
praktik secara transparan dan terbuka sehingga semua siswa bisa melihat
bagaimana tahap-tahap praktik dilalui.

18
 Siswa merespon pertanyaan
 Guru memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan mengoreksi
yang salah.

Fase 4 : Fase Praktik di bawah Bimbingan Guru


Pada fase ini, siswa diberi kesempatan untuk berlatih konsep dan keterampilan serta
menerapkan pengetahuan atau keterampilan tersebut ke situasi kehidupan nyata.
Latihan terbimbing ini dapat digunakan guru untuk mengakses kemampuan siswa
dalam melakukan tugas, mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas
dengan baik atau tidak, serta memberikan umpan balik. Guru memonitor dan
memberikan bimbingan jika perlu.

Fase 5 : Fase Praktik Mandiri


Siswa melakukan kegiatan latihan secara mandiri, dan guru memberikan umpan
balik bagi keberhasilan siswa.

F. Aplikasi
Aplikasi yang paling sering digunakan dalam model ini adalah peneletian
menegenai informasi dan skill dasar dalam bidang kurikulum inti. Sebuah
program dengan skala besar yang dibagun berdasarkan intruksi langsung
telah ditujukan pada siswa-siswa yang berstatus ekonomi dan berkemampuan
rendah. Dalam evaluasi yang dilakukan Project follow Throungh, sebuah
program federal yang memperluas Head Stare pada sekolah-sekolah
dasar,menunjukkan bahwa model intruksi langsung yang diterapkan di
University Of Origonmemberikan perbedaan-perbedaan yang lebih
signifikan dalam aspek kognitif dan afektif dibandingkan program-program
inti lain.

G. DAMPAK INTRUKSIONAL DAN PENGIRING


Model ini merupakan pemberian respon balik secara langsung. Model ini
mendekati materi akademik secara sistematis. Rancangannya dibentuk untuk
meningkatkan dan memelihara motivasi melalui aktivitas mengandalkan diri

19
sendiri dan penguatan ingatan terhadap materi-materi yang telah dipelajari.
Melalui kesuksesan dan respon balik positif, model ini mencoba memperkaya
penghargaan diri siswa. Seperti gambar berikut :

20
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran menguasai adalah metode yang lurus, optimistik, dan jelas.
Merancang sistem pembelajaran menguasai ini membutuhkan pengembangan
yang hati-hati, tetapi tetap dalam iklim positif. Sistem ini secara langsung
mendekati beberapa maslah pembelajaran yang mengganggu instruksi yang
dijalankan guru. Sistem ini juga menempatkan guru pada sebuah peran yang
mendorong dan membantu siswa memiliki pengaruh positif terhadap
penghargaan diri siswa itu sendiri.
Model pembelajaran langsung atau Direct Instruction, juga dikenal dengan
istilah strategi belajar ekspositori dan whole class teaching. Pembelajaran
langsung merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari penjelasan
guru mengenai konsep atau keterampilan baru terhadap siswa. Menurut
Arends (dalam Trianto, 2009) adalah suatu model pembelajaran dirancang
khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan
baik, dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap selangkah demi
selangkah.
Adapun karakteristik model pembelajaran langsung, yaitu:
a. Fokus akademik
b. Arahan dan kontrol guru
c. Harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa
d. Sistem manajemen waktu
e. Atmosfer akademik yang cukup netral

Model pembelajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu
a. Fase 1 : Fase Orientasi
b. Fase 2 : Fase Presentasi/Demonstrasi
c. Fase 3 : Fase Latihan Terstruktur
d. Fase 4 : Fase Latihan Terbimbing

21
e. Fase 5 : Fase Latihan Mandiri

3.2 Saran
Diharapkan para guru atau calon guru dapat menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dalam dunia pendidikan pada saat proses
pembelajaran agar terciptanya suatu pembelajaran yang bermakna. Selain itu,
guru juga diharapkan membimbing siswa menuju keberhasilan dalam belajar.

22

Anda mungkin juga menyukai