Anda di halaman 1dari 15

JOURNAL READING

RELATIONSHIP BETWEEN BULLYING AND HEALTH PROBLEMS IN


PRIMARY SCHOOL CHILDREN

DISUSUN OLEH :
Andhitya WP Teibang
1620221216

PEMBIMBING :
dr. Endang Prasetyowati, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
RSUD AMBARAWA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Dalam kesempatan ini puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah
SWT atas rahmat, nikmat, serta hidayah Nya dalam penulisan tugas makalah
journal reading ini. Serta salawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi
Muhammad SAW dan keluarganya serta para sahabat. Tugas Makalah Journal
Reading yang berjudul “Relationship Between Bullying and Health Problems in
Primary School Children” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dr. Endang Prasetyowati, Sp.A selaku pembimbing kepaniteraan klinik
anak RSUD Ambarawa.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan
makalah ini, oleh karena itu peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya.
Semoga makalah yang disusun penulis ini dapat bermanfaat bagi bangsa dan
negara serta masyarakat luas pada umumnya di masa yang akan datang.
Ambarawa, Januari 2018

Penulis
PENGESAHAN

Journal Reading diajukan oleh


Nama : Andhitya WP Teibang
NRP : 1620221216
Judul : Relationship Between Bullying and Health Problems in Primary
School Children
Telah berhasil dipertahankan di hadapan pembimbing dan diterima sebagai syarat
yang diperlukan untuk ujian kepaniteraan klinik anak Program Studi Profesi
Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jakarta.

Pembimbing

dr. Endang Prasetyowati, Sp.A

Ditetapkan di : Ambarawa
Tanggal : 16 Januari 2017
HUBUNGAN ANTARA BULLYING DAN MASALAH
KESEHATAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR

Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara
bullying dan paparan terhadap bullying dan masalah kesehatan pada anak sekolah
dasar.
Metode Penelitian ini dilakukan pada 92 orang tua dan 92 siswa yang merupakan
siswa kelas enam di dua sekolah dasar di Izmir. Data dikumpulkan dengan
menggunakan Kuesioner Bullying Teman Sebaya Remaja (Peer Bullying Scale
Adolescent) dan Kuesioner Identifikasi Masalah Kesehatan (Identification of
Health Problems Form). Data dianalisis melalui analisis χ2 dan odds ratio dengan
derajat kepercayaan 95%.
Hasil Sekitar empat puluh sembilan persen siswa (48,9%) adalah laki-laki, 51,1%
di antaranya adalah perempuan dan usia rata-rata adalah 11,6 ± 0,53 tahun.
Ditemukan bahwa siswa yang memiliki nilai tinggi dalam terpapar bullying lebih
cenderung mengalami sakit kepala, lesu, menangis gelisah, gugup, masalah tidur,
pusing, sedangkan siswa yang memiliki skor bullying tinggi secara signifikan
biasanya hanya mengalami kurangnya nafsu makan.
Kesimpulan Siswa yang terpapar bullying memiliki lebih banyak masalah
kesehatan daripada siswa yang melakukan bullying. Maka disarankan untuk
mengembangkan suatu program yang dirancang untuk mencegah dampak negatif
bullying.
Kata kunci: bullying, anak, kesehatan sekolah, sekolah dasar

LATAR BELAKANG
Hubungan interpersonal antar anak di sekolah sangat bervariasi di banyak
negara di seluruh dunia. Bullying adalah salah satu hubungan negatif yang dialami
oleh anak-anak di sekolah dan itu merupakan sebuah bagian penting dari perilaku
agresif (Rigby, 2007; Smith & Sharp, 2003). Bullying didefinisikan sebagai
perlakuan memberikan tekanan secara fisik atau psikologis berulang oleh orang
atau kelompok yang lebih kuat kepada yang lebih lemah (Olweus, 1993). Bullying
ditandai dengan adanya kekuatan yang nyata atau tidak seimbang, niat untuk
menyakiti, dan bersifat repetitif (Olweus; Rigby; Smith & Sharp). Bullying
merupakan bentuk sebuah agresi, termasuk salah satu subkategori agresi proaktif
(Olweus, 1993; Rigby, 2007).
Emosi yang dominan di agresi proaktif adalah kesenangan dan agitasi dari
pada kemarahan dan pengekangan. Perilaku agresif membuat orang merasa kuat
dan senang (Griffin & Gross, 2004). Banyak penelitian dilakukan di berbagai
bagian dunia yang berkaitan dengan bullying menunjukkan bahwa ini adalah
masalah lazim hampir di seluruh dunia (Alikasifoglu, Erginöz, Ercan, Uysal, &
Albayrak-Kaymak, 2007; Andreau, 2000; Baldry & Farrington 1999; Karena Et
al., 2005; Fitzpatrick, Dulin, & Piko 2007; Gini & Pozzoli, 2009; Hara, 2002;
Natvig, Albrektsen, Qvarnstrom 2001; Williams, Chambers, Logan, & Robinson,
1996). Menurut penelitian pada kesehatan perilaku pada anak usia sekolah
dilakukan pada tahun 2006, Turki menempati urutan pertama di antara 41 negara,
di kelompok usia 11 tahun (perempuan 30%, anak laki-laki 37%) dan yang ketiga
di kelompok umur 13 tahun (perempuan 26%, anak laki-laki 29%) dalam hal
terkena bullying (Currie et al., 2008). Hasil penelitian di Turki menunjukkan
bahwa bullying adalah masalah serius di Turki (Alikasifoglu Et al., 2010;
Karaman Kepenekci & Cinkir, 2006; Kapci, 2004; Piskin, 2002; Yöndem &
Totan, 2008).
Bullying adalah masalah yang bersifat luas, kompleks dan multidimensi.
Bullying adalah masalah yang tidak hanya akan mempengaruhi bully dan
korbannya, tapi semua siswa di sekolah. Karena itu akibat masalah sistem yang
melibatkan sekolah, masyarakat, keluarga dan siswa, hal itu membutuhkan
pendekatan sistematis multidimensi yang mencakup semuanya termasuk
masyarakat. Bullying adalah perilaku yang dipelajari (Selekman & Praeger, 2006).
Karenanya, siswa, guru, dan orang tua semua harus dilibatkan dalam program
pencegahan untuk menemukan solusi yang sistematis. Program sekolah yang
diterapkan umumnya menurunkan perilaku bullying. Sayangnya, program ini
tidak dilaksanakan secara efektif sehingga meningkatnya insiden bullying di
Turki.
Selama bertahun-tahun, bullying dianggap sebagai fase normal dalam
perkembangan anak “bagian dari pertumbuhan" (Olweus, 1993; Rigby, 2007;
Smith & Sharp, 2003). Namun, penelitian dilakukan di banyak negara
menunjukkan bahwa bullying adalah masalah yang lebih serius untuk anak
sekolah dan remaja dibandingkan perilaku berisiko lainnya seperti
penyalahgunaan zat terlarang dan hubungan seksual pada usia dini. Bullying
memiliki efek negatif pada fisik, psiko-sosial, dan lingkungan akademis untuk
keduanya, baik bully dari bullying maupun korban serta lingkungan belajar
mereka dan menyebabkan banyak masalah dalam jangka pendek maupun panjang
(Olweus; Rigby; Selekman & Praeger, 2006; Smith & Tajam).
Efek negatif dari bullying tidak terbatas pada tahun sekolah dan hal
tersebut bisa berlanjut setelah selesai sekolah. Bullying di masa kanak-kanak
meningkatkan risiko perilaku antisosial (penyalahgunaan zat, kecenderungan
kriminal) dan penyakit kejiwaan pada masa remaja dan dewasa (Kumpulainen &
Rasanen, 2000; Sourander, Helstela, Helenius, & Piha, 2000).
Meski efek negatif dari bullying pada anak-anak sudah menjadi
pengetahuan umum, hanya ada sedikit penelitian yang meneliti hubungan antara
bullying dan masalah kesehatan (Alikasifoglu et al., 2007). Tujuan dari penelitian
adalah untuk menganalisis hubungan antara bullying dan keterpaparan terhadap
bullying dan masalah kesehatan pada anak sekolah dasar.
METODE
Sampel Penelitian
Sampel penelitian terdiri dari 184 peserta, 92 di antaranya adalah orang tua
dan 92 siswa kelas enam yang dipilih secara acak dari dua sekolah dasar di Izmir
yang hadir di kelas pada hari pengumpulan data dan secara sukarela berpartisipasi
dalam penelitian dan mengisi kuesioner dan mengisi kuesioner sepenuhnya.
Sekolah di Kota Konak Provinsi Kepulauan Izmir dipilih dan yang
termasuk dalam sampel adalah siswa dari struktur sosio-ekonomi yang berbeda
yang menerima pendidikan disana. Sekolah yang diikutsertakan dalam
pengambilan sampel dipilih di antara sekolah-sekolah di kota melalui metode
sampel acak dan cabangnya ditentukan oleh undian.
Instrumen Penelitian
Kuesioner Bullying Teman Sebaya (Peer Bullying Scale)
Kuesioner Bullying Teman Sebaya – versi terbaru yang dikembangkan
oleh Piskin dan Ayas (2007) digunakan untuk mengukur tingkat bullying dan
keterpaparan terhadap bullying di kalangan siswa. Kuesioner terdiri dari 53 item,
dan berisi dua bagian kuesioner yang disebut kuesioner bully dan kuesioner
korban yang menanyakan pertanyaan yang sama dengan kata-kata yang berbeda.
Dalam kuesioner bully, siswa diminta untuk menandai seberapa sering mereka
melakukan tindakan atau menggunakan kata-kata yang disebutkan dalam
kuesioner, dan dalam kuesioner korban, mereka diminta untuk menandai seberapa
sering mereka terkena tindakan atau kata-kata tersebut. Kuesioner ini terdiri dari 6
faktor. Distribusi item dalam kuesioner sesuai dengan faktor adalah sebagai
berikut; Item antara 1 dan 15 termasuk bully dan korban dalam kaitannya dengan
bullying secara fisik, item antara 16 dan 22 terkait dengan bullying secara verbal,
item antara 23 dan 28 terkait dengan isolasi, item antara 29 dan 33 terkait dengan
menyebarkan gosip, item antara 34 dan 43 terkait dengan merusak pada barang-
barang, item 44 dan 53 berhubungan dengan bullying secara seksual dan
korbannya. Skor terendah yang akan diterima bagian bully dan korban kuesioner
adalah 53 dan Skor tertinggi adalah 265. Pada kuesioner, tidak pernah sama
dengan 1, sekali selama satu semester sama dengan 2, setidaknya sekali dalam
satu bulan sama dengan 3, setidaknya sekali dalam seminggu sama dengan 4 dan
hampir setiap hari setara dengan 5. Skor yang lebih tinggi berarti tingkat bullying
dan korban yang lebih tinggi. Kuesioner ini tidak memiliki titik potong.
Cronbach's Koefisien alpha adalah 0,93 untuk kuesioner korban dan 0,92 untuk
kuesioner bully (Piskin & Ayas). Dalam penelitian ini Koefisien alpha Cronbach
adalah 0,88 untuk korban Kuesioner dan 0,91 untuk kuesioner pengganggu.

Kuesioner Identifikasi Masalah Kesehatan (Identification of Health Problems


Form)
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dialami siswa karena
bullying, masalah kesehatan didefinisikan dalam literatur (Due et al., 2005;
Fekkes, Pijpers, & Verloov-Vanhorick, 2004; Gini, 2008; Natvig dkk., 2001;
Williams et al., 1996) sebagai masalah kesehatan fisik, keluhan somatik, keluhan
psiko-somatik dan sebagainya hingga akhirnya terbentuk sebuah kuesioner dari
pendapat para ahli. Kuesioner berisi 13 pertanyaan (sakit kepala, sakit perut, sakit
perut, sakit punggung, penyakit kulit, lesu, menangis, gelisah, gugup, gangguan
tidur, pusing, masalah pernafasan, nafsu makan yang menurun).
Orangtua diminta untuk menyatakan seberapa sering anak-anak mereka
memiliki masalah yang disebutkan dalam kuesioner selama enam bulan terakhir.
Dimana 0 berarti tidak pernah , 1 berarti kadang-kadang, dan 2 berarti sering.
Alpha Cronbach Koefisien dari kuesioner setelah dihitung nilainya 0,83.
Prosedur
Sebelum memulai studi, izin tertulis diambil dari Direktorat Regional
Izmir Komite Pendidikan Nasional dan Etika Sekolah Keperawatan Dokuz Eylul
University, dan orang tua siswa. Selain itu, juga menjalin kontak dengan orang tua
saat rapat sekolah dan mereka diberitahu tentang penelitian dan dijelaskan tentang
tujuan penelitian. Orangtua menyatakan bahwa mereka mengijinkan anak-anak
mereka untuk ikut serta dalam penelitian dengan menandatangani surat
persetujuan orang tua. Para siswa juga diinformasikan tentang penelitian sebelum
penelitian tersebut dilakukan dan dijelaskan kepada mereka bahwa mereka tidak
wajib untuk turut serta, hanya yang sukarela saja. Kemudian mereka mengisi surat
yang menyatakan bahwa mereka bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian
ini. Tidak ada dari anak-anak yang termasuk dalam sampling memiliki penyakit
yang sudah terdiagnosis sebelumnya.
Data dikumpulkan pada bulan Oktober dan November 2009, dengan
menerapkan Kuesioner Bullying Teman Sebaya Remaja untuk siswa dan
Kuesioner Identifikasi Masalah Kesehatan kepada orang tua. Anonimitas
digunakan oleh orang tua dan siswa karena diperkirakan menuliskan nama pada
kuesioner dapat mempengaruhi jawaban siswa. Dalam praktik ada cara yang
memudahkan mencocokan hasil kuesioner orang tua dan siswa. Kode khusus
diberikan pada siswa (dua huruf pertama dari nama, dua digit terakhir dari tanggal
lahir siswa, dan dua huruf pertama dari nama ayah) dan orang tua diminta untuk
menggunakan kode yang sama. Skornya dari Kuesioner Bullying Teman Sebaya
dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu "kelompok dengan skor bully / korban
rendah" dan "kelompok dengan skor bully / korban tinggi". Skor rata-rata
digunakan dalam menentukan kelompok karena fakta bahwa kuesioner tidak
memiliki titik potong.
Jawaban tidak pernah, kadang-kadang dan sering di kuesioner kesehatan
diubah menjadi variabel biner; jawaban kadang-kadang dan sering digabungkan,
tidak pernah sama dengan 0 dan kadang-kadang dan sering sama dengan 1.
ANALISIS
Data dianalisis melalui analisis χ2 dan odds rasio dengan derajat
kepercayaan 95% dalam program SPSS (SPSS, Inc., Chicago, IL, USA) untuk
menentukan hubungan antara masalah kesehatan dan bullying (Akgul, 2005).
HASIL
Sekitar 48,9% (n = 45) siswa adalah laki-laki, 51,1% (n = 47) adalah
perempuan, dan usia rata-rata adalah 11,6 ± 0,53 tahun; 70,7% (n = 65) dari orang
tua adalah ibu, 29,3% (n = 27) adalah ayah; tingkat partisipasi dalam penelitian ini
adalah 82%. Kuesioner bullying teman sebaya terdiri dari kelompok bully dan
korban berdasarkan kuesioner bullying, 30 siswa mendapatkan skor tinggi di
kelompok bully dan 62 siswa mendapatkan skor rendah di kelompok bully
sementara menurut kuesioner korban; 32 siswa termasuk di kelompok korban
dengan skor tinggi dan 60 siswa termasuk dalam kelompok korban dengan skor
yang rendah.

Tabel 1 menunjukan hasil hubungan antara masalah kesehatan di kalangan


siswa yang dibully. Tabel 2 menunjukkan hubungan antara kesehatan masalah
kesehatan di kalangan siswa yang aktif melakukan bullying dan persentase untuk
masing-masing gejala masalah kesehatan. Anak-anak di kelompok korban dengan
skor tinggi mengalami sakit kepala, lesu, menangis gelisah, gugup, masalah tidur,
dan pusing lebih sering secara signifikan daripada kelompok korban dengan skor
rendah. Sakit perut, sakit punggung, penyakit kulit, masalah pernafasan dan nafsu
makan menurun tidak signifikan (Tabel 1).

Anak di kelompok dengan skor bullying tinggi hanya mengalami nafsu


makan yang rendah lebih sering secara signifikan daripada kelompok bully
dengan skor rendah dan tidak ada perbedaan yang berarti berkaitan dengan gejala
lainnya (Tabel 2).
DISKUSI
Dalam penelitian ini, ditentukan bahwa korban bullying mengalami gejala
masalah kesehatan yang jauh lebih banyak daripada bully. Tidak ditemukan kaitan
beberapa gejala antara dua kelompok karena tidak ada perbedaan signifikan. Hal
ini terjadi karena oleh jumlah siswa terbatas yang terbagi dalam kelompok.

Hubungan antara keterpaparan terhadap bullying dan masalah kesehatan


Ditemukan dalam penelitian ini bahwa anak-anak dengan skor korban
yang tinggi mengalami sakit kepala, lesu, menangis, pusing, gelisah, gugup,
gangguan tidur secara signifikan lebih sering. Telah ditemukan dalam penelitian
tersebut bahwa anak-anak yang menjadi korban bullying memiliki lebih banyak
masalah kesehatan dibandingkan anak tidak terlibat dalam bullying (Alikasifoglu
et al., 2007; Karena et al., 2005; Fekkes dkk., 2004; Fekkes, Pijpers, Fredriks,
Vogels, & Verloove-Vanhorick, 2006; Gini, 2008; Gini & Pozzoli, 2009; Natvig
dkk., 2001; Williams et al., 1996).
Dalam studi, mereka membandingkan bullying dan gejala masalah
kesehatan pada anak-anak usia sekolah di 28 negara, Due et al. Ditemukan gejala
yang ditemukan pada korban telah meningkat. Dalam semua penelitian yang
diperiksa dalam meta analisis, telah ditentukan bahwa korban bullying mengalami
lebih banyak masalah psikosomatik bila dibandingkan dengan siswa yang lain.
Temuan penelitian ini menunjukkan perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
Dari segi gejala, odds rasio tertinggi yang ditemukan adalah kegelisahan, pusing
dan gangguan tidur pada korban bullying. Hasil ini serupa dengan hasil yang
diperoleh Gini (2008).
Sakit perut (Due et al .; Natvig dkk.) adalah gejala umum yang telah
diamati dalam banyak penelitian tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan dalam penelitian ini. Pada temuan ini, nyeri perut ternyata juga tidak
signifikan dalam penelitian Gini. Sudah ditentukan pada banyak penelitian bahwa
masalah tidur dan pusing ditemukan secara signifikan pada sebagian besar korban.
Hubungan antara pelaku bullying dan masalah kesehatan
Dalam sebagian besar studi dalam literatur, tujuan penelitiannya hanya
untuk menetukan masalah yang dialami hanya oleh korban (Due et al., 2005;
Natvig dkk, 2001; Williams et al., 1996) sementara hanya sedikit penelitian yang
dilakukan dengan tujuan untuk menentukan masalah bully (Fekkes et al., 2004;
Gini, 2008).
Bukan hanya para korban, tapi juga bully mengalami efek negatif dari
bullying itu sendiri. Hal itu terdeteksi dalam penelitian ini dimana anak-anak
dalam kelompok bully dengan skor yang tinggi hanya mengalami nafsu makan
yang menurun lebih sering secara signifikan daripada kelompok bully dengan skor
yang rendah. Tidak ada perbedaan yang berarti dengan gejala lain penyakit pada
kelompok bully. Dalam studi Fekkes dkk. (2004) tidak mendeteksi adanya
hubungan dengan gejala lainnya kecuali sakit kepala dan mengompol.
Dalam studi Gini (2008), tidak ada perbedaan signifikan yang terdeteksi
pada gejala masalah kesehatan kecuali hiperaktif, gangguan tidur dan rasa tegang
pada bully. Dalam Sebagian besar penelitian, temuan menunjukkan bahwa setelah
diamati tidak ada gejala yang berat pada bully. Sementara sebagian besar peneliti
menggambarkan bully sebagai pribadi yang cemas, gelisah dan depresi, beberapa
peneliti menggambarkan bully secara individu dengn psikologi yang kuat dengan
status sosial tinggi serta memiliki harga diri yang tinggi (Gini). Perbedaan ini
diperkirakan hasil dari karakteristik bully. Meskipun masalah yang disebabkan
oleh bullying pada bully lebih jarang diamati daripada korban, efek negatifnya
pada bully dapat ditentukan dalam studi jangka panjang selanjutnya
(Kumpulainen & Rasanen, 2000; Sourander et al., 2000).

KETERBATASAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan yang dialami oleh
bully dan korban dan terdapat keterbatasan sebagai berikut: Hanya siswa kelas
enam dan orang tua mereka yang diikutkan dalam penelitian karena pada
kelompok usia ini dimana bullying sering ditemukan. Karena penelitian ini adalah
studi cross sectional, hasilnya tidak menjelaskan sebab dan akibat pada hasil yang
ditemukan. Jumlah yang ditargetkan pada pengambilan sampel telah ditentukan
sebanyak 112 siswa dan orang tua tapi data yang didapatkan hanya 92 siswa
karena ada orang tua yang tidak mengisi kuesioner atau mereka tidak mengisi
kuesioner dengan lengkap. Dalam penelitian ini, hanya orang tua saja yang
diminta untuk mengisi kuesioner identifikasi masalah kesehatan dengan
mempertimbangkan bahwa guru tidak memiliki informasi yang cukup mengenai
masalah kesehatan siswa.
Instrumen yang dirancang untuk identifikasi situasi kesehatan pada anak-
anak telah diuji reliabilitas dan validitas di Turki tapi tidak bertujuan untuk
digunakan untuk menentukan masalah yang berkaitan dengan bullying. Kuesioner
tersebut disiapkan oleh para peneliti sesuai dengan literatur yang relevan (Due et
al., 2005; Fekkes et al., 2004; Gini, 2008; Natvig dkk, 2001; Williams dkk.,
1996).
KESIMPULAN
Bullying adalah masalah yang tidak hanya mempengaruhi si bully dan
korban, tapi semua siswa di sekolah. Hal itu menyebabkan sakit kepala, lesu,
menangis, pusing, gelisah, gugup, gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun
dialami anak lebih sering secara signifikan. Anak-anak yang terpapar bullying
yang lebih berat mengalami lebih banyak masalah kesehatan daripada teman
sebayanya. Tenaga kesehatan profesional harus mempertimbangkan bahwa gejala
masalah pada anak mungkin terkait dengan bullying.
Studi lebih lanjut harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah
berdasarkan jenis bullying dan gender; siswa, orang tua dan guru harus disertakan
dalam penelitian bersama-sama; studi kuesioner besar harus dilakukan dengan
jumlah sampel yang lebih besar termasuk korban-bully dan siswa yang melihat
bullying; program pencegahan juga harus dikembangkan agar tidak timbul efek
negative akibat bullying dan lebih banyak penelitian juga harus dilakukan
dilakukan untuk mengetahui efek pencegahannya program tersebut pada gejala
masalah kesehatan.
CRITICAL APPRAISAL

No. Judul & Pengarang +/-


1. Jumlah kata dalam judul < 12 kata +
2. Deskripsi judul +
3. Daftar penulis sesuai aturan jurnal +
4. Korespodensi penulis +
5. Tempat dan waktu penelitian dalam judul -

No. Abstrak +/-


1. Abstrak 1 paragraf +
2. Secara keseluruhan informatif +
3. Tanpa singkatan selain yang baku +
+
4. Kurang dari 250 kata
(175 kata)

No. Pendahuluan +/-


1. Terdiri dari 2 bagian/2 paragraf -
2. Paragraf pertama mengemukakan alasan +
3. Paragraf kedua menyatakan hipotesis/tujuan penelitian +
4. Didukung oleh penelitian relevan -
5. Kurang dari 1 halaman -

No. Bahan & Metode Penelitian +/-


1. Jenis dan rancangan penelitian -
2. Waktu dan tempat penelitian +
3. Populasi sumber -
4. Teknik sampling +
5. Kriteria inklusi -
6. Kriteria eksklusi +
7. Perkiraan dan perhitungan besar sampel -
8. Perincian cara penelitian +
9. Uji statistik +
10. Program komputer +
11. Persetujuan subjektif +

No. Hasil +/-


1. Jumlah subjek +
2. Tabel karakteristik subjek -
3. Hasil penelitian +
4. Komentar dan pendapat hasil penulis tentang hasil +
5. Tabel analisis data dan uji +

No. Pembahasan, kesimpulan, daftar pustaka +/-


1. Pembahasan dan kesimpulan terpisah +
2. Pembahasan dan kesimpulan dipaparkan dengan jelas +
3. Pembahasan mengacu pada penelitian sebelumnya +
4. Pembahasan sesuai dengan landasan teori +
5. Keterbatasan penelitian +
6. Simpulan utama +
7. Simpulan berdasarkan penelitian +
8. Saran penelitian +
9. Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +

Anda mungkin juga menyukai