4 Lapkas
4 Lapkas
PENDAHULUAN
Nyeri kepala atau cephalgia adalah nyeri yang dirasakan di daerah kepala
atau merupakan suatu sensasi tidak nyaman yang dirasakan pada daerah kepala.
Nyeri kepala merupakan salah satu gangguan sistem saraf yang paling umum
dialami oleh masyarakat. Telah dilakukan penelitian sebelumnya dalam 1 tahun,
90% dari populasi dunia mengalami paling sedikit 1 kali nyeri kepala. Menurut
WHO dalam banyak kasus nyeri kepala dirasakan berulang kali oleh penderitanya
sepanjang hidupnya.
Nyeri kepala merupakan masalah umum yang sering dijumpai dalam praktek
sehari-hari. Nyeri kepala yang sering timbul dimasyarakat adalah nyeri kepala tanpa
kelainan organik, dengan kata lain adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh faktor
psikis. Sebagian besar orang pernah mengalami nyeri kepala (sefalgia) pada
sepanjang hidupnya, terbukti dari hasil penelitian population base di Singapore.
Prevalensi life time nyeri kepala penduduk Singapore adalah pria 80%, wanita 85%.
Walaupun nyeri kepala dapat ditangani pada praktik umum, namun dokter
sering sulit menentukan diagnosis dan klasifikasi nyeri kepala. Dokter serta pasien
cenderung mencemaskan penyebab serius seperti tumor otak.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 CEPHALGIA
Cephalgia atau nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan di
seluruh daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke belakang kepala.
Berdasarkan penyebabnyadigolongkan nyeri kepala primer dan nyeri kepala
sekunder. Nyeri kepala primer adalah nyeri kepala yang tidak jelas kelainan
anatomi atau kelainan struktur, yaitu migrain, nyeri kepala tipe tegang, nyeri kepala
klaster dan nyeri kepala primer lainnya. Nyeri kepala sekunder adalah nyeri kepala
yang jelas terdapat kelainan anatomi maupun kelainan struktur dan bersifat kronis
progresif, antara lain meliputi kelainan non vaskuler
2
Migren probable
Factor pemicu
3
m.sternokledomastoideus, m.trapezius, m.servikaslis posterior dan
m.levator scapulae)
Klasifikasi TTH
TTH episode jarang
TTH episode sering
TTH tipe kronis
TTH tipe probable
Gejala klinis
nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, seperti diikay tali
yang melingkari kepala, kencang dan menekan. Kadang kadang disertai
nyeri kepala yang berdenyut. Dapat disertai gejala mual kadang kadang
muntah, vertigo, lesu, sulit tidur.
4
Nyeri kepala primer menusuk
Nyeri kepala primer dengan batuk
Nyeri kepala primer dengan aktivitas
Nyeri kepala primer berhubungan dengan aktivitas seksual
Nyeri kepala hypnic
Nyeri kepala primer sambaran petir
Hemicrania continua
New daily-persistent headache (NDPH)
5
Nyeri kepala berkaitan dengan infeksi intrakranial
Nyeri kepala berkaitan dengan meningitis bakterial
Nyeri kepala kronis post meningitis bakterial
f. Nyeri kepala berkaitan dengan gangguna homeostasis
g. Nyeri kepala atau nyeri wajah berkaitan dengan gangguan cranium, leher,
mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut, atau struktur kranial lainnya
Nyeri kepala berkaitan dengan gangguan leher
Nyeri kepala cervicogenic
h. Nyeri kepala berkaitan dengan gangguna psikiatri
Nyeri kepala berkaitan dengan gangguan somatisasi
Nyeri kepala berkaitan dengan gangguan psikotik
i. Neuralgia kranial dan penyebab sentral dari nyeri wajah
Neuralgia trigeminal
Neuralgia oksipital
Post herpetic neuralgia
Migren opthalmoplegik
j. Nyeri kepala lain, neuralgia kranial, nyeri wajah primer atau sentral
Nyeri kepala yang tidak diklasifikasikan di manapun
Nyeri kepala yang tidak terspesifik
6
7. Tekanan langsung pada saraf-saraf yang mengandung serabut untuk rasa nyeri
7
2.5 Penatalaksanaan Cephalgia
Pembinaan hubungan empati awal yang hangat antara dokter dan pasien
merupakan langkah pertama yang sangat penting untuk keberhasilan pengobatan.
Saat nyeri timbul dapat diberikan beberapa obat untuk menghentikan atau
mengurangi sakit yang dirasakan saat serangan muncul. Penghilang sakit yang
sering digunakan adalah acetaminophen dan NSAID seperti aspirin, ibuprofen,
naproxen, dan ketoprofen. Acetaminophen efektif untuk sakit kepala sedang sampai
berat dalam dosis tinggi. Efek samping acetaminophen lebih jarang ditemukan,
tetapi penggunaan dalam dosis besar untuk waktu yang lama bisa menyebabkan
kerusakan hati yang berat. NSAID efektif dalam dosis yang lebih rendah. Efek
samping yang ditemukan antara lain mual, diare atau konstipasi,sakit perut,
perdarahan dan ulkus. Pengobatan kombinasi antara acetaminophen atau aspirin
dengan kafein atau obat sedatif biasa digunakan bersamaan. Cara ini lebih efektif
untuk menghilangkan sakitnya, tetapi jangan digunakan lebih dari 2 hari dalam
seminggu dan penggunaannya harus diawasi oleh dokter.
2.7 Vertigo
Vertigo adalah persepsi yang salah dari gerakan seseorang atau lingkungan
sekitarnya. Vertigo diartikan juga sebagai sensasi abnormal berupa gerakan
berputar.
8
Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo
yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari “dizziness” yang secara
defenitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling sering adalah perasaan atau
sensasi tubuh yang berputar. Vertigo juga dirasakan sebagai suatu perpindahan
linear ataupun miring, tetapi gejala seperti ini lebih jarang dirasakan.
Vertigo adalah adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau
lingkungan sekitarnya dengan gejala lain yang timbul, terutama dari jaringan
otonomik yang disebabkan oleh gangguan alat keseimbangan tubuh oleh berbagai
keadaan atau penyakit.
2.8 Klasifikasi Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi :
1. Vertigo vestibular adalah rasa berputar yang timbul pada gangguan
vestibular. Berdasarkan letak lesinya terdapat 2 jenis vertigo vestibular,
yaitu :
Vertigo vestibular perifer, terjadi pada lesi di labirin dan nervus
vestibularis
Vertigo vestibular sentral, terjadi pada lesi di nukleus vestibularis
batang otak, thalamus sampai ke korteks serebri.
2. Vertigo non vestibular adalah rasa goyang, melayang, mengambang yang
timbul pada gangguan sistem proprioseptif atau sistem visual.
9
Hilang pendengaran, Bisa terjadi Tidak ada
tinitus
Kehilangan kesadaran Tidak ada Dapat terjadi
Gejala neurologis Tidak ada Sering disertai defisit
lainnya saraf kranial serta
tanda-tanda sereberal
dan piramidal
10
okulovestibuler dan intensitas nistagmus akibat rangsangan perputaran tubuh dan
rangsangan kalori pada daerah labirin. Refleks okulovestibuler bertanggung jawab
atas fiksasi mata terhadap objek diam sewaktu kepala dan badan sedang bergerak.
Nistagmus merupakan gerakan bola mata yang terlihat sebagai respons terhadap
rangsangan labirin, serta jalur vestibuler retrokoklear, ataupun jalur
vestibulokoklear sentral. Vertigo sendiri mungkin merupakan gangguan yang
disebabkan oleh penyakit vestibuler perifer ataupun disfungsi sentral oleh
karenanya secara umum vertigo dibedakan menjadi vertio perifer dan vertigo
sentral. Penggunaan istilah perifer menunjukkan bahwa kelainan atau gangguan ini
dapat terjadi pada end-organ (utrikulus maupun kanalis semisirkularis) maupun
saraf perifer.
Lesi vertigo sentral dapat terjadi pada daerah pons, medulla, maupun
serebelum. Kasus vertigo jenis ini hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh kasus
vertigo, tetapi gejala gangguan keseimbangan (disekulibrium) dapat terjadi pada
50% kasus vertigo. Penyebab vertigo sentral ini pun cukup bervariasi, di antaranya
iskemia atau infark batang otak (penyebab terbanyak), proses demielinisasi
(misalnya, pada sklerosis multipel, demielinisasi pascainfeksi), tumor pada daerah
serebelopontin, neuropati kranial, tumor daerah batang otak, atau sebab sebab lain.
11
melalui reseptor NMDA (N-metil-D-aspartat). Reseptor asetilkolin muskarinik
banyak ditemukan di daerah pons dan medulla, dan akan menimbulkan keluhan
vertigo dengan memengaruhi reseptor muskarinik tipe M2, sedangkan
neurotransmiter histamin banyak ditemukan secara merata di dalam struktur
vestibuler bagian sentral, berlokasi di predan postsinaps pada sel-sel vestibuler.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh sebaiknya difokuskan pada evaluasi
neurologis terhadap saraf-saraf kranial dan fungsi serebelum, misalnya dengan
melihat modalitas motorik dan sensorik. Penilaian terhadap fungsi serebelum
dilakukan dengan menilai fiksasi gerakan bola mata; adanya nistagmus (horizontal)
menunjukkan adanya gangguan vestibuler sentral.
Tes Romberg. Pada tes ini, penderita berdiri dengan kaki yang satu di
depan kaki yang lain, tumit yang satu berada di depan jari-jari kaki yang
12
lain (tandem). Orang yang normal mampu berdiri dalam sikap Romberg ini
selama 30 detik atau lebih. Berdiri dengan satu kaki dengan mata terbuka
dan kemudian dengan mata tertutup merupakan skrining yang sensitif untuk
kelainan keseimbangan. Bila pasien mampu berdiri dengan satu kaki dalam
keadaan mata tertutup, dianggap normal.
Tes kalori Tes kalori baru boleh dilakukan setelah dipastikan tidak ada
perforasi membran timpani maupun serumen. Cara melakukan tes ini adalah
13
dengan memasukkan air bersuhu 30° C sebanyak 1 mL. Tes ini berguna
untuk mengevaluasi nistagmus, keluhan pusing, dan gangguan fiksasi bola
mata. Pemeriksaan lain dapat juga dilakukan, dan selain pemeriksaan fungsi
vestibuler, perlu dikerjakan pula pemeriksaan penunjang lain jika
diperlukan. Beberapa pemeriksaan penunjang dalam hal ini di antaranya
adalah pemeriksaan laboratorium (darah lengkap, tes toleransi glukosa,
elektrolit darah, kalsium, fosfor, magnesium) dan pemeriksaan fungsi tiroid.
Pemeriksaan penunjang dengan CT-scan, MRI, atau angiografi dilakukan
untuk menilai struktur organ dan ada tidaknya gangguan aliran darah,
misalnya pada vertigo sentral.
c. Pemeriksaan penunjang
- Laboratorium : darah lengkap, profil lipid, asam urat dan hemostasis
- Foto rontgen servikal
- Neurofisiologi sesuai indikasi : EEG (elektroensefalografi), ENG
(elektronistagmografi), EMG (elektromiografi), BAEP (Brainstem
Auditory Evoked Potential) dan audiometri
- Neuroimaging : CT scan, MRI, arteriografi.
2.12 Penatalaksanaan Vertigo
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama keluhan dan
ketidaknyamanan akibat gejala yang timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada
vertigo, beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan untuk mengurangi keluhan
vertigo. Pada penyakit Meniere, misalnya, pengurangan asupan garam dan
penggunaan diuretik disarankan untuk mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk
BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), dapat dicoba dengan “bedside
maneuver” yang disebut dengan “Epley particle repositioning maneuver”.1
Penatalaksanaan Medikamentosa
14
mengurangi gejala-gejala neurovegetatif ataupun psikoafektif.
15
berasal dari efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada mikrosirkulasi di
daerah telinga tengah dan sistem vestibuler. Pada pemberian per oral,
betahistin diserap dengan baik, dengan kadar puncak tercapai dalam waktu
sekitar 4 jam. Efek samping relatif jarang, termasuk di antaranya keluhan
nyeri kepala dan mual.
d. Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk mengontrol keluhan mual
pada pasien dengan gejala mirip-vertigo. Sebagian besar antidopaminergik
merupakan neuroleptik. Efek antidopaminergik pada vestibuler tidak
diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bahwa antikolinergik dan
antihistaminik (H1) berpengaruh pada sistem vestibuler perifer. Lama kerja
neuroleptik ini bervariasi mulai dari 4 sampai 12 jam. Beberapa antagonis
dopamin digunakan sebagai antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid. Efek samping dari antagonis dopamin ini terutama adalah
hipotensi ortostatik, somnolen, serta beberapa keluhan yang berhubungan
dengan gejala ekstrapiramidal, seperti diskinesia tardif, parkinsonisme,
distonia akut, dan sebagainya.
e. Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator GABA, yang akan berikatan di
tempat khusus pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan vestibuler
diperkirakan terjadi melalui mekanisme sentral. Namun, seperti halnya
obat-obat sedatif, akan memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek
farmakologis utama dari benzodiazepin adalah sedasi, hipnosis, penurunan
kecemasan, relaksasi otot, amnesia anterograd, serta antikonvulsan.
Beberapa obat golongan ini yang sering digunakan adalah lorazepam,
diazepam, dan klonazepam.
f. Antagonis kalsium
Obat-obat golongan ini bekerja dengan menghambat kanal kalsium di dalam
sistem vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion kalsium intrasel.
Penghambat kanal kalsium ini berfungsi sebagai supresan vestibuler.
Flunarizin dan sinarizin merupakan penghambat kanal kalsium yang
16
diindikasikan untuk penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga digunakan
sebagai obat migren. Selain sebagai penghambat kanal kalsium, ternyata
flunarizin dan sinarizin mempunyai efek sedatif, antidopaminergik, serta
antihistamin-1. Flunarizin dan sinarizin dikonsumsi per oral. Flunarizin
mempunyai waktu paruh yang panjang, dengan kadar mantap tercapai
setelah 2 bulan, tetapi kadar obat dalam darah masih dapat terdeteksi dalam
waktu 2-4 bulan setelah pengobatan dihentikan. Efek samping jangka
pendek dari penggunaan obat ini terutama adalah efek sedasi dan
peningkatan berat badan. Efek jangka panjang yang pernah dilaporkan ialah
depresi dan gejala parkinsonisme, tetapi efek samping ini lebih banyak
terjadi pada populasi lanjut usia.
g. Simpatomimetik
Simpatomimetik, termasuk efedrin dan amfetamin, harus digunakan secara
hati-hati karena adanya efek adiksi.
h. Asetilleusin
Obat ini banyak digunakan di Prancis. Mekanisme kerja obat ini sebagai
antivertigo tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan bekerja sebagai
prekrusor neuromediator yang memengaruhi aktivasi vestibuler aferen,
serta diperkirakan mempunyai efek sebagai “antikalsium” pada
neurotransmisi. Beberapa efek samping penggunaan asetilleusin ini di
antaranya adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan nyeri di tempat
injeksi.
i. Lain-lain
Beberapa preparat ataupun bahan yang diperkirakan mempunyai efek
antivertigo di antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis
dopaminergik), dan ondansetron.
Tabel 2.2 Obat-obat Anti Vertigo
Golongan Dosis Anti Sedasi Mukosa Gejala
Oral Emetik Kering Ekstrapiramidal
Penyekat Kalsium
17
Flunarisin 5-10 mg + + - +
Sinarisin 25 mg + + - +
Antihistamin
Prometasin 25-50 + ++ ++ -
mg
Dimenhidrinat 50 mg + + + -
Antikolinergik
Monoaminergik
Amfetamin 5-10 mg + - + +
Efedrin 25 mg + - + -
Phenotiazine
Proklorperasin 3 mg +++ + + ++
Benzodiazepine
Butirofenon
Histamik
Betahistin 8 mg + + - +
18
Antiepilepsi
Karbamazepin 200 mg - + - -
Fenitoin 100 mg - - - -
2.13 Prognosis
Prognosis pasien dengan vertigo vestibular tipe perifer umumnya baik,
dapat terjadi remisi sempurna. Sebaliknya pada tipe sentral, prognosis tergantung
dari penyakit yang mendasarinya. Infark arteri basilar atau vertebral, misalnya,
menandakan prognosis yang buruk.
19
BAB II
STATUS PASIEN
MAHASISWA SMF ILMU NEUROLOGI RSUPM
20
Traktus Sirkulatorius : Tidak ada diagnosa
Traktus Respiratorius : Tidak ada diagnosa
Traktus Digestivus : Tidak ada diagnosa
Traktus Urogenitalis : Tidak ada diagnosa
V. Anamnesa Sosial
Kelahiran dan Pertumbuhan : Tidak jelas
Imunisasi : Tidak jelas
Pendidikan : Tamat SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Perkawinan : Menikah
21
VII. Pemeriksaan Neurologis
a. Sensorium : Compos Mentis
b. Cranium
Bentuk : Bulat Normal
Palpasi : Dalam Batas Normal
Perkusi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Auskultasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Transluminasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Rangsangan meningeal
Kaku Kuduk : Tidak dijumpai
Brudzinsky I : Tidak dijumpai
Brudzinsky II : Tidak dijumpai
Tanda Kernig : Tidak dijumpai
d. Peningkatan tekanan intracranial
Muntah : Tidak dijumpai
Sakit Kepala : Dijumpai
Kejang : Tidak dijumpai
e. Saraf-saraf otak
a. Nervus I (Olfactorius)
Penciuman : kanan kiri
(+) (+)
b. Nervus II (Opticus)
OD OS
22
c. Nervus III (Oculomotorius)
OD OS
Gerakan bola mata ke Medial (+) (+)
Atas (+) (+)
Bawah (+) (+)
d. Nervus IV (Trochlearis)
e. Nervus V (Trigeminus)
a. Motorik
1. Membuka dan menutup mata : Dalam batas normal
2. Palpasi otot masseter dan temporalis : Dalam batas
normal
3. Kekuatan gigitan : Dalam batas normal
4. Menggerakkan rahang : Dalam batas normal
23
b. Sensorik
1. Kulit : Dalam batas normal
2. Selaput lendir : Dalam batas normal
3. Refleks kornea : Positif
4. Refleks masseter : Positif
f. Nervus VI (Abducens)
OD OS
Pergerakan bola
(+) (+)
mata kearah lateral
b. Sensorik
Pengecapan 2/3 lidah depan : Tidak dilakukan pemeriksaan
Produksi kelenjar ludah : (+)
24
b. Vestibularis
1. Nistagmus : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Reaksi kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Vertigo : Romberg Test (+)
4. Tinitus : Negatif
i. Nervus IX (Glosofaringeus)
Palatum mole : Simetris
Uvula : Berada di tengah
Disatria : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Tidak dilakukan
pemeriksaan
j. Nervus X (Vagus)
Disfagia : Dalam batas normal
Refleks muntah : Dalam batas normal
k. Nervus XI (Asesorius)
Kanan Kiri
25
VIII. Sistem motorik
Kanan Kiri
Kekuatan Otot
Ekstremitas superior
Fleksi 5/5 5/5
Ekstensi 5/5 5/5
Ekstremitas Inferior
Fleksi 5/5 5/5
Ekstensi 5/5 5/5
Sikap
Duduk : Baik
Berbaring : Baik
Eksteroseptik
(+)
Nyeri (+)
Suhu (+) (+)
26
Raba (+) (+)
Propioseptik
(+)
Gerak (+)
Posisi (+) (+)
Tekanan (+)
(+)
X. Refleks
a. Refleks Fisiologis
Kanan Kiri
b. Refleks Patologis
Kanan Kiri
27
XI. Koordinasi
Kanan kiri
XII. Vegetatif
Miksi : Dalam batas normal
Defekasi : Dalam batas normal
Potensidan libido : Tidak dilakukan pemeriksaan
XIII. Vertebrae
Bentuk : Normal, Scoliosis (-), Lordosis (-), Kifosis (-)
Pergerakan leher : Dalam batas normal
Pergerakan Pinggang : Dalam batas normal
28
Cross Laseque (-) (-)
29
Agnosia : Negatif
GCS : 15
Suhu : 37 oC
b. Pemeriksaan Neurologi
Nervus I : Normosmia
Nervus II : Tidak dilakukan pemeriksaan
Nervus III : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, gerakan bola
mata (+)
Nervus IV : Dapat menggerakkan bola mata ke medial
Nervus V : motorik dalam batas normal, sensorik dalam batas
normal
Nervus VI : dapat menggerakkan bola mata kearah lateral
Nervus VII : kerutan dahi (+), menunjukan gigi (+),
Nervus VIII : Romberg (+)
30
Nervus IX : palatum mole simetris, uvula medial
Nervus X : Refleks muntah dalam batas normal
Nervus XI : menganggkat bahu normal, menolehkan leher
normal
Nervus XII : Dapat menjulurkan lidah
c. Kekuatan Otot
Ekstremitas Superior
Kanan ESF : 5/5 kiri ESF : 5/5
ESE : 5/5 ESE : 5/5
Ekstremitas Inferior
Kanan EIF : 5/5 Kiri ESF : 5/5
EIE : 5/5 EIE : 5/5
d.Refleks
Kanan Kiri
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Hoffman
(-) (-)
Tromner
31
Klonus Kaki (-) (-)
XX. TERAPI
IVFD RL 15 gtt/menit
Inj. Ranitidin 1amp /12 jam
Inj. Ketorolac 1amp /12 jam
Betahistin tab 6mg 3x2
Flunarizin tab 1x5 mg
32
MCV 85,4 fl 80,0 – 97,0
Kimia Klinik
b. Pemeriksaan Penunjang
-
XXII. Prognosa
Dubia ad Bonam
33
DAFTAR PUSTAKA
34