Anda di halaman 1dari 37

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN GANGGUAN SKIZOFRENIA PARANOID

Oleh :
Ni Nyoman Githa Setiani
17014101082

Pembimbing :
dr. Anita E. Dundu,Sp.KJ

Masa KKM: 04 Desember 2017 – 31 Desember 2017

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2017

1
LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK SEBAGAI PASIEN
LAPORAN KASUS

Seorang Pasien dengan Gangguan Schizofrenia Paranoid

Nama : M.M

Umur : 35 tahun

Telah disetujui untuk menjadi Pasien Laporan Kasus pada Desember 2017

Mengetahui,

Supervisior Ruangan

dr. L. F. Joyce Kandou, Sp.KJ

2
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ni Nyoman Githa Setiani

NRI : 17014101082

Masa KKM : 4 Desember 2017 – 31 Desember 2017

Dengan ini menyatakan bahwa saya benar-benar telah melakukan


wawancara psikiatri terhadap pasien laporan kasus saya

Manado, 07 Desember 2017

Ni Nyoman Githa Setiani

3
Status Laporan Kasus dengan Judul

Schizofrenia Paranoid

Telah dibacakan dan dikoreksi pada tanggal Desember 2017

Pembimbing

dr. Anita E. Dundu, Sp.KJ

4
DAFTAR ISI

COVER

LEMBAR PERSETUJUAN PASIEN LAYAK JADI PASIEN..............................i

SURAT PERNYATAAN........................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................................iii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... v

LAPORAN KASUS ................................................................................................ 1

I. Identitas Pasien .............................................................................................. 1

II. Riwayat Psikiatrik .......................................................................................... 1

III. Riwayat Kehidupan Pribadi ........................................................................... 3

IV. Pemeriksaan Status Mental……...…………..…………………………........7

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut ………………………………….....10

VI. Ikhtisar Penemuan Bermakna……………………………………………...12

VII. Formulasi Diagnostik…………………………………………………...…13

VIII. Diagnosis Multiaksial……………………………...........…………………13

IX. Daftar Masalah…………………………………………………………….14

X. Terapi………………………………………………………………………14

XI. Diskusi……………………………………………………………………..17

XII. Prognosis.......................................................................................................20

XIII. Kesimpulan………………………………………………………………...20

XIV. Wawancara Psikiatri……………………………………………………….21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26

LAMPIRAN..........................................................................................................27

PETA......................................................................................................................28

5
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. MM
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tanggal lahir : Manado, 27 Desember 1981
Status perkawinan : Sudah Menikah
Pendidikan Terakhir : Tamat SMA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku/Bangsa : Minahasa / Indonesia
Alamat : Kaskasen 1 Lingkungan 4, Tomohon
Agama : Katolik
Tanggal Datang di Poli : 5 November 2017
Cara Datang di Poli : Diantar oleh keluarga
Tanggal Pemeriksaan : 7 November 2017
Tempat pemeriksaan : Rumah Pasien
No. Telepon : 08529838xxxx (Suami pasien)

II. RIWAYAT PSIKIATRI


Riwayat psikiatri diperoleh melalui:
1. Autoanamnesis dengan pesien pada tanggal 7 Desember 2017 di rumah
pasien di Kaskasen 1 Lingkungan 4, Tomohon
2. Alloanamnesis dengan suami pasien bernama Tn. Paul Pusumah umur 44
tahun, dilakukan pada tanggal 7 Desember 2017 di rumah pasien di
Kaskasen 1 Lingkungan 4, Tomohon.

A. Keluhan Utama :
Pasien marah-marah dan mengamuk sejak ± 2 hari sebelum masuk
rumah sakit karena mendengar bisikan-bisikan yang sedang menceritakan
tentangnya.

6
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang diantar oleh suaminya ke Poliklinik Jiwa RSJ Prof.
Dr. V. L. Ratumbuysang dengan keluhan marah-marah dan mengamuk
sejak ± 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Pasien marah-marah dan
mengamuk karena mendengar suara-suara motor dan mobil yang ribut
serta bisikan yang menganggu pasien setiap malam sebelum tidur
sehingga menganggu pola tidurnya. Suara bisikan tersebut menurut
pasien adalah suara tetangganya, padahal menurut suami pasien suara-
suara tersebut tidak ada. Menurut pasien suara-suara tersebut
mengatakan bahwa pasien pendiam, tidak mau bergaul, dan pembawa
sial bagi keluarganya, pasien merasa itu adalah suatu ejekan. Hal ini
membuat pasien merasa tertekan sehingga pasien tidak dapat
melakukan aktivitasnya. Semua keluhan ini muncul saat pasien tidak
minum obat.
Pasien kadang-kadang tidak mau minum obat karena mencurigai
bahwa dirinya dijadikan bahan percobaan obat oleh kakak iparnya yang
bekerja sebagai perawat di RSJ. Prof. Dr. V. Ratumbuysang. Menurut
pasien hubungan pasien dan kakak iparnya kurang harmonis dan sering
terjadi pertengkaran. Pasien mengatakan bahwa kakak iparnya tidak
suka padanya dan sering dimarahi karena lambat mengerjakan
pekerjaan rumah tangga.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Pasien mulai mendengar suara-suara bisikan ± 7 tahun setelah
ibunya meninggal, dimana pasien mulai mengalami perubahan perilaku
menjadi lebih pendiam. Pasien sangat dekat dengan ibunya. Setelah
beberapa bulan kemudian, pasien mulai marah-marah dan mendengar
suara-suara bisiikan. Menurut pasien suara tersebut mengatakan bahwa
dia pembawa sial bagi keluarganya. Pasien sempat melakukan
percobaan bunuh diri dengan meminum racun karena dia merasa
tertekan dengan bisikan-bisikan tersebut. Selama hidupnya pasien
dikenal sebagai anak yang sangat dekat dengan ibunya. Pasien sangat
terbuka untuk menceritakan masalah pribadinya kepada ibunya. Pasien

7
selalu meminta nasehat dan petunjuk dari ibunya ketika dia mengalami
masalah.
Menurut suami pasien, pasien juga sempat diikat oleh ayahnya
dirumah pasien. Kemudian pasien dibawa oleh keluarga ke poliklinik
RSJ. Prof. Dr. V. Ratumbuysang Manado karena marah-marah dan
mengamuk di depan rumah tetangganya pada tahun 2011. Saat itu
pasien dirawat jalan dan diberikan obat tetapi keluarga sudah lupa nama
obat-obat yang diberikan. Keluarga dan pasien rutin untuk kontrol
kondisi pasien dan mengambil obat. Pada 1 tahun yang lalu pasien
kembali mengamuk dan marah-marah tanpa sebab yang jelas saat
berada dirumah orangtuanya.
1. Riwayat gangguan medis
Pasien mengatakan bahwa pasien memiliki riwayat penyakit
tekanan darah tinggi namun disangkal oleh suami pasien. Riwayat
penyakit tekanan darah tinggi, diabetes, asma, jantung, ginjal, TBC
disangkal oleh suami pasien.
2. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien mengatakan bahwa pasien tidak pernah merokok, minum
alkohol, menggunakan zat adiktif, namun hanya sesekali saja pasien
suka minum kopi dalam jumlah yang normal.

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI


a. Prenatal dan perinatal
Pasien dilahirkan secara normal di rumah sakit dan ditolong oleh
dokter, langsung menangis, berat badan, panjang badan, dan lingkar
kepala tidak diketahui oleh pasien, namun pasien mengatakan bahwa
semua dalam keadaan normal. Menurut pasien kondisi ibu pasien saat
hamil dalam keadaan sehat. Antenatal care selama kehamilan di bidan.
Pasien merupakan anak kedua dari 2 bersaudara. Pasien memiliki 1 orang
saudara laki-laki.

8
b. Masa kanak-awal (usia 0-3 tahun)
Pasien sejak lahir dirawat oleh ibu dn ayahnya. Pasien juga
diberikan ASI oleh ibu pasien sampai 1,5 tahun. Pada usia ini pasien sudah
belajar berjalan, berbicara walaupun belum terlalu jelas dan belajar makan
sendiri. Pada usia ini pasien aktif dan senang bermain dan patuh pada
perintah orangtua. Pertumbuhan dan perkembangannya sama seperti anak-
anak normal seusianya.
c. Masa kanak pertengahan (usia 4-11 tahun)
Pada stadium inisiatif lawan rasa bersalah (usia 3 – 5 tahun) pasien
sudah menyadari bahwa dirinya berjenis kelamin perempuan dan memakai
pakaian seperti anak perempuan. Pasien dekat dengan orangtua terutama
ibunya, menangis bila ditinggal pergi oleh orang tuanya, tidak memiliki
kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman-teman seusianya.
Pada stadium industri lawan inferioritas (usia 6 – 11 tahun) pasien
mulai menempuh pendidikan di SD Paso ( dikampungnya) pada usia 5
tahun, prestasi pasien tergolong biasa. Di sekolah pasien menyelesaikan
pendidikannya dalam waktu 6 tahun. Saat SD, pasien merasa malu dan
tidak bisa mengemukakan pendapat dan keinginannya karena merasa tidak
percaya diri. Pasien mendapat kasih sayang sangat lebih dari orangtuanya,
terutama ibunya. Pasien selalu menempel kemana-mana kepada ibunya
dan seluruh kemauannya harus dituruti.
d. Masa kanak akhir dan remaja
Pada stadium indentitas lawan difusi peran (usia 11 – 21 tahun)
pasien melanjutkan pendidikannya di SMP Katholik Manado pada usia 11
tahun, pasien tidak pernah tinggal kelas dan menyelesaikan sekolahnya
dalam 3 tahun. Pasien meiliki ingatan yang baik dalam belajar. Kemudian
pasien melanjutkan lagi pendidikannya di SMK Katholik Manado selama
3 tahun. Pasien bergaul baik dengan teman laki-laki maupun perempuan
dan belum pernah memiliki pacar. Pasien memiliki 2 teman dekat dan
pasien selalu menceritakan semua masalahnya kepada mereka. Pasien
selalu meminta pendapat dan keputusan kepada 2 temannya tesebut atas
semua masalah yang dihadapinya.

9
e. Masa dewasa
Pada stadium keintiman lawan isolasi (usia 21 – 40 tahun), pasien hanya
selesai sampai tamat SMK. Pasien tidak melanjutkan ke kuliah karena
masalah biaya dan memilih untuk bekerja. Setelah lulus SMK, pasien
bekerja di toko-toko swalayan sebagai kasir. Pasien memilih pekerjaan ini
atas saran dari temannya. Pasien berusaha untuk melakukan tugasnya dan
bertanggung jawab dengan tugas yang diberikan kepadanya namun pasien
sering sulit mengambil keputusan sendiri dan harus mendengarkan pendapat
orang lain. Untuk masalah pribadi, pasien selalu bercerita ke ibu dan teman
dekatnya.

f. Riwayat masa dewasa


a. Riwayat pendidikan
Pasien mulai masuk SD di SD Paso pada usia 5 tahun. Pasien
menyelesaikan pendidikannya dalam waktu 6 tahun, kemudian
melanjutkan ke tingkat SMP Katholik selama 3 tahun dan kemudian
melanjutkan di tingkat SMK Katholik selama 3 tahun. Pasien hanya
menyelesaikan pendidikannya sampai SMK kemudian bekerja dan
membantu keluarga.
b. Riwayat pekerjaan
Pasien pernah bekerja di toko-toko swalayan kemudian berhenti
pada tahun 2010 dan sekarang sudah tidak bekerja.
c. Riwayat psikoseksual
Pasien tidak memiliki riwayat psikoseksual yang menyimpang.
d. Riwayat perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki satu orang anak
e. Riwayat kehidupan beragama
P\asien beragama Katholik, saat ini pasien lebih banyak memilih di
rumah daripada mengikuti ibadah
f. Riwayat pelanggaran hukum
Pasien tidak pernah mengalami pelanggaran hukum.

10
g. Riwayat keluarga
Pasien pernah tinggal bersama orang tua dan kakaknya di kota
Manado. Ayah pasien seorang pensiunan PNS, almarhumah ibu pasien
seorang ibu rumah tangga. Mereka tinggal di Paniki, Kota Manado.
Saat ini, saudara pasien yang tinggal bersama ayah pasien.
Berdasarkan keterangan suami pasien, tidak ada riwayat gangguan
psikiatri didalam keluarga.
h. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal di Kaskasen 1 Lingkungan 4, Tomohon bersama
suami dan anaknya. Rumah beratapkan seng, berdinding beton, lantai
keramik, terdapat 1 ruang tamu, 3 kamar tidur, 1 kamar mandi dan wc,
1 dapur. Pasien tidur dengan suami dan anaknya dalam 1 tempat tidur.

Silsilah Keluarga/ Genogram

Ket.

: Laki-laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Laki-laki hidup

: Perempuan hidup

: Pasien

11
Denah Rumah

6 7

4
2

Ket.
1. Teras rumah
2. Ruang tamu
3. Kamar tidur
4. Kamar tidur
5. Kamar tidur
6. Kamar mandi/WC
7. Dapur

12
g. Presepsi pasien tentang diri dan kehidupannya
1. Persepsi pasien terhadap diri dan kehidupannya
Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sakit , tidak mengerti tujuan
minum obat, tetapi pasien mengatakan akan tetap rutin berobat
2. Persepsi pasien terhadap keluarganya
Pasien mengatakan menyayangi keluarganya terutama ibunya
3. Persepsi keluarga terhadap pasien
Keluarga pasien terutama suaminya sangat mendukung penuh
kesembuhan dari pasien. Suami pasien hanya berharap agar istrinya
bisa mendapat ketenangan

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


A. Deskripsi Umum
1. Penampilan
Pasien adalah seorang perempuan, berusia 35 tahun, tampak sesuai
usianya, berkulit putih, rambut hitam panjang diikat, memakai kaos biru
dan celana pendek hitam bersih dan tidak rapi.
2. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pada saat wawancara pasien duduk tenang. Pasien dapat mengikuti
wawancara dengan baik. Pasien merespon salam dari pemeriksa dan
kontak mata pasien terhadap pemeriksa baik.
3. Sikap Terhadap Pemeriksa
Secara umum pasien kooperatif, bila pemeriksa bertanya pasien selalu
menjawab dengan jelas,suami pasien juga mencoba untuk menjawab
pertanyaan, tetapi kadang-kadang pasien meminta suaminya untuk tidak
menjawab.

B. Mood dan Afek


1. Mood : irritable
2. Afek : menyempit
3. Keserasian : sesuai afek

13
C. Bicara
1. Kualitas : spontan, artikulasi baik, volume sedang sesuai dengan
isi pembicaraan dan respon pasien baik dalam
pemeriksaan
2. Kuantitas : pasien menjawab pertanyaan dengan baik
3. Hendaya bahasa : tidak ada hendaya bahasa
D. Gangguan Persepsi
1. Depersonalisasi (-) : pasien menyadari bahwa dirinya nyata
2. Derealisasi (-) : pasien mengetahui dan menyadari lingkungan
sekitar pasien
3. Ilusi (-) : tidak terdapat penyimpangan dalam
mengenginterpretasi objek-objek sekitar pasien.
4. Halusinasi :
a. Halusinasi Auditorik (+) : pasien mendengar suara-suara dan
bisikan.
b. Halusinasi Visual (-) : pasien tidak melihat bayangan apapun.
Riwayat halusinasi visual (-)
E. Proses Pikir
1. Arus pikir : Koheren
2. Isi pikiran : Waham paranoid (+)
F. Kesadaran dan Kognitif
1. Taraf Kesadaran Dan Kesiagaan
Kompos mentis. Pasien dapat mengarahkan, mempertahankan, dan
memusatkan perhatiannya.
2. Orientasi
a. Orientasi waktu : Baik, pasien mengetahui waktu pada saat
pemeriksaan.
b. Orientasi tempat : Baik, pasien mengetahui jika dia sedang berada di
rumah.
c. Orientasi orang : Baik, pasien dapat mengenali suami dan anaknya
serta dokter yang mewawancarainya.

14
3. Daya Ingat
a. Daya ingat jangka panjang : Baik, pasien dapat menceritakan masa
lalunya
b. Daya ingat jangka sedang : Baik, pasien dapat mengingat kapan dia
datang di Poliklinik Jiwa
c. Daya ingat jangka pendek : Baik, pasien dapat mengingat apa yang
ia makan di pagi hari
d. Daya ingat segera : Baik, pasien dapat mengulang kembali
kata yang baru saja disebutkan
pemeriksa.
4. Konsentrasi dan Perhatian
Pasien dapat memusatkan pemikirannya dan arah kontak matanya fokus
kepada pemeriksa
5. Kemampuan Membaca dan Menulis
Pasien masih dapat membaca tetapi terbatas, menulis sulit dievaluasi
karena pasien malas memegang pulpen.
6. Kemampuan visusospasial
Pasien berjalan dengan baik tanpa menabrak benda-benda disekelilingnya.
7. Intelegensi dan Daya Informasi
Semua pertanyaan kadang dijawab dengan baik kadang tidak
8. Daya nilai
a. Daya nilai sosial : Tidak Terganggu. Saat ditanya bila
pasien keluar rumah dan melihat ada uang, apa yang akan
dilakukan, pasien akan mengambilnya.
b. Uji daya nilai : Baik. Saat ditanya bila berada diruang
gelap dan berasap, apa yang akan dilakukan, pasien menjawab
meminta bantuan dan akan keluar dari ruangan
c. Penilaian realitas : Baik. Kemampuan pasien mandi, makan,
berpakaian, defekasi dan miksi dapat dilakukan pasien secara
mandiri serta pasien mampu melakukan perintah ringan seperti
mengangkat piring ke dapur.

15
9. Tilikan
Tilikan 2. Penderita agak menyadari dirinya sakit dan membutuhkan
bantuan, tapi pada saat bersamaan penderita menyangkal bahwa dirinya
sakit.
10. Taraf dapat dipercaya
Pasien belum dapat dipercaya karena dari anamnesis pasien dan dari
alloanamnesis suami pasien tidak sama.

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LEBIH LANJUT /


PEMERIKSAANFISIK INTERNA DAN NEUROLOGI
A. Status Interna
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda vital : T : 130/80 mmHg, N : 85 x/m, R : 20 x/m
S : 36,4ºC
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterus (-)
Thoraks : Simetris kiri = kanan
Jantung : SI-SII regular normal, bising (-)
Paru : Suara pernapasan vesikuler, ronki -/-,
Wheezing -/-
Abdomen : Datar, lemas, peristaltik (+) normal, hepar
dan lien : tidak teraba
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), turgor kembali
cepat < 2 detik,
B. Status Neurologi
1. GCS : E4M6V5
2. Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokor, diameter
3mm/3mm, reflex cahaya (+/+)
3. Pemeriksaan nervus kranialis
a. N. olfaktorius (N.I)
Tidak dievaluasi

16
b. N. optikus (N.II)
Tidak dievaluasi
c. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)
Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memliki gerakan
bola mata yang normal
d. N. trigeminus (N.V)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
e. N. facialis (N.VII)
Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.
f. N. vestibulocochlearis (N.VIII)
Selama wawancara pasien menjawab pertanyaan dengan baik.Hal
ini menunjukan bahwa pendengaran pasien normal. Saat berjalan
ke toilet pasien terlihat stabil, tidak terjatuh, maupun menabrak
benda disekitarnya.
g. N. glosssopharyngeus (N.IX)
Tidak dilakukan evaluasi
h. N. vagus (N.X)
Tidak dilakukan evaluasi
i. N. aksesorius (N.XI)
Selama wawancara berlangsung terlihat bahwa pasien dapat
menggerakkan kepalanya ke kiri dan kanan, hal ini menunjukan
bahwa fungsi Nervus Aksesorius pasien dalam keadaan normal.
j. N. hypoglossus (N.XII)
Tidak dilakukan evaluasi.
Ekstrapiramidal sindrom : Tidak ditemukan ada gejala
ekstrapiramidal (tremor, bradikinesia, rigiditas).

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Berdasarkan hasil autoanamnesis dan aloanamnesis didapatkan
bahwa, pasien marah-marah dan mengamuk sejak ± 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Pasien marah-marah dan mengamuk karena
mendengar suara-suara motor dan mobil yang ribut serta bisikan yang

17
menganggu pasien setiap malam sebelum tidur sehingga menganggu
pola tidurnya. Keluhan ini muncul saat pasien tidak minum obat. Pasien
kadang-kadang pasien tidak mau minum obat karena mencurigai bahwa
dirinya dijadikan bahan percobaan obat oleh kakak iparnya yang
bekerja sebagai perawat di RSJ. Prof. Dr. V. Ratumbuysang.
Pada pemeriksaan status mental, didapatkan pasien berkulit
putih, rambut hitam panjang diikat, memakai kaos biru dan celana
pendek bersih dan tidak rapi. Pasien menjawab pertanyaan dengan jelas,
kontak mata terhadap pemeriksa baik. Selain itu, didapatkan suasana
mood irritable dan afek menyempit. Proses pikir pasien yaitu koheren,
didapatkan halusinasi auditorik dan waham paranoid. Penderita agak
menyadari dirinya sakit dan membutuhkan bantuan, tapi pada saat
bersamaan penderita menyangkal bahwa dirinya sakit sehingga dapat
disimpulkan bahwa kasus ini masuk kedalam tilikan 2.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK


Kriteria untuk menegakkan suatu diagnosis gangguan jiwa yaitu
terdapat suatu kelompok gejala atau perilaku yang secara klinis ditemukan
bermakna dan yang disertai dengan penderitaan (distress) pada
kebanyakan kasus, dan yang berkaitan dengan terganggunya fungsi
(disfungsi/hendaya) seseorang. Pasien ini memenuhi seluruh kriteria
gangguan jiwa.
Pada aksis I, ditemukan adanya gejala psikotik seperti halusinasi
auditorik dan waham paranoid. Pasien mendengar adanya suara- suara
motor dan mobil yang ribut serta bisikan suara orang-orang yang sedang
mengejek dirinya dan pasien tidak teratur minum obat alasannya karena
pasien mencurigai bahwa dirinya dijadikan bahan percobaan obat oleh
kakak iparnya. Diagnosis pasien ini yaitu skizofrenia paranoid.
Pada aksis II, ditemukan ciri kepribadian dependen pada pasien. Hal
ini ditemukan dari wawancara bahwa pasien cukup dimanja oleh
orangtuanya terutama ibunya dan memiliki ketergantungan terhadap

18
orangtuanya dan juga pasien sangat dekat dengan temannya dan sering
meminta pendapat terhadap masalah kehidupannya.
Pada aksis III, pasien tidak memiliki gangguan medis yang bermakna
sehingga tidak ada diagnosis untuk aksis III
Pada aksis IV, masalah berkaitan dengan kematian ibu pasien pada
tahun 2010.
Pada aksis V, yaitu GAF current : 70 – 61, terdapat beberapa gejala
ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih
baik. Terdapat gejala halusinasi auditorik yang menetap, gangguan ringan
dalam lingkungan sosialnya.GAF HLPY (High Level Past Year) : 70 – 61,
terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam
fungsi, secara umum masih baik. Terdapat gejala halusinasi auditorik yang
menetap dan gangguan ringan dalam lingkungan sosialnya (lebih memilih
tinggal dirumah daripada berinteraksi dilingkungan sekitar rumahnya).

VIII. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL


- Aksis I : Skizofrenia paranoid
- Aksis II : Ciri kepribadian dependen
- Aksis III : Pasien tidak memiliki gangguan medis umum
- Aksis IV : Masalah berkaitan dengan kematian ibu pasien
- Aksis V : GAF-Current : 70 – 61
GAF-HLPY (High Level Past Year) : 70 – 61
Terdapat beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas
ringan dalam fungsi, secara umum masih baik. Terdapat
gejala halusinasi auditorik yang menetap dan gangguan
ringan dalam lingkungan sosialnya

IX. DAFTAR MASALAH


1. Organobiologik
Dalam keluarga pasien tidak ada yang sakit seperti ini
2. Psikologi
Pasien mengalami halusinasi auditorik dan waham rujukan

19
3. Lingkungan dan sosial ekonomi
Pasien lebih memilih tinggal dirumah apabila diajak mengikuti kegiatan
disekitar lingkungannya.

X. TERAPI
A. Psikofarmako
Risperidon 2 mg 2x1 tablet/hari
Trihexyphenidyl 2mg tablet 1-0-1

B. Intervensi Psikososial dan Psikoterapi


Konseling keluarga
 Memberikan informasi kepada keluarga mengenai penyakit yang
diderita pasien sehingga keluarga dapat memahami dan menerima
kondisi pasien.
 Memberikan pengertian kepada keluarga bahwa pasien memerlukan
pengawasan dalam mengikuti rencana terapi agar pasien tetap rutin
dikontrol dan minum obat.
Psikoterapi untuk pasien
 Menjelaskan kepada pasien tentang penyakitnya, cara meminum
obat yang baik dan benar serta tujuan pengobatan.
 Memberikan motivasi pada pasien agar rutin meminum obat dengan
cara memberitahu mengenai fungsi dari obat yang dikonsumsi.
Psikososial
 Peran serta dari teman-teman dan lingkungan sekitar pasien di
rumah sangat diperlukan untuk membantu pasien agar memperoleh
dukungan sosial sehingga pasien tidak mengalami kesulitan ketika
akan berinteraksi dengan masyarakat.

XI. DISKUSI
1. Diagnosis
Skizofrenia merupakan gangguan psikotik yang sering ditemukan
saat ini. Skizofrenia mempunyai sindroma klinis yang bervariasi, sangat

20
menganggu, dan menyebabkan keadaan yang psikopatologi seperti
gangguan kognitif, emosi, presepsi, dan perilaku.1 Sindroma klinis dari
skizofrenia memiliki etiologi yang berbeda-beda dan dengan gambaran
klinis yang berbeda, respon pengobatan dan perjalanan penyakit juga
bevariasi.2 Insidensi skizofrenia menigkat 5% pada individu. Prevalensi
skizofrenia sama antara laki-laki dan perempuan. Tetapi, dua jenis
kelamin tersebut memiliki perbedaan dalam onset dan perjalanan
penyakit. Laki-laki memiliki onset yang lebih awal dari wanita.
Perjalanan penyakit pada wanita lebih lama dari pada laki-laki. Gejala
skizofrenia biasanya akan muncul pada usia remaja atau dewasa muda.
Awitan pada laki-laki biasanya antara 15-25 tahun dan pada perempuan
antara 25-35 tahun.2
Pedoman untuk dapat menegakkan diagnostik adalah DSM-V
(Diagnostic and statistical manual). Penegakkan diagnosis pada kasus ini
berdasarkan dari anamnesis terhadap pasien dan keluarga.
Berdasarkan DSM V, kriteria diagnosis skizofrenia:3
a. Dua (atau lebih) dari gejala di bawah ini, setiap gejala spesifik dialami
selama periode 1 bulan (atau kurang apabila berhasil diterapi). Setidaknya
harus terdapat kriteria (1), (2), atau (3) Di antaranya:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara terdisorganisasi ( misalnya, sering menyimpang atau inkoheren)
4. Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas
5. Gejala negatif, yaitu, pendataran afektif, alogia, atau tidak ada kemauan
(avolition)
b. Disfungsi sosial/pekerjaan : untuk bagian waktu yang bermakna sejak
onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan
interpersonal, atau perawatan diri adalah jelas di bawah tingkat yang
dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,
kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,
atau pekerjaan yang diharapkan).

21
c. Durasi : tanda gangguan terus-menerus menetap sekurangnya 6 bulan.
Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau
kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu,
gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal atau
residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan
mungkin dimanifestasikan hanya oleh gejala negatif atau dua atau lebih
gejala yang dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah
(misalnya, keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim).
d. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gangguan mood : gangguan
skizoafektif dan gangguan mood dengan ciri psikotik telah disingkirkan
karena : (1) tidak ada episode depresif berat, manik atau campuran yang
telah terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau (2) jika episode
mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya adalah relatif
singkat dibandingkan durasi periode aktif dan residual.
e. Penyingkiran zat/kondisi medis umum : gangguan tidak disebabkan oleh
efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya, obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum.
f. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika terdapat riwayat
adanya gangguan autistik atau gangguan perkembangan pervasif lainnya,
diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi
yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya 1 bulan ( atau kurang
jika diobati secara berhasil).
Diagnosis pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan status mental. Dari anamnesis
ditemukan gejala-gejala yang berkaitan dengan skizofrenia paranoid.

Skizofrenia paranoid adalah jenis skizofrenia yang paling sering


dijumpai di negara manapun.Gambaran klinis didominasi oleh waham-
waham yang secara relatif stabil, seringkali bersifat paranoid, biasanya
disertai oleh halusinasi-halusinasi terutama halusinasi pendengaran dan
gangguan persepsi (gejala positif).2

22
Berdasarkan referensi PPDGJ III, pedoman diagnosis skizofrenia
paranoid adalah:4

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia


2. Sebagai tambahan adanya halusinasi dan/atau waham harus
menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien dan
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk
verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing). Halusinasi
pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh;
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain-lain perasaan tubuh; halusinasi visual
mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham
dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of
passivity) dan keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam
adalah yang paling khas. Serta adanya gangguan afektif,
dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katataonik
secara relative tidak nyata/tidak menonjol.

Kriteria diagnosis skizofrenia pada pasien ini, didapatkan adanya


halusinasi auditorik dan waham paranoid dimana pasien sering mendengar
suara- suara motor dan mobil yang ribut serta bisikan orang-orang yang
sedang mengejek diri pasien dan pasien mencurigai bahwa dirinya
dijadikan bahan percobaan obat oleh kakak iparnya.
Pada pemeriksaan status mental didapatkan mood irritable yaitu
suasana perasaan yang sensitif dan mudah tersinggung, mudah marah.
Afek yang didapatkan adalah afek menyempit yaitu nuansa ekspresi emosi
yang terbatas.

23
B. Ciri Kepribadian
Kepribadian merupakan suatu totalitas bersifat emosional dan
perilaku yang menandai kehidupan seseorang dari hari ke hari dalam
kondisi biasanya, sedangkan gangguan kepribadian merupakan suatu
varian dari seifat karakter tersebut diluar rentang yang ditemukan pada
sebagian besar orang.2
Gangguan kepribadian terbagi menjadi tiga kelompok yaitu
kelompk A, B, dan C. Kelompok A yaitu gangguan kepribadian paranoid,
skizoid, dan skizotipal lebih banyak ditemukan pada sanak saudara
biologis dari pasien skizofrenik dibandingkan kelompok kontrol.
Kelompok B yaitu antisosial, ambang, histrionik, dan narsistik dimana
kelompok ini memiliki dasar genetika. Kelompok C yaitu gangguan
kepribadian menghidar, dependen, obsesif-kompulsif, dan tidak
ditentukan, pada kelompok ini mungkin juga memiliki dasar genetika.2
Berdasarkan DSM V, kepribadian dependen merupakan suatu ciri
kepribadian dimana individu menunjukan suatu kebutuhan yang pervasif
untuk diperhatikan, yang menyebabkan munculnya perilaku
ketergantungan pada orang lain dan ketakutan untuk
kehilangan/perpisahan. Dimulai dari usia muda, dan muncul dalam
berbagai macam variasi yang dapat diindikasikan dalam lima (atau lebih)
kriteria berikut ini :3
1. Kesulitan untuk mengambil keputusan sehari-hari tanpa
adanya saran atau kepastian dari orang lain.
2. Butuh orang lain dalam memikul tanggung jawab untuk
sebagian besar area dalam kehidupan penderita/pasien.
3. Punya kesulitan untuk mengekspresikan ketidaksetujuan
dengan orang lain karena ketakutan akan kehilangan
dukungan.
4. Punya kesulitan untuk memulai suatu pekerjaan atau untuk
melakukan sesuatu dengan kemauan sendiri (karena tidak
adanya kepercayaan diri)

24
5. Memiliki kecenderungan berlebihan untuk memperoleh
pengasuhan dan dukungan dari orang lain, sampai kepada
titik dimana pasien bersedia untuk melakukan hal yang tidak
menyenangkan.
6. Merasa tidak nyaman ketika sendirian karena ketakutan yang
berlebihan oleh ketidakmampuan mengurus diri sendiri.
7. Kebutuhan yang mendesak untuk menemukan hubungan
yang baru sebagai sumber dukungan dan perhatian bila suatu
hubungan yang dekat tiba-tiba berakhir.
8. Ketakutan yang tidak realistik untuk ditinggalkan mengurus
diri sendiri.
Pada kasus dapat dilihat, pasien cukup dimanja oleh orangtuanya
terutama ibunya, memiliki ketergantungan terhadap orangtuanya, segala
kemauan pasien biasa dituruti oleh orangtuannya dan juga pasien sangat
dekat dengan temannya dan sering meminta pendapat terhadap masalah
kehidupannya.

C. Terapi
Farmakoterapi yang diberikan pada pasien dengan gangguan
skizofrenia paranoid adalah obat antipsikotik. Obat-obat anti psikotik
terutama bekerja sebagai antagonis reseptor dopamin dan serotonin
diotak, dengan target untuk menurunkan gejala-gejala psikotik seperti
halusinasi, waham dan lain-lain. Sistem dopamin yang terlibat yaitu
sistem nigrostriatal, sistem mesolimbokortikal, dan sistem
tuberoinfudibuler.6

Terapi medikamentosa pasien saat ini yang diberikan adalah


Risperidone 2 mg 2x1 tablet perhari. Risperidone dimetabolisme di hati
oleh CYP 2D6 dan tersedia dalam bentuk tablet 1 mg, 2 mg, 3 mg.
Risperidone bekerja dengan cara memblok reseptor dopaminergik D1
dan D2 di reseptor pasca sinaptik neuron diotak, efek terhadap sistem
otonom dan efeknya pada sistem ekstrapiramidal tergolong minimal.5
Selain dalam bentuk tablet, dapat juga digunakan dalam bentuk depo

25
(long-acting) selama setiap dua minggu. Obat ini disuntikan secara IM
dan tidak menimbulkan rasa nyeri di tempat penyuntikan karena
merupakan suspensi dengan pelarut air.6

Risperidone merupakan obat anti-psikosis atipikal efektif untuk


gejala positif seperti gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), waham,
halusinasi, gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi), perilaku
yang aneh atau tidak terkendali (disorganized).2 Pada kasus didapatkan
gejala positif yaitu halusinasi audiotorik dan waham rujukan.6

Berdasarkan mekanisme kerjanya, antipsikotik terbagi dalam 2


kelompok yaitu antipsikotik generasi I (dopamin receptor antagonis) dan
antipsikotik generasi II (serotonin dopamine antagonis).2 Obat
antipsikotik generasi I terutama berguna untuk mengontrol gejala-gejala
positif sedangkan antipsikotik generasi II berguna untuk mengontrol
gejala-gejala positif dan negative.7 Gejala positif seperti sudah
disebutkan diatas dan gejala negatif yaitu adanya afek tumpul, penarikan
diri, hipobulia, dan isi pikiran yang rendah.6

Efek samping umum obat antipsikotik antara lain :

 Sedasi dan inhibitor psikomotor (mengantuk, kewaspadaan


menurun, psikomotor menurun, kemampuan kognitif
menurun)
 Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik : mulut
kering, kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intraokular meninggi dan gangguan
irama jantung)
 Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia,
sindrom parkinson : tremor,bradikinesia,rigiditas)
 Gangguan endokrin (ammanorrhoe, gynecomastia),
metabolik (jaundice), hematologik (agranulocytosis),
biasanya pada pemakaian jangka panjang.1

26
Interaksi obat dari antipsikosis dengan antipsikosis lain dapat
menimbulkan potensiasi efek samping gejala ekstrapiramidal seperti
yang sudah disebut sebelumnya. Maka dari itu perlu dikombinasikan
dengan Triheksiphenidil (THP) yang merupakan antikolinergik yang
mempunyai efek sentral lebih kuat daripada perifer, sehingga banyak
digunakan untuk terapi penyakit parkinson. Senyawa ini bekerja dengan
menghambat pelepasan asetil kolin endogen dan eksogen. Efek sentral
terhadap susunan saraf pusat akan merangsang pada dosis rendah dan
mendepresi pada dosis toksik. Dosis yang diberikan pada pasien ini
sesuai dengan dosis anjuran yaitu 2x 2mg/h.6,7
Psikoterapi individual, keluarga dan kelompok mungkin
diindikasikan. Terapi keluarga diharapkan dapat membantu dokter untuk
mengenali gejala-gejala kekambuhan secara dini ketika pasien berada di
rumah dan membantu pasien dalam hal meminum obat secara rutin dan
teratur serta kontrol secara berkala agar kekambuhan dapat dicegah.
Peran keluarga sangat penting bagi perkembangan pasien, terutama
dalam memberikan motivasi dan perhatian sehingga pasien merasa
tenang dan nyaman. Edukasi perlu diberikan terutama kepada pasien dan
keluarga pasien. Tujuan edukasi terhadap pasien diharapkan dapat
memahami gangguannya, bagaimana cara pengobatannya, serta efek
samping yang kemungkinan dapat muncul. Kesadaran dan kepatuhan
dalam hal meminum obat merupakan bagian yang penting dalam
mengedukasi pasien.3

XII. PROGNOSIS
A. Ad vitam : dubia ad bonam
B. Ad functionam : dubia ad bonam
C. Ad sanationam : dubia ad bonam

XIII. KESIMPULAN
1. Pasien didiagnosis dengan skizofrenia paranoid
2. Dibutuhkan dukungan dan partisipasi peran keluarga agar dapat
mengontrol proses pengobatan pasien untuk menjamin meminum obat

27
dengan rutin, sehingga pengobatan dapat terlaksana dengan baik dan tidak
terjadi putus obat
3. Pasien juga perlu diedukasi untuk memahami penyakitnya, dan
pentingnya konsumsi obat teratur sesuai anjuran dokter agar pasien dapat
kembali berfungsi ditengah masyarakat

XIV. WAWANCARA PSIKIATRI


Wawancara dilakukan dengan pasien bersama suaminya dirumah pasien di
Kaskasen 1 Lingkungan 4, Tomohon 7 Desember 2017 pukul 17.00 WITA.
Autoanamnesis dan Aloanamnesis dengan Pasien dan Suami pasien.
Keterangan :
G : Pemeriksa (dokter muda Ni Nyoman Githa Setiani)
M : Pasien
P : Bapak Paul Pusumah (Suami pasien)
G : Selamat sore bapak, ibu
P : Sore mari maso didalam
G : Oh io pak, bapak qt yang b telvon tadi, kita mo wawancara tentang ibu pe
saki mar mo ambe video bole?
P : Iyo bole
G : Ibu nama sapa dang?
M : Merly
G : Lahir tanggal brp dang bu?
M : 27 desember 1981
G : Ibu pe pendidikan terakhir dang?
M : SMEA / SMK
G : pekerjaan sekarang bu?
M : so 7 taong ini kita so nd bkarja dulu kita da karja di toko-toko swalayan
mar skrang so kurang b tinggal dirumah.
G : Agama?
M : Katholik
G : Ibu da rasa apa skarang?
M : Kita nda ja ta tidor susah skali mo tidor

28
G : karna kiapa bu?
M : kita kwa ja dengar-dengar ribut oto dengan motor dimuka rumah pa kita
tiap malam dorang ja b ribut dimuka rumah kong ada yang ja b bise-bise
dorang ja ba cerita akang pa kita tu nda betul
G : bacerita nda butul apa bu?
M : dorang bilang kita pangdiam, nimau bergaul, katula pokoknya macam-
macam tu nda betul
G : Dorang itu sapa bu?
M : dorang no
G : oh dorang, dorang sapa bu?
M : em tu dorang tu kita pe tetangga-tetangga dekat rumah pa kita pe papa
dimanado.
G : so dari kapan ibu ja dengar suara-suara bagini?
M : yah so dari lama
G : ibu da dengar suara bagitu waktu ibu da sementara b apa?
M : waktu kita sandiri pas duduk-duduk badiam apalagi kalau kita somo tidor
dong ja ba bise-bise kita dapa dengar.
G : Oh io mo ba tanya dulu pa bapak ne?
G : Bapak tuhari brapa hari lalu da pigi ka ratumbuysang kang ada antar pa
ibu? Karna kiapa?
P : iyo itu noh tu dia da bilang tu 2 hari lalu dia kita da bawa ka
ratumbuysang dari marah-marah kong mangamu nda bernti-brenti
G : marah-marah deng magamu karna kiapa kata pak?
P : dia bilang kata ada suara ribut-ribut motor deng oto dimuka rumah pa
dorang tu orang-orang kata sengaja b ribut kong dia kata dengar ada yang ba
bise-bise ba cerita pa dia padahal samua itu nda ada.
M : ih ada do e dorang ja becerita plang-plang kacili skali tu suara mar kita
dapa dengar
G : oh io ada sto katu mar bapak nda dpa dengar hehehe
G : sebelumnya ibu pernah bgni pak?

29
P : oh tuhari kwa sekitar 2 bulan lalu dia da pulang pa dpe papa pe rumah
kong ada tidor disana 3 hari kong kage dpe kakak b telvon pa kita bilang klu
dia ada b jadi b marah-marah kong magamu.
G : Oh jadi tu 3 bulan lalu le sempat bgni dang pak? kong da bawa ka rumah
sakit?
P : nyanda nanti pas dia bale ulang kamari kong 2 hari lalu dia bajadi kita
noh yang pi antar pa dia ka rumah sakit
G : Bapak ibu memang so ja bgni sebelumnya?
P : iyo ini kwa so yang ka brapa kali sto ja datang-datang kwa dpe saki ini
G : dari kapan pak?
P : taong 2010 sebelum kaweng deng kita kata dia so bgini dpe kakak da
cerita
G : kiapa ibu boleh sampe saki bgni pertama dpe cerita bgimana?
P : dpe kakak da cerita kan dpe pe mama so meninggal, dulu sebelum dpe
mama meninggal dpe mama da rawat di rumah sakit kong pas itu dia nd ada
dimanado dia ada ka luar kota ada pi b cari-cari kerja kata berapa hari sto. Dpe
mama kwa memang so saki lama panyaki jantung kong pas merly mo pulang
manado dia dpa telvon klu dpe mama so meninggal nah mulai dari situ noh dia
mulai bagini mulai jadi pangbadiam kata. Dia kwa dekat skali deng dpe
mama.
G : oh bagitu.
P : dia le bilang klu dia rasa tertekan karna dpe tetangga-tetangga ja b taria-
taria akang kata pa dia bilang dia pangadiam deng nimau bergaul. Mulai dari
tudia noh dia ja marah-marah kong ja mangamu
M : kita kwa dulu ada minum racun
G : kapan bu?
M : taong 2010 sto klu nd salah
G : krna kiapa minum racun bu?
M : karna kita so nd tahang dorang ja bataria-taria akang pangbdiam kong
dorang ja babaribut dengan suara motor deng oto dimuka rumah pa kita
G : kiapa ibu sampe b pikir mo minum racun? Ada yang suruh?

30
M : nyanda nd ada yang suruh cuma kita suka no mo se tako pa dorang
supaya dorang brenti babataria akang pa kita
G : kong ada ta minum btul-btul tu racun?
M : ada sadiki cuma sekedar-sekedar hehehe
G : racun apa so tu da minum?
M : baygon sto ... eh manguni sto klu nda salah
G : kong da ka rumah sakit abis itu?
M : nyanda nanti taong 2011 kita dapa bawa ka rumah sakit karna kita kwa
da mangamu dimuka rumah pa kita pe tetangga dekat rumah pa kita pe papa
situ
G : krna kiapa da mangamu?
M : karna kita rasa dorang ja bacerita akang tu nda btul pa kita dorang itu no
yang ja babataria akang kita pandiam so itu kita mangamu dimuka rumah pa
dorang
G : ibu da inga dang ibu da mangamu itu?
M : iyo kita inga noh hehehe kong kita pe papa da bawa pa kita ka rumah
sakit
G : rumah sakit apa bu?
M : emmm itu dang rumah sakit ratumbuysang
P : Dpe kaka le da cerita pa kita klu sebelum da bawa ka rumah sakit dia
sempat da ika ditampa tidor karna nda brenti-brenti mangamu kong ba marah-
marah
M : ih nyanda eh bdiam jo ngana dorang pe kira le kita gila
G : ibu ja dapa lia aneh-aneh bagitu rupa banyangan-banyangan atau orang-
orang?
M : doh nyanda komang klu ba lia aneh-aneh kita nda pernah noh
G : Skarang cuma dirumah trus dan nda ja kaluar?
M : yah nyanda noh nda ja kaluar rumah
G : kiapa nda ja kaluar rumah?
M : nyanda noh kita suka deng bagemana kwa klu mo kluar rumah dong ja
marah-marah pa kita
G : sapa yang marah?

31
M : dia (suami pasien) deng kita pe sudara dong suka tu obat bekeng tahang
pa kita
G : ibu pernah babajalang kong so nintau mo pgi mana ?
M : nyanda noh
G : mo btnya pa bapak neh, pak kira-kira pernah nda ibu babicara kacau atau
bicara aneh-aneh, bicara sandiri?
P : ada kadang-kadang
M : ih nda e ngana ini
G : ibu , ibu rasa ibu ini da saki atau nda? Atau rasa sehat-sehat?
M : rasa sehat-sehat mar perasaan saki noh
G : ibu tau dang ibu saki apa? Tau kiapa tu perasaan saki?
M : dorang bilang kita saki kata deng kita nda nyaman tinggal trus dirumah
G : ibu rasa ibu butuh minum obat nda?
M : karna kita pernah mnum racun dlu kita musti minum obat noh spya tu
racun-racun pa kita pe badan ilang
G : bapak, ibu rajin minum obat?
P : nyanda kadang-kadang dia nd ja minum tu obat
G : karna kiapa pak?
P : itu obat kata dorang da kase pa dia for bkeng bahan percobaan obat kata
dia bilang
G : dorang sapa kang pak?
P : dpe kakak ipar kata. Dpe kakak pe istri itu da kerja kwa diratumbuysang
kong tiap dia lia tu obat kong bilang obat dari ratumbuysang dia bilang kata
dpe kakak ipar yang kase kong dia bilang bgtu noh. Dia kwa dengan dpe
kakak pe istri itu nd baku cocok sllu bku ambe klu dia pgi pa dpe papa pe
rumah dimanado kan dpe kakak deng dpe istri itu tinggal dengan dpe papa.
G : Ibu iyo kata nda ja rajin minum obat?
M : nyanda eh kita ja minum mar kadang-kadang nda noh hehehe
G : karna kyp nda dang bu?
M : kita tako tu obat itu sto yang kita pe kakak ipar da kase for mo bkeng
bahan percobaan obat pa kita
G : kiapa ibu sampe ba pikir bagitu?

32
M : iyo noh dia kwa nda suka pa kita, kita le nd suka pa dia , kita pastiu pa
kita pe kakak ipar pe banyak mulu banyak b ator kong ja b marah-marah pa
kita nintau apa kita pe salah.
G : oh bagitu, ibu ja b rokok?
M : nda pernah dok
G : ba minum alkohol dang?
M : nda pernah leh dok
G : Ibu da saki-saki laeng rupa darah tinggi, saki gula atau apa bgtu?
M : oh ada kita da saki darah tinggi kong skarang minum-minum obat, sampe
thari dia (suami pasien) ada antar kasiiang katu so lat ka rumah saki karna kita
pe saki
G : oh io btul kata bapak?
P : nyanda katu dia nda pernah saki darah tinggi
M : ih ada dang ngana so lupa sto tuhari
G : Ibu pe nafsu makan sekarang bagimana?
M : doh kuat makang kita co lia sampe so gode bagini hehehe
G : Tu berat badan ada sempat turun atau ?
M : oh da nae ini karna nda ja ba kerja, suka mo ba kerja kita mar nda ja rasa
sedap kalau ja ba kerjaa cuma mo rasa darah tinggi.
G : dari kiapa rasa darah tinggi?
M : dari pas kita ja ba kerja dorang ja ba bise-bise katula kata kita
G : dorang sapa ?
M : dorang tu yang ja ba ribut tiap malam le yang ja bkeng kita nda ja tasono.
G : Ibu mo tanya ini skarang ini siang, sore atau malam?
M : somo malam ini
G : Tadi pagi da makang apa dang?
M : nasi deng ikang sous
G : Ibu kalau ada kebakaran dirumah ini apa yang ibu mo bekeng?
M : mo minta tolong noh katu kong mo lari bawa tu kacili
M : dokter kita ini so suka skali mo tidor kiapa kang ksiang dorang salalu
ganggu pa kita ?

33
G : oh iya bu nd usah talalu pikir dengan tu suara-suara nda usah dengar
hehehe. Rajin-rajin mnum obat ne bu kong ja berdoa pa tuhan, tetap semangat.
Klu so nintau bkeng apa dirumah kluar ba jalan-jalan di luar rumah, makan
teratur le ne bu.
M : iyoo dang dok hehehe makase ne
G : sama-sama bu, ibu bapak boleh torang mo ba foto for dokumentasi
P : bole
M : oh bole mar tunggu kita mo baganti dlu ne bisae ni baju da pake hehehe
G : oh iyo-iyo bu....

34
DAFTAR PUSTAKA

1. Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of Schizophrenia. In : Sadock BJ,


Sadock VA, eds. Kaplan and Sadock’s Comprehensive Textbook of
Psychiatry. 8th ed. Philadhelpia : Lippincott Williams and Wilkins, 2005.
p.1329.
2. Kaplan HI, Sadok BJ, Grebb JA. Sinopsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan
Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta : Binapura Aksara Publisher. 2010.
3. American Psychiatric Association. DSM-5 Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders: Fifth Edition. American Psychiatric Publishing;
Washington DC. 2013.
4. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa : Rujukan dari PPDGJ III dan
DSM 5.Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. Jakarta. 2013.
5. Sadock BJ, Sadock VA. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical
Psychiatry. 10th Ed. New York University School of Medicine. 2007
6. Juvita Novia Anggraini Maria. Peran Atypical Antipsychotic dalam
Menurunkan Perilaku Agresif pada Pasien Skizofrenia. E-jurnal Medika
Udayana 2013;2(2):1-19.
7. Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. PT Nuh Jaya,
2007.
8. Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2010

35
LAMPIRAN

Foto dengan pasien dan keluarga pasien

36
PETA

Rumah Pasien
JL. P.A. Mandagi

JL. Mawar

Jalan Raya Tomohon


Lokon Mega
Mendung

JL. Lokon

Paroki St.
Fransiskus xaverius

Kaskasen I Ling. IV, Tomohon

37

Anda mungkin juga menyukai