Anda di halaman 1dari 5

Nama : Hana Yesica Surbakti

Sem : VII AJ-KL

PENGERTIAN DEKONTAMINASI , STERILISASI & DESINFEKSI

1. Dekontaminasi
Dekontaminasi membuang semua material yang tampak (debu,kotoran) pada
benda, lingkungan, permukaan kulit dengan menggunakan sabun, air dan gesekan.
Dekontaminasi merupakan langkah pertama dalam menangani peralatan, perlengkapan,
sarung tangan dan benda-benda lainnya yang terkontaminasi. Dekontaminasi membuat
benda-benda lebih aman untuk ditangani petugas pada saat dilakukan pembersihan.
Untuk perlindungan lebih jauh, pakai sarung tangan karet yang tebal. Dekontaminasi
merupakan upaya mengurangi dan atau menghilangkan kontaminasi oleh
mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan, dan ruang melalui desinfeksi dan
sterilisasi dengan cara fisik dan kimiawi.
Tujuan Dekontaminasi :
a. Untuk mencegah penyebaran infeksi infeksi melalui peralatan pasien atau
permukaan lingkungan.
b. Untuk membuang kotoran yang tampak
c. Untuk membuang kotoran yang tidak terlihat (Mikroorganisme)
d. Untuk menyiapkan semua permukaan untuk kontak langsung dengan alat pensteril
atau desinfektan
e. Untuk melindungi personal dan pasien
Cara-cara Dekontaminasi :
a. Lakukan dekontaminasi terhadap alat-alat dengan cara merendamnya dengan
larutan desinfektan (klorin 0,5%) selama 10 menit. Langkah ini dapat membunuh
virus hepatitis B dan AIDS.
b. Jangan merendam instrument logam yang berlapis elektron (artinya tidak 100%
baja tahan gores) meski dalam air biasa selama beberapa jam karena akan berkarat
c. Setelah dekontaminasi instrumen harus segera dicuci dengan air dingin untuk
menghilangkan bahan organik sebelum dibersihkan secara menyeluruh
d. Jarum habis pakai pada semprit harus diletakkan dalam wadah yang baik untk
dikubur.
e. Apabila akan digunakan kembali maka jarum dan semprit harus dibersihkan dan
dicuci secara menyelurh setelah dekontaminasi.
f. Sekali instrumen atau benda lainnya telah didekontaminasi makan selanjutnya di
proses dengan aman.

2. Sterilisasi
Sterilisasi yaitu proses membunuh semua mikroorganisme termasuk
spora bakteri pada benda yang telah di dekontaminasi dengan tepat. Tujuan sterilisasi
yaitu untuk memusnahkan semua bentuk kehidupan mikroorganisme patogen termasuk
spora, yang mungkin telah ada pada peralatan kedokteran dan peralatan yang dipakai.
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih metode sterilisasi yaitu sifat bahan
yang akan disterilkan (Yuni Ayu, 2013). Sterilisasi adalah suatu proses
perlakuan terhadap bahan atau barang dimana pada akhir proses tidak dapat
ditunjukkan adanya mikroorganisme hidup pada bahan atau barang tersebut (Depkes
RI, 2002).
Sterilisasi secara Fisik yaitu :
a) Menggunakan metode radiasi
Menggunakan sinar UV, sinar gamma/sinar x atau sinar matahari
b) Metode pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan
Menggunakan autoclave
c) Metode pemanasan secara kering
Menggunakan Oven. Alat-alat yang bisa disterilisasikan antara lain jarum suntik,
pipet, tabung reaksi, stick swab, jarum operasi, syringe
d) Metode pemanasan dengan intermitent (terputus-putus)
Hasil riset John Tyndall mengatakan bahwa temperatur didih 100oC selama 1 jam
tidak dapat membunuh semua mikroorganisme, tetapi bila air didihkan berulang-
ulang sampai 5 kali dan setiap air mendidih istrahat selama 1 menit akan sangat
berhasil membunuh kuman karena lingkarang hidup pembentukan spora dapat
diputuskan.
e) Metode Inceneration (pembakaran langsung)
Alat-alat platina, khrome dapat dilakukan pembakaran langsung dengan lampu
Bunsen hingga mencapai merah padam. Keuntungannya mikroorganisme akan
hancur semuanya, kelemahannya alat-alat lama kelamaan menjadi rusak.
f) Metode Penyaringan (Filtration)
Metode filtrasi ini hanya dilakukan untuk sterilasi laruta gula, cairan serum, enzim
dan eksotoksin.
Sterilisasi secara Kimia yaitu; Zat kimia yang digunakan antara lain alkohol 96%,
aceton, formalin tablet, sulfur dioxida, dan chlorin. Metodenya dengan direndam
selama 24 jam.

3. Desinfeksi
Desinfeksi merupakan proses penting dalam pengendalian penyakit, karena
tujuannya adalah perusakan agen-agen pathogen. Berbagai istilah digunakan
sehubungan dengan agen-agen kimia yang sesuai dengan kerjanya atau organisme khas
yang terkena dampak dari adanya desinfektan. Istilah-istilah ini meliputi desinfektan,
antiseptic, agen bakteriostatis, bakterisida, germisida, sporisida, virisida, fungisida, dan
pleservative (pengawet). Mekanisme kerja desinfektan mungkin beraneka dari satu
desinfektan ke yang lainnya (Volk, 1993).
Desinfeksi ruangan merupakan suatu usaha untuk melakukan atau mengurangi
jumlah kuman yang ada dalam ruangan dinding,lantai dan permukaan lain.Bahan kimia
tertentu yang terdapat dalam desinfektan merupakan zat aktif dalam proses desinfeksi
dan sangat menentukan efektifitas dan fungsi serta target mikroorganisme yang akan
dimatikan. Dalam proses desinfeksi yang sebenarnya dikenal dua cara, cara fisik dan
cara kimia (penambahan bahan kimia).
Desinfeksi Secara Fisik :
a. Pembersihan
Pembersihan benda-benda atau permukaan tubuh akan mengurangi jumlah
mikroba sehingga memperkecil kemungkinan terjadinya infeksi, misalnya: cuci tangan
dengan sabun dan dibelas dengan air sebelum melakukan operasi.
Mencuci tangan harus dengan sabun kemudian dibasahi dengan menggunakan alkhohol
70%. Cuci luka khususnya luka kotor menggunakan betadine. Mencuci kulit atau
jaringan tubuh yang akan di operasi dengan larutan iodium tinktur 3 %, kemudian
dilanjutkan dengan alkohol.
b. Sinar matahari
Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida. Dapat membunuh bakteri
bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh bentuk spora
waktunya harus lebih lama.
Sinar ultra violet juga digunakan untuk desinfeksi air, sterilisasi ruang bedah, dan ruang
industri farmasi. Walaupun sinar ultraviolet sangat panas terhadap mikroba, tetapi daya
tembusnya kurang, sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba yang terdapat
pada permukaan saja
c. Pendinginan
Suhu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangbiakan mikroba terhenti.
Cara ini dipakai untuk mengawetkan bahan makanan yang mudah membusuk. Pada
suhu -20 derajat C, mikroba tidak bisa merombak makanan sehingga tidak terjadi
pembusukan. Bakteri patogen mati pada suhu 0 derajat C, misalnya neisseria
gonorrhoea, treponema pallida
d. Pemanasan
Pada umumnya bakteri bentuk vegetatif mati dalam waktu 5-10 menit pada suhu
65 derajat C. Sedangkan bentuk spora perlu waktu lebih lama.
Pemanasan dapat mematikan bakteri, karena menggumpalkan (koagulasi)
protoplasmanya (protein). Koagolasi protoplasma akan lebih cepat bila terdapat banyak
air karena itu desinfeksi dengan uap air panas akan lebih cepat dibandingkan dengan
menggunakan udara panas kering. Bentuk spora clostridium botilinum dengan uap air
panas suhu 120 derajat C mati dalam waktu 10 menit. Sedangkan dengan udara panas
kering suhu 120 derajat C mati dalam 120 menit
e. Pengeringan
Pengeringan dapat menyebabkan larutan disekeliling mikroba menjadi
hipertonis, sehingga air keluar dari sel mikroba dan dapat menyebabkan mikroba mati.
Gangguan tekanan osmotik akan diper hebat apabila ditambahkan garam dan bumbu
seperti halnya pada pembuatan ikan asin dan bandeng. Karena dengan pengeringan
ini dapat menyebabkan berhentinya pembunuhan dan perkembang biakan mikroba.
Desinfeksi Secara Kimia :
a. Alkohol; merupakan desinfektan yang paling sering di pakai . Untuk desinfektin
kulit digunakan kadar ethyl alkohol 70%. Daya kerjanya yaitu mengkoagulasikan
protein dan menarik air sel.
b. Yodium; merupakan germicida tertua. Namun kurang baik kelarutannya dalam air.
Lebih baik kelarutannya dalam alkohol. Preparatnya adalah betadin yang banyak
digunakan untuk membersihkan luka. Dan tindakan antiseptik pada kulit sebelum
pembedahan. Yodium merupakan baktericida yang paling kuat.
c. Preparat chlor; banyak dipakai untuk desinfeksi air minum, misalnya kaporit. Daya
kerjanya berdasarkan proses oksidasi.
d. Zat warna; misalnya getianviolet, tertuma menghambat gram positif dan jamur. Zat
warna lainnya misalnya acriflavin. Acriflavin digunakan untuk tindakan anti septik
pada selaput lendir dan pengobatan luka. Daya kerja zat warna ini karena berkaitan
dengan protein bakteri.
e. Sabun dan detergent sintetis; sabun juga menyebabakan menurunnya tegangan
permukaan, sehingga mikroba mudah terlepas dari kulit atau pakaian. Berbagai zat
yang bersifat germicida sering di tambahkan dalam pembuatan sabun.
f. Aerosol; adalah zat kimia sebagai anti mikrobial yang di semprotkan di udara
sehingga membentuk butiran-butiran halus dan tetap tersuspensi dalam udara untuk
waktu yang cukup lama. Di pergunakan untuk desinfeksi ruangan.

Anda mungkin juga menyukai