Pencegahan Hiv
Pencegahan Hiv
Email : alekazulfikar73@mail.com
LATAR BELAKANG
Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang
mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang
terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang
sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru
tampak pada tahap AIDS.
Ada empat cara penularan HIV. Pertama, melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap
HIV tanpa perlindungan atau menggunakan kontrasepsi (kondom). Cara kedua, HIV dapat
menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu
yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti
HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia
sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan
atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur,
jarum tindik dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.
Kemungkinan penularan HIV melalui empat cara diatas tidak sama, hal tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :
Jarum 0,67
Penis ke mulut*
Mulut ke Vagina*
Sumber : TIME (23/6-1997) dan AIDS and Men : Taking Risk of Taking Responsibility
(Panos, London, 1999) serta sumber-sumber lain.
Data diatas menunjukkan kemungkinan penularan paling besar bila seseorang mendapat
tranfusi dengan darah yang sudah terinfeksi HIV 89,5% akan terinfeksi, antara 15-30% ibu
hamil yang positif akan menularkan virus pada anak yang dikandungnya. Kemungkinan
penularan ini dapat ditekan sampai 8% dengan penanganan dokter ahli dan pemakaian obat-
obat khusus saat hamil (Mutiara, 873,15-21 1997), dan kemungkinan cukup besar tertular
sampai 10% perkontak, terdapat pada kalangan pecandu narkotik suntikan.
Ada satu kondisi lagi yang kondusif untuk penularan HIV/AIDS bila seseorang sudah terkena
satu penyakit kelamin, penyakit kelamin yang dikenal umum adalah sifilis, gonore / GO,
herpes dan chlanydia. Penderita penyakit diatas bisa membuat seorang rentan terhadap
penularan HIV karena penyakit yang sudah ada padanya bisa menyebabkan infeksi saluran
reproduksi, HIV bisa masuk dengan mudah melalui bagian yang sudah sakit.
Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah masa
inkubasi, yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah terinfeksi. Selama masa
inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T semakin
berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit. Masa inkubasi
terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam aliran
darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu berkisar antara 1-6 bulan,
pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang negativ karena tes yang
menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan, tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi
HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia dapat menularkan HIV kepada orang lain. Tahap
kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejala-
gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes.
Kondisi ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif bisa
menularkan HIVnya pada orang lain. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar
limfe yang menetap dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai dengan kondisis
seseorang yang sel T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen masuk) pada
dirinya sudah berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam penyakit,
terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi
oportunistik ini juga sudah sering muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia
belum akan dikatakan dalam kondisi AIDS apabila sel T – 4 didalam darahnya masih diatas
200 / microliter.
WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam
mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minor. Gejala minor atau
ringan antara lain : batuk kronis lebih dari satu bulan, bercak-bercak merah dan gatal
dipermukaan kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus
yang menggangu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada mulut
dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan kelenjar
getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor antara lain : demam yang
berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang-ulang
maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga
bulan.
Setelah kasus pertama HIV /AIDS ditemukan pada tahun 1981, dewasa ini telah merupakan
pandemi, menyerang jutaan penduduk disetiap negara didunia dan menyerang pria, wanita
serta anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitar 10-12 juta orang dewasa dan anak-anak
didunia telah terinfeksi dan setiap hari sebanyak 5000 orang tertular virus HIV. Menurut
estimasi, pada tahun 2000 sekarang sekitar 10 juta penduduk akan hidup dengan AIDS, 8 juta
diantaranya akan mati. Pada saat itu laju infeksi pada wanita akan jauh lebih cepat dari pada
pria. Dari seluruh infeksi HIV 90% akan terjadi di negara berkembang terutema di Asia,
negara yang paling parah terkena antara lain : Thailand diperkirakan antara 500 ribu dan 800
ribu penduduknya telah terinfeksi, India sudah mencapai rata-rata antara 2-5 juta, di Bombay
sudah 50% pekerja seks dan 22,5% perempuan hamil sudah terinfeksi virus HIV. Sementara
itu negara-negara maju telah berhasil menekan laju infeksi HIV di negaranya. Tahun 2000
penanganan AIDS diseluruh dunia akan menghabiskan dana 514 milliar dollar AS. Setiap
hari 7500 penduduk dunia terinfeksi HIV, lebih dari separo yang terinfekssi rata-rata berusia
dibawah 25 tahun.
Untuk itu disusunlah strstegi nasional penanggulangan HIV / AIDS yang komprehensif,
menyeluruh dan multi sektorel, guna mewujudkan satu gerak langkah dalam penaggulangan
AIDS tersebut dan yang berdasarkan Keputusan Presiden NO. 36 tahun 1994 tentang komisi
penanggulangan AIDS.
Data HIV di Provinsi Bengkulu tahun 2014
359 Orang
Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya
penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga,
perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan
internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi
dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan
Presiden nomor 36 Tahun 1994.
Program
1. Donor darah.
2. Ibu hamil.
3. Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
4. Pelajar/mahasiswa.
5. Karyawan.
1. melakukan promosi kondom bagi WTS atau pekerja sex lainnya dengan cara
memberikan penjelasan tentang fungsi dan cara pemakaiannya.
2. Membangun tempat-tempat rehabilitasi khusus untuk orang-orang yang menderita
penyakit AIDS.
3. Gencar melakukan pentuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat
umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMU), Perguruan
Tinggi jika perlu sampai ke Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan
para pembimbing sekolah.
4. Pemerintah dan LSM yang ada banyak melakukan penyuluhan ketahanan keluarga
karena dengan ketahanan keluarga diharapkan Ayah, Ibu dan anak memahami bahaya
dari penularan HIV/AIDS.
5. Merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah positif dalam rangka pencegahan dan
penyebarluasan AIDS.
6. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.
7. Berusaha agar pengidap HIV dan golongan resiko tinggi (WTS) dibekali keterampilan
tertentu agar mampu bekerja di bidang lain dalam kehidupnnya.
8. Membentuk kelompok kerja teknis komunikasi, informasi, dan idukasi khusus untuk
menagani HIV/AIDS.
KESIMPULAN
Dengan melihat data maupun keterangan yang telah dijabarkan diatas, jelaslah bahwa
penyakit/virus HIV sangat membahayakan bahkan lambat laun bisa mematikan. Untuk itu
kita semua harus selalu waspada dengan cara menjauhkan diri dari segala perbuatan yang
dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam arti tanpa menggunakan
alat kontrasepsi.