Anda di halaman 1dari 11

Strategi Penanggulangan HIV/AIDS

Penulis : Aleka zulfikar, SKM

Email : alekazulfikar73@mail.com

Seksi Penelitian dan Informasi Kesehatan

Dinas Kesehatan Prov. Bengkulu

LATAR BELAKANG

(Acuquired Immune Deficiency Sidrome)


merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV ( Human Immuno
Deficiency Virus ) yang akan mudah menular dan mematikan. Virus tersebut merusak sistem
kekebalan tubuh manusia, dengan berakibat yang bersangkutan kehilangan daya tahan
tubuhnya, sehingga mudah terinfeksi dan meninggal karena berbagai penyakit infeksi kanker
dan lain-lain.
Sampai saat ini belum ditemukan vaksin pencegahan atau obat untuk penyembuhannya.
Jangka waktu antara terkena infeksi dan munculnya gejala penyakit pada orang dewasa
memakan waktu rata-rata 5-7 tahun. Selama kurun waktu tersebut walaupun masih tampak
sehat, secara sadar maupun tidak pengidap HIV dapat menularkan virusnya pada orang lain.

PENULARAN HIV / AIDS

Karena AIDS bukan penyakit, AIDS tidak


menular yang menular adalah HIV yaitu virus yang menyebabkan kekebalan tubuh mencapai
masa AIDS. Virus ini terdapat dalam larutan darah cairan sperma dan cairan vagina, dan bisa
menular pula melaui kontak darah atau cairan tersebut. Pada cairan tubuh lain konsentrasi
HIV sangat rendah sehingga tidak bisa menjadi media atau saluran penularan.

Tidak ada gejala khusus jika seseorang sudah terinfeksi HIV, dengan kata lain orang yang
mengidap HIV tidak bisa dikenali melalui diagnosis gejala tertentu, disamping itu orang yang
terinfeksi HIV bisa saja tidak merasakan sakit. Berbulan-bulan atau tahun seseorang yang
sudah terinfeksi dapat bertahan tanpa menunjukkan gejala klinis yang khas tetapi baru
tampak pada tahap AIDS.

Ada empat cara penularan HIV. Pertama, melalui hubungan seksual dengan seorang pengidap
HIV tanpa perlindungan atau menggunakan kontrasepsi (kondom). Cara kedua, HIV dapat
menular melalui transfusi dengan darah yang sudah tercemar HIV. Cara ketiga, seorang ibu
yang mengidap HIV bisa pula menularkannya kepada bayi yang dikandung, itu tidak berarti
HIV /AIDS merupakan penyakit turunan, karena penyakit turunan berada di gen-gen manusia
sedangkan HIV menular saat darah atau cairan vagina ibu membuat kontak dengan cairan
atau darah anaknya. Dan cara keempat adalah melalui pemakaian jarum suntik akufuntur,
jarum tindik dan peralatan lainnya yang sudah dipakai oleh pengidap HIV.

Kemungkinan penularan HIV melalui empat cara diatas tidak sama, hal tersebut dapat dilihat
pada tabel dibawah ini :

Penularan melalui Kemungkinan terinfeksi per


kontak (%)

Tranfusi darah yang terinfeksi HIV 89,5

Dari ibu yang HIV + ke anak yang dikandungnya 15 – 30

Jarum 0,67

Jarum suntik 0,29

Jarum tusuk 0,5 – 10

Jarum suntik pada pecandu narkotika 0,06 – 5,10

Hubungan seksual 0,05 – 0,23

Laki-laki ke laki-laki 0,03 – 5,60

Laki-laki ke perempuan Belum dapat dipastikan

Perempuan ke laki-laki Idem

Anal seks* Idem

Oral seks* Idem

Penis ke mulut*

Mulut ke Vagina*

Sumber : TIME (23/6-1997) dan AIDS and Men : Taking Risk of Taking Responsibility
(Panos, London, 1999) serta sumber-sumber lain.
Data diatas menunjukkan kemungkinan penularan paling besar bila seseorang mendapat
tranfusi dengan darah yang sudah terinfeksi HIV 89,5% akan terinfeksi, antara 15-30% ibu
hamil yang positif akan menularkan virus pada anak yang dikandungnya. Kemungkinan
penularan ini dapat ditekan sampai 8% dengan penanganan dokter ahli dan pemakaian obat-
obat khusus saat hamil (Mutiara, 873,15-21 1997), dan kemungkinan cukup besar tertular
sampai 10% perkontak, terdapat pada kalangan pecandu narkotik suntikan.

Ada satu kondisi lagi yang kondusif untuk penularan HIV/AIDS bila seseorang sudah terkena
satu penyakit kelamin, penyakit kelamin yang dikenal umum adalah sifilis, gonore / GO,
herpes dan chlanydia. Penderita penyakit diatas bisa membuat seorang rentan terhadap
penularan HIV karena penyakit yang sudah ada padanya bisa menyebabkan infeksi saluran
reproduksi, HIV bisa masuk dengan mudah melalui bagian yang sudah sakit.

TAHAP DAN GEJALA HIV / AIDS

Gejala-gejala AIDS baru bisa dilihat pada seseorang yang tertular HIV sesudah masa
inkubasi, yang biasanya berlangsung antara 5-7 tahun setelah terinfeksi. Selama masa
inkubasi jumlah HIV dalam darah terus bertambah sedangkan jumlah sel T semakin
berkurang, kekebalan tubuhpun semakin rusak jika jumlah sel T makin sedikit. Masa inkubasi
terdiri dari beberapa tahap, tenggang waktu pertama setelah HIV masuk kedalam aliran
darah, disebut masa jendela / Window Period. Tenggang waktu berkisar antara 1-6 bulan,
pada rentang waktu ini tes HIV akan menunjukkan hasil yang negativ karena tes yang
menditeksi anti body HIV belum dapat ditemukan, tetapi walaupn seseorang yang terinfeksi
HIV baru pada tahap jendela tetap saja dia dapat menularkan HIV kepada orang lain. Tahap
kedua disebut kondisi asimptomatik, yaitu suatu keadaan yang tidak menunjukkan gejala-
gejala walaupun dalam tubuh seseorang sudah ada HIV yang dapat dideteksi melalui tes.
Kondisi ini bisa berlangsung antara 5-10 tahun, dan tahap inipun seseorang yang positif bisa
menularkan HIVnya pada orang lain. Tahap ketiga ditandai dengan pembesaran kelenjar
limfe yang menetap dibanyak bagian tubuh. Dan tahap keempat ditandai dengan kondisis
seseorang yang sel T– 4 (sel darah putih sebagai pertahanan tubuh saat antigen masuk) pada
dirinya sudah berada dibawah 200 / microliter sehingga muncul berbagai macam penyakit,
terutama penyakit-penyakit yang disebabkan infeksi oportunistik. Sebenarnya infeksi
oportunistik ini juga sudah sering muncul sebelum seseorang mencapai masa AIDS, tetapi dia
belum akan dikatakan dalam kondisi AIDS apabila sel T – 4 didalam darahnya masih diatas
200 / microliter.

WHO telah membuat kriteria gejala yang dapat dipakai sebagai pegangan dalam
mendiagnosis AIDS, ada yang disebut gejala mayor dan gejala minor. Gejala minor atau
ringan antara lain : batuk kronis lebih dari satu bulan, bercak-bercak merah dan gatal
dipermukaan kulit pada beberapa bagian tubuh, Herpes Zorter (infeksi yang disebabkan virus
yang menggangu saraf) yang muncul berulang-ulang, infeksi semacam sariawan pada mulut
dan tenggorokan yang disebabkan oleh jamur Candida albicans, dan pembengkakan kelenjar
getah bening yang menetap di sekujur tubuh. Gejala-gejala mayor antara lain : demam yang
berkepanjangan lebih dari tiga bulan, diare kronis lebih dari satu bulan berulang-ulang
maupun terus-menerus dan penurunan berat badan lebih 10 persen dalam kurun waktu tiga
bulan.

PERKEMBANGAN HIV/AIDS DI DUNIA

Setelah kasus pertama HIV /AIDS ditemukan pada tahun 1981, dewasa ini telah merupakan
pandemi, menyerang jutaan penduduk disetiap negara didunia dan menyerang pria, wanita
serta anak-anak. WHO memperkirakan bahwa sekitar 10-12 juta orang dewasa dan anak-anak
didunia telah terinfeksi dan setiap hari sebanyak 5000 orang tertular virus HIV. Menurut
estimasi, pada tahun 2000 sekarang sekitar 10 juta penduduk akan hidup dengan AIDS, 8 juta
diantaranya akan mati. Pada saat itu laju infeksi pada wanita akan jauh lebih cepat dari pada
pria. Dari seluruh infeksi HIV 90% akan terjadi di negara berkembang terutema di Asia,
negara yang paling parah terkena antara lain : Thailand diperkirakan antara 500 ribu dan 800
ribu penduduknya telah terinfeksi, India sudah mencapai rata-rata antara 2-5 juta, di Bombay
sudah 50% pekerja seks dan 22,5% perempuan hamil sudah terinfeksi virus HIV. Sementara
itu negara-negara maju telah berhasil menekan laju infeksi HIV di negaranya. Tahun 2000
penanganan AIDS diseluruh dunia akan menghabiskan dana 514 milliar dollar AS. Setiap
hari 7500 penduduk dunia terinfeksi HIV, lebih dari separo yang terinfekssi rata-rata berusia
dibawah 25 tahun.

Melihat kondisi yang sangat memprihatinkan tersebut pemerintah menganggap perlu


melakukan satu tindakan pencegahan dan penanggulangan AIDS baik secara nasional
ataupun regional dan global dengan berdasarkan kemanusiaan dan keadilan, sehingga
akhirnya dibentuk suatu komisi penaggulangan AIDS. Komisi penaggulangan AIDS ini
ditetapkan dengan keppres NO. 36 tahun 1994.

SITUASI DAN MASALAH HIV DI INDONESIA

Kasus penularan AIDS pertama di Indonesia pada


tahun 1987 kemudian disusul dengan kasus-kasus berikutnya, sehingga pada tanggal 31
januari 1995 tercatat pengidap HIV 211 orang dan 69 penderita AIDS, 44 orang diantaranya
meninggal. Data terakhir bulan Juni 1999 tercatat 88 mengidap HIV dan 26 penderita AIDS
(sampai dengan 31 Agustus 1999). Serupa dengan pola penyebaran dinegara lain, di
Indonesiapun mulainya diantara orang-orang homo seks, kemudian muncul pada sekelompok
kecil orang-orang yang berperilaku resiko tinggi seperti pecandu obat narkotika dan para tuna
susila. Sasaran umum pembangunan jangka panjang kedua (PJP-II) sebagaimana dinyatakan
dalam GBHN 1993 adalah terciptanya kwalitas manusia dan kwalitas masyarakat Indonesia
yang maju dan mandiri. Penyebaran HIV / AIDS dalam masyarakat bukan semata-mata
hanya masalah kesehatan saja, tetapi mempunyai implikasi politik, ekonomi, sosial, etis,
agama dan hukum, bahkan dampaknya secara nyata cepat atau lambat menyentuh semua
aspek kehidupan bangsa dan negara. Hal ini mengancam upaya bangsa untuk meningkatkan
kwalitas sumber daya manusia.

Dalam rangka mengamankan jalannya pembangunan nasional, demi terciptanya kwalitas


manusia yang diharapkan, perlu peningkatan upaya penaggulangan HIV / AIDS, yang
melibatkan semua sektor pembangunan nasional melalui program yang terarah, terpadu dan
menyeluruh.

Untuk itu disusunlah strstegi nasional penanggulangan HIV / AIDS yang komprehensif,
menyeluruh dan multi sektorel, guna mewujudkan satu gerak langkah dalam penaggulangan
AIDS tersebut dan yang berdasarkan Keputusan Presiden NO. 36 tahun 1994 tentang komisi
penanggulangan AIDS.
Data HIV di Provinsi Bengkulu tahun 2014

1. Jumlah Kasus HIV 56 Orang


2. Jumlah HIV + dilayanan Konseling dan Tes HIV
3. Jumlah Orang test HIV di Layanan Konseling dan Test HIV 549 Orang
4. Jumlah ODHA yang masih mendapat ARV
6.286 Orang

359 Orang

Sumber : Laporan Data Kesehatan Set Prioritas SIK tahun 2014

STRATEGI NASIONAL PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Strategi Nasional ini merupakan kerangka acuan dan panduan untuk setiap upaya
penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, baik oleh pemerintah, masyarakat LSM, keluarga,
perorangan, universitas dan lembaga-lembaga penelitian, donor dan badan-badan
internasional agar dapat bekerja sama dalam kemitraan yang efektif dan saling melengkapi
dalam lingkup keahlian dan kepedulian masing-masing berdasarkan Pasal 5 Keputusan
Presiden nomor 36 Tahun 1994.

Strategi Nasional ini disusun dengan sistematika, Prinsip-prinsip dasar penanggulangan


HIV/AIDS, Lingkup program, peran dan tanggung jawab, kerjasama internasional dan
pendanaan. Kegiatan penanggulangan AIDS dikomandoi oleh Komisi Penanggulangan AIDS
(KPA) yang diketuai oleh Menko Kesra dan di daerah oleh KPAD. Kegiatannya meliputi
pencegahan, pelayanan, pemantauan, pengedalian dan penyuluhan.

Prinsip-prinsip dasar penanggulangan HIV/AIDS.

1. Upaya penanggulangan HIV/AIDS dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan


pemerintah.
2. Setiap upaya penanggulangan harus mencerminkan nilai-nilai agama dan budaya yang
ada di Indonesia.
3. Setiap kegiatan diarahkan untuk mempertahankan dan memperkukuh ketahanan dan
kesejahteraan keluarga, serta sistem dukungan sosial yang mengakar dalam
masyarakat.
4. Pencegahan HIV/AIDS diarahkan pada upaya pendidikan dan penyuluhan untuk
memantapkan perilaku yang baik dan mengubah perilaku yang berisiko tinggi.
5. Setiap orang berhak untuk mendapat informasi yang benar untuk melindungi diri dan
orang lain terhadap infeksi HIV.
6. Setiap kebijakan, program, pelayanan dan kegiatan harus tetap menghormati harkat
dan martabat dari para pengidap HIV/penderita AIDS dan keluarganya.
7. Setiap pemeriksaan untuk mendiagnosa HIV/AIDS harus didahului dengan penjelasan
yang benar dan mendapat persetujuan yang bersangkutan (informed consent), sebelum
dan sesudahnya harus diberikan konseling yang memadai dan hasil pemeriksaan wajib
dirahasiakan.
8. Diusahakan agar peraturan perundang-undangan mendukung dan selaras dengan
Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS di semua tingkat.
9. Setiap pemberi pelayanan kepada pengidap HIV/penderita AIDS berkewajiban
memberikan pelayanan tanpa diskriminasi.

Tujuan Penanggulangan HIV/AIDS adalah untuk :

1. Mencegah penularan virus HIV.


2. Mengurangi sebanyak mungkin penderitaan perorangan, serta dampak sosial dan
ekonomis dari HIV/AIDS di seluruh Indonesia.
3. Menghimpun dan menyatukan upaya-upaya nasional untuk penanggulangan
HIV/AIDS.

Program

1. Pengamanan sumberdaya manusia.


2. Penggerakan, perorangan, keluarga, masyarakat untuk pencegahan, penyebaran dan
penanggulangan HIV/AIDS.
3. Pelayanan, perawatan, pengobatan.

1. Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE).


2. Pencegahan.
3. Penelitian dan Kajian.
4. Monitoring dan Evaluasi.

Sasaran Masyarakat Terkena Infeksi HIV/AIDS, terutama :

1. Kelompok resiko tinggi :


2. Kelompok resiko rendah :

1. Wanita Tuna Susila (WTS).


2. Karyawati panti pijat, night club, bar dan diskotik.
3. Waria.
4. Narapidana.
5. Kelompok gay.
6. Penderita penyakit menular seksual.

1. Donor darah.
2. Ibu hamil.
3. Calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI).
4. Pelajar/mahasiswa.
5. Karyawan.

Upaya Kebijakan Untuk Mencegah Penyebaran HIV :

– Agama sebagai benteng.

– Kartu bebas AIDS.

STRATEGI YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MENANGGULANGI


PENYEBARAN PENYAKIT HIV/AIDS ANTARA LAIN :

1. melakukan promosi kondom bagi WTS atau pekerja sex lainnya dengan cara
memberikan penjelasan tentang fungsi dan cara pemakaiannya.
2. Membangun tempat-tempat rehabilitasi khusus untuk orang-orang yang menderita
penyakit AIDS.
3. Gencar melakukan pentuluhan di berbagai tempat yang ditujukan kepada masyarakat
umum tentang bahaya HIV/AIDS baik itu di sekolah-sekolah (SMU), Perguruan
Tinggi jika perlu sampai ke Pondok Pesantren, kerja sama dinas kesehatan dengan
para pembimbing sekolah.
4. Pemerintah dan LSM yang ada banyak melakukan penyuluhan ketahanan keluarga
karena dengan ketahanan keluarga diharapkan Ayah, Ibu dan anak memahami bahaya
dari penularan HIV/AIDS.
5. Merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah positif dalam rangka pencegahan dan
penyebarluasan AIDS.
6. Meningkatkan pengetahuan petugas dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan.
7. Berusaha agar pengidap HIV dan golongan resiko tinggi (WTS) dibekali keterampilan
tertentu agar mampu bekerja di bidang lain dalam kehidupnnya.
8. Membentuk kelompok kerja teknis komunikasi, informasi, dan idukasi khusus untuk
menagani HIV/AIDS.

Sebab-sebab tertular atau terkena HIV/AIDS antara lain :

1. banyak persepsi yang keliru tentang pemahaman penyakit HIV/AIDS dikalangan


masyarakat.
2. Kurang adanya pendekatan orang tua terhadap anak-anaknya yang menginjak remaja
sehingga mereka terjerumus pada pergaulan bebas.
3. Kurangnya pengetahuan sex dan seringnya berganti-ganti pasangan dengan orang
yang sudah terinfeksi HIV.
4. Banyaknya tempat-tempat rawan yang dapat menimbulkan penularan HIV
diantaranya panti pijat, diskotik, tempat lokalisasi dan lain-lain.
5. Maraknya bisnis esek-esek dikalangan masyarakat tanpa perasaan malu melakukan
hal tersebut.

KESIMPULAN

Dengan melihat data maupun keterangan yang telah dijabarkan diatas, jelaslah bahwa
penyakit/virus HIV sangat membahayakan bahkan lambat laun bisa mematikan. Untuk itu
kita semua harus selalu waspada dengan cara menjauhkan diri dari segala perbuatan yang
dapat menyebabkan penularan HIV/AIDS, terutama sex bebas dalam arti tanpa menggunakan
alat kontrasepsi.

Anda mungkin juga menyukai