Anda di halaman 1dari 8

Resume

Kerangka Pembangunan Mindset yang Sesuai dengan


Lingkungan Bisnis

Oleh:

Muhammad Hasbi Navis (145020301111079)

Dendi Taufiq K (145020307111014)

Shafrinaufal Mirza G (145020307111023)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
KONSEP MINDSET
Sikap mental mapan yamg dibentuk melalui pendidikan, pengalaman, dan prasangka. Mindset
merupakan peta mental yang dipakai sebagai dasar untuk bersikap dan bertindak.
 Mindset terdiri dari tiga komponen pokok antara lain :
1. Paradigma adalah cara yang digunakan oleh seseorang didalam memandang sesuatu.
2. Keyakinan dasar adalah kepercayaan yang dilekatkan oleh seseorang terhadap sesuatu.
3. Nilai dasar adalah sikap, sifat, dan karakter yang dijunjung tinggi oleh seseorang, sehingga
berdasarkan tersebut nilai-niali tersebut seseorang dibatasi.
 Menurut model ini kultur organisasi mempunyai tiga tingkatan antara lain :
1. Tingkat pertama adalah paradigm yang merupakan cara pandang yang digunakan organisasi
terhadap sesuatu.
2. Tingakat kedua adalah keyakinan dasar dan nilai dasar yang bersama-sama dengan paradigm
membentuk mindset organisasi.
3. Tingkat ketiga adalah Perilaku diadalam organisasi yang dirancang melaluisistem manajemen.
RERANGKA KONSEPTUAL PERUMUSAN MINDSET
Langkah pembentukan mindset ada dua antara lain :
1. Perumusan mindset mempunyai empat langkah antara lain :
a. Trenwaching adalah mengamati perubahan yang akan terjadi dimasa deapan , memacu
perubahan adalah globalisasi, tehnologi informasi, strategic quality management dan revolusi
manajemen.
b. Envisioning adalah kemempuan kita untuk menggambarkan dampak perubahan dalam
lingkungan bisnis yang dakibatkan pemacu perubahan yang telah diamati trendwaching.
c. perumusan paradigma adalah menetatapkan suatu paradigm yang berguna bagi oraganisasi
melalui pembentukan mindset yang sama antara personel dan organisasi agar tujuan organisasi
dapat dicapai.
d. perumusan mindset adalah pembentukan mindset yang dikomunikasikan pada seluruh personel
didalam suatu organisasi , terdiri dari tiga komponen antara lain, paradigm, keyakinan dasar,
dan nilai dasar.
2. Pengkomunikasian mindset ada dua cara antara lain :
a. melalui perilaku pribadi (personal behavior) dengan membentuk paradigm, keyakinan dasar,
dan nilai dasar organisasi yang dikomunikasikan kepada seluruh karyawan melalui penataran
sistematik . cara ini ditempuh dengan menanamkan konsep paradigma, keyakianan dan nilai
organisasi. Dan penghayatan paradigm , keyakinan, dan nilai dasar organisasi kedalam perilaku
keseharian mereka melalui actions speak louder than words.
b. melalui perilaku organisasional ( operasional behavior) dengan menerapkan bahwa seluruh
karyawan terlibat dalam pengoperasian sistem dan prosedur, peraturan dan keputusan dan
berjangka waktu panjang selama system, proseur, peraturan dan keputusan yang berlaku.
CUSTOMER VALUE MINDSET
1. Internal : customer yang masuk ke dalam rantai customer. artinya dimana barang yang dihasilkan
di proses awal di transfer ke proses berikutnya. proses awal bertindak sebagai pemasok dan proses
berikutnya bertindak sebagai customer

2. Eksternal : costomer akhir, dimana produk dan jasa dibuat untuk memenuhi kebutuhan pasar

Konsep customer value

Customer value adalah selisih antara manfaat yang diperoleh customer dari produk dan jasa yang
dikonsumsinya dengan pengorbanan yang dilakukan oleh customer untuk memperoleh manfaat tersebut.
Manfaat yang diperoleh dan pengorbanan yang dilakukan oleh customer ditentukan oleh kualitas hubungan
yang dibangun antara produsen dengan pemasok, produsen dengan mitra bisnisnya dan produsen dengan
customernya. Suatu organisasi akan dapat mempertahankan kelangsungan hidup dan memiliki kesempatan
untuk bertumbuh, jika organisasi tersebut mampu memproduksi dan menyediakan produk dan jasa yang
menghasilkan value bagi customer.

Pada dasarnya produk merupakan satu ikat jasa yang disediakan untuk memuasakan kebutuhan
customer. atribut yang melekat pada produk tidak hanya berasal dari tahap pemakaian atau use namun
berasal dari keseluruhan tahap pemakaian produk, maka jasa yang dihasilkan oleh suatu produk dimulai
sejak saat customer berusaha mencari produk sampai engan saat customer menghentikan pemakaian
produk.

Customer value dalam lingkungan bisnis kompetitif

Perusahaan harus mampu menyediakan more value added bagi customer disetiap tahap proses
pemanfaatan secara menyeluruh produk dan jasa.

Nilai dasar untuk mewujudkan paradigma customer value: integritas, kerendahan hati, kesediaan untu
melayani.
Perwujudan customer value mindset kedalam SPM

Customer value mindset diwujudkan ke dalam 6 komponen proses SPM :

1. Perumusan strategi ditujukan untuk menghasilkan value bagi customer

2. perencanaan starategi dengan pendekatan balance score card

3. penyusunan program

4. penyusunan anggaran berhasil aktivitas (activity based budgeting)

5. pengimplementasian rencana dengan activity based management

6. pemantauan pelaksanaan rencana dengan activity based cost system

CONTINUOUS IMPROVEMENT MINDSET

Continuous improvement mindset terdiri dari paradigma improvement berkelanjutan, keyakinan


dasar terhadap improvement berkelanjutan, dan nilai-nilai dasar yang melandasi improvement
berkelanjutan.

Di dalam lingkungan bisnis yang turbulen, personel perusahaan dituntut untuk senantiasa
melakukan improvement berkelanjutan terhadap sistem dan proses yang digunakan untuk menghasilkan
value bagi customer. Di samping itu, personel perusahaan perlu memiliki keyakinan yang kuat bahwa
kelangsungan hidup organisasi perusahaan sangat tergantung pada kemampuan organisasi tersebut untuk
berubah. Untuk mewujudkan improvement terhadap sistem dan proses, personel organisasi perusahaan
perlu memiliki nilai-nilai dasar yang membimbing mereka di dalam mengambil keputusan.

Keyakinan Dasar untuk Meujudkan Paradigma Improvement Berkelanjutan

Karena lingkungan bisnis dalam kompetisi global telah mengalami perubahan dramatis, yang
ditandai dengan persaingan yang semakin tajam dan perubahan yang semakin pesat, radikla, berkelanjutan,
dan pervasif, maka perlu diperlukan paradigma improvement berkelanjutan untuk menghadapinya.
Paradigma improvement berkelanjutan perlu diwujudkan ke dalam keyakinan dasar yang kuat yang harus
ditanamkan kepada seluruh personel perusahaan bahwa : (1) harus mengetahui fakta, (2) alasan dan belajar,
(3) selalu ada cara yang lebih baik, (4) harus selalu berusaha untuk sempurna ; orang tidak akan pernah
mencapai kesempurnaan tersebut. Building blocks kultur organisasi yang dibangun atas dasar paradigma
improvement berkelanjutan dilukiskan pada gambar 9.
DAMPAK CONTINUOUS IMPROVEMENT MINDSET

Penerapan continuous improvement mindset ke dalam sistem manajemen sedang mengalami


perkembangan yang pesat. Contoh-contoh yang disajikan di dalam tulisan ini tidak mewakili sistem
manajemen yang telah diimplementasikan berdasarkan mindset tersebut. Berikut ini disajikan beberapa
contoh perwujudan continuous improvement mindset ke dalam sistem manajemen. (1) organisasi sebagai
destabilizer, (2) peran manajer, (3) de-jobbed organization, (4) teamwork, (4) cross-finctional approach,
dan (5) kualitas, keandalan, kecepatan, efisiensi biaya.

Opportunity Mindset

 Pengertian Opportunity mindset

Yakni kondisi yang terbuka di masa depan yang belum pernah dialami seseorang atau organisasi
yang berbeda dengan yang pernah dialami sebelumnya dan yang mengandug ketidakpastian. Sistem
pengendalian manajemen juga menyediakan berbagai sistem untuk melaksanakan proses perencanaan dan
implementasi rencana. Melalaui sistem pengendalian manajemen, keseluruhan kegiatan utama untuk
menjadikan perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan dapat dilaksanakan secara terstruktur,
terkoordinasi, terjadwal dan terpadu sehingga menjanjikan tercapainya tujuan perusahaan-perusahaan
bertambahnya kekayaan dalam jumlah yang memadai. Sistem pengendalian manajemen pada dasarnya
suatu sistem yang digunakan oleh manajemen untuk membangun masa depan organisasi. untuk
membangun masa depan organisasi, perlu ditentukan lebih dahulu dalam bisnis apa organisasi akan
berusaha.

Untuk membangun opportunity mindset dalam diri tim penyusun rencana strategik, langkah-langkah
berikut ini dapat ditempuh :

1. Memahami building blocks untuk membangun opportunity mindset.


2. Mengubah mindset anggota tim ke opportunity mindset.
3. Menanamkan courage dan risk taking melalui pelatihan
4. Melatih kemampuan tim untuk trendwatching
5. Melatih kemampuan anggota tim untuk envisioning.

CROSS-FUNCTIONAL MINDSET

Perubahan lingkungan bisnis yang dihadapi oleh perusahaan pada umumnya merupakan penyebab
utama manajemen perlu ditinjau kembali pendekatan yang digunakan untuk mengorganisasi sumber daya
manusia. Ada dua faktor yang menyebabkan dibutuhkan cross-functional team, yaitu:
1. Perlunya Organisasi Berorientasi ke Sistem
2. Pandangan Bahwa Organisasi Sebagai Suatu Tim

Apa yang dimaksud dengan Sistem ?

Sistem versus proses. Sistem terdiri dari kebijakan, motivator, teknologi, proses, dan operasi. Dari definisi
tersebut kebijakan, motivator, teknologi, proses, dan operasi merupakan lima komponen sistem. Manajer
cenderung mengaburkan perbedaan antara sistem dengan proses dan seringkali menggunakan kedua istilah
tersebut, seolah dapat saling menggantikan. Sistem sebenarnya berbeda dengan proses. Pertama, sistem
lebih luas dibandingkan proses. Suatu sistem terdiri dari beragam proses, seperti yang terdapat dalam
pemasaran, produksi, teknik, dan keuangan. Didamping itu, arus kerja tidak hanya secara sederhana berupa
arus berurutan, dari satu proses atau operasi ke proses atau operasi yang lain.

Proses versus operasi. Operasi adalah pekerjaan yang dilaksanakan oleh manusia dan mesin atas bahan atau
informasi. Proses adalah arus produk, bahan, atau informasi dari seorang karyawan atau tempat kerja satu
ke karyawan atau tempat kerja lain. Untuk melakukan improvementterhadap proses, manajemen tidak boleh
hanya meningkatkan operasi pengolahan, atau operasi inspeksi, atau operasi transport. Oleh karena masing-
masing operasi dalam proses terkait satu dengan lainnya, perbaikan di satu proses akan berpengaruh
terhadap kinerja operasi yang lain dalam proses tersebut.

TIM

Tim adalah kumpulan orang yang, berdasarkan keahlian masing-masing yang bersifat saling
melengkapi, bekerja sama untuk mewujudkan tujuan tertentu bersama. Tim dibentuk untuk mewujudkan
tujuan tertentu. Ada tim yang dibentuk untuk pengembangan produk, pengembangan sistem, improvement
terhadap kualitas, penyelesaian masalah, attau perekayasaan kembali sistem yang digunakan untuk
melayani customer. Masa kerja tim dapat dibagi menjadi dua: sementara dan permanen. Tim yang memiliki
masa kerja permanen adalah tim yang dibangun sebagai bagian permanen struktur organisasi perusahaan.
Tim sementara adalah tim yang dibentuk untuk mewujudkan tujuan-tujuan jangka pendek dan akan segera
dibubarkan begitu tujuan tim telah tercapai. Keanggotaan tim dapat bersifat fungsional atau lintas
fungsional. Tim fungsional beranggotakan orang-orang dengan keahlian sama, baik yang diperoleh dari
pendidikan maupun dari pengalaman. Tim lintas fungsional beranggotakan orang-orang dari berbagai
fungsi dengan berbagai keahhlian.
TIM LINTAS FUNGSIONAL (CROSS-FUNCTIONAL TEAM)

Tim Lintas Fungsional :Tim lintas fungsional adalah sekelompok perssonel yang berasal dari berbagai
fungsi atau disiplin dalam organisasi, berusaha bersama-sama mewujudkan tujuan tim.

Pendekatan Lintas Fungsional (Cross-functional approach) dalam Membangun Struktur Organisasi

Pendekatan lintas fungsional menggunakan prinsip-prinsip berikut ini dalam pembangunan struktur
organisasi:

1. Organisasi diorientasikan ke sistem yang digunakan untuk melayani kebutuhan customer.


2. Sumber daya manusia diorganisasikan menurut tim lintas fungsional dan setiap tim diberi
tanggungjawab untuk mewujudkan tujuan sistem dan melakukan improvement secara
berkelanjutan terhadap sistem tersebut.

CROSS FUNCTIONAL MINDSET

Tim lintas fungsional hanya akan efektif di dalam menjalankan organisasi lintas fungsional jika mereka
memiliki mindset yang cocok dengan organissai tersebut. Proses untuk menghasilkan produk dan jasa
menembus batas-batas antar fungsi. Dengan demikian manajemen atas aktivitas pembuatan produk dan jasa
penyediaan jasa hanya akan berhasil jika batas-batas antarfungsi ditiadakan, baik secra fisik maupun secara
mental.

Paradigma Lintas Fungsional

Paradigma lintas fungsional memandang organisasi sebagai:

1. Suatu rangkaian system yang digunkan untuk melayani kebutuhan customer


2. Suatu kumpulan shared competencies and resources yang disediakan untuk dimobilisasi guna
memenuhi kebutuhan customer.

Keyakinan Dasar Untuk Mewujudkan Paradigma Lintas Fungsional

Terdapat empat keyakinan dasar yang perlu ditanamkan dalam diri setiap personel tentang cross functional
approach :

1. Produk berkualitas hanya dapat dihasilkan secara konsisten melalui kerja sama lintas fungsional
2. Kerjasama lintas fungsional menghasilkan sinergi
3. Cross functional approach membentuk learning organization
4. Kerjasama lintas fungsional memfokuskan sumber daya organissai ke kepuasan customer.

Nilai Dasar Untuk Mewujudkan Paradigma Lintas Paradigma

Nilai dasar yang melandasi cross functional approach :

1. Kerjasama : Cross functional approach hanya akan terwujud jika anggota organisasi menjunjung
tinggi nilai kerjasama karena kompleksnya kebutuhan customer, usaha individual dan fungsional
tidak akan mampu memenuhi kebutuhan customer
2. Mental berlimpahan : adalah kemampuan jiwa seseoarng dalam menerima keberhasilan,
kelebihan, keberuntungan, penghargaan yang diperoleh orang lain
3. Kerendahan Hati : Kerendahan hati menjadikan orang mampu menerima kehadiran orang lain
dalam bekerja dan mampu membangun kerjasama dengan orang lain dalam mencapai tujuan
bersama.

PERWUJUDAN CROSS FUNTIONAL MINDSET KE DALAM SISTEM PENGENDALIAN


MANAJEMEN

Cross Functional Mindset diwujudkan kedalam dua komponen system pengendalian manajemen, yaitu:

1. Perwujudan cross functional mindset ke dalam struktur system pengendalian manajemen

2. Perwujudan Cross-Functional Mindset Ke Dalam Proses Sistem Pengendalian Manajemen

Anda mungkin juga menyukai