Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAB 1 PENDAHULUAN 2
1.1 Latar Belakang 2
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 2
1.4 Manfaat 3
1.5 Batasan Masalah 3
BAB 2 DASAR TEORI 4
2.1 Diagram Tegangan – Regangan 4
2.2 Hukum Hooke 5
2.3 Batas Endurance Teoritis 6
2.4 Spesimen Uji 7
2.4.2 Uji Komposisi 7
2.4.3 Uji Lentur 7
2.4.4 Uji Puntir 8
BAB III METODELOGI PENELITIAN 9
3.1 Sumber data 9
3.2 Variabel Penelitian 9
3.3 Diagram Alir Penelitian 9
DAFTAR PUSTAKA 10

1
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan banyaknya kegagalan mekanis yang ditemui, perkembangan ilmu
pengetahuan dan banyaknya penemuan baru, menyebabkan faktor-faktor perancangan
mulai bertambah. Salah satu contohnya misalnya faktor kelelahan logam. Pada saat faktor
kelelahan belum diketahui, perencanaan suatu komponen hanya didasarkan pada
pembebanan statik. Namun dalam prakteknya kemudian ditemukan banyak masalah
seperti patahnya poros kereta api, poros roda mobil, rusaknya rivet pada kabin pesawat,
dan peristiwa patahnya poros baling-baling kapal (Propeller Shaft).

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh beban-beban tersebut terhadap


kekuatan lelah material poros, maka diperlukan pengujian material menggunakan benda
uji (spesimen) dan disertai dengan analisa maupun perhitungan secara teliti.
Dalam pengujian lelah/ fatigue dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu konsentrasi
tegangan, kondisi permukaan, dimensi, temperatur, beban dan efek lain-lain (korosi,
tegangan sisa, dll).
Tanda-tanda yang menunjukkan permulaan adanya kegagalan fatigue tidak begitu
jelas, oleh karena itu fatigue menjadi satu bahaya besar yang harus diperhatikan secara
serius oleh para teknisi-teknisi dalam dunia perancangan.

1.2 Rumusan Masalah


Dalam penelitian ini akan diketahui seberapa kekuatan bahan poros propeller yang
dibutuhkan. Dalam percobaan ini pengujian dilakukan dengan uji Tarik, uji puntir, uji
komposisi, menggunakan bahan baja ST 60 sesuai dengan standart BKI

1.3 Tujuan
Dapat dirumuskan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisa kekuatan baja ST 60 dari hasil pengujian material dengan standar
ASME.
2. Menguji baja ST 60 hasil dari uji tarik dan uji komposisi apakah memenuhi
standar BKI sebagai bahan poros baling-baling kapal.

2
1.4 Manfaat
1. Mengetahui seberapa kekuatan bahan yang di ijinkan untuk penggunaan bahan poros
propeller.
2. Mengetahui bahan poros propeller yang layak digunankan.

1.5 Batasan Masalah


Pembatasan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Pembahasan dalam tugas ini adalah pembebanan pada poros baling-baling jenis fix
picth.
2. Pengujian kekuatan material yang dilakukan untuk pembahasan tugas ini adalah
dengan menggunakan benda uji (spesimen) tanpa perlakuan panas (raw material),
dan dengan jenis pengujian uji tarik, uji komposisi, uji lentur putar (Rotary
Bending), uji puntir.
3. Spesimen yang digunakan adalah jenis baja ST 60 dengan bentuk uji standar
ASTM.
4. Jenis baja ST 60 yang dipilih memiliki tensile strenght antara 600-720 N/mm2
Sesuai BKI Volume III (Rules For Machinery Installations) 2006 (Section 4),
mensyaratkan bahwa material untuk poros baling-baling memiliki tensile strenght
antara 400-800 N/mm2.
5. Analisa tidak membahas tentang getaran, kenaikkan temperatur, dan perubahan
struktur mikro yang terjadi pada spesimen selama pengujian.

3
BAB 2 DASAR TEORI

2.1 Diagram Tegangan – Regangan


Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan pengujian
terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan, yaitu uji
tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji geser (shear
test). Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang uji tarik dan sifat-sifat mekanik logam
yang didapatkan dari interpretasi hasil uji tarik.

Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar. Pengujian ini
sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia,
misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241. Dengan menarik
suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut bereaksi
terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah panjang. Alat
eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan
yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara lain adalah antara lain
adalah Shimadzu, Instron dan Dartec.

Gambar.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya

Biasanya yang menjadi fokus perhatian adalah kemampuan maksimum bahan


tersebut dalam menahan beban. Kemampuan ini umumnya disebut “Ultimate Tensile
Strength” disingkat dengan UTS, dalam bahasa Indonesia disebut tegangan tarik
maksimum.

4
2.2 Hukum Hooke

Hukum Hooke adalah hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pir atau pegas. Besarnya gaya
Hooke ini secara proporsional akan berbanding lurus dengan jarak pergerakan pegas dari

posisi normalnya, atau lewat rumus matematis dapat digambarkan sebagai berikut:

di mana

F adalah gaya (dalam unit newton)


k adalah konstante pegas (dalam newton per meter)
x adalah jarak pergerakan pegas dari posisi normalnya (dalam unit meter).
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Hooke

Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan panjang
bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear zone. Di daerah ini, kurva
pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai berikut:
Selanjutnya kita dapatkan Gbr.2, yang merupakan kurva standar ketika
melakukan eksperimen uji tarik. E adalah gradien kurva dalam daerah linier, di mana
perbandingan tegangan (σ) dan regangan (ε) selalu tetap. E diberi nama “Modulus
Elastisitas” atau “Young Modulus”. Kurva yang menyatakan hubungan
antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS (SS curve).

Gambar.2 Kurva tegangan-regangan

5
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan
dimensi seperti pada Gbr.3 berikut.

Gambar.3 Dimensi spesimen uji tarik (JIS Z2201).

Gambar.4 Ilustrasi pengukur regangan pada specimen

Perubahan panjang dari spesimen dideteksi lewat pengukur regangan (strain


gage) yang ditempelkan pada spesimen seperti diilustrasikan pada Gbr.4. Bila
pengukur regangan ini mengalami perubahan panjang dan penampang, terjadi
perubahan nilai hambatan listrik yang dibaca oleh detektor dan kemudian dikonversi
menjadi perubahan regangan.

2.3 Batas Endurance Teoritis


Untuk memperkirakan besar beban yang bekerja pada spesimen, terlebih dahulu
dicari batas lelahnya (Endurance Limit). Dengan mengetahui batas lelahnya, maka
pengujian lelah di daerah beban tersebut sudah aman dalam arti tidak ada faktor pereduksi
lain. Setiap material memilki ketahanan lelah yang berbeda-beda, dimana bats kelelahan
logam (fatigue limit) dapat diketahui dengan dua cara, pertama dari pengujian fatigue
secara langsung dimana beban diberikan dalam kondisi statis atau cara kedua dengan
menggunakan kurva S – N yang sudah ada.

6
2.4 Spesimen Uji

2.4.1 Uji Tarik


( Test Method for Tension Testing of Metalic Materials ASTM E-8 )

Gambar 5 Spesimen uji tarik standar ASTM E-8

Spesimen Dimensi Spesimen ( mm )


Uji Do Lo R Dg Lg
ASTM E- 8 60 15 12 60
8 Jumlah = 3 spesimen
Tabel 1 Dimensi spesimen uji tarik standar ASTM E-8

2.4.2 Uji Komposisi


Ukuran : d = 20 mm, t = 5 mm,
Spesimen Uji Komposisi

Gambar 6 Spesimen uji komposisi

Jumlah spesimen = 1 buah (sudah mewakili dari material ST 60 yang


digunakan dalam tugas akhir ini, karena bahan dari uji tarik, uji puntir dan
lentur putar sama).

2.4.3 Uji Lentur

Gambar 7 Spesimen uji rotary bending standar


(tanpa takik)

7
Tabel 2 Dimensi spesimen uji tarik standar tanpa takik

Spesimen Dimensi Spesimen ( mm )


Uji Do Lo R Dg Lg
ASTM E- 8 32 15 12 25
466 Jumlah = 7 spesimen

2.4.4 Uji Puntir

R R Lg

Dg

Lo
Gambar 8 Spesimen uji puntir standar ASTM E-143 (tanpa takik)

Spesimen Dimensi Spesimen ( mm )


Uji Do Lo R Dg Lg
ASTM E- 8 100 15 12 32
143 Jumlah = 5 spesimen
Tabel 3 Dimensi spesimen uji tarik standar ASTM E-143 tanpa takik

8
BAB III METODELOGI PENELITIAN

3.1 Sumber data


Jenis sumber data dalam penelitian ini merupakan data primer yang didapat dari hasil
pengujian yang berkaitan dengan kebutuhan material poros propeller. Pengujian material
dengan uji Tarik, uji komposisi, uji puntir dan uji lentur.

3.2 Variabel Penelitian


Penelitian ini menggunakan beberapa variabel untuk mendapatkan hasil yang efektif.
Untuk mempermudah dan lebih terstruktur dalam pengerjaan maka diambil standart dari BKI
tentang Material Poros Propeller, untuk penggunaannya di wiayah Negara Indonesia.

3.3 Diagram Alir Penelitian


Dalam proses pengerjaan penelitian ini, langkah – langkah pengerjaan atau diagram alir
penelitiannya yaitu :

Mulai

Menyiapkan specimen
uji

Uji Tarik Uji Komposisi Uji Puntir Uji Lentur

Pengambian data

Analisa Data Tidak sesuai


sesuai dengan
standart yang
telah ditentukan

Telah sesuai

Kesimpulan dan saran

Selesai
9
DAFTAR PUSTAKA

(2017, november 28). Diambil kembali dari http://www.testindo.com/article/140/apa-itu-ndt-non-


destructive-testing

Biro Klasifikasi Indonesia, 2006, “Rules for Machinery Installations, Vol.III”.

Biro Klasifikasi Indonesia, 2001, “Rules for Materials, Volume V”.

Budiman, Anton dan Bambang P, 1999, “Elemen Mesin Jilid I Disain dan Kalkulasi dari Sambungan,
Bantalan dan Poros”, Erlangga, Ciracas, Jakarta.

Hajime Shudo, U. (1983). Material Testing.

Wiliam Nash, S. O. (1998). Strength of Material. New York.

William D, C. J. (2004). Material Science and Engineering. An Introduction.

10

Anda mungkin juga menyukai