Anda di halaman 1dari 4

JURNAL GEOFISIKA 2006/1

Kajian tentang Sifat Magnetik Pasir Besi dari Pantai Sunur,


Pariaman, Sumatera Barat

Fatni Mufit1, Fadhillah2, Harman Amir1, Satria Bijaksana3


1
Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka, Padang 25131
2
Jurusan Teknik Pertambangan, FT, Universitas Negeri Padang, Jl. Prof. Dr. Hamka,
Padang 25131
3
FMIPA, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesa 10, Bandung 40132

Abstrak
Telah dilakukan serangkaian pengukuran magnetik dan non-magnetik terhadap sepuluh sampel pasir besi dari
pantai Sunur, Pariaman, Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat sifat dan karakter mineral
magnetik penyusun pasir besi. Beberapa metoda magnetik yang dilakukan adalah pengukuran suseptibilitas
magnetik, pemberian dan peluruhan ARM, pemberian saturasi IRM, serta pengukuran suseptibilitas magnetik
sebagai fungsi dari temperatur rendah. Selain pengukuran magnetik, dilakukan pula difraksi sinar X dan analisa
photomineralogy untuk melihat komposisi mineral pasir besi. Hasil-hasil pengukuran menunjukkan bahwa
mineral utama penyusun pasir besi adalah magnetit (Fe3O4), sebagaimana ditunjukkan tidak saja melalui
suseptibilitas magnetik yang tinggi (hingga 2,58 × 10-4 m3/kg) tetapi juga dari medan saturasi IRM yang relatif
rendah. Pengukuran-pengukuran lain menunjukkan bahwa selain magnetit, terdapat pula mineral-mineral
magnetik lain seperti hematit (α-Fe2O3) dan ilmenit (FeTiO3). Tingginya kandungan mineral magnetik dari pasir
besi Pantai Sunur memberikan harapan untuk pemanfaatan pasir besi ini secara lebih ekonomis, selektif dan
ramah lingkungan. Untuk itu diperlukan kajian-kajian yang lebih rinci.

Abstract
Magnetic as well as non-magnetic measurements had been done on ten iron sand samples from Sunur Beach,
Pariaman, West Sumatra. This research is intended to seek the properties of magnetic minerals in the iron sand.
Magnetic methods include magnetic susceptibility measurement, ARM decay, IRM saturation, and measurement
of low temperature magnetic susceptibility. Apart from magnetic methods, an X-ray diffraction and
photomineralogy analyses were also carried out to observe the mineral composition of iron sand. Results show
that the main magnetic mineral in iron sand is magnetite (Fe3O4), as indicated by not only high magnetic
susceptibility (up to 2.58 × 10-4 m3/kg) but also by the low field requited to saturate the IRM. Other
measurements and analyses show that apart from magnetite there are also other magnetic minerals notably
hematite (α-Fe2O3) dan ilmenite (FeTiO3). The high magnetic mineral content of iron sand from Sunur Beach
provides hope that this deposit of iron sand can be exploited not only in more economical and selective fashions,
but also environmentaly friendlier. More analytical works are to be done.

1. Pendahuluan dapat dimanfaatkan dengan nilai ekonomi yang lebih


tinggi dan secara ramah lingkungan. Telah diketahui
Pasir besi merupakan salah satu sumber daya alam
sebelumnya (Yulianto dkk, 2002), bahwa endapan
di Sumatera Barat yang belum dimanfaatkan secara
pasir besi, dapat memiliki mineral-mineral magnetik
optimal. Pasir besi ini tersebar di beberapa lokasi
seperti magnetit (Fe3O4), hematit (α-Fe2O3), dan
pesisir pantai, diantaranya di Pantai Sunur, Kota
Pariaman, Propinsi Sumatera Barat. Industri semen maghemit (γ-Fe2O3). Mineral-mineral tersebut
setempat, PT Semen Padang, pernah mencoba mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai
memanfaatkan pasir besi ini, dalam bentuk bahan bahan industri. Magnetit, misalnya, dapat digunakan
mentah atau raw material, sebagai bahan campuran sebagai bahan dasar untuk tinta kering (toner) pada
semen. Namun demikian, pemanfaatan ini mendapat mesin photo-copy dan printer laser, sementara
tanggapan negatif dari masyarakat setempat karena maghemit adalah bahan utama untuk pita-kaset.
eksploitasi pasir besi secara besar-besaran Ketiga mineral magnetik di atas juga digunakan
dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya pada sebagai pewarna serta campuran (filler) untuk cat
kerusakan lingkungan. serta bahan dasar untuk industri magnet permanen
(Bijaksana, 2002). Melalui penelitian ini diharapkan
Pada penelitian ini akan dikaji sifat magnetik dari muncul alternatif-alternatif pemanfaatan pasir besi
endapan pasir besi di pantai Sunur dengan harapan yang ramah lingkungan.
bahwa melalui sifat magnetiknya, pasir besi ini

2
JURNAL GEOFISIKA 2006/1

2. Metodologi kemudian diukur nilai dan stabilitas peluruhannya.


Intensitas ARM dapat memberikan indikasi tentang
Sampel-sampel pasi besi diambil dari sepuluh lokasi
kandungan mineral magnetik yang ada pada sampel,
di sepanjang Pantai Sunur, Pariaman, Sumater Barat
sementara peluruhan ARM dapat memberikan
dan diberi label PSNR 1 hingga PSNR 10. Masing-
informasi tentang ukuran bulir magnetik serta
masing lokasi terpisah pada jarak beberapa ratus
domain-domainnya. Pemberian ARM dilakukan
meter. Lokasi sampel ke 9 dan 10 sebelumnya
dengan Molspin AF demagnetizer yang dilengkapi
merupakan lokasi penambangan pasir besi untuk
dengan alat PARM, sementara pengukuran intensitas
keperluan PT Semen Padang.
ARM dilakukan dengan menggunakan Minispin
Proses preparasi dan pengukuran sampel dilakukan magnetometer. Peluruhan ARM dilakukan dengan
di Laboratorium Kemagnetan Batuan FMIPA ITB. memberikan medan demagnetisasi secara bertahap
Pasir besi yang akan diukur sifat magnetiknya mulai dari 2,5 mT hingga ARM yang tersisa hanya
dikemas dalam sample holder (wadah) yang terbuat tinggal 1 sampai 5% dari ARM semula.
dari plastik berbentuk silinder berukuran tinggi 2.2
Kesepuluh sampel, selanjutnya dikenai magnetisasi
cm dan diameter 2.54 cm. Setiap wadah
artifisial lainnya dalam bentuk IRM atau isotermal
mengandung pasir besi dengan massa sekitar 1 gram
remanent magnetization. IRM ini dikenakan pada
dicampur dengan silicon glass sealant yang bersifat
sampel melalui pemberian medan magnetik yang
non magnetik sebanyak kurang-lebih sekitar 6 gram.
tinggi hingga diperoleh keadaan saturasi. Tinggi
Campuran pasir besi dengan silicon glass sealant
rendahnya medan magnetik yang diperlukan untuk
diaduk rata dan dimasukkan ke dalam wadah sampai
mencapai keadaan saturasi merupakan indikator dari
penuh. Massa total sampel dihitung, setelah
jenis mineral magnetik pada sampel. IRM diberikan
dikurangi dengan massa sample holder kosong
dengan sebuah elektromagnet yang dapat
sebagai koreksi. Gambar 1 memperlihatkan alat-alat
memberikan medan amagnetik hingga 1 T. Besarnya
yang digunakan untuk membentuk sampel
IRM pada setiap langkah diukur dengan Minispin
pengukuran pada penelitian ini.
magnetometer.
Pada tahap berikutnya, kesepuluh sampel juga
diukur suseptibilitas magnetiknya sebagai fungsi
dari temperatur rendah. Masing-masing mineral
magnetik mempunyai transisi fasa yang merupakan
ciri khasnya. Karena itu diharapkan bahwa, melalui
pengukurn suseptibilitas versus temperatur rendah,
akan diketahui mineral magnetik yang dominan pada
pasir besi. Pengukuran suseptibilitas sebagai fungsi
temperatur rendah masih dilakukan dengan
Bartington magnetic susceptibility meter, namun
kumparan yang digunakan adalah tipe MS2W.
Kumparan ini dilengkapi dengan sebuah wadah
khusus yang terbuat dari styrofoam untuk
menampung nitrogen cair. Sampel ditempatkan pada
wadah tersebut dan direndam dalam nitrogen cair
Gambar 1.
yang bertemperatur 77K. Suseptibilitas sampel
Peralatan untuk pembuatan sampel yang akan kemudian diukur seiring dengan naiknya temperatur
digunakan untuk metoda-metoda magnetik. menuju temperatur ruang. Proses naiknya temperatur
dari 77K ke temperatur ruang biasanya ditempuh
dalam waktu kira-kira 30 menit.
Kesepuluh sampel kemudian diukur suseptibilitas
Selain keempat pengukuran di atas, maka sampel
magnetiknya dengan Bartington magnetic
dengan nilai suseptibilitas tertinggi (PSNR 10)
susceptibility meter model MS2. Alat ini memiliki
dilihat kandungan mineralnya secara lebih rinci
selang pengukuran 1 × 10-6 hingga 9999 × 10-6
melalui pengukuran difraksi sinar X dan
dalam cgs atau 1,26 × 10-5 hingga 1,26 × 10-1 dalam
photomineralogy. Pengukuran difraksi sinar X
SI. Pengukuran suseptibilitas magnetik dilakukan
dilakukan di Balai Keramik Bandung, sementara
pada tiga arah yang saling tegak lurus dan kemudian
pengukuran dengan photomineralogy dilakukan di
ditentukan nilai rata-ratanya. Tinggi rendahnya nilai
Pusat Penelitian Teknologi Mineral (PPTM)
suseptibilitas magnetik dapat memberikan informasi
Bandung.
tentang kandungan mineral magnetik pada sampel.
Sampel-sampel tersebut kemudian diberi
magnetisasi artifisial dalam bentuk ARM
(anhysteretic remanent magnetization) dan

3
JURNAL GEOFISIKA 2006/1

3. Hasil dan Diskusi Adanya ketidakmurnian mineral magnetik pada pasir


besi juga terlihat dari analisa photomineralogy
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa mineral
(Gambar 5) Selain magnetit, terdapat pula hematit
utama penyusun pasir besi pantai Sunur adalah
(H), ilmenit (I, FeTiO3) serta mineral-mineral yang
magnetit (Fe3O4). Hal ini terlihat dari sebaran nilai
lain (gauge minerals atau GM). Mineral-mineral ini
suseptibilitas magnetik yang berkisar antara 0,67
terbentuk bersama, lazimnya dalam bentul lamellae
hingga 2,58 × 10-4 m3/kg (Hunt dkk, 1995). Nilai
antara magnetit, misalnya dengan ilmenit. Analisa
suseptibilitas tertinggi tidak berbeda jauh dengan
ini juga memperlihatkan bahwa konsentrasi
nilai suseptibilitas magnetik dari pasir besi Cilacap
magnetit, hematit, dan ilmenit masing-masing adalah
yang bernilai 2,85 × 10-4 m3/kg (Yulianto dkk,
54.6%, 7.2%, dan 3.5%.
2002). Hal ini juga diperkuat dengan hasil saturasi
IRM yang memperlihatkan bahwa sampel Terakhir, hasil analisa difraksi sinar X (Gambar 6)
memperoleh saturasi magnetik pada medan di bawah memperlihatkan bahwa pasir besi memang
300 mT (Gambar 2) yang merupakan ciri mineral mengandung magnetit dan hematit disamping
magnetit. Tergantung pada ukuran bulirnya mineral mineral-mineral lainnya, seperti kuarsa dan anapait.
magnetit akan mencapai saturasi pada medan ≤ 300 Hasil difraksi sinar X tidak memperlihatkan adanya
mT (Moskowitz, 1991). maghemit. Hal ini serupa dengan apa yang
dilaporkan oleh Yulianto dkk (2002) pada pasir besi
Cilacap.

Gambar 2
Kurva saturasi IRM untuk PSNR 10. Gambar 3.
Kurva suseptibilitas magnetik sebagai fungsi
Sementara itu, hasil pengukuran suseptibilitas temperature rendah (PSNR 10).
sebagai fungsi temperatur rendah menunjukkan
bahwa terdapat adanya transisi fasa pada temperatur
sekitar –100ºC (Gambar 3). Transisi ini tidak
sepenuhnya identik dengan transisi Verwey untuk
magnetit yang seharusnya terjadi pada temperatur
sekitar 120K atau –153ºC (Dunlop dan Ozdemir,
1997). Perbedaan ini sangat mungkin disebabkan
akibat adanya ketidakmurnian pada pasir besi. Ini
berarti bahwa selain magnetit, juga terdapat mineral-
mineral magnetik lainnya.
Gambar 4 memperlihatkan kurva peluruhan ARM
pada sampel pasir besi. Terlihat bahwa, ARM
meluruh dengan cukup cepat pada medan magnetik
yang relatif rendah. Pada medan demagnetisasi
sebesar 12,5 mT, intensitas ARM sudah meluruh
hingga kurang dari 20% intensitas mula-mula. Hal
ini menunjukkan bahwa pasir besi yang mayoritas
Gambar 4.
berupa magnetit mempunyai bulir-bulir magnetik
(magnetic grains) berukuran besar dan bersifat Kurva peluruhan ARM untuk PSNR 10.
domain jamak atau multidomain (MD) (Moskowitz,
1991).

4
JURNAL GEOFISIKA 2006/1

membentuk lamellae. Tingginya nilai suseptibilitas


magnetik serta tingginya kandungan mineral
magnetik pada sejumlah lokasi memberikan peluang
untuk pemanfaatan pasir besi lebih jauh setelah
melalui kajian yang lebih rinci.

Ucapan Terima kasih


Ucapan terima kasih disampaikan pada Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi yang membantu
pendanaan projek penelitian ini melalui Hibah
Pekerti Angkatan III. Terima kasih juga disampaikan
pada Dr. La Ode Ngkoimani, Dr. Siti Zulaikah,
Gambar 5. Hamdi Rifai, Khumaedi, dan Agus Yulianto atas
bantuan-bantuan teknis yang diberikan selama
Hasil analisa photomineralogy untuk PSNR 10.
penelitian ini berlangsung. Sebagian pengukuran
dilakukan oleh mahasiswa dan mahasiswi Jurusan
Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang.

Daftar Pustaka
Bijaksana, S, (2002), Kajian Sifat Magnetik Pada
Endapan Pasir Besi di Wilayah Cilacap dan
Upaya Pemanfaatannya untuk Bahan Industri,
Laporan Penelitian Hibah Bersaing, ITB.
Dunlop, D., Ö. Özdemir, (1997), Rock Magnetism,
Cambridge University Press, Cambridge.
Hunt, C. P., B. Moskowitz, S. K. Banerjee, (1995),
Magnetic properties of rocks and minerals, in
Gambar 6. T. J. Ahrens, ed., Rock Physics & Phase
Relation, A Handbook of Physical Constants,
Kurva analisa difraksi sinar-X (PSNR 10). American Geophyical Union, Washington, pp.
189-204.
4. Kesimpulan Moskowitz, B.M, (1991), Hitchhiker’s guide to
magnetism in Enviromental Magnetism
Pada penelitian ini telah ditunjukkan bahwa pasir Workshop, University of Minnesota, 5-8 June
besi dari Pantai Sunur, Pariaman, Sumatera Barat 1991.
mempunyai kandungan mineral magnetik berupa
magnetit dan hematit yang cukup tinggi. Yulianto,A, S. Bijaksana, W. Loeksmato, (2002),
Karakteristik magnetik dari pasir besi ini mendekati Karakterisasi Magnetik dari Pasir Besi
karakteristik pasir besi yang telah ditambang secara Cilacap, Jurnal Fisika Himpunan Fisika
besar-besaran di Cilacap, Jawa Tengah. Seperti juga Indonesia vol A5 no 0527,.
mineral magnetik dari pasir besi di Cilacap, mineral
magnetik dari pasie besi Pantai Sunur juga
memperlihatkan ukuran bulir magnetik yang cukup
besar serta moda perumbuhan mineral yang

Anda mungkin juga menyukai