Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN RESMI KIMIA RADIASI

MATERI :

DOSIMETER CELLULOSE TRIACETAT (CTA)

Disusun Oleh :

Nama :

1. Cindy Anggrilita (011500403)


2. Okto Nugroho (011500421)
3. Siti Nur Arifah (011500427)

Jurusan : Teknokimia Nuklir

Kelompok : 08 (Delapan)

Asisten : Sukaryono, S.T

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NUKLIR

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

YOGYAKARTA

2017
DOSIMETER CELLULOSE TRIACETAT (CTA)

I. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mengukur dosis serap dan laju dosis.

b. Mahasiswa dapat mengukur penetrasi berkas elektron.

c. Mahasiswa dapat mengetahui dosis serap sepanjang jendela pemayar (window).

II. TANGGAL PELAKSANAAN


Praktikum Dosimeter Cellulose Triacetate (CTA) dilaksanakan pada tanggal 10
Oktober 2017.

III. DASAR TEORI


3.1. Dosimetri
Dosimetri radiasi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari berbagai
besaran dan satuan dosis radiasi, sedangkan pengertian dosis adalah kuantisasi
dari proses yang ditinjau sebagai akibat radiasi mengenai materi.
Dosimetri radiasi adalah suatu metode pengukuran kuantitas energi radiasi,
baik yang berupa gelombang elektromagnet maupun berupa arus partikel bermuatan
yang dipancarkan oleh sumber radiasi pada titik geometris tertentu atau diserap oleh
materi yang diradiasi. Dosimetri dalam pengolahan bahan dengan MBE perlu

diperhatikan agar diperoleh pengolahan yang optimum dan tepat guna . Dosis radiasi

ini merupakan jumlah energi yang diserap per satuan massa bahan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses radiasi
terhadap suatu bahan berkaitan dengan dosis yang diterima, yaitu:
1. Densitas materi (bahan)
Semakin besar densitas materi maka penetrasi berkas elektron ke dalam materi
akan semakin sulit/kecil.
2. Energi berkas elektron sebagai fungsi arus dan tegangan
Semakin besar energi berkas elektron maka penetrasinya juga semakin besar .
3. Lama waktu yang diperlukan elektron mengenai materi
Semakin lama waktu materi terkena radiasi, maka semakin banyak dosis yang
diterima.
4. Arus berkas
Semakin besar arus yang dialirkan, maka dosis yang diterima akan semakin besar .

Pada penggunaan MBE, dosis dari radiasi yang dilakukan diamati dengan 2
cara, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Uji kualitatif (terjadi proses radiasi atau tidak)
dilakukan dengan menggunakan indicator radiasi yang berupa zat warna yang peka
terhadap radiasi yaitu dosimeter go-no go. Dosimeter ini merupakan dosimeter yang
peka terhadap radiasi, yang apabila terkena radiasi akan berubah warnanya menjadi
lebih gelap sebanding dengan dosis radiasi yang mengenainya . Sedangkan uji
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dosimeter cellulose triacetate (CTA)

Dosis serap (D)


Dosis serap didefinisikan sebagai energi rata-rala yang diserap bahan per
satuan massa bagian tersebut. Secara matematis dosis serap dituliskan sebagai
berikut :
𝑑𝐸
𝐷=
𝑑𝑚

dE adalah energi yang diserap o!eh bahan yang mempunyai massa dm. Satuan dosis

serap dalam SI adalah Joule/kg atau sama dengan gay (Gy). Satu gay adalah energi

rata-rata sebesar 1 joule yang diserap bahan dengan massa 1 kg.


1 gay (Gy) = 1 joule/kg
Satuan lama adalah rad. Satu rad adalah energi rata-rata sebesar 100 erg yang diserap

bahan dengan massa 1 gam.


1 rad = 100 erg/g
sehingga:
1 gay (Gy) = 100 rad
Besaran dosis serap ini berlaku untuk semua jenis radiasi dan semua jenis bahan yang
dikenainya.
Laju Dosis Serap
Laju dosis serap adalah dosis serap per satuan waktu, dan diberi simbol D•.
Satuan laju dosis serap dalam SI adalah joule/kg.jam atau gay/jam (Gy/jam) atau

dalam satuan lama adalah rad/jam.

3.2. Dosimeter Cellulose Triacetate (CTA)


Pengukuran dosis radiasi terserap dilakukan dengan menggunakan
dosimeter cellulose triacetate (CTA). Panjang gelombang maksimum pengukuran

CTA dilakukan pada 280 nano meter. CTA film dosimeter memiliki lebar 8 mm

dengan ketebalan 0,125 mm. Evaluasi dosis serap dilakukan berdasarkan


perubahan rapat optik (optical density), dimana semakin tinggi dosis yang
diterima maka nilai rapat optiknya juga akan semakin tinggi. Rapat optik diukur

pada waktu sebelum dan sesudah iradiasi. Alat baca film dosimeter tersebut

adalah Spektrofotometer Genesys-5.


Menurut Tanaka dkk, perhitungan dosis serap menggunakan dosimeter
CTA dapat dihitung dengan persaman berikut :
∆𝑂𝐷 × 𝑡0 × 𝑓
𝐷=
𝐾×𝑡
dengan :

D = Dosis serap (kGy)


ΔOD = Perbedaan rapat optik sebelum dan sesudah diiradiasi (OD1-OD).
Caranya yaitu dengan mencacah CTA sebelum dan sesudah iradiasi
menggunakan Spektrofotometer Genesys-5
t₀ = Tebal dosimeter nominal (0,125 mm)
t = Tebal dosimeter terukur (mm)
K = Perubahan rapat optik per kGy = 0,0063
f = Faktor penyimpanan;
f=1 apabila pengukuran rapat optik dosimeter CTA dilakukan 30
menit setelah diiradiasi. (Saptaaji, 2004: 6-7)
3.3. Laju Dosis, Penetrasi dan Keseragaman Dosis
Pada hakekatnya dosimetri industri merupakan unsur pokok dari langkah-
langkah menuju penggunaan radiasi secara baik dan cara memproduksi barang
dengan baik. Karena dosimetri merupakan upaya pengendalian dosis radiasi
terserap pada bahan sehingga menghasilkan produk yang berkualitas maka
seluruh parameter yang terlibat dalam proses radiasi harus diperhitungkan dan
diperhatikan pengaruhnya. Diantaranya parameter yang dimaksud adalah
a. Sumber radiasi (jenis dan energi radiasi, kekuatannya, efisiensi)
b. Bagaimana cara produk diiradiasi (apakah menggunakan konveyor, berapa
kecepatannya, berapa kali melintas sumber)
c. Dimensi produk yang diiradiasi
d. Bagaimana profil distribusi dosis dalam produk, posisi dosis maksimum
dan dosis minimum
e. Bagaimana lingkungan/kondisi iradiasi (temperatur, inert, atau lingkungan
oksigen)
f. Bagaimana pelaksanaan pengukuran dosis radiasi terserap sehingga dapat
memenuhi syarat statistik dan keselamatan kerja.

Dalam percobaan ini parameter yang akan dipelajari terbatas pada laju dosis
serap, penetrasi elektron, dan tingkat keseragaman dosis sepanjang window
pemayar.

IV. TATA KERJA


4.1. ALAT DAN BAHAN
4.1.1. ALAT KERJA
a. Seperangkat alat MBE 350 keV/10 mA
b. Gunting
c. Amplop
d. Seal tip
e. Spidol
f. CTA reader
g. Sarung tangan karet
h. Surveymeter
4.1.2. BAHAN KERJA
a. Film CTA
b. Dosimeter Go-nogo

4.2. LANGKAH KERJA


4.2.1. Penentuan Kedalaman Penetrasi Berkas Elektron
a. Sarung tangan karet dipakai.
b. Film CTA disiapkan sebanyak 5 lembar dengan panjang masing-
masing 7 cm.

c. Film CTA diberi penomoran dari 1 sampai 5.


d. Film CTA disusun dari nomor 1 sampai 5 dengan nomor 1 berada
paling atas, setelah tersusun susunan film CTA di seal dengan
menggunakan seal tip pada ujung-ujung film.

e. Film CTA diiradiasi dengan MBE.

4.2.2. Penentuan Keseragaman Dosis


a. Sarung tangan karet dipakai.
b. Film CTA disiapkan sebanyak 6 lembar dengan panjang masing-
masing 7 cm.
c. Film CTA disusun dengan jarak antar film adalah 20 cm, kemudian
film CTA di seal pada ujung-ujungnya dengan menggunakan seal tip.
d. Dosimeter go no go ditempelkan pada 3 bagian papan kayu, dengan
salah satu dosimeter diletakkan di tengah papan dan sisanya diletakkan
pada ujun-ujung papan.

V. DATA PERCOBAAN
5.1. Data Operasi
a. Tegangan Pemercepat = 300 keV
b. Arus Berkas Elektron = 0,5 mA
c. Kevakuman = 7,4 × 10-6 mbar
d. Waktu Radiasi = 60 detik
e. Relative Humadity = 70 %
5.2. Dosimeter go-nogo
Berubah warna dari warna kuning menjadi warna merah gelap.
Sebelum Sesudah Radiasi

5.3. Dosimeter Cellulose Triacetate (CTA)


a. Massa Jenis (ρ) CTA = 1,298 g/cm3
b. Tebal Dosimeter CTA = 0,0125 cm
c. Panjang Gelombang = 280 nm
d. Waktu Penyinaran = 60 detik

5.4. Penentuan Keseragaman Dosis


Nomor

1 6
2 3 4 5 7
(utara) (selatan)
Absorbansi

0,318 0,666 0,577 0,665 0,922 0,391 0,607


0,313 0,664 0,584 0,661 0,906 0,314 0,617
0,303 0,655 0,648 0,656 0,929 0,315 0,630
0,302 0,653 0,583 0,667 0,931 0,316 0,611
0,302 0,639 0,563 0,656 0,921 0,306 0,600
Dosis
Rata-Rata 26,2 66,7 62,3 70,1 96,1 29,0 64,8
(kGy)

5.5. Kedalaman Penetrasi


Nomor
1 (bawah) 2 3 4 5 (atas)
Absorbansi

0,171 0,207 0,309 0,451 0,562


0,153 0,194 0,359 0,464 0,571
0,183 0,188 0,339 0,466 0,587
0,194 0,201 0,339 0,469 0,602
0,176 0,210 0,327 0,410 0,611
Dosis Rata-
7,1 10,8 29,9 45,3 61,7
Rata (kGy)

VI. ANALISIS DATA


6.1. Penentuan Laju Dosis
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 =
𝑊𝑎𝑘𝑡𝑢 𝐼𝑟𝑎𝑑𝑖𝑎𝑠𝑖
Untuk titik 1 (Utara) :
26,2 𝑘𝐺𝑦 𝑘𝐺𝑦
𝐿𝑎𝑗𝑢 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 = = 0,437
60 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘
Dengan cara yang sama didapatkan data sebagai berikut :
Dosis Rata-Rata Laju Dosis
Titik Posisi (cm)
(kGy) (kGy/detik)
1 110 26,20 0,437
2 90 66,70 1,111
3 70 62,30 1,038
4 50 70,10 1,168
5 30 96,10 1,602
6 10 29,00 0,4833

Dosis rata-rata Vs Laju Dosis


1.8
1.6
Laju Dosis (kGy/detik)

1.4
1.2
y = 0.0167x + 1E-05
1
R² = 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
Dosis (kGy)

Gafik 1. Hubungan antara Dosis Rata-Rata dengan Laju Dosis


6.2. Penentuan Keseragaman Dosis
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100 %
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑥
Untuk titik 1 (utara) posisi 110 cm :
26,2 𝑘𝐺𝑦
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100 %
96,1 𝑘𝐺𝑦
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 27,26 %
Dengan cara yang sama untuk titik 2 sampai 6 didapatkan data sebagai berikut :
Dosis Rata-Rata
Titik Posisi (cm) Dosis Relatif (%)
(kGy)
1 (utara) 110 26,2 27,26
2 90 66,7 69,41
3 70 62,3 64,83
4 50 70,1 72,94
5 30 96,1 100,0
6 (selatan) 10 29,0 30,18

𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑥 96,1 𝑘𝐺𝑦


= = 3,67
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑖𝑛 26,2 𝑘𝐺𝑦
Syarat homogen Dmax/Dmin = 1 – 1,5

Posisi (cm) vs Dosis Relatif (%)


120

100
Dosis Relatif (%)

80

60

40

20

0
0 20 40 60 80 100 120
Posisi (cm)

Gafik 2. Hubungan antara Posis Dosimeter CTA dengan Dosis Relatif


6.3. Penetrasi Berkas Elektron
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 𝜌𝐶𝑇𝐴 × 𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 𝐶𝑇𝐴
Untuk titik 5 CTA posisi paling atas :
𝑔
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 1,298 × 0,0125 𝑐𝑚
𝑐𝑚3
𝑔
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 = 0,0162 2
𝑐𝑚
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100 %
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑀𝑎𝑥
Untuk titik 5 CTA posisi paling atas :
61,7 𝑘𝐺𝑦
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = × 100 %
61,7 𝑘𝐺𝑦
𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑅𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 = 100 %

Dengan cara yang sama didapatkan data sebagai berikut :


Dosis Rata- Dosis Relatif Penetrasi
Posisi Tebal (cm)
Rata (kGy) (%) (g/cm2)
5 0,0125 61,7 100,00 0,0162
4 0,0250 45,3 73,42 0,0325
3 0,0375 29,9 48,46 0,0487
2 0,0500 10,8 17,50 0,0649
1 0,0650 7,1 11,51 0,0844

Penetrasi (g/cm2) vs Dosis Relatif (%)


120

100
y = -1368.7x + 117.71
Dosis Relatif (%)

R² = 0.9565
80

60

40

20

0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
Penetrasi (g/cm2)

Gafik 3. Hubungan antara Penetrasi Berkas Elektron dengan Dosis Relatif


Dari kurva diatas didapatkan persamaan regesi linear :
𝑦 = −1368,7𝑥 + 117,71
Dengan : y sebagai dosis relatif dan x sebagai penetrasi berkas elektron.
Nilai Kalibrasi : 70 %
Penetrasi Efektif :
70 − 117,71 𝑔
𝑥= = 0,0349 2
−1368,7 𝑐𝑚
Ketebalan Efektif :
𝑃𝑒𝑛𝑒𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 =
𝐷𝑒𝑛𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐶𝑇𝐴
𝑔
0,0349 2
𝑇𝑒𝑏𝑎𝑙 𝐸𝑓𝑒𝑘𝑡𝑖𝑓 = 𝑐𝑚
𝑔 = 0,0269 𝑐𝑚
1,298 3
𝑐𝑚

VII. PEMBAHASAN
Tujuan praktikum kali ini adalah mengukur laju dosis, mengukur penetrasi berkas
elektron dan mengukur keseragaman dosis serap sepanjang window pemayar.
Dosimeter CTA (Cellulose Triacetate) merupakan dosimeter film yang digunakan
untuk mengukur dosis radiasi terserap. CTA film dosimeter ini memiliki ukuran lebar 8

mm dan tebal 0,125 mm. CTA merupakan dosimeter standar primer sehingga dapat

digunakan pula untuk mengukur dosis yang dihasilkan oleh MBE.


Karena film CTA berwarna bening, maka perubahan dosisnya tidak dapat diamati
secara visual. Oleh karena itu digunakan dosimeter go-nogo sebagai indikator apakah

target terkena iradiasi atau tidak. Dosimeter jenis ini hanya dapat digunakan sebagai
dosimeter kualitatif (ada atau tidaknya radiasi) namun tidak dapat digunakan sebagai
kuantitatif. Dosimeter go-nogo awalnya berwarna kuning muda dan setelah terkena
radiasi berubah warna menjadi merah tua, hal ini menandakan ada berkas elektron yang
sampai ke target. Dosimeter go-nogo merupakan salah satu dari radiochromic
dosimeter, yaitu dosimeter yang menggunakan perubahan warna sebagai indikator
radiasi. Indikator go-nogo mengandung leuko-dye yang merupakan zat kimia yang
sensitif terhadap paparan radiasi, contohnya adalah kalium dikromat, triphenyl
tetrazolium chloride (TTC), dan tryphenyl methane leucocyanides.
Sebelum melakukan pengukuran dosis serap dengan menggunakan dosimeter
CTA ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah : permukaan
dosimeter CTA tidak boleh terkena debu, tidak boleh kotor, tidak boleh terkena
minyak, tidak boleh tersentuh tangan, dan tidak boleh terlipat, karena hal tersebut akan
memengaruhi dosimeter CTA. Setelah dosimeter CTA diiradiasi, dosimeter
dikondisikan terlebih dahulu beberapa jam tergantung pada suhu iradiasinya karena
CTA diiradiasi pada suhu kurang lebih 25 °C maka waktu pengkondisian yang paling
optimal adalah 2 jam sesuai dengan grafik 4.

Grafik 4. Hubungan antara Waktu Setelah Iradiasi dengan Perubahan Relatif

Rapat Optik pada Suhu 25 °C.

Pada praktikum dosimeter CTA, pengukuran pertama menentukan laju dosis.

Untuk menghitung laju dosis terlebih dahulu ditentukan waktu iradiasi. Waktu iradiasi

pada praktikum kali ini adalah 1 menit atau 60 detik. Jadi laju dosis dihitung dengan

membagi dosis serap yang terukur dengan waktu. Dari gafik dapat dilihat semakin
besar dosis maka semakin besar pula laju dosisnya, hal ini sesuai dengan teori bahwa
jika waktu konstan, besarnya laju dosis sebanding dengan dosis radiasinya.
Keseragaman dosis dilakukan untuk dapat mengetahui apakah dosis yang diserap
oleh bahan yang diletakkan di sepanjang window memiliki dosis yang relatif sama atau
tidak. Keseragaman dosis diukur dengan meletakkan sejumlah dosimeter CTA
disepanjang window yang digunakan sebagai tempat keluarnya elektron yang akan
mengenai bahan yang ingin diradiasi dengan interval jarak tertentu. Lebar daerah ini
ditentukan berdasarkan standar daerah efektif yaitu daerah yang memiliki Dmax/Dmin
> 1,5 . Bila nilai Dmax/Dmin mendekati 1 berarti dosis yang diterima bahan semakin

seragam. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai Dmax/Dmin dari posisi 10 cm - 110


cm sebesar 3,67 sehingga dapat disimpulkan dosis yang diterima pada daerah tersebut
tidak seragam atau tidak homogen. Keseragaman dosis untuk Mesin Berkas Elektron
terjadi pada daerah antara 30cm - 90 cm yaitu dengan nilai Dmax/Dmin sebesar 1,44.
Keseragaman dosis dipengaruhi oleh kemampuan pemayar dalam
mengarahkan/mendistribusikan elektron dan bentuk window yang ada dan juga oleh
jarak lintasan elektron menuju bahan. Dari kurva hubungan dosis relatif dengan posisi
menunjukkan bahwa bagian pinggir kanan dan pinggir kiri (posisi 110 cm dan 10 cm)
adalah lokasi yang paling sedikit menerima paparan elektron dan semakin ke tengah
maka jumlahnya akan semakin meningkat terutama pada posisi 30 cm. Keseragaman
dosis MBE dapat ditingkatkan dengan cara menyempurnakan sistem optik yang belum
bekerja secara optimal.
Penetrasi berkas elektron pada MBE adalah kemampuan elektron untuk
menembus bahan yang diiradiasi. Penentuan penetrasi bertujuan untuk memperkirakan
tebal bahan optimum yang akan diiradiasi sehingga dosis yang diterima bahan tersebut
merata diseluruh ketebalannya. Penetrasi yang efektif menunjukan bahwa dosis yang

diterima relatif merata atau sama pada keseluruhan tebal bahan. Penetrasi effektif
diperoleh dari kurva hubungan antara dosis relatif (%) dan penetrasi berkas (g/cm2),
dimana toleransi dosis yang diizinkan sebesar 70% dari dosis maksimumnya, hal ini
dimaksudkan agar mencapai target efektif yang diinginkan dimana target effektif itu
minimal berada pada jangkauan minimal 70% dari dosis maksimum. Dari hasil
percobaan diperoleh nilai penetrasi efektif yaitu 0,0349 g/cm2, ini artinya bahwa
penetrasi akan efektif dilakukan pada 0,0349 g bahan tiap luasan cm2 CTA, dan
ketebalan bahan efektif yang dapat ditembus oleh elektron adalah 0,0269 cm dengan
demikian CTA yang memiliki ketebalan 0,0125 cm dan 0,025 cm dapat menyerap dosis
radiasi elektron dengan efektif karena elektron dengan energi tersebut memiliki daya
tembus yang lebih dalam yaitu 0.0269 cm.

VIII. KESIMPULAN
8.1. CTA dapat digunakan sebagai dosimeter primer, laju dosis pada praktikum ini
adalah
Titik Posisi (cm) Dosis Rata-Rata (kGy) Laju Dosis (kGy/detik)
1 110 26,20 0,437
2 90 66,70 1,111
3 70 62,30 1,038
4 50 70,10 1,168
5 30 96,10 1,602
6 10 29,00 0,4833

8.2. Berdasarkan percobaan dengan tegangan kerja 300 keV dan Arus sebesar 0,5 mA,
diperoleh penetrasi efektif sebesar 0,0349 g/cm2 dengan ketebalan efektif 0,0269
cm.
8.3. Keseragaman dosis untuk Mesin Berkas Elektron terjadi pada daerah antara 30
cm - 90 cm.
8.4. Keseragaman dosis MBE dapat ditingkatkan dengan cara menyempurnakan
sistem optik yang belum bekerja secara optimal.
8.5. Dosimeter go- no go dapat digunakan sebagai indikator visual terhadap adanya
paparan radiasi elektron dari MBE. perubahan warna yang terjadi pada go-nogo
adalah awalnya berwarna kuning muda bila terkena radiasi berubah warna
menjadi lebih gelap (merah tua).
IX. DAFTAR PUSTAKA
Christina, Maria. dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan, Dan

Contoh Aplikasinya. Yogyakarta : STTN-BATAN.

Sukaryono, dkk. 2012. Identifikasi Arus Berkas Elektron pada Pra Komisioning Mesin

Berkas Elektron (MBE) Lateks. Yogyakarta : PTAPB-BATAN.

https://www.scribd.com/doc/50119889/laporan-CTA#download diakses pada tanggal


19 November 2017 pukul 12.00 WIB.

Yogyakarta, 20 November 2017


Asisten Praktikan

1. Cindy Anggrilita
2. Okto Nugroho
3. Siti Nur Arifah

Sukaryono, S.T

Anda mungkin juga menyukai