MATERI :
Disusun Oleh :
Nama :
Kelompok : 08 (Delapan)
YOGYAKARTA
2017
DOSIMETER CELLULOSE TRIACETAT (CTA)
I. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mengukur dosis serap dan laju dosis.
diperhatikan agar diperoleh pengolahan yang optimum dan tepat guna . Dosis radiasi
ini merupakan jumlah energi yang diserap per satuan massa bahan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses radiasi
terhadap suatu bahan berkaitan dengan dosis yang diterima, yaitu:
1. Densitas materi (bahan)
Semakin besar densitas materi maka penetrasi berkas elektron ke dalam materi
akan semakin sulit/kecil.
2. Energi berkas elektron sebagai fungsi arus dan tegangan
Semakin besar energi berkas elektron maka penetrasinya juga semakin besar .
3. Lama waktu yang diperlukan elektron mengenai materi
Semakin lama waktu materi terkena radiasi, maka semakin banyak dosis yang
diterima.
4. Arus berkas
Semakin besar arus yang dialirkan, maka dosis yang diterima akan semakin besar .
Pada penggunaan MBE, dosis dari radiasi yang dilakukan diamati dengan 2
cara, yaitu kuantitatif dan kualitatif. Uji kualitatif (terjadi proses radiasi atau tidak)
dilakukan dengan menggunakan indicator radiasi yang berupa zat warna yang peka
terhadap radiasi yaitu dosimeter go-no go. Dosimeter ini merupakan dosimeter yang
peka terhadap radiasi, yang apabila terkena radiasi akan berubah warnanya menjadi
lebih gelap sebanding dengan dosis radiasi yang mengenainya . Sedangkan uji
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan dosimeter cellulose triacetate (CTA)
dE adalah energi yang diserap o!eh bahan yang mempunyai massa dm. Satuan dosis
serap dalam SI adalah Joule/kg atau sama dengan gay (Gy). Satu gay adalah energi
CTA dilakukan pada 280 nano meter. CTA film dosimeter memiliki lebar 8 mm
pada waktu sebelum dan sesudah iradiasi. Alat baca film dosimeter tersebut
Dalam percobaan ini parameter yang akan dipelajari terbatas pada laju dosis
serap, penetrasi elektron, dan tingkat keseragaman dosis sepanjang window
pemayar.
V. DATA PERCOBAAN
5.1. Data Operasi
a. Tegangan Pemercepat = 300 keV
b. Arus Berkas Elektron = 0,5 mA
c. Kevakuman = 7,4 × 10-6 mbar
d. Waktu Radiasi = 60 detik
e. Relative Humadity = 70 %
5.2. Dosimeter go-nogo
Berubah warna dari warna kuning menjadi warna merah gelap.
Sebelum Sesudah Radiasi
1 6
2 3 4 5 7
(utara) (selatan)
Absorbansi
1.4
1.2
y = 0.0167x + 1E-05
1
R² = 1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 20 40 60 80 100 120
Dosis (kGy)
100
Dosis Relatif (%)
80
60
40
20
0
0 20 40 60 80 100 120
Posisi (cm)
100
y = -1368.7x + 117.71
Dosis Relatif (%)
R² = 0.9565
80
60
40
20
0
0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06 0.07 0.08 0.09
Penetrasi (g/cm2)
VII. PEMBAHASAN
Tujuan praktikum kali ini adalah mengukur laju dosis, mengukur penetrasi berkas
elektron dan mengukur keseragaman dosis serap sepanjang window pemayar.
Dosimeter CTA (Cellulose Triacetate) merupakan dosimeter film yang digunakan
untuk mengukur dosis radiasi terserap. CTA film dosimeter ini memiliki ukuran lebar 8
mm dan tebal 0,125 mm. CTA merupakan dosimeter standar primer sehingga dapat
target terkena iradiasi atau tidak. Dosimeter jenis ini hanya dapat digunakan sebagai
dosimeter kualitatif (ada atau tidaknya radiasi) namun tidak dapat digunakan sebagai
kuantitatif. Dosimeter go-nogo awalnya berwarna kuning muda dan setelah terkena
radiasi berubah warna menjadi merah tua, hal ini menandakan ada berkas elektron yang
sampai ke target. Dosimeter go-nogo merupakan salah satu dari radiochromic
dosimeter, yaitu dosimeter yang menggunakan perubahan warna sebagai indikator
radiasi. Indikator go-nogo mengandung leuko-dye yang merupakan zat kimia yang
sensitif terhadap paparan radiasi, contohnya adalah kalium dikromat, triphenyl
tetrazolium chloride (TTC), dan tryphenyl methane leucocyanides.
Sebelum melakukan pengukuran dosis serap dengan menggunakan dosimeter
CTA ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya adalah : permukaan
dosimeter CTA tidak boleh terkena debu, tidak boleh kotor, tidak boleh terkena
minyak, tidak boleh tersentuh tangan, dan tidak boleh terlipat, karena hal tersebut akan
memengaruhi dosimeter CTA. Setelah dosimeter CTA diiradiasi, dosimeter
dikondisikan terlebih dahulu beberapa jam tergantung pada suhu iradiasinya karena
CTA diiradiasi pada suhu kurang lebih 25 °C maka waktu pengkondisian yang paling
optimal adalah 2 jam sesuai dengan grafik 4.
Untuk menghitung laju dosis terlebih dahulu ditentukan waktu iradiasi. Waktu iradiasi
pada praktikum kali ini adalah 1 menit atau 60 detik. Jadi laju dosis dihitung dengan
membagi dosis serap yang terukur dengan waktu. Dari gafik dapat dilihat semakin
besar dosis maka semakin besar pula laju dosisnya, hal ini sesuai dengan teori bahwa
jika waktu konstan, besarnya laju dosis sebanding dengan dosis radiasinya.
Keseragaman dosis dilakukan untuk dapat mengetahui apakah dosis yang diserap
oleh bahan yang diletakkan di sepanjang window memiliki dosis yang relatif sama atau
tidak. Keseragaman dosis diukur dengan meletakkan sejumlah dosimeter CTA
disepanjang window yang digunakan sebagai tempat keluarnya elektron yang akan
mengenai bahan yang ingin diradiasi dengan interval jarak tertentu. Lebar daerah ini
ditentukan berdasarkan standar daerah efektif yaitu daerah yang memiliki Dmax/Dmin
> 1,5 . Bila nilai Dmax/Dmin mendekati 1 berarti dosis yang diterima bahan semakin
diterima relatif merata atau sama pada keseluruhan tebal bahan. Penetrasi effektif
diperoleh dari kurva hubungan antara dosis relatif (%) dan penetrasi berkas (g/cm2),
dimana toleransi dosis yang diizinkan sebesar 70% dari dosis maksimumnya, hal ini
dimaksudkan agar mencapai target efektif yang diinginkan dimana target effektif itu
minimal berada pada jangkauan minimal 70% dari dosis maksimum. Dari hasil
percobaan diperoleh nilai penetrasi efektif yaitu 0,0349 g/cm2, ini artinya bahwa
penetrasi akan efektif dilakukan pada 0,0349 g bahan tiap luasan cm2 CTA, dan
ketebalan bahan efektif yang dapat ditembus oleh elektron adalah 0,0269 cm dengan
demikian CTA yang memiliki ketebalan 0,0125 cm dan 0,025 cm dapat menyerap dosis
radiasi elektron dengan efektif karena elektron dengan energi tersebut memiliki daya
tembus yang lebih dalam yaitu 0.0269 cm.
VIII. KESIMPULAN
8.1. CTA dapat digunakan sebagai dosimeter primer, laju dosis pada praktikum ini
adalah
Titik Posisi (cm) Dosis Rata-Rata (kGy) Laju Dosis (kGy/detik)
1 110 26,20 0,437
2 90 66,70 1,111
3 70 62,30 1,038
4 50 70,10 1,168
5 30 96,10 1,602
6 10 29,00 0,4833
8.2. Berdasarkan percobaan dengan tegangan kerja 300 keV dan Arus sebesar 0,5 mA,
diperoleh penetrasi efektif sebesar 0,0349 g/cm2 dengan ketebalan efektif 0,0269
cm.
8.3. Keseragaman dosis untuk Mesin Berkas Elektron terjadi pada daerah antara 30
cm - 90 cm.
8.4. Keseragaman dosis MBE dapat ditingkatkan dengan cara menyempurnakan
sistem optik yang belum bekerja secara optimal.
8.5. Dosimeter go- no go dapat digunakan sebagai indikator visual terhadap adanya
paparan radiasi elektron dari MBE. perubahan warna yang terjadi pada go-nogo
adalah awalnya berwarna kuning muda bila terkena radiasi berubah warna
menjadi lebih gelap (merah tua).
IX. DAFTAR PUSTAKA
Christina, Maria. dkk. 2008. Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan, Dan
Sukaryono, dkk. 2012. Identifikasi Arus Berkas Elektron pada Pra Komisioning Mesin
1. Cindy Anggrilita
2. Okto Nugroho
3. Siti Nur Arifah
Sukaryono, S.T