Anda di halaman 1dari 26

PAPER

TORSIO TESTIS

Disusun Sebagai Tugas Mengikuti Kepanitraan Klinik Senior (KKS)

Oleh :
Prima Dira Virawan
(17360003)

Pembimbing :
dr. Ilham Budiono Sp.B

KEPANITRAAN KLINIK SENIOR (KKS)

SMF ILMU KEDOKTERAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM HAJI MEDAN SUMATERA UTARA

2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirobilalamin atas rahmat dan ridho dari-NYA sehingga penulis dapat


menyelesaikan paper dengan judul “TORSIO TESTIS”. Proses penulisan ini dapat
terselesaikan atas bantuan dari berbagai pihak, maka tidak lupa saya mengucapkan
terimakasih kepada :

1. dr. Ilham Budiono Sp.B selaku pembimbing dalam melaksanakan Kepaniteraan

Klinik Senior (KKS) SMF Ilmu Kedokteran Bedah Rs. Umum Haji Mina Medan

Sumatera Utara.

2. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan paper ini baik secara langsung

ataupun tidak langsung.

Penulis menyadari bahwa penulisan paper ini masih jauh dari kata sempurna, oleh

karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Medan, Maret 2018

Penulis

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 2


DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul........................................................................................... 1

Kata Pengantar .......................................................................................... 2

Daftar Isi.................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Scrotum, Testis, dan Ffuniculus Spermaticus ....... 6


2.2 Torsio Testis ........................................................................ 11
A. Definisi........................................................................... 11
B. Epidemiologi .................................................................. 12
C. Etiologi........................................................................... 13
D. Patofisiologi …………………………………. ............. 13
E. Manifestasi Klinis…………………………………… 15
F. Diagnosa…………………….. ...................................... 16
G. Diagnosa banding…………………………….. ............ 18
H. Komplikasi ………………………………………… .... 19
I. Penatalaksanaan ……………………. ........................... 20
BAB III PENATALAKSANAAN

3.1 Kesimpulan ......................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………... 26

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 3


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus


terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena
atau arteri ke testis dan epididimis. Torsio testis merupakan suatu keadaan
yang termasuk gawat darurat dan butuh segera dilakukan tindakan bedah.
Kondisi ini, jika tidak segera ditangani dengan cepat dalam 4 hingga 6 jam
setelah onset nyeri maka dapat menyebabkan infark dari testis yang
selanjutnya akan diikuti oleh atrofi testis.

Kelainan testis yang cukup sering salah satunya adalah torsio testis. Di
mana torsio testis, epididimitis dan torsi dari appendix testis merupakan 3
penyebab tersering nyeri skrotum akut. Torsio testis juga merupakan kegawat
daruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa muda,
dengan angka kejadian 1 diantara 4000 orang dibawah usia 25 tahun dan
paling banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun). Janin
yang masih berada di dalam uterus atau bayi baru lahir tidak jarang menderita
torsio testis yang tidak terdiagnosis sehingga mengakibatkan kehilangan testis
baik unilateral ataupun bilateral. Torsio testis harus selalu dipertimbangkan
pada pasien-pasien dengan nyeri akut pada skrotum dan kondisi tersebut juga
harus dibedakan dari keluhan-keluhan nyeri pada testis lainnya agar tidak
terjadi kesalahan diagnosis yang dapat berujung pada kesalahan terapi.

Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus


segera dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis
tertolong akan menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya
torsio. Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah mengalami torsio

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 4


adalah keterlambatan dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam
diagnosis awal (29%), dan keterlambatan terapi (13%).

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI SCROTUM, TESTIS, DAN FUNICULUS SPERMATICUS8

A. ANATOMI SCROTUM

Scrotum adalah
sebuah kantong kulit yang
terdiri dari dua lapis: kulit
dan fascia superficialis.
Fascia superficialis tidak
mengandung jaringan lemak,
tetapi pada fascia
superficialis terdapat
selembar otot polos yang
tipis, dikenal sebagai tunica
dartos, yang berkontraksi
sebagai reaksi terhadap
dingin, dan dengan demikian
mempersempit luas
permukaan kulit. Ke arah
ventral fascia superficialis
dilanjutkan menjadi lapis
dalamnya yang berupa selaput pada dinding abdomen ventrolateral, dan ke
arah kaudal dilanjutkan menjadi fascia superficialis perineum.7

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 6


Arteri untuk skrotum ialah :

1. Ramus perinealis dari arteria pudenda interna.


2. Arteriae pudendae externae dari arteria femoralis.
3. Arteria cremasterica dari arteria epigastrica inferior.7

Vena scrotales mengiringi arteri-arteri tersebut. Pembuluh limfe ditampung oleh nodi
lymphoidei inguinales superficiales.7

Saraf scrotum ialah :

1. Ramus genitalis dari nervus genitofemoralis (L1,L2) yang bercabang menjadi


cabang sensoris pada permukaan scrotum ventral dan lateral.
2. Cabang nervus ilioinguinalis (L1), juga untuk permukaan skrotum ventral.
3. Ramus perinealis dari nervus pudendalis (S2-S4) untuk permukaan scrotum
dorsal.
4. Ramus perinealis dari nervus cutaneus femoris posterior (S2,S3) untuk
permukaan scrotum kaudal.7

B. ANATOMI TESTIS

Kedua testis terletak dalam scrotum dan


menghasilkan spermatozoon dan hormone,
terutama testosterone. Permukaan masing-
masing testis tertutup oleh lamina visceralis
tunicae vaginalis, kecuali pada tempat
perlekatan epididimis dan funiculus
spermaticus. Tunica vaginalis ialah sebuah
kantong peritoneal yang membungkus testis
dan berasal dari processus vaginalis
embrional. Lamina parietalis tunicae

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 7


vaginalis berbatasan langsung pada fascia spermatica interna dan lamina visceralis
tunicae vaginalis melekat pada testis dan epididimis. Sedikit cairan dalam rongga
tunica vaginalis memisahkan lamina visceralis terhadap lamina parietalis dan
memungkinkan testis bergerak secara bebas dalam scrotum.7

Epididimis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit dan terletak pada permukaan
kranial dan permukaan dorsolateral testis. Bagian-bagian epididimis yaitu :

1. Bagian cranial yang melebar, yakni caput epididimis terdiri dari lobul-lobul yang
dibentuk oleh gulungan sejumlah ductuli efferentes.
2. Ductuli efferentes membawa spermatozoon dari testis ke epididimis untuk
ditimbun.
3. Corpus epididimis terdiri dari ductus epididimis yang berbelit-belit.
4. Cauda epididimis bersinambung dengan ductus deferens yang mengangkut
spermatozoon dari epididimis ke ductus ejaculatorius untuk dicurahkan ke dalam
pars prostatica urethrae.7

Arteria testicularis berasal dari


pars abdominalis aortae, tepat
kaudal arteria renalis. Vena-
vena meninggalkan testis dan
berhubungan dengan plexus
pampiniformis yang melepaskan
vena testicularis dalam canalis
inguinalis. Limfe dari testis
disalurkan ke nodi lymphoidei
lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici. Saraf autonom testis berasal dari plexus
testicularis sekeliling arteria testicularis. Saraf ini mengandung serabut parasimpatis
dari nervus vagus dan serabut simpatis dari segmen medulla spinalis.7

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 8


C. ANATOMI FUNICULUS SPERMATICUS

Funiculus spermaticus menggantung testis dalam scrotum dan berisi


struktur-struktur yang melintas ke dan dari testis. Funiculus spermaticus
berawal pada anulus inguinalis profundus, lateral dari arteria epigastrica
inferior, melalui canalis inguinalis, dan berakhir pada tepi dorsal testis dalam
scrotum. Funiculus spermaticus diliputi oleh fascia pembungkus yang berasal
dari dinding abdomen.7

Pembungkus funiculus spermaticus dibentuk oleh tiga


lapis fascia dari dinding abdomen ventral sewaktu
masa vetal :

1. Fascia spermatica interna dari fascia


transversalis.
2. Fascia cremasterica dari fascia penutup
musculus obliquus internus abdominis.
3. Fascia spermatica externa dari aponeurosis
musculus obliquus externus abdominis.7

Pada fascia cremasterica terdapat ikal-ikal (loops) musculus cremaster yang secara
refleks mengangkat testis ke atas ke dalam scrotum, terutama sewaktu dingin.
Musculus cremaster, yang berasal dari musculus obliquus internus abdominis,
memperoleh persarafan dari ramus genitalis nervi genitofemoralis (L1,L2).7

Komponen funiculus spermaticus ialah :

1. Ductus deferens (vas deferens), pipa berotot dengan kepanjangan sekitar 45 cm


yang menyalurkan mani dari epididimis.
2. Arteria testicularis yang berasal dari permukaan lateral aorta, dan memasok darah
kepada testis dan epididimis.
3. Arteri untuk ductus deferens dari arteria vesicalis inferior.
4. Arteria cremasterica dari arteria epigastrica inferior.

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 9


5. Plexus pampiniformis, anyaman pembuluh balik yang dibentuk melalui
anastomosis beberapa sampai dua belas vena.
6. Serabut saraf simpatis pada arteri, dan serabut simpatis dan parasimpatis pada
ductus deferens.
7. Ramus genitalis nervi genitofemoralis mempersarafi musculus cremaster.
8. Pembuluh limfe untuk menyalurkan limfe dari testis dan struktur berdekatan ke
nodi lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici.7

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 10


2.2. TORSIO TESTIS

A. DEFINISI

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus


terpeluntir yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena
atau arteri ke testis dan epididimis.12

Testis dapat terputar dalam kantong skrotum (torsio) akibat perkembangan abnormal
dari tunika vaginalis dan funikulus spermatikus dalam masa perkembangan janin.
Insersi abnormal yang tinggi dari tunika vaginalis pada struktur funikulus akan
mengakibatkan testis dapat bergerak seperti anak genta di dalam genta, sehingga
testis kurang melekat pada tunika vaginalis viseralis. Testis yang demikian mudah

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 11


memuntir dan memutar funikulu spermatikus. Jenis torsio ini disebut sebagai torsio
funikulus spermatikus intravaginalis.9

Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada muskulus dartos
masih belum banyak jaringan penyanggahnya sehingga testis, epididimis, dan tunika
vaginalis mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpluntir pada sumbu
funikulus spermatikus. Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis
ekstravaginal.12

B. EPIDEMIOLOGI

Torsio testis merupakan kelainan yang cukup sering. Di mana torsio


testis, epididimitis dan torsi dari appendix testis merupakan 3 penyebab
tersering nyeri skrotum akut. Torsio testis juga merupakan kegawat daruratan
urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa muda, dengan angka
kejadian 1 diantara 4000 orang dibawah usia 25 tahun dan paling banyak
diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun).2

Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio
timbul ketika seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi
otot ini karena testis kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 12


testis kanan berputar searah dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan
terbentuk edema, kedua keadaan tersebut menyebabkan iskemia testis.9

C. ETIOLOGI

Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat


mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang
menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan
suhu yang mendadak (seperti pada saat berenang), ketakutan, latihan yang
berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau trauma yang
mengenai skrotum.10

Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume


testis (sering dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak
horizontal, riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord
intrascrotal yang panjang.11

Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio
timbul ketika seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi
otot ini karena testis kiri berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan
testis kanan berputar searah dengan jarum jam. Aliran darah terhenti, dan
terbentuk edema. Kedua keadaan tersebut menyebabkan iskemia testis.9

D. PATOFISIOLOGI

Terdapat dua jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu


intravagina dan ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika
vaginalis dan disebabkan oleh karena abnormalitas dari tunika pada spermatic
cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi posterior dari epididimis dan
investment yang tidak komplet dari epididimis dan testis posterior oleh tunika
vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan fiksasi
yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk ‘bell-clapper’

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 13


deformitas, dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord
sehingga potensial terjadi torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia
remaja dan dewasa muda.6

Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical
sebagai akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum
terhadap dinding scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam
scrotum. Kelainan ini sering terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus
testis.6

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 14


ETIOLOG
I

Kelainan sistem Faktor predisposisi lain


penyangga testis

Testis berotasi

Funiculus
spermaticus
terpeluntir
Aliran darah terhenti

Iskemia testis

Nekrosis

Nyeri Pembengkakan Mual dan Demam


menjalar ke pada testis muntah
abdomen

E. MANIFESTASI KLINIK

Nyeri akut pada daerah testis disebabkan oleh torsio testis, epididimitis
atau orchitis akut atau trauma pada testis. Nyeri ini seringkali dirasakan
hingga ke daerah abdomen sehingga dikacaukan dengan nyeri karena kelainan
organ intraabdominal. Sedangkan nyeri tumpul disekitar testis dapat
disebabkan karena varikokel.10

Pada torsio testis, pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum,


yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu
disebut akut skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 15


sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering dikacaukan dengan
apendisitis akut.10

Gejala lain yang juga dapat muncul adalah mual dan muntah, kadang-
kadang disertai demam ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio
testis ialah rasa panas dan terbakar saat berkermih, dan hal ini yang
membedakan dengan orchio-epididimitis.9

F. DIAGNOSA

Penegakan diagnosa pada torsio testis dapat dilakukan dengan cara :

1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu membedakan torsio testis
dengan penyebab akut scrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada
scrotum akan tampak bengkak dan hiperemis. Eritema dan edema dapat
meluas hingga scrotum sisi kontralateral. Testis yang mengalami torsio juga
akan terasa nyeri pada palpasi. Jika pasien datang pada keadaan dini, dapat
dilihat adanya testis yang terletak transversal atau horisontal. Seluruh testis
akan bengkak dan nyeri serta tampak lebih besar bila dibandingkan dengan
testis kontralateral, oleh karena adanya kongesti vena. Testis juga tampak
lebih tinggi di dalam scotum disebabkan karena pemendekan dari spermatic
cord. Hal tersebut merupakan pemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan
dianosis. Biasanya nyeri juga tidak berkurang bila dilakukan elevasi testis
(Prehn sign).11
Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah
hilangnya refleks cremaster. Dalam satu literatur disebutkan bahwa
pemeriksaan inimemiliki sensitivitas 99% pada torsio testis.11
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 16


Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi
traktus urinarius pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Piuria dengan
atau tanpa bakteri mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin
mengarah kepada epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan
darah dan sediment urin.10
b. Pemeriksaan Radiologis
Color Doppler Ultrasonography :10
1) Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri
testikularis.
2) Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan
sensitivitas 82-90% dan spesifitas 100%.
3) Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar
testis yang echotexture. Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas
yang terjadi pada skrotum seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.
4) Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan
adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis
sudah mulai terjadi.

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 17


Nuclear Scintigraphy :10
1) Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk
melihat aliran darah testis.
2) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran
darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
3) Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah
iskemia akibat infeksi.
4) Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
5) Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum
merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.

G. DIAGNOSA BANDING

Torsio testis harus selalu dibedakan dengan kondisi-kondisi lain sebagai penyebab
dari akut scrotum, antara lain :10,12
1. Epididimitis akut.
Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri scrotum akut
biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari uretra, adanya
riwayat coitus suspectus (dugaan melakukan senggama dengan selain isterinya),
atau pernah menjalani kateterisasi uretra sebelumnya. Pada pemeriksaan,

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 18


epididimitis dan torsio testis, dapat dibedakan dengan Prehn’s sign, yaitu jika
testis yang terkena dinaikkan, pada epididmis akut terkadang nyeri akan
berkurang (Prehn’s sign positif), sedangkan pada torsio testis nyeri tetap ada
(Prehn’s sign negative). Pasien epididimitis akut biasanya berumur lebih dari 20
tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan adanya leukosituria dan
bakteriuria.
2. Hernia scrotalis incarserata
3. Hidrokel
4. Tumor testis

H. KOMPLIKASI

Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu
kegawat daruratan dalam bidang urologi. Nekrosis tubular pada testis yang
terlibat jelas terlihat setelah 2 jam dari torsi. Keterlambatan lebih dari 6-8 jam
antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan atau detorsi manual
akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%. Putusnya
suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi
testis. Atrofi testikular dapat terjadi dalam waktu 8 jam setelah onset iskemia.
Insiden terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau
lebih. Komplikasi klinis dari TT adalah kesuburan yang menurun dan
hilangnya testikular apabila torsi tersebut tidak diperbaiki dengan cukup cepat.
Tingkat yang lebih ekstrim dari torsi testis mempengaruhi tingkat iskemia
testikular dan kemungkinan penyelamatan.5

Komplikasi torsi testis yang paling signifikan adalah infark gonad.


Kejadian ini bergantung pada durasi dan tingkat torsi. Analisis air mani
abnormal dan apoptosis testikular kontralateral juga merupakan sekuele yang
diketahui mengikuti ketegangan testis. Oleh karena itu, resiko subfertilitas
harus dibicarakan dengan pasien. Testis yang telah mengalami nekrosis jika
tetap dibiarkan berada di dalam skrotum akan merangsang terbentuknya

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 19


antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian
hari. Komplikasi lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi yaitu
hilangnya testis, infeksi, infertilitas sekunder, deformitas kosmetik.4

I. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan torsio testis dibagi menjadi dua yaitu :

1. Non-operatif

Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, dengan


jalan memutar testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio
biasanya ke medial maka dianjurkan untuk memutar testis kearah lateral
dahulu, kemudian jika tidak terjadi perubahan, dicoba detorsi kearah medial.
Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan bahwa detorsi telah berhasil. Jika
detorsi berhasil, operasi harus tetap dilaksanakan.10

Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di


unit gawat darurat, pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri,
tindakan ini sulit dilakukan tanpa anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak
sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali menjadi torsio tak lama setelah
pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke arah mana testis
mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan tindakan
detorsi manual akan memperburuk derajat torsio.3

2. Operatif

Dilakukan untuk reposisi dan setelah itu dilakukan penilaian apakah


testis yang mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami
nekrosis. Jika testis masih hidup, dilakukan orchidopeksi (fiksasi testis) pada
tunika dartos kemudian disusul orchidopeksi pada testis kontralateral.10

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 20


Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk
mempercepat proses eksplorasi dan pembedahan. Hasil pembedahan tergantung
dari lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu
terbuang untuk pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur diagnostik
lain yang mengakibatkan testis tak dapat dipertahankan.3

Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :3

a. Untuk memastikan diagnosis torsio testis


b. Melakukan detorsi testis yang torsio
c. Memeriksa apakah testis masih viable
d. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih
viable
e. Memfiksasi testis kontralateral
Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan oleh
kecilnya kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama
(>24-48 jam). Sebagian ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 21


melakukan eksplorasi dengan alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan
untuk membuktikan diagnosis, untuk menyelamatkan testis (jika masih mungkin),
dan untuk melakukan orkidopeksi pada testis kontralateral. Saat pembedahan,
dilakukan juga tindakan preventif pada testis kontralateral. Hal ini dilakukan
karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di lain waktu.3

Jika testis masih hidup, dilakuakn


orkidopeksi (fiksasi testis) pada
tunika dartos kemudian disusul
orkidopeksi pada testis kontralateral.
Orkidopeksi dilakukan dengan
mempergunakan benang yang tidak
diserap pada 3 tempat untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali,
sedangkan pada testis yang sudah mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan
testis (orkidektomi) dan kemudian disusul orkidopeksi pada testis kontralateral.
Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap dibiarkan berada dalam skrotum
akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma sehingga mengurangi
kemampuan fertilitas dikemudian hari.10

J. PROGNOSIS

Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus


segera dilakukan karena angka keberhasilan serta kemungkinan testis
tertolong akan menurun seiring dengan bertambahnya lama waktu terjadinya
torsio. Bila dilakukan penanganan sebelum 6 jam hasilnya baik, 8 jam
memungkinkan pulih kembali, 12 jam meragukan, 24 jam dilakukan
orkidektomi. Viabilitas testis sangat berkurang bila dioperasi setelah 6 jam.

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 22


Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah mengalami torsio adalah
keterlambatan dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal
(29%), dan keterlambatan terapi (13%).

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 23


BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpeluntir


yang mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis
dan epididimis.

Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat


mengalami torsio jika bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang
menyebabkan pergerakan yang berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu
yang mendadak, ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat,
defekasi, atau trauma yang mengenai skrotum. Faktor predisposisi lain terjadinya
torsio meliputi peningkatan volume testis, tumor testis, testis yang terletak horizontal,
riwayat kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang
panjang.

Pada torsio testis, pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang
sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu disebut akut
skrotum. Nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah. Gejala
lain yang juga dapat muncul adalah mual dan muntah, kadang-kadang disertai demam
ringan.

Penegakan diagnosa pada torsio testis dapat dilakukan dengan cara


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiologi dengan color doppler ultrasonography dan
nuclear scintigraphy.

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 24


Penatalaksanaan torsio testis dibagi menjadi dua yaitu non-operatif dengan
detorsi manual dan tindakan operatif. Bila dilakukan penanganan sebelum 6 jam
hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih kembali, 12 jam meragukan, 24 jam
dilakukan orkidektomi.

3.2. SARAN

1. Perlu ditingkatkan kerja sama lintas sektoral dalam rangka penanganan penyakit
torsio testis ini.
2. Kepada tenaga kesehatan untuk lebih memperhatikan penatalaksanaan torsio
testis dengan menghindari keterlambatan dalam mencari pengobatan, kesalahan
dalam diagnosis awal, dan keterlambatan terapi.
3. Kepada masyarakat diharapkan ikut berperan serta aktif dalam penerapan
pencegahan program penyakit torsio testis ini dan lebih khusus memperhatikan
dan melaksanakan pola hidup bersih dan sehat.

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 25


DAFTAR PUSTAKA

1. Blandy,J., 1992. Lecture Notes on Urology. Oxford : Blackwell Scietific


Publication

2. Cuckow,P.M., Frank,J.D., 2001. Torsion of The Testis. Didapat dari :


http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1464-410x.2000.00106.x/full diakses
pada tanggal 15 Juli 2013

3. Govindarajan. 2011. Pediatric Testicular Torsion. Didapat dari : http://emedicine.


medscape.com/article/2035074-overview diakses pada tanggal 15 Juli 2013

4. Graham, et al. 2009. Testicular Torsion. Didapat dari : http://connection.


ebscohost.com/c/articles/52796608/testicular-torsion diakses pada tanggal 15 Juli
2013

5. Greenberg,M. 2005. Testicular Torsion in Greenberg's Text Atlas of Emergency


Medicine. USA : Lippincott Williams & Wilkins

6. Kusbiantoro. 2007. Torsio Testis. Didapat dari : http://bedahunair.hostzi.


com/web_documents/torsio_testis.doc diakses pada tanggal 15 Juli 2013

7. Moore,K.L., Agur,A.M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates

8. Prekumnar,K. 2004. The Massage Connection Anatomy and Physiology. USA :


Lippincott Williams & Wilkins

9. Price,S.A., Wilson,L.M., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Jakarta: EGC

10. Purnomo,,B.P., 2003. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto

11. Ringdahl,E., Teague,L., 2006. Testicular Torsion. Didapat dari : http://www.aafp.


org/afp/2006/1115/p1739.html diakses pada tanggal 15 Juli 2013

12. Sjamsuhidajat,R., DeJong,W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta

Malahayati |PAPER BEDAH- Torsio Testis 26

Anda mungkin juga menyukai