Anda di halaman 1dari 2

BAB VII

KESIMPULAN

1. Fasies Gunung Api Sumbing pada daerah penelitian terdiri dari fasies sentral

yang memiliki litologi lava andesit pada daerah puncak gunung sumbing

berdasarkan interpretasi dari DEM dan analisis geomorfologi, fasies proksimal

yang memiliki litologi berupa breksi piroklastik dengan sisipan lava yang tidak

menerus dan lapillistone, dan fasies medial yang memiliki litologi berupa

breksi laharik dengan fragmen subrounded – subangular yang saling

bersinggungan. Endapan breksi laharik tersebut berasosiasi dengan endapan

piroklasti berupa tuff, lapillistone dan breksi piroklastik pada bagian bawah

breksi laharik.

2. Tipologi atau Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sumbing terbagi menjadi

3 bagian, yaitu: Tipologi A / KRB I yang berpotensi terkena aliran lahar,

jatuhan piroklastik (pyroclastic fall) berupa ash hingga bomb/block, dan

kemungkinan dapat terkena aliran piroklatik (pyroclastic flow). Tipologi B /

KRB II yang berpotensi terhadap aliran piroklastik, perluasan dari aliran lava,

aliran lahar, serta lontaran material jatuhan piroklastik. Tipologi A / KRB III

yang selalu terancam aliran piroklastik, jatuhan piroklastik, aliran lava, dan

segala macam bentuk bencana yang ditimbulkan oleh Gunung Api.

3. Zonasi tata ruang bergantung terhadap persebaran tata guna lahan khususnya

pemukiman di daerah rawan bencana Gunung Api karena memiliki tingkat

ancaman yang tinggi. Penentuan Arahan Pola Ruang Dan Struktur Ruang

86
Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sumbing bergantung pada penyebaran

infrastruktur dan rencana tata ruang wilayah..

4. Berdasarkan analisis resiko, pemukiman yang dekat dengan lembah dan tepian

sungai yang berada di Kawasan Rawan Bencana Gunung Api Sumbing

memiliki resiko tinggi sedangkan kawasan non pemukiman dan penggunaan

lahan lainnya dikategorikan sebagai daerah rentan bencana Gunung Api

sumbing.

87

Anda mungkin juga menyukai