Chapter II - 5 PDF
Chapter II - 5 PDF
TINJAUAN PUSTAKA
istilah karies botol atau nursing caries yang digunakan sebelumnya untuk
menjelaskan suatu bentuk karies rampan pada gigi sulung yang disebabkan oleh
penggunaan susu botol atau cairan lainnya termasuk karbohidrat dalam jangka waktu
yang lama.10 Baby Bottle Tooth Decay (BBTD) telah dijelaskan lebih kurang 37 tahun
lalu sebagai karies yang mengenai seluruh gigi desidui anterior rahang atas, molar
satu desidui rahang atas dan bawah dan kaninus desidui rahang bawah. Keempat gigi
desidui anterior rahang bawah tidak terinfeksi karies. Hal ini disebabkan oleh karena,
anak-anak yang menderita karies ini meminum susu ataupun minuman mengandung
gula di dalam botol selama tidur. Penggunaan botol bayi memiliki pengaruh terhadap
terjadinya karies karena dot botol bayi menutup akses incisivus desidui anterior
maksila terhadap aliran saliva, sementara itu incisivus desidui mandibula berada
dekat dengan kelenjar saliva dan terlindungi dari cairan manis yang diminum bayi
penamaan baru terhadap penyakit ini menjadi “Early Childhood Caries” (ECC). ECC
merupakan penyakit yang menggambarkan karies dini pada anak yang disebabkan
oleh transmisi bakteri Streptococcus mutans yang berasal dari ibu kepada anaknya.
Bakteri Streptococcus mutans yang diisolasi dari anak memiliki genotype yang sama
ECC merupakan bagian dari karies gigi yang progresif terjadi segera setelah
gigi anak erupsi, prosesnya sangat cepat berkaitan dengan infeksi yang menyeluruh
dan berhubungan dengan diet serta mungkin saja berdampak buruk pada
(NIDCR) mengeluarkan definisi ECC yaitu adanya satu atau lebih karies pada
permukaan gigi desidui.37 ECC juga didefinisikan sebagai bentuk karies yang
destruktif pada anak. Ada pula yang mendefinisikan ECC adalah adanya minimal satu
gigi insisivus desidui maksila yang terkena karies, hilang, atau ditambal karena
karies.38 Definisi ECC yang dikeluarkan oleh AAPD adalah satu atau lebih karies
(tanpa kavitas atau lesi), adanya gigi yang hilang karena karies atau gigi yang
ditambal pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan.1,5,32 Berdasarkan defenisi ini, istilah
severe ECC (S-ECC) diadopsi sebagai pengganti istilah Rampan Karies, yang
ditandai dengan salah satu kriteria sebagai berikut : a) adaya tanda dini terjadinya
(decayed), gigi yang hilang karena karies (missing) maupun tambalan (filled) pada
permukaan anteroposteror dari gigi desidui pada anak yang berusia 3-5 tahun; c)
indeks dmft lebih besar atau sama dengan empat pada anak berumur 3 tahun, lima
pada anak usia empat tahun dan enam pada anak usia lima tahun.32
chemoparasitic yang dikemukakan oleh W. D Miller pada tahun 1890. Sekarang teori
tersebut lebih dikenal dengan teori acidogenic. Gambaran umum preoses terjadinya
asam organik akan terjadi sangat cepat, ketika pH pada permukaan enamel berada di
bawah pH kritis maka pada saat itulah kerusakan struktur gigi dimulai. Ketika kadar
gula yang tersedia berkurang, pH plak akan meningkat seiring dengan pengurangan
pembentukan asam dan pada saat ini remineralisasi enamel terjadi. Karies dental
sendiri terjadi apabila proses demineralisasi yang terjadi pada permukaan gigi tidak
EEC masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius dan upaya
pencegahan terhadap penyakit ini merupakan prioritas utama sejak diketahuinya efek
faktor sosial ekonomi dan terjadinya ECC.7 Di negara maju, frekuensi rata-rata ECC
70% dari populasi anak prasekolah.9 Di Brazil , The Oral Health Project – 2003
menunjukan 27 % dari anak yang berusia 18-36 bulan dan hampir 60% dari anak
yang berusia lima tahun telah memiliki setidaknya satu gigi desidui yang terkena
karies.32
Di Saudi Arabia, prevalensi karies pada anak usia 31-59 bulan sebesar 50%
dan indeks dmf rata-ratanya sebesar 1,98.8 Pada anak usia 24-36 bulan di Pulau
Marianna Utara (negara bagian Amerika Serikat), 73% memiliki white spot dan 65%
memiliki kavitas pada enamel.25 Prevalensi ECC di Ohio yang diamati pada 200 anak
usia 3,5-5 tahun adalah 11% sedangkan di Virgins Island yang diamati pada 375 anak
oleh Pollick dkk (1999) dan Shiboski dkk (2003) menunjukan prevalensi karies
sebesar 14 % dari seluruh anak usia prasekolah, tetapi prevalensi lebih besar didapati
dari keluarga berpenghasilan rendah yang tergabung dalam program The Head Start,
hasil hanya 43,2% yang bebas karies. Data yang diperoleh dari Benua Afrika
menunjukan persentase anak-anak umur tiga, empat dan lima tahun yang menderita
karies di Provinsi Mpumalanga Afrika Selatan sebesar 25,4%, 55,8% dan 53,4 %.
Ferro et al., melaporkan prevalensi karies dan rata-rata indeks dmft pada anak-anak
usia prasekolah di Veneto Italia sebesar 13,28% dan 0,53 pada anak usia tiga tahun,
18,95% dan 0,83 pada anak usia empat tahun dan 26,9% dan 1,34 pada anak usia lima
tahun. 8
Menurut literatur gambaran klinis ECC terdiri dari empat tahap yaitu:38
a. Tahap inisial
kapur dan berwarna opak pada permukaan gigi incisivus desidui maksila pada saat
anak berumur antara sepuluh sampai dua puluh bulan, bahkan bisa terjadi pada anak
dibawah usia tersebut. Pada tahap ini dapat dilihat gambaran garis yang khas di regio
servikal pada permukaan vestibular dan palatal dari gigi incisivus maksila.
dan dokter sering kali mengabaikannya. Lesi ini dapat didiagnosis dengan jelas
b. Tahap kedua
Tahap kedua terjadi pada saat anak mencapai usia enam belas sampai dua
puluh empat bulan. Pada tahap ini dentin sudah mulai terinfeksi ketika lesi putih
permukaan enamel. Dentin terpapar dan terlihat lunak serta berwarna kuning. Molar
desidui maksila terkena lesi inisial pada permukaan servikal, proksimal dan oklusal.
Pada tahap ini anak mulai merasakan keluhan terhadap sensitifitas makanan
atau minuman dingin. Orang tua mulai memperhatikan dan merasa terganggu dengan
c. Tahap ketiga
Tahap ini terjadi saat usia anak 20-36 bulan. Lesi sudah luas pada salah satu
insisivus maksila dan pulpa sudah teriritasi. Anak akan mengeluh sakit saat
mengunyah dan menyikat gigi. Pada malam hari anak akan merasa kesakitan spontan.
Pada tahap ini, molar desidui maksila pada tahap kedua sedangkan gigi molar
Tahap ini terjadi ketika anak sudah berusia 30-48 bulan. Mahkota gigi anterior
maksila sudah fraktur akibat dari rusaknya enamel dan dentin. Pada tahap ini
insisivus desidui maksila biasanya sudah nekrosis dan molar desidui maksila berada
pada tahap tiga. Molar kedua desidui dan kaninus desidui maksila serta molar
pertama desidui mandibula pada tahap kedua. Anak sangat menderita, susah
Karies merupakan penyakit infeksi yang cepat meluas dan disebabkan oleh
faktor – faktor tersebut antara lain host, substrat, mikroorganisme dan waktu. Faktor-
2.1.2.1 Host
Gigi terdiri dari lapisan luar yaitu enamel dan dentin. Pada umumnya karies
bermula pada permukaan enamel gigi, dengan demikian struktur enamel sangat
menentukan proses terjadinya karies. Tetapi, karies juga dapat bermula di permukaan
dentin dan sementum. Struktur enamel terdiri dari susunan kimia kompleks dengan
cepat dibanding gigi tetap, hal ini terjadi karena gigi sulung mengandung lebih
banyak bahan organik dan air, sedangkan jumlah mineral lebih sedikit dbanding gigi
tetap dan ketebalan enamel gigi sulung hanya setengah dari gigi tetap. Faktor genetik
dapat mempengaruhi anatomi dari gigi baik mempengaruhi bentuk pit dan fisur gigi,
perubahan enamel gigi, dan berpengaruh terhadap level pH (tingkat keasaman) dari
saliva. Anatomi dari gigi desidui juga dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya
karies. Malposisi, pit dan fisur yang dalam dapat memperbesar kemungkinan
terjadinya karies. Plak juga lebih mudah melekat pada permukaan gigi yang kasar dan
Apabila terjadi penurunan terhadap laju aliran saliva, proses terjadinya karies akan
berlangsung lebih cepat. Penurunan dari laju aliran saliva maksimum sampai kurang
dari 0,7 ml/menit dapat meningkatkan resiko terjadinya karies. Kehadiran makanan di
dalam rongga mulut akan merangsang salviasi, makanan yang asam merupakan
stimulus yang baik untuk merangsang pengeluaran saliva. Saliva tidak hanya
menyingkirkan sisa makanan dan juga asam yang dihasilkan plak dari rongga mulut
secar fisik, tetapi saliva juga berperan sebagai buffer untuk menormalkan kembali pH
didalam rongga mulut. Aliran saliva yang cepat berperan dalam peningkatan pH
rongga mulut menjadi sekitar 7,5 – 8,0 dan peningkatan pH ini sangat diperlukan oleh
plak dental yang sebelumnya telah menurun akibat eksposur dengan gula. Oleh
penyakit lainnya, malnutrisi, kekurangan zat besi, stress, atau penggunaan antibiotik
dapat menyebabkan perkembangan dari kelainan enamel pada gigi bayi, yang dikenal
sebagai hypoplasia. Kelainan dari enamel juga merupakan faktor resiko yang dapat
resiko terjadinya karies lima kali lebih besar dibandingkan anak yang normal. Resiko
terjadinya karies yang lebih tinggi ditunjukkan oleh anak yang menderita enamel
gula dalam bentuk cairan dalam jangka waktu yang lama. Sukrosa, glukosa dan
fruktosa yang terkandung dalam jus buah dan minuman manis lainnya dimetabolisme
oleh Streptococcus mutans dan Lactobacilli dengan sangat cepat menjadi asam
organik yang akan mendemineralisasi struktur enamel dan dentin. Penggunaan botol
bayi dapat menambah frekuensi terpaparnya permukaan gigi bayi dengan glukosa.
meningkatkan resiko terjadinya ECC. Hal ini mungkin diakibatkan kebersihan rongga
mulut yang tidak baik dan juga menurunnya laju aliran saliva pada saat anak tertidur.3
Peran pemberian ASI ataupun kebiasaan menyusui pada bayi sebagai faktor
resiko terjadinya karies sendiri masih kontroversial. Beberapa peneliti seperti Rugg-
Gunn dkk. (1985); Thomson dkk. (1996); Bowen dan Lawrence (2005), menyatakan
bahwa ASI memiliki sifat kariogenik lebih tinggi dibandingkan dengan susu sapi.
Penelitian di Swedia menemukan bahwa anak-anak yang masih menyusui pada umur
18 bulan memiliki resiko karies lebih tinggi dibandingkan anak-anak dengan jangka
waktu menyusui lebih pendek. Birkhed et al. menunjukan ASI dan susu sapi dapat
apabil frekuensi kontak dengan susu cukup tinggi. Berdasarkan hal ini Birkhed et al.
karies apabila dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. Tetapi walaupun begitu,
pemberian ASI dalam kondisi yang normal tidak menyebabkan dampak klinik,
kecuali terjadi penurunan laju aliran saliva seperti pada saat tidur dan penderita
xerestomia.25,32,33
Sementara itu penelitian di US yang dilakukan oleh The 3rd National Health
and Nutrition Examination Survey tidak menemukan adanya hubungan antara karies
dental dengan menyusui. Pemberian ASI juga menunjukan banyak manfaat kesehatan
otitis media dan nekrose enterocolisitis. The World Health Organization juga
menyarankan ASI ekslusif pada enam bulan pertama usia bayi dan sangat
Oleh karena itu, seorang dokter gigi seharusnya memberikan solusi kepada ibu
menyusui untuk tetap memberikan ASI eksklusif kepada bayinya namun didukung
Menurut Dawes dkk (1963), plak dental adalah lapisan lembut yang melekat pada
permukaan gigi yang tidak dapat dibersihkan dengan mudah hanya dengan
mengunakan air. Diperkirakan dari setiap 1 mm3 plak dental, dan sekitar 1 mg plak
dental terdapat sekitar lebih dari 200 miliar bakteri (Schele, 1994). Mikroorganisme
lain seperti mikoplasma, jamur, dan protozoa juga dijumpai di plak matang.19,42
menyebabkan karies. Selain itu, bakteri penghasil asam lainnya yaitu Streptococcus
memiliki hubungan dengan terjadinya karies terutama karies pada permukaan akar
gigi.2
hanya ditemukan sekitar 10 % bakteri S. mutans pada anak-anak yang tidak menderita
terhadap proses awal terjadinya karies.2,3 Selanjutnya, setelah terjadi karies enamel
dibawah level kritis yaitu sekitar 5,5, asam akan diproduksi dan dimulailah proses
demineralisasi enamel. Proses ini akan berlangsung sekitar dua puluh menit atau lebih
2.1.2.4 Waktu
Ketika asam dihasilkan kristal enamel akan rusak dan terjadi kavitas. Proses
ini bisa terjadi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun Di rongga mulut akan
terjadinya karies sekitar 13 - 16 bulan. Pada bayi yang memiliki resiko karies tinggi
seperti bayi yang lahir prematur, atau lahir dengan berat badan di bawah normal dan
bayi dengan gigi yang hipomineralisasi rentang waktunya dapat lebih sempit lagi.1
streptococci), ketahanan dari host (kekuatan struktur enamel, saliva, unsur protektif)
dan juga faktor lingkungan (sosial, kultural, demografi, kebiasaan, dan status
ekonomi). ECC biasanya dijumpai pada anak-anak yang berasal dari keluarga dengan
penghasilan rendah ataupun anak-anak yang berasal dari ras minoritas dan keluarga
imigran, anak yang diasuh oleh orang tua tunggal, anak dari orang tua yang
berpendidikan rendah dan anak yang dilahirkan dari ibu yang memiliki penyakit
sering dihubungkan dengan penghasilan orang tua, malnutrisi, dan juga tingginya
kemungkinan terkena ECC dua kali lebih besar pada usia prasekolah. Status sosial
ekonomi yang rendah mempengaruhi terjadinya ECC dari beberapa segi. Menurut
Chen, keluarga yang memiliki status sosial ekonomi yang rendah kurang menaruh
nasib yang harus diterima. Sehingga penyakit yang berhubungan dengan gigi
Faktor pendidikan dari ibu juga penting untuk diperhatikan. Pengetahuan ibu
akan pentingnya mengkonsumsi nutrisi yang seimbang sewaktu hamil akan sangat
membantu pencegahan karies pada anak yang akan ia lahirkan.28 Selanjutnya, anak-
anak yang dilahirkan ataupun dirawat oleh orang tua tunggal, anak yang dilahirkan
resiko karies lebih besar. Oleh karena kurangnya pengetahuan dan juga perhatian
terhadap kesehatan, ibu tunggal yang masih muda biasanya memiliki kebiasaan yang
kurang baik terhadap kesehatan dibandingkan ibu dengan usia lebih tua dan memiliki
pasangan.7
Bayi yang dilahirkan dengan berat badan kurang dan bayi prematur
pendapat menyatakan bahwa bayi yang dilahirkan melalui cesar, bayi prematur, bayi
dari ibu yang merokok memiliki resiko tinggi terkena karies.40 Malnutrisi dapat
menyebabkan hipoplasia enamel, dan seperti anemia akibat kekurangan zat besi,
malnutrisi juga dapat menurunkan produksi saliva dan menurunkan kapasitas buffer.
bagian utara dan timur laut, yang mungkin berkontribusi terhadap besarnya kasus gigi
struktur gigi permanen dan tulang yang akan meningkatkan prevalensi karies.25
(2008), prevalensi karies pada anak laki-laki lebih besar (19,6%) dibandingkan
biasanya memulai menyikat giginya lebih lama dibandingkan anak perempuan dan
terjadinya karies (Pienihakkinen dkk., 2004; Routtinen dkk., 2004). Oral Hygine yang
baik merupakan hal yang penting bagi anak. Ketika gigi permanen mulai tumbuh,
orang tua harus menyikat gigi anak minimal dua kali sehari menggunakan sikat gigi
yang kecil dan lembut. Orang tua harus mengawasi dan memperhatikan cara anak
menyikat giginya sampai usia anak sekitar tujuh tahun dan sudah mampu
membersihkan gigi mereka dengan baik. Fluor memiliki peran pentng dalam
pertumbuhan gigi anak. Fluor dapat meningkatkan kualitas dan kekuatan dari enamel
gigi dan menciptakan lebih banyak permukaan yang resisten terhadap asam di
permukana gigi. Fluor dapat menurunkan insiden terjadinya karies sekitar 50-70%.
Oleh karena itu, kandungan fluor dalam pasta gigi dan air minum juga penting untuk
diperhatikan.11,25,32,40
dan berbentuk rantai. Bakteri ini nonmotil dan fakultatif anareob. Sebagai bakteri
yang anaerob butuh CO2 5% dan nitrogen 95%. Tumbuh maksimal pada suhu 180-400
C.41,42
rongga mulut dan berhubungan dengan perkembangan karies.23 Bakteri ini dapat
mikroba dalam rongga mulut. Streptococcus mutans tumbuh pada pH yang sangat
rendah yaitu sekitar 4,5. Pada level pH ini, tidak hanya akan menambah sifat
kariogenik dari bakteri Streptococcus mutans tetapi juga akan membunuh bakteri lain
yang tidak bersifat kariogenik. Streptococcus mutans seperti bakteri gram positif
mikroorganisme lainnya.25
penyebab utama karies. Menurut Loesche (1986), Carlsson dkk (1987) bakteri
(2009) dijumpai bakteri Streptococcus mutans pada 31 anak dari 54 anak berumur 2-5
tahun yang dijadkan subjek penelitian atau sekitar 57,4%. Skor dft yang didapati pada
anak yang memiliki kolonisasi Streptococcus mutans pada plaknya juga lebih tinggi
Pada populasi yang memiliki resiko karies tinggi, dijumpai adanya hubungan
antara level Mutans streptococci dalam saliva dan prevalensi ataupun insiden karies.
Apabila didapati jumlah Mutans streptococci dalam saliva lebih besar dari satu juta
(Klock and Krasse, 1976).41 Menurut Kohler dkk. 89% anak-anak yang dijumpai
kolonisasi Streptococcus mutans pada usia 2 tahun memiliki aktivitas karies yang
membentuk kolonisasi yang melekat pada permukaan gigi ataupun hidup bebas dalam
Konsep ini lahir berdasarkan beberapa penelitian klinis yang mengisolasi bakteri
Streptococcus mutans dari ibu dan anaknya dan keduanya menunjukan gambaran
melaporkanan bahwa frekuensi infeksi infan akan lebih besar 9 kali ketika level
Pada usia awal anak, ketika anak masih sepenuhnya bergantung kepada
ibunya ataupun perawatnya, kuantitas level Mutans streptoocci pada ibu atau perawat
merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi perlekatan awal bakteri tersebut
kedalam rongga mulut anak. Mutans streptococci dapat berkolonisasi kedalam rongga
mulut anak melalui transmisi vertikal dari ibu atau perawatnya maupun transmisi
horizontal dari saudara ataupun teman-temanya. Kebersihan rongga mulut ibu yang
Fermentasi
Karbohidrat
Mikroorganisme
Streptococcus
Host mutans
(Struktur Gigi)
Demineralisasi
EARLY
CHILDHOOD
CARIES