Manehat
No. Regis : 14114099
Kelas :B
Tugas Ekologi Tumbuhan
BAB III
JENIS DALAM LINGKUNGAN KOMPLEKS
3.1 faktor-faktor lingkungan dan distribusi tumbuhan
3.1.1 hukum minimum
Pada tahun 1840 julius von liebig (ahli pertanian dan fisiologi),menulis bahwa hasil dari
tanaman apapun tergantung pada hara tanah yang jumlahnnya sangat terbatas. Kesimpulan ini
dinamakan hukum minimum.
Hukum minimum memiliki dua keterbatasan . pertama bahwa organisme memiliki batas
toleransi atas dan batas toleransi bawah. Kedua kebanyakan faktor berfungsi secara bersama-
sama dari pada dalam keadaan terisolasi. Rendahnya taraf suatu faktoe kadang dapat
dikompensasikan pada taraf yang sesuai dengan factor lain,atau pengaruh dari suatu factor dapat
diperbesar jika factor lainnya mencapai batas maksimum atau minimum.
3.1.2 teori toleransi
Seorang ahli ekologi hewan AS, victor shelfrod (1913) mencatat kelemahan-kelemahan
pada konsep laebig dan mengusulkan sebuah modifikasi,yang dinamakan teori teloransi. Seorang
ahli geografi tumbuhan ,Ronald Good,memperluas teori tersebut (1931);(1953) sebagai berikut.
Setiap jenis tumbuhan dapat hidup dan bereproduksi dengan baik hanya dikondisi lingkungan
tertentu. Kondisi yang bagi suatu jenis dapat hidup dan bertumbuh terbaik dalam keadaan
terpisah di sebut kisaran potensial (fisiologis)dan optimum potensial (fisiologis) untuk jenis
itu.keadaan ini dapat berbeda dari kisaran ekologis dan optimum ekologis yang diamati di
alam,yang jenisnya tumbuh dalam kompetisi antara satu dengan yang lain.
3.1.3 konsep holosenotik lingkungan
Tidak < dari 100 tahun setelah humbodt menulis bahwa “segala sesuatu saling tergantung
dan berhubungan”.karl friederich memberikan atribut kepada suatu ekosistem dengan sebuah
nama “holosenotik” (billings,1952).
Holosen adalah sebuah sinonim dari ekosistem .konsep holosenotik menyatakan bahwa
tidak mungkin untuk mengisolasikan kepentingan dari factor lingkungan tunggal terhadap
distribusi atau kelimpahan suatu jenis, sebab factor-faktor lingkungan saling tergantung antara
satu dengan yang lain,dan sinergistik. Oleh karena itu ,ekologi factor tunggal (penelitian
terhadap satu factor dari semua factor lingkungan penting yang diasumsikan terbaik menentukan
distribusi tumbuhan) dipandang tidak bijaksana dan dibuat-buat menurut holosenotik.
Konsep holosenotik tidak mengartikan bahwa semua factor adalah sama,tetapi hanya
ditekankan bahwa semua factor saling berintraksi.
3.2 jenis taksonomi
Suatu jenis dari suatu kelompok populasi alami yang sama secara morfologis dan
ekologis yang dapat atu tidak dapat mengadakan penangkaran tetapi secara reproduksi terpisah
dari kelompok tersebut.
Terdapat tiga aspek klasifikasi yang digabungkan ke dalam defenisi ini (a) kenampakan luar
(morfologi),(b) prilaku penangkaran,dan (c) perbedaan habitat.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kita menurut beberapa para ahli biositematika mengenai jenis
(spesies )dalam suatu populasi yakni yang pertama proses pengidentifikasian dan pendefenisian
jenis adalah berbeda antara ahli taksonomi tapi keanekaragaman pendekatan tersebut akan tiba
pada hasil yang sama yaitu sekendak. Kedua karakteristik habitat ,jarang merupakan ketentuan
takson yang tinggi.
Dapatkah jenis taksonomis didefenisikan kembali atau dibagi-bagi lagi sehingga jenis
taksonomis dapat menjadin alat ekologis yang baik ? jawabannya YAdalam teori namun TIDAK
dalam praktek.
3.3 jenis ekologis
Tujuan akhir dari suatu pengetahuan adalah dimiliki kemampuan perkiran atau penarikan
kesimpulan tentang sistem yang ada yaiyu kimia ,fisika,biologi.
3.3.1 ekotipe
Turesson memperkenalkan yang namanya ekotipe.jadia ekotipe adalah hasil dari respon
genetis dari suatu populasi atau sekelompok populasi yang dibedakan melalui karakter
morfologis.adapun beberapa jenis ekotipe yakni ekotipe typical adalah suatu bentuk dataran
rendah.ekoyipe reflexa dan hanseni merupakan bentuk pada ketinggian tengah-tengah yang
secara mencolok lebih tinggi dari typical typical.henseni pada tempat yang basah sedangkan
reflexa pada tempat yang kering.ekotipe nevadensis merupakan bentuk batas pertumbuhan
pohon dan paling pendek diantara empat ekotipe.
3.3.2 ekokline
Ekokline adalah suatu gradiasi sifat pada suatu jenis atau komunitas atau ekosistem yang
bersamaan dengan gradient lingkungan.kadang ekokline digunakan dengan gradiasi lingkungan
itu sendiri (Hanson,1962).
3.3.3 genoekoklinodema
Genoekoklinodema adalah suatu kelompok yang memiliki perbedaan secara genetic yang hidup
di suatu habitat yang khas dan merupakan suatu bagian dari suatu gradiasi kline yang sinambung
.singkatnya ekivalen dengan suatu ekotipe.
3.3.4 studi ekotipe pada tingkatan fisiologis
Harold mooney dan Dwight billings (1961) mempublikasikan studi klasik pada sejenis herba
perennial,alpin sorrel.
3.3.5 aklimasi
Sering disebut juga sebagai aklimatisasi yang berarti suatu perubahan plastis yang bersifat
sementara pada makluk hidup yang disebabkan oleh lingkungan.matthaei (1905) adalah yang
prtama kali mendokumentasikan fenomena ini pada tumbuhan ,dan pengaruh suhu masa lampau
terhadap laju fotosintesis dan respirasi,yang kemudian dibahas kembali oleh semikhatova (1960).
3.3.6 pendekatan terpadu studi ekotipe (sebuah studi kasus)
Sebuah contoh yang baik terhadap studi ekoyipe adalah dengan menggunakan bermacam-
macam teknik yang mencakup biologi populasi dan ekofisiologi pada ekotipe dryas octopteala
dari tundra Alaska. dryas octopteala adalah sejenis herba perennial dikotil dari family bunga
mawar yang tumbuh pada dua habitat berbeda dan boleh jadi amat dekat antara satu dengan yang
lain. Tumbuhan ini hidup berdasarkan fellfield tingkat kemiringan atau tebing.
Pertama mereka memperlihatkan bahwa dua bentuk adalah infertile penuh.kedua bentuk
adalah outcrosser dan tidak terbukti bahwa kedua bentuk dapat terjadi penyerbukan sendiri,dan
menghasilkan biji dengan apomiksis. Pengamatan tersebut mengungkapkan bahwa (1) lebih dari
99 % dari semua serbuk sari dipindahkan kedalam ekotipe daripada diatara ekotipe. (2)
pembungaan awal untuk ekotipe snoebed lebih lambat dari pada tumbuhan fellfield.
Ringkasan.
Ahli-ahli ekologi tumbuhan ingin menggunakan jenis sebagai alat deduktif, sebagai
indikator yang agak tepat tentang tingkatan dari factor lingkungan dari factor lingkungan
tertentu. Tujuan studi dari Turesson adalah untuk mencapai pemahaman ekologis mengenai jenis
Linnaeus. Ia menentukan bahwa jenis taksonomi tersusun dari satuan-satuan ekologis penting
yang dinamakan Ekotipe yang didefenisi sebagai hasil dari respon genetic dari suatu populasi
terhadap suatu habitat.
Konsep ekotipe masih penting dari sudut pengetahuan dasar sebab konsep ekotipe telah
mengarah kepada penelitian yang menunjukaqn pengaruh lingkungan yang dapat ditembusi pada
semua tingkatan perilaku tumbuhan dari morfologi dan fenologi sampai pada tingkatan
fisiologi,metabolism, dan genetika.
BAB IV
STRUKTUR POPULASI DAN DEMOGRAFI TUMBUHAN
A. Kerapatan dan Pola
a. Kerapatan : definisi dan metode
Kerapatan adalah jumlah indifidu persatuan area. Kuadrat adalah suatu area dengan
bentuk apapun yang dapat dibatasi terhadap vegetasi sedemikian rupa sehingga dapat
diprakirakan, tumbuhannya dapat dihitung, dan berukuran cukup kecil, sehingga dengan
satu orang saja yang berdiri pada satu titik di sepanjang ujung kuadrat dapat dengan
mudah meneliti tumbuhan di dalam kuadrat tersebut. Kerapatan dapat diprakirakan juga
dengan metode jarak yang tidak memerlukan kuadrat. Titik-titik acak ditentukan oleh
peneliti dari tempat yang dilalui.
b. Pola : deinisi dan pola
Jumlah tumbuhan yang sama di suatu area dapat tersusun dalam tiga pola dasar yaitu
acak (random), mengelompok (clumped), dan regular. Dalam pola acak, lokasi suatu
tumbuhan dimanapun tidak dipunyai pada lokasi dari tumbuhan yang lain dari jenis yang
sama. Dalam pola mengelompok, kehadiran suatu tumbuhan mengartikan bahwa ada
kemungkinan tinggi untuk menemukan individu tumbuhan lain dari jenisnya, atau jenis
lainnya yang berdekatan. Dalam pola regular, kita dapat menemukan tumbuhan atau
tanaman sebagaimana di suatu lahan atau kebun buah-buahan. Terdapat banyak cara
untuk mengukur pola; jika diinginkan lebih mendalam, salah satu metodenya adalah
dengan menggunakan kuadrat acak.
B. Demograafi Tumbuhan
Demografi adalah studi tentang perubahan ukuran populasi bersamaan dengan waktu.
Melalui penentuan tgkat kelahiran dan tingkat kematian individu dari setiap usia pada suatu
populasi, maka ahli demografi dapat memproyeksikan berapa lama suatu individu
dimungkinkan untuk hidup, kapan suatu individu memberikan keturunan dan berapa banyak,
dan perubahan apa saja yang menyeluruh pada jumlah populasi bersamaan denga waktu.
Salah satu pendekatan dalam demografi tumbuhan adalah pemberian berbagai tahapan
sejarah kehidupan dari suatu tumbuhan, dan mengkuantivikasikan jumlah yang ada pada
setiap tahapan.
a. Model Pertumbuhan Populasi
Dengan menggunakan model kesinambungan waktu, kita dapat menentukan jumlah
tumbuhan yang diharapkan dalam beberapa waktu yang akan datang (Nt+1) oleh
penambahan jumlah tumbuhan pada suatu waktu tertentu (Nt), jumlah pembentukan
semayan atau anakan dari biji yang dihasilkan oleh tumbuhan yang ada (B), dan cara
pemencaran tumbuhan di tempatnya (I), kemudian dikurangi dengan jumlah tumbuhan
yang mati (D), dan jumlah tumbuhan yang dipencarkan keluar dari area mula-mula (E)
selama periode waktu t sampai t+1.
Model kesinambungan waktu bermanfaat apabila tersedia data yang sinambung pula pada
usia kelahiran dan kematian khusus dari individu atau populasi modul.
b. Regulsi Populasi yang Dependen Kerapatan vs Dependen Keterdesakan
Semua individu dalam suatu populasi tumbuhan dibutuhkan untuk identik bagi setiap
individu dalam suatu populasi yang dihuni bersama-sama dengan tetangganya. Ukuran
populasi di dalam suatu populasi yang meningkat, sebagaimana yang dapat diramalkan
dengan kebanyakan model pertumbuhan populasi, tergantung pada perubahan-perubahan
kerapatan dependen pada laju reproduksi atau ketahanan hidup sebagaimana jumlah
populasinya bertambah besar. Kita mengetahui dari hokum hasil konstan bahwa
tumbuhan memberikan respon terhadap keterdesakan tidak hanya disebabkan oleh
kerapatan tetapi juga oleh ukuran individu. Hal ini jelas bahwa keadaan dari suatu
populasi tumbuhan tidak dapat diperkirakan dengan biomassa sendiri, atau tidak juga
oleh kerapatan sendiri. Tentunya adalah lebih cermat untuk menyatakan bahwa populasi
tumbuhan adalah dependen keterdesakan daripada dependen kerapatan.
c. Stadium vs Usia
Teori-teoridemografi klasik menggunakan usia sebagai dasar untuk prakiraan kesuburan
dan yang bertahan hidup lebih lama. Akan tetapi, usia tidak dapat menjadi indikator dari
status reproduktif pada tumbuhan. Ada dua alasan tentang hal ini pertama ukuran tidak
perlu dikorelasikan dengan usia. Kedua banyak tumbuhan yang berbunga apabila
mencapai suatu ukuran tertentu, yang berarti mengabaikan usia. Banayk tumbuhan
memiliki hubungan plasisitas morfologis yang besar. Dengan demikian, suatu analisis
demografis yang lengkap adalah memerlukan data kedua-duanya, stadium dan usia
perkembangan.
d. Tabel kehidupan
Terdapat dua jenis tabel kehidupan, tergantung pada masa hidup individu didalam suatu
populasi. Pertama adalah tabel kehidupan dinamis atau pengikut. Tabel kehidupan ini
umumnya digunakan untuk tumbuhan yang hidup dalam periode waktu pendek,
ssbagamana dapat diperbandingkan dengan masa hidup atau toeransi dari ahli ekologi
tumbuhan.
e. Stadium dan Struktur Usia
Jika suatu populasi menunjukan semua delapan stadium dan jika tidak ada perubahan
yang lebih lanjut pada struktur usia, maka populasi demikian dapat dikatakan stabil
dengan pergantian sendiri dalam populasi di tempat hidupnya. Distribusi usia dari suatu
populasi dapat digunakan sebagai alat peramalan dalam ekologi komunitas.
C. Ringkasan
Pengukuran dan pertelaan mengenai struktur dan dinamika populasi tumbuhan merupakan
penekanan utama. Factor-faktor yang mempengaruhi dinamika populasi dan distribusi
tumbuhan mencakup kondisi lingkungan, persediaan sumber daya, competitor dan gangguan.
Kondisi ini dinyatakan dalam populasi tumbuhan melalui perubahan pada hasil reproduktif,
pertumbuhan, pola percabngan dan biomassa. Ahli-ahli ekologi populasi tumbuhan berusaha
untuk memahami dan memprakirakan respon dari populasi tumbuhan terhadap kondisi-
kondisi internal dan eksternal.
Kerapatan tumbuhan dinyatakan sebagai jumlah individu tiap satuan area, yang merupakan
suatu kuantitas penting yang digunakan untuk memberikan populasi. Apabila kerapatan
digabungkan dengan ukuran distribusi spasial, maka kita dapat mendeduksikan lebih banyak
tentang kelayakan habitat, dinamika persaingan, dan distribusi habitat mikro dari pada
kerapatan sendiri. Pengelompokan merupakan pola distribusi yang amat umum pada
tumbuhan. Hal ini disebabkan oleh biji dan keturunan vegetative yang cenderung terpusat
dengan tumbuhan induk dan pola tumbuhan cenderung mengelompok pada area-area yang
lingkungan mikro yang sesuai.
Demograi tumbuhan adalah studi tentang perubahan pada populasi tumbuhan sepanjang
waktu. Peningkatan atau penurunan pola populasi tumbhan tidak hanya ditentukan oleh
kelahiran dan kematian individu tetapi juga oleh suatu pertumbuhan yang melampaui suatu
kisaran yang luas dari ukuran potensialnya. Oleh karena itu, suatu pengetahuan yang lengkap
mengenai dinamika populasi tumbuhan, jelas memerlukan informasi tentang jumlah dari
individu yang secara genetik berbeda, jumlah dari individu yang bereproduksi secara
vegetative, dan jumlah dari modul-modu pertumbuhan yang ada pada suatu individu. Modul
pertumbuhan dapat berupa individu daun,kuncup terminal yang bersamaan dengan meristem-
meristem lateral, atau invidu cabang yang semuanya tergantung pada apakah wilayah
pertumbuhan membentuk modul-modul secara berulang pada semua individu. Pemahaman
mengenai biji dalam tanah juga menyediakan suatu wawasan yang penting kedalam
demografi tumbuhan.
Demografi tumbuhan dapat dikaji, baik dengan menggunakan model kesinambungan waktu
maupun dengan model matriks untuk mengungakap akibat-akibat dari variasi pada tingkat
kelahiran dan kematian bagi populasi. Model kesinambungan waktu digunakan untuk
populasi yang memiliki pertumbuhan yang sinambung dimana kelahiran, kematian dan
ukurannya berhubungan dengan usia. Studi mengenai demografi dan dinamika daun dari
populasi tumbuhan annual, acapkali didasari pada model kesinambungan waktu. Kebanyakan
tumbuhan mempunyai laju pertumbuhan, usia pada kematian dan usia pada reproduksi yang
kurang dapat diprakirakan dari pada yang seharusnya dengan menggunakan model
kesinambungan waktu. Model matriks berhubungan dengan periode waktu yang terputus dan
menggunakan fase-fase dari sejarah kehidupan tumbuhan yang dapa diidentifikasikan darp
pada usia, sebagai dasar untuk prakiraan.
Kumlah individu dari suatu jenis yang dapat didukung oleh satu kesatuan habitat dan usia
individu pada stadium-stadium perkembangan tertentu disusun secara rumit sebagai
parameter populasi melalui plasisitas pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Total
jumlah biomassa yang ada disuatu tempat tergantung pada persediaan sumber daya dan sekali
sumber daya yang ada dimanfaatkan secara penuh, maka konstate akan melampaui suatu
kisaran kerapatan yang luas ( Hukum Hasil Konstan). Suatu populasi dewasa yang
mempunyai kerapatan tinggi, kerapatan populasi akan menurun dalam pola yang dapat
diprakirakan, yang diberikan dengan aturan penipisan sendiri. Reproduksi pada banyak
tumbuhan agakknya tergantung pada ukuran atau akumulasi penyediaan makanan dari pada
usia. Oleh karena itu, medium merupakan suatu parameter populasi yang lebih baik pada
kebayakan tumbuhan dari pada usia.
Data untuk studi demografi diorganisasikan kedalam suatu tabel kehidupan pengikut atau
waktu khusus, tergantung pada masa hidup dri tumbuhan. Tabel kehidupan menyediakan
informasi tentang tingkat morialitas usia khusus, ketahanan hidup lama, kesuburan atau
natalitas,laju reproduksi bersihdan niali reproduktif bagi suatu populasi.
Usia stats dan struktur stadium dari populasi tumbuhan digunakan sebagai suatu alat
prakiraan unuk mendeduksikan kecenderungan pada pergantian populasi bersamaan dengan
waktu untuk menyususn periodisitas keberhasilan reproduktif dari suatu populasi, dan untuk
menyususn respon populasi terhadap kebakaran periodic atau gangguan lainnya.
BAB V
POLA SEJARAH HIDUP DAN ALOKASI SUMBER DAYA
Tumbuhan mempunyai pola pertumbuhan, reproduksi dan masa hidup yang berkaitan
dengan tautan-tautan khusus demi kelangsungan hidupnya di suatu tempat dan waktu tertentu.
Kita menamakan pola pertumbuhan, reproduksi dan masa hidup demikian sebagai pola sejarah
hidup. Pola sejarah hidup menentukan pada tempat dan waktu dimana suatu tumbuhan dapat
berhasil melakukan proses perkecambahan, pertumbuhan, dan reproduksi. Sebagai contoh, suatu
tumbuhan yang mengalokasikan kebanyakan sumber daya untuk reproduksi dan yang
menyisahkan sedikit adalah lebih mungkin untuk menentukan suatu habitat yang terganggu
daripada habitat yang lebih stabil.
Istilah strategi telah digunakan untuk konsep tentang variasi sejarah hidup. Akan tetapi,
istila strategi harus digunakan secara hati-hati sebab istilah tersebut menyebutkan bahwa
tumbuhan memiliki kemampuan untuk merencanakan suatu skema alokasi sumber daya untuk
memaksimumkan kesesuaiannya.
A. Ekonomi Tumbuhan
Fungsi suatu tumbuhan agaknya analog dengan pekerjaan sebuah perusahan, atau barangkali
dengan keuangan seseorang. Secara intuitif, jenis atau individu yang mempunyai keuntungan
paling besar (menghasilkan keturunan yang paling banyak) adalah berada pada suatu
keuntungan. Pertumbuhan, reproduksi dan kelangsungan hidup adalah menggambarkan
tuntutan persaingan bagi penyediaan karbohidrat, lemak dan protein yang dihasilkan secara
terhingga melalui proses sintesis pada tumbuhan. Tingginya tingkat reproduksi pada tahun
pertama adalah berkolerasi dengan tingkatan reproduksi yang rendah pada musim kedua.
Tumbuhan yang memiliki hasil reproduktif tinggi pada musim pertama akan lebih kecil
ukurannya pada musim kedua daripada anggota yang memiliki hasil reproduktif kecil atau
tidak ada pada musim pertama.
BAB VI
INTERAKSI JENIS: KOMPETENSI DAN AMENSALISME
Untuk kebanyakan bagian, bab III, bab IV, bab V adalah brhubungan dengan jenis dan
populasi tumbuhan bagaimana mereka hidup dalam keterisolasiannya. Banyak ahlKi ekologi
percaya bahwa organisme yang bersekutu di dalam komunitas agaknya interdependen, sehingga
mereka tidak bersekutu oleh kesempatan, dan bahwa gangguan yang terjadi pada suatu
organisme akan mempunyai sebuah akibat bagi semua organisme.
6.1 KOMPETENSI
Kompetensi dihasilkan pada pengaruh yang secara mutual bersifat merugikan pada
organisme yang memanfaatkan suatu sumber daya umum yang pesediaanya terbatas. Rumput
perenial dan rumput anualmerukan suatu hasi studi dari Grand Harris, kedua jenis rumput ini
mempunyai daur hidup sama. Mereka berkecambah pada musim gugur, tumbuh secara perlahan-
lahan pada musim dingin, tumbuh lebih cepat selama musim semi, membentuk bunga oada
permulaan musim panas, dan mati pada bulan juni.
a. Endemik serpentin
Serpentin adalah suatu batuan magnesium silikat, metamorfosis, seringkali berwarna hijau
dan licin bila disentuh memiliki sejumlah ciri berlawanan terhadap pertumbuhan tumbuhan.
Serpetin yang muncul di atas permukaan adalah yang di temukan di seluruh dunia.
Hal ini tidak menyatakan bahwa semua takson serpentin memiliki kisaran yang dibatasi oleh
kompetensi. Tadros (1957) menemukan zat toksit yang di bebaskan oleh mikoorganisme tertentu
mempunyai kerapatan lebih tinggi pada tanah non-serpetin mencegah herba, endemik serpentin
emmenante rosea dari pembentukannya di tanah normal.
b. Halofit
Halofit (arti harafiah tumbuhan garam) yang mampu tumbuh pada tanah yang memiliki
konsentrasi garam lebih dari 0,2 %. Halofit Tidak Toleran menunjukan pertumbuhan maksimun
pada salinitas rendah, dan pertumbuhannya menurun bersamaan dengan peningkatan salinitas.
Halofit Fakultatif menujukan pertumbuhan maksimu pada salinitas sedang atau moderat. Halofit
Obligat menunjukan pertumbuhannya menurun baik pada salinitas tinggi maupun rendah.
6.2 AMENSALISME
Amensalisme adalah suatu interaksi antara dua organisme di mana suatu organismenya
tertekan sedang yang lainnya tetap stabil. Interaksi Alelokimia yaitu penghambatan satu
organisme oleh organisme lain melalui pembebasan hasi metabolisme ke dalam lingkingan.
Aleopati adalah suatu subset dari interaksi alolekimia yang hanya melibatkan jenis tumbuhan.
Akan tetapi, arti penting ekologis dari alelokimia masih belum jelas (Barbour, 2973a).
Sebelum suatu interaksi dapat di pertimbangkan arti pentingnya secara ekologis, maka
serangkaian tahapan harus diikuti.
b. Alelopati
Sejumlah peneliti telah melaporkanpembukian kontrol zat kimia dari distribusi tumbuhan,
asosiasi spasial antar jenis, dan perjalanan suksesi komunitas tumbuhan. Salah satu dari
penelitian yang paling lengkap dilakukan oleh Muller (1966) terhadap hubungan spasial antara
coastal sage dan padang rumput anual di lembah santa ynes di selatan dari kalifornia.
Muller dapat menunjukan bahwa semak-semak salvia mengeluarkan sejumlah minyak yang
mudah menguap dari daunnya dan beberapa dari zat tersebut merupakan racun terhadap
perkecambahan dan pertumbuhan tumbuhan anual di sekitarnya.
Muller mampu mengeliminasikan secara sempurna faktor-faktor lain sebagai penyumbang
dari pemeliharaan dari mintakat gundul itu.
Muller dan juga murid-muridnya menyajikan suatu kasus bagi aleopati yang lebih
meyakinkan, suatu vegetasi kerdil yang rapat yang di dominasi oleh takson seperti “chamise”.