OLEH :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
2.6 Metode Penyampaian E-Learning ........................... 17
2.7 Cara Menggunakan E-Learning dalam Pembelajaran
........................................................................................ 19
BAB III PENUTUP .......................................................... 25
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan E-Learning?
2. Apakah fungsi E-Learning?
3. Apa maanfaat E-Learning dalam dunia pendidikan?
4. Apa saja komponen yang menunjang pembentukan
E-Learning?
5. Apa saja kekurangan dan kelebihan yang kita dapat
dari penggunaan E-Learning?
6. Bagaimana metode penyampaian E-Learning?
4
BAB II
PEMBAHASAN
E-Learning Konvensional
Pembelajaran tidak Pembelajaran tergantung
tergantung kepada pengajar kepada kemampuan
pengajar
Sumber belajar banyak Sumber belajar terpusat di
tersedia dan mudah diakses sekolah
5
E-Learning Konvensional
Pengajar hanya sebagai Pengajar sebagai sumber
mediator atau pembimbing ilmu
Belajar dapat dilakukan Belajar terkendalah
kapan dan dimanapun tanpa masalah ekonomi, jarak,
terkendala ruang dan waktu ruang dan waktu
Perlu kesiapan kebijakan, Perlu sarana dan prasarana
infrastruktur dan sdm belajar yang memadai serta
pengguna IT. sdm pengajar yang
memahami benar setiap
ilmu yang diajarkan.
6
3. Menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri yang dapat
disimpan di komputer sehingga dapat diakses oleh guru
dan siswa kapan saja dan dimana saja bila yang
bersangkutan membutuhkannya.
4. Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil
kemajuan belajar dan hal-hal yang berkaitan dengan
administrasi pendidikan yang dapat dilihat setiap saat di
komputer.
2.2 Fungsi E-Learning
Menurut Siahaan (2004) bahwa fungsi pembelajaran
elektronik atau E-Learning terhadap kegiatan pembelajaran
di dalam kelas (classroom instruction ) memilik tiga fungsi,
yaitu :
a. Suplemen ( tambahan )
E-Learning dikatakan berfungsi sebagai suplemen jika
peserta didik memiliki kebebasan memilih, apakah akan
memanfaatkan meteri pembelajaran elektronik atau tidak.
Dalam hal ini tidak ada kewajiban/ keharusan bagi peserta
didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik.
Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang
memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan
pengetahuan atau wawasan.
7
b. Komplemen ( pelengkap )
e-Learning dikatakan sebagai pelengkap jika meteri
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi
materi pembelajaran yang diterima peserta didik didalam
kelas. e-Learning sebagai komplemen berarti meteri
pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi
materi pengayaan atau remedial.
e-Learning dikatakan sebagai pengayaan (enrichment),
jika kepada peserta didik diberikan kesempatan untuk
mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang
secara khusus dikembangkan untuk mereka. Jutuannya untuk
memantapkan tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran
yang telah diterima di kelas.
e-Learning dikatakan sebagai program remedial, jika
peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi
pelajaran pada saat tatap muka diberikan kesempatan untuk
memanfaatkan meteri pembelajaran elektronik yang memang
secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar
peserta didik semakin mudah memahami meteri pelajaran
yang disajikan di kelas.
8
c. Substitusi ( pengganti )
e-Learning dapat dikatakan sebagai substitusi jika e-
Learning dilakukan sebagai pengganti kegiatan belajar,
misalnya dengan menggunakan model-model kegiatan
pembelajaran.
Terdapat 3 model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih,
yaitu:
a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional).
b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui
internet.
c. Sepenuhnya melalui internet.
2.3 Manfaat E-Learning
Manfaat E-Learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal,
yaitu:
a) Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta
didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity).
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik
dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik
antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama
peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan
belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan
pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional
9
dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam
diskusi. Mengapa? Karena pada pembelajaran yang bersifat
konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan
dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab
sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga
cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat
tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan
terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang
malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai
peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun
menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi
atau mendapat tekanan dari teman sekelas.
b) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana
dan kapan saja (time and place flexibility).
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara
elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik
melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan
interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana
saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan
pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu
selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji
untuk bertemu dengan guru/instruktur. Peserta didik tidak
10
terikat ketat dengan waktu dan tempat penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran sebagaimana halnya pada pendidikan
konvensional. Dalam kaitan ini, Universitas Terbuka Inggris
telah memanfaatkan internet sebagai metode/media
penyajian materi. Sedangkan di Universitas Terbuka
Indonesia (UT), penggunaan internet untuk kegiatan
pembelajaran telah dikembangkan. Pada tahap awal,
penggunaan internet di UT masih terbatas untuk kegiatan
tutorial saja atau yang disebut sebagai “tutorial elektronik”.
c) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas
(potential to reach a global audience).
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta
didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran
elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan
tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja,
di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar.
Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet.
Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja
yang membutuhkan.
11
d) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran (easy updating of content as well as archivable
capabilities).
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai
perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu
mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran
bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi
keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di
samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi
pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan
atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil
penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina
materi pembelajaran itu sendiri.
2.4 Komponen E-Learning
Komponen yang membentuk E-Learning
(Romisatriawahono, 2008) adalah:
a) Infrastruktur E-Learning
12
sejumlah perangkat berupa komputer, hub, switch, router,
atau perangkat jaringan lainnya yang terhubung dengan
menggunakan media komunikasi tertentu (Wagito, 2005),
internet merupakan singkatan dari Interconnection
Networking yang diartikan sebagai komputer-komputer yang
terhubung di seluruh dunia (Febrian, 2004) dan
perlengkapan multimedia (alat-alat media yang
menggabungkan dua unsur atau lebih media yang terdiri dari
teks, grafis, gambar, foto, audio, video dan animasi secara
terintegrasi (Febrian, 2004). Termasuk di dalamnya
peralatan teleconference (pertemuan jarak jauh antara
beberapa orang yang fisiknya berada pada lokasi yang
berbeda secara geografis (Febrian, 2004) apabila kita
memberikan layanan synchronous learning yakni proses
pembelajaran terjadi pada saat yang sama ketika pengajar
sedang mengajar dan murid sedang belajar melalui
teleconference.
13
laporan suatu program pelatihan, ruangan kelas dan peristiwa
online, program E-Learning, dan konten pelatihan (Ellis,
2009), misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan
manajemen proses belajar mengajar seperti bagaimana
manajemen kelas, pembuatan materi atau konten, forum
diskusi, sistem penilaian (rapor), serta sistem ujian online
yang semuanya terakses dengan internet.
c) Konten E-Learning
Konten E-Learning merupakan konten dan bahan ajar yang
ada pada E-Learning sistem (Learning Management System).
Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk misalnya
Multimedia-based Content (konten berbentuk multimedia
interaktif seperti multimedia pembelajaran yang
memungkinkan kita menggunakan mouse, keyboard untuk
mengoperasikannya) atau Text-based Content (konten
berbentuk teks seperti pada buku pelajaran yang ada di
wikipedia.org, ilmukomputer.com, dsb.). Biasa disimpan
dalam Learning Management System (LMS) sehingga dapat
dijalankan oleh peserta didik kapan pun dan dimana pun.
2.5 Kekurangan dan Kelebihan E-Learning
Setiap konten terutama pastinya mempunyai kekurangan dan
kelebihannya masing – masing, diantaranya:
14
2.5.1 Kelebihan E-Learning
E-Learning memiliki banyak kelebihan diantaranya, yaitu
lebih mudah diserap, efektif dalam biaya, lebih ringkas,
tersedia 24 jam perhari dan 7 hari/minggu (Tjokro, 2009,
hlm.187).
1. Lebih mudah diserap, artinya menggunakan fasilitas
multimedia berupa gambar, teks, animasi, suara,video.
2. Jauh lebih efektif dalam biaya, artinya tidak perlu
insruktur, tidak perlu minimum audiensi, bias dimana
saja, bias kapan saja, murah untuk diperbanyak.
3. Jauh lebih ringkas, artinya tidak banyak formalitas kelas,
langsung pada pokok bahasan, mata pelajaran sesuai
kebutuhan.
4. Tersedia 24 jam/hari dan 7 hari/minggu, artinya
penguasaan materi tergantung pada semangat dan daya
serap siswa, bias dimonitor, bias diuji dengan e-test.
2.5.2 Kekurangan E-Learning
Berikut ini adalah kekurangan yang biasanya terdapat
pada sistem pembelajaran E-Learning (Efendi, 2008,
hlm.140):
15
2) Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau
aspek social dan sebaliknya membuat tumbuhnya aspek
bisnis/komersial.
3) Proses belajar mengajar cenderung kea rah pelatihan
daripada pendidikan.
4) Berubahnya peran pengajar dari semula menguasai
teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut
mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan
ICT (Information, Communication, and Technology).
5) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin
hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik,
telepon, ataupun komputer).
6) Kurangnya sumber daya manusia (SDM) yang
menguasai internet.
7) Kurangnya penguasaan bahasa komputer.
8) Akses pada komputer yang memadai dapat menjadi
masalah tersendiri bagi peserta didik.
9) Peserta didik bias frustasi jika mereka tidak dapat
mengakses grafik, gambar, dan video karena peralatan
yang tidak memadai.
10) Informasi dapat bervariasi dalam kualitas dan akurasi
sehingga panduan dan fitur pertanyaan diperlukan.
11) Peserta didik dapat merasa terisolasi.
16
2.6 Metode Penyampaian E-Learning
Jadi metode penyampaian bahan ajar di E-Learning ada dua:
1. Synchrounous E-Learning
17
Adapun gambaran dari metode ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.6 .1
2. Asynchronous E-Learning
18
Gambaran dari metode ini adalah sebagai berikut:
Gambar 2.6. 2
Gambar 2.7 .1
19
b) Langkah 2
Gambar 2.7 .2
c) Langkah 3
Gambar 2.7 .3
20
Penting Dibaca :
d) Langkah 4
Setelah mengisi data diri seperti langkah ketiga
sebelumnya, anda akan mendapat pemberitahuan bahwa
proses registrasi akun e-learning anda telah selesai.
21
Selanjutnya anda perlu melihat dan mengkonfirmasi akun
elearning anda melalui email yang telah terkirim.
Gambar 2.7. 4
e) Langkah 5
22
memberitahukan bahwa anda perlu mengkonfirmasi ulang
pendaftaran e-learning yang telah anda lakukan.
Gambar 2.7 .5
Gambar 2.7. 6
23
f) Langkah 6
Gambar 2.7 .7
24
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1) E-Learning itu dapat diartikan sebagai suatu sistem dalam
pembelajaran yang mengacu pada penggunaan teknologi
informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dengan karakteristik-karakteristik seperti
memanfaatkan jasa teknologi, memanfatkan keunggulan
komputer, menggunakan bahan ajar yang bersifat mandiri,
dan memanfaatkan jadwal belajar yang dapat dilihat pada
komputer, serta memberikan fasilitas yang dapat diakses
oleh pengajar dan peserta didik/mahasiswa secara pribadi
2) Menurut Siahaan (2004) bahwa fungsi pembelajaran
elektronik atau E-Learning terhadap kegiatan
pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction)
memilik tiga fungsi, yaitu : Suplemen (tambahan),
komplemen (pelengkap) dan substitusi (pengganti).
3) Manfaat E-Learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4
hal, yaitu: Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran
antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance
interactivity), memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place
25
flexibility), Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang
luas (potential to reach a global audience),
Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi
pembelajaran (easy updating of content as well as
archivable capabilities).
4) Komponen yang membentuk E-Learning
(Romisatriawahono, 2008) adalah:
a. Infrastruktur E-Learning yang dapat berupa Personal
Computer ((PC), yakni komputer, jaringan komputer
(yakni, kumpulan dari sejumlah perangkat berupa
komputer, hub, switch, router, atau perangkat jaringan
lainnya.
b. Sistem dan aplikasi E-Learning yang sering disebut
dengan Learning Management System (LMS)
misalnya, segala fitur yang berhubungan dengan
manajemen proses belajar mengajar.
c. Konten E-Learning merupakan konten dan bahan ajar
yang ada pada E-Learning sistem (Learning
Management System).
5) E-Learning memiliki banyak kelebihan diantaranya, yaitu
lebih mudah diserap, efektif dalam biaya, lebih ringkas,
tersedia 24 jam perhari dan 7 hari/minggu, namun disisi
lain banyak juga kekurangan yang terdapat pada sistem E-
26
Learning diantaranya kurang adanya interaksi sosial, tidak
semua tempat tersedia fasilitas internet, Peserta didik
dapat merasa terisolasi, dll.
6) Jadi metode penyampaian bahan ajar di E-Learning ada
dua yaitu Synchrounous E-Learning dimana guru dan
siswa dalam kelas dan waktu yang sama meskipun secara
tempat berbeda, sedangkan Asynchronous E-Learning
dimana guru dan siswa dalam kelas yang sama (kelas
virtual), meskipun dalam waktu dan tempat yang berbeda.
3.2 Saran
Setelah melakukan pembahasan penulis ingin
memberikan masukan yang berupa saran bahwa penulis
mengharapkan apa yang menjadi makalah dengan tema “E-
Learning” tidak hanya menjadi suatu teori saja, namun dapat
di praktekkan didalam kehidupan bermasyarakat sebagai
suatu pemahaman bahwa dalam persaingan yang ketat di era
globalisasi seperti saat ini sangat dibutuhkan suatu konsep
keterampilan guna mendukung kehidupan bermasyarakat.
27
DAFTAR PUSTAKA
28