Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


 AUDIT KINERJA
Selain audit dalam laporan keuangan organisasi atau sebuah entitas, suatu organisasi
atau entitas juga memerlukan audit kinerja dalam organisasinya untuk mencapai
perkembangan atau kemajuan dalam entitas tersebut. Audit Kinerja adalah suatu proses
yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif atas kinerja
suatu organisasi, program, fungsi, atau aktivitas. Evaluasi dilakukan terhadap tingkat 3E
(Ekonomi, Efisien, Efektivitas). Dalam mencapai target yang ditetapkan serta
kepatuhannya terhadap kebijaksanaan dan peraturan perundang-undangan yang
disyaratkan, kemudian membandingkan antara kinerja yang dihasilkan dengan kriteria
yang diterapkan serta mengkomunikasian hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Audit kinerja (performance audit) terhadap sektor publik dapat membantu masyarakat
dalam mengetahui kinerja yang lebih lengkap dari organisasi masyarakat. Audit Kinerja
dapat dilakukan baik pada sektor swasta maupun sektor publik dan badan pemerintah,
karena dari semua tujuan kepentingan masyarakat merupakan prioritas utama. Audit
kinerja bertujuan untuk mengevaluasi kinerja dan mengidentifikasi kesempatan untuk
peningkatan rekomendasi guna perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Selama ini, hasil dari
audit kinerja cenderung diasumsikan sebagai informasi yang ditujukan kepada konsumsi
pihak internal perusahaan, karena menelaah secara sistematik kegiatan organisasi dalam
hubungannya dengan tujuan tertentu. Padahal laporan audit kinerja ini juga bisa digunakan
oleh pihak eksternal untuk pengambilan keputusan.
Audit kinerja pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) merupakan salah satu contoh
pelaksanaan audit kinerja yang berfungsi untuk mengukur sejauh mana RSUD yang
bersangkutan berkinerja sesuai yang telah ditetapkan atau standar kerja dari setiap elemen
yang ada di struktur organisasi tersebut.
 BADAN PEMERIKSA KEUANGAN (BPK)

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (disingkat BPK RI)


adalah lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia yang memiliki
wewenang memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Menurut UUD
1945, BPK merupakan lembaga yang bebas dan mandiri.

Untuk menunjang tugasnya, BPK RI didukung dengan seperangkat Undang-Undang di


bidang Keuangan Negara, yaitu;

 UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara


 UU No.1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara
 UU No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara

A. Tugas BPK RI
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan Umum, Badan Usaha Milik
Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan Negara.
Dalam melaksanakan tugasnya, BPK berwenang:
1. Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan,
menentukan waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan
laporan pemeriksaan.
2. Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang,
unit organisasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Negara
lainnya, Bank Indonesia, Badan Usaha Milik Negara, Badan Layanan
Umum, Badan Usaha Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola
keuangan negara.
3. Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara, di
tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap perhitungan-perhitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening
koran, pertanggungjawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan
pengelolaan keuangan negara.
4. Menetapkan jenis dokumen, data, serta informasi mengenai pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK.
5. Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan
Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib digunakan dalam pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
6. Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara.
7. Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja
untuk dan atas nama BPK.
8. Membina jabatan fungsional Pemeriksa.
9. Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan.
10. Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian intern Pemerintah
Pusat/Pemerintah Daerah sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah
Daerah.

B. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara


Di awal tahun 2007, BPK telah berhasil menyelesaikan penyusunan standar
pemeriksaan yang diberi nama 'Standar Pemeriksaan Keuangan Negara' atau disingkat
dengan 'SPKN'. SPKN ini akan mengikat BPK maupun pihak lain yang melaksanakan
pemeriksaan keuangan negara untuk dan atas nama BPK.
Penyusunan SPKN ini telah melalui proses sebagaimana diamanatkan dalam undang-
undang maupun dalam kelaziman penyusunan standar profesi. Hal ini tidaklah mudah, oleh
karenanya, SPKN ini akan selalu dipantau perkembangannya dan akan selalu
dimutakhirkan agar selalu sesuai dengan dinamika yang terjadi di masyarakat.
Hal yang terpenting dari sebuah proses penyusunan SPKN bukanlah terletak pada
kualitas SPKN-nya melainkan terletak pada kesuksesan dalam penerapannya. Oleh
karenanya segala kegiatan yang dapat memungkinkan terlaksananya SPKN ini secara
benar dan konsekuen harus dilakukan.

C. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)


Lebih dari sekadar memenuhi ketentuan peraturan perundangan, LAK Pelaksana BPK
RI ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas kinerja dan
implementasi good governance di lingkungan BPK RI. Karenanya, segenap keberhasilan
maupun hambatan dalam pencapaian kinerja yang ditetapkan disajikan secara lebih rinci
dari periode sebelumnya, sebagai cerminan dari kesungguhan BPK RI untuk melaksanakan
akuntabilitas kinerja yang lebih transparan.
BAB II

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Kasus : BPK Temukan Puluhan Masalah Di RSUD Raden Mattaher

JAMBI–Temuan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi


masih cukup banyak. Hasil audit kinerja yang dilakukan BPK RI Perwakilan Jambi,
mencatatkan puluhan temuan untuk rumah sakit plat merah itu.

Dari data BPK yang diperoleh menyebutkan, setidaknya ada 19 catatan penting yang
ditorehkan BPK untuk RSUD yang dipimpin Ali Imron itu. Baik itu, temuan maupun
rekomendasi. Temuan itu misalnya, manajemen RSUD Raden Mattaher belum mendesain
SPI atas pengelolaan pelayanan. Sehingga, tujuan penyusunan peraturan tatak kelola rumah
sakit tidak tercapai.

Dari laporan itu diketahui, hal tersebut terjadi karena Dirut RSUD lalai, tidak
menyusun sistim dan prosedur pelayanan rawat inap yang komperhensif. Di samping itu,
ada beberapa poin lainnya juga yang menyebabkan pelayanan bobrok karena kelalaian
Dirut. Masih dari hasil pemeriksaan disebutkan, manajemen RSUD belum optimal dalam
mengimplementasikan SPI, sehingga batasan tanggung jawab dan kewenangan antar unit
kerja di RS tidak jelas. Diterangkan dalam laporan itu, dirut RSUD tidak menempatkan
dan menugaskan personel sesuai dengan tupoksi yang telah ditetapkan serta lalai tidak
menyusun dan menetapkan hospital bylaws dan medical staff bylaws.

Selain itu, manajemen RSUD juga belum memenuhi unsur perencanaan dalam
pengelolaan pelayanan rawat inap. Ini diakibatkan Dirut tidak menyusun dan menetapkan
SOP perencanaan dan identifikasi kebutuhan, khususnya terkait pelayanan rawat inap.
Selain itu, manajemen juga dituding dalam laporan hasil pemeriksaan itu, belum
memenuhi kriteria perncanaan yang baik dalam penyusun perencanaan pemenuhan
kebutuhan OBHP. Sehingga, pelayanan kefarmasian dalam pengelolaan pembekalan
farmasi yang bermutu, efektif dan efisien kepada pasien tak tercapai.

Diterangkan dalam laporan itu, hal in disebabkan direktur pelayanan RSUD tidak
cermat mengevaluasi perencanaan kebutuhan OBHP. Disamping itu, banyak lagi poin
lainnya yang menjadi temuan dari BPK RI. Setidaknya, ada 19 temuan dari hasil audit itu.
Syahbandar, dari Fraksi Gerakan Keadilan DPRD Provinsi Jambi yang dimintai
tanggapannya sangat menyayangkan hal tersebut. dia mengatakan, jika memang demikian
hasil audit dan menerangkan jika memang pelayanan RSUD dan manajemen sangat buruk,
maka memang butuh penyegaran.

“Ini kan tentu menjadi acuan untuk Gubernur melalui Dirut untuk membenahi RSUD.
Kalau memang tak bisa membenahi butuh penyegaran kan,” cetusnya. Pasalnya, kata dia,
jika tak ada upaya yang sungguh-sungguh, dirinya merasa ragu untuk pelayanan kesehatan
yang lebih baik. “Kembali lah ke jalan yang benar, acuan sudah dibuat oleh BPK RI, ya
mengacu dengan rekomendasi itu dan ikuti saja. Kalau ada yang kurang ya bicarakan
dengan mitra kerjanya,” tegasnya.

Dia berharap, manajemen RSUD RM bisa membuat program yang memang benar-
benar berbasis kepada kinerja RSUD. “Saya sangat menyayangkan hal ini dan ini momen
untuk memperbaiki dari keadaan ini. kalau tahun depan audit masih seperti ini kinerjanya,
layak saya bilang (Dirut, red) tak layak lagi untuk dipertahankan,” tandasnya. Selain itu,
dia juga meminta anggota Fraksi Gerakan Keadilan yang ada di Komisi IV untuk
menindaklanjuti hal ini. “Ketua Komisi IV (Bambang Bayu Suseno, red) juga segera
tindaklanjuti ini. ini yang membidangi komisi IV, jangan di dewan ini kalau ada keluhan
saja baru mau bergerak. Ini sudah jelas hasil audit sudah ada, tinggal Ketua Komisi sebagai
pimpinan di Komisi IV tindak lanjuti secara baik,” tegasnya.

Sementara itu, Ali Imron, Direktur Utama RSUD RM yang berusaha dikonfirmasi
harian ini, kemarin (18/2), belum bisa dimintai keterangannya. Dihubungi harian ini via
ponselnya, tak kunjung mendapatkan jawaban, meski sudah berkali-kali coba dihubungi.
Bahkan, pesan singkat yang dikirimkan harian ini juga tak mendapatkan balasan.
Sementara, Humas RSUD Raden Mattaher, Salahuddin menolak memberikan komentar. Ia
beralasan tak punya wewenang untuk memberikan tanggapan. "Maaf, saya tak berwenang
untuk sampaikan komentar," ujarnya singkat.
B. PEMBAHASAN
Pada kasus BPK ditemukan puluhan masalah di RSUD Raden Mattaher, BPK
menyebutkan, setidaknya ada 19 catatan penting yang ditorehkan BPK untuk RSUD yang
dipimpin Ali Imron. Dari data yang diperoleh dari laporan BPK dapat dikelompokkan
menjadi 3 analisis yang berhubungan dengan audit kinerja.

Analisis :

1. Penilaian Audit Ekonomi dan Audit Efisien


Audit ekonomi dan efisiensi bertujuan untuk menentukan bahwa suatu
entitas telah memperoleh, melindungi, menggunakan sumber dayanya (karyawan,
gedung, ruang dan peralatan kantor) secara ekonomis dan efisien dan menentukan
penyebab terjadinya praktik-praktik yang tidak ekonomis atau tidak efisien,
termasuk ketidakmampuann organsasi dalam mengelola sistem informasi,
prosedur administrasi, dan struktur organisasi.
Untuk dapat mengetahui apakah organisasi telah menghasilkan output yang
optimal dengan sumber daya yang dimilikinya, auditor dapat membandingkan
output yang telah dicapai pada periode yang bersangkutan dengan standar yang
telah ditetapkan sebelumnya, kinerja tahun-tahun sebelumnya dan unit lain pada
organisasi yang sama atau pada organisasi yang berbeda.
Hasil dari analisis penilaian ekonomis dan efiiensi RSUD Raden Matteher yaitu :
 Direktur utama RSUD lalai, tidak menyusun sistim dan prosedur
pelayanan rawat inap yang komperhensif.
 Batasan tanggung jawab dan kewenangan antar unit kerja di RS tidak
jelas.
 Direktur utama RSUD tidak menempatkan dan menugaskan personel
sesuai dengan tupoksi yang telah ditetapkan.
 Direktur utama lalai tidak menyusun dan menetapkan hospital bylaws dan
medical staff bylaws.
 Direktur pelayanan RSUD tidak cermat mengevaluasi perencanaan
kebutuhan OBHP
Dari hasil analisis penilaian tersebut RSUD Raden Matteher dapat dikatakan
kurang ekonomis dan efisien.
Rekomendasinya adalah diharapkan agar dimasa datang manajemen RSUD
atau Dirut dapat menggunakan sumber dayanya secara ekonomis dan efisien dan
diharapkan dapat mengelola sistem informasi, prosedur administrasi dan tata
kelola unit kerja dengan baik. Dan diharapkan untuk membuat peraturan atau
hukum agar tidak ada yang lalai atau menyeleweng dari tugasnya.

2. Penilaian Audit Efektivitas


Efektivitas berkenaan dengan dampak suatu output bagi pengguna jasa.
Efektivitas adalah membandingkan antara output dan outcomenya. Untuk
mengukur efektivitas suatu kegiatan harus didasarkan pada kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya. Jika hal ini belum tersedia, auditor bekerja sama dengan
manajemen puncak dan badan pembuat keputusan untuk menghasilkan kriteria
tersebut dengan berpedoman pada tujuan pelaksanaan suatu program. Meskipun
efektivitas suatu program tidak dapat diukur secara langsung, ada beberapa
alternatif yang dapat digunakan untuk mengevaluasi pelaksanaan suatu program,
yaitu mengukur dampak atau pengaruh, evaluasi oleh konsumen dan evaluasi
yang menitikberatkan pada proses, bukan pada hasil. Tingkat komplain dan
tingkat permintaan dari pengguna jasa dapat dijadikan sebagai pengukuran standar
kinerja yang sederhana untuk berbagai jasa. Evaluasi terhadap pelaksanaan suatu
program hendaknya mempertimbangkan apakah program tersebut relevan atau
realistis, apakah ada pengaruh dari program tersebut, apakah program telah
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan apakah ada cara-cara yang lebih baik
dalam mencapai hasil.
Hasil dari analisis penilaian efektivitas RSUD Raden Matteher yaitu :
 Manajemen RSUD Raden Mattaher belum mendesain SPI atas pengelolaan
pelayanan sehingga tujuan penyusunan peraturan tatak kelola rumah sakit
tidak tercapai.
 Manajemen RSUD belum optimal dalam mengimplementasikan SPI,
sehingga batasan tanggung jawab dan kewenangan antar unit kerja di RS
tidak jelas.
 Manajemen RSUD juga belum memenuhi unsur perencanaan dalam
pengelolaan pelayanan rawat inap. Ini diakibatkan Dirut tidak menyusun
dan menetapkan SPO perencanaan dan identifikasi kebutuhan, khususnya
terkait pelayanan rawat inap.
 Belum memenuhi kriteria perncanaan yang baik dalam penyusun
perencanaan pemenuhan kebutuhan OBHP. Sehingga, pelayanan
kefarmasian dalam pengelolaan pembekalan farmasi yang bermutu, efektif
dan efisien kepada pasien tak tercapai.
Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa RSUD Raden Matteher
masih belum efektif dalam melaksanakan kinerjanya.
Rekomendasnya adalah sebaiknya RSUD meningkatkan efektivitas
pelayanan agar dapat meningkatkan outcome. Serta memperbaiki SPI agar
program dapat berjalan dengan efektif. Dan meningkatkan pencapaian hasil suatu
program yang direncanakan agar lebih efektif. Serta diharapkan manajemen telah
mempertimbangkan alternatif lain untuk melaksanakan program yang mungkin
dapat memberikan hasil yang lebih baik. Melakukan evaluasi terhadap evaluasi
terhadap program-program yang dilaksanakan dan memperbaikinya guna
perancangan program yang lebih baik.

Solusi :
Manajemen RSUD RM bisa membuat program yang memang benar-benar
berbasis kepada kinerja RSUD. RSUD Raden Matteher harus memperbaiki
kinerja manajemen RSUD dan memperbaiki SPI atas pengelolaan pelayanan
sehingga tujuan penyusunan peraturan tata kelola rumah sakit dapat tercapai. Dan
menyelenggarakan pelayanan yang bermutu prima dan memuaskan agar dapat
menarik kepercayaan para pasien untuk berobat di RS tersebut . RSUD juga harus
cermat dalam menyusun sistim dan prosedur pelayanan rawat inap yang
komperhensif.
RSUD juga harus meningkatkan program untuk menjadikan Rumah Sakit
ini mempunyai kualitas yang baik adalah dengan Program Peningkatan Mutu
Pelayanan antara lain dengan kegiatan Peningkatan Mutu Manajemen dan
Administrasi, Peningkatan Pendukung Pelayanan Kesehatan, Peningkatan
Tertib/Disiplin dan Kompetensi Pegawai, Peningkatan Kesejahteraan Pegawai.
Manajemen juga sebaiknya memberikan solusi bagaimana caranya menyiapkan
kualitas pelayanan yang terbaik dengan harga yang terjangkau. Serta
meningkatkan pengelolaan sumber dayanya agar pelayanan juga dapat maksimal.
Memberikan pelatihan-pelatihan terhadap karyawan sehingga dapat meningkatkan
kualitas karyawan sehingga lebih baik dalam memberikan pelayanan.
Dalam kegiatan operasional diberika reward bagi karyawan yang dinilai
memiliki kinerja baik dan hukuman bagi karyawan yang tidak menaati peraturan
perusahaan, sehingga dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan baik.
BAB IV
KESIMPULAN

Selama ini sektor publikatau pemerintah tidak luput dari tudingan sebagai sarang
korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara, padahal sektor
publik merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber dayanya
berasal dari masyarakat. Oleh karena itu, kepercayaan yang diberikan oleh masyarakat
kepada penyelenggara pemerintahan haruslah diimbangi dengan adanya pemerintahan
yang bersih.
Seiring dengan munculnya tuntutan dari masyarakat agar organisasi sektor publik
mempertahankan kualitas, profesionalisme dan akuntabilitas publik serta value for money
dalam menjalankan aktivitasnya, diperlukan audit terhadap organisasi sektor publik
tersebut. Audit yang dilakukan tidak hanya terbatas pada audit keuangan dan kepatuhan
tetapi juga audit kinerja. Karena audit kinerja memfokuskan pemeriksaan pada tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi yang menggambarkan kinerja entitas atau fungsi
yang diaudit.
Dari kasus yang telah dibahas kali ini, dapat disimpulkan bahwa RSUD Raden
Matteher belum melakukan kinerja secara ekonomis, efisien, dan efektif karena
manajemen RSUD Raden Mattaher belum mendesain SPI atas pengelolaan pelayanan
sehingga, tujuan penyusunan peraturan tatak kelola rumah sakit tidak tercapai, manajemen
RSUD belum optimal dalam mengimplementasikan SPI, sehingga batasan tanggung jawab
dan kewenangan antar unit kerja di RS tidak jelas, manajemen RSUD juga belum
memenuhi unsur perencanaan dalam pengelolaan pelayanan rawat inap dan belum
memenuhi kriteria perncanaan yang baik dalam penyusun perencanaan pemenuhan
kebutuhan OBHP sehingga, pelayanan kefarmasian dalam pengelolaan pembekalan
farmasi yang bermutu, efektif dab efisien kepada pasien tak tercapai.
Manajemen RSUD RM bisa membuat program yang memang benar-benar berbasis
kepada kinerja RSUD. RSUD Raden Matteher harus memperbaiki kinerja manajemen
RSUD dan memperbaiki SPI atas pengelolaan pelayanan sehingga tujuan penyusunan
peraturan tata kelola rumah sakit dapat tercapai. Dan menyelenggarakan pelayanan yang
bermutu prima dan memuaskan agar dapat menarik kepercayaan para pasien untuk berobat
di RS tersebut .
DAFTAR PUSTAKA

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik, Yogyakarta : CV Andi Offset

http://www.metrojambi.com/v1/metro/27878-bpk-temukan-puluhan-masalah-di-rsud-raden-
mattaher.htmldiakses pada tanggal 10 Juni 2016 pukul 16.00 WIB

http://www.bpk.go.id/diakses pada tanggal 10 Juni pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai