Hernia inguinalis indirek, hernia ini terjadi melalui cincin inguinal dan
melewati korda spermatikus melalui kanalis inguinalis. Ini umumya terjadi
pada pria dari pada wanita. Insidennya tinggi pada bayi dan anak kecil. Hernia
ini dapat menjadi sangat besar dan sering turun ke skrotum.
Hernia inguinalis direk, hernia ini melewati dinding abdomen di area
kelemahan otot, tidak melalui kanal seperti pada hernia inguinalis dan
femoralis indirek. Ini lebih umum pada lansia. Hernia inguinalis direk secara
bertahap terjadi pada area yang lemah ini karena defisiensi kongenita.
Hernia femoralis, hernia femoralis terjadi melalui cincin femoral dan
lebih umum pada wanita dari pada pria. Ini mulai sebagai penyumbat lemak di
kanalis femoralis yang membesar dan secara bertahap menarik peritonium dan
hampir tidak dapat dihindari kandung kemih masuk ke dalam kantung. Ada
insiden yang tinggi dari inkar serata dan strangulasi dengan tipe hernia ini.
Hernia embilikalis, hernia imbilikalis pada orang dewasa lebih umum
pada wanita dan karena peningkatan tekanan abdominal. Ini biasanya terjadi
pada klien gemuk dan wanita multipara.
Hernia umbilicalis terjadi karena kegagalan orifisium umbilikal untuk
menutup Bila tekanan dari cincin hernia (cincin dari jaringan otot yang dilalui
oleh protusi usus) memotong suplai darah ke segmen hernia dari usus, usus
menjadi terstrangulasi. Situasi ini adalah kedaruratan bedah karena kecuali
usus terlepas, usus ini cepat menjadi gangren karena kekurangan suplai darah.
Pembedahan sering dilakukan terhadap hernia yang besar atau terdapat
resiko tinggi untuk terjadi inkarserasi. Suatu tindakan herniorrhaphy terdiri
atas tindakan menjepit defek di dalam fascia. Akibat dan keadaan post
operatif seperti peradangan, edema dan perdarahan, sering terjadi
pembengkakan skrotum. Setelah perbaikan hernia inguinal indirek.
Komplikasi ini sangat menimbulkan rasa nyeri dan pergerakan apapun akan
membuat pasien tidak nyaman, kompres es akan membantu mengurangi nyeri.
117
KASUS 6
Identitas Pasien
a. Nama : Tn. Ks
b. Umur : 24 Tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan :-
e. Sex : Laki-Laki
f. Ruangan : Bedah/Kakak Tua
g. Alamat : Cot Semerang
h. RM : 34-98-78
i. Tgl Masuk RS : 16-02-2017
j. Tgl keluar RS : 19-02-2017
Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar Benjolan diselangkangan kiri,
hal ini sudah berlangsung sejak lama. Pasien pernah di operasi sebelumnya pada
tahun 2008. Nyeri (+). Saat ini menjalani perawatan di RS dengan diagnosa Hernia
Inguinalis dan sudah melakukan operasi.
A. ASSESMENT NUTRITION
1. Asupan Makanan Pola makan tidak teratur , kadang-kadang 2x/hari atau
3x/hari
Tidak terlalu suka sayur.
Mengkonsumsi semua jenis lauk hewani dan lauk
nabati
Menyukai semua jenis buah-buahan
Pasien sangat suka mengkonsumsi kopi 2x/hari
Pasien perokok aktif
Pengolahan makanan secara digoreng, asam pedas dan
direbus.
Selama di RS pasien belum mematuhi diet yang
diberikan dari rumah sakit,
Pasien masih mengkonsumsi makanan luar
Makanan Alergi :
Tidak ada jenis makanan yang bersifat alergi bagi
pasien.
118
2. Biokimia
Tgl Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Normal Ket
16-02-2017 Hb 14,9 gt% 12-17 gt% Normal
PCT/HT 47,9 gt% 35-50 gt% Normal
Eritrosit 5,25 × u/l 4-6 × u/l Normal
Leukosit 4,3 × u/l 5-10 × u/l Rendah
Trombosit 238 × u/l 150-450 × u/l Normal
MCV 91,2 fl 80-96 fl Normal
MCH 28,4 pg 33-36 pg Normal
MCHC 33,1 g/dl 33-36 g/dl Normal
3. Antropometri
a. TB : 165 cm (AD.1.1.1)
b. BB : 55 kg (AD.1.1.2)
c. BBI : 58,9 kg
d. IMT : 20,22 kg/𝑚2 (Normal) (AD.1.1.5)
Klinis
Tanggal Nadi RR Suhu Tubuh TD
16-feb-17 - - 37 120/80 mmHg
17-feb-17 - - - -
18-feb-17 - - - -
6. Skrining
Nyeri
7. Standar Komperatif
Kebutuhan energi dan zat gizi sesuai kebutuhan
Zat Gizi Kebutuhan Asupan % Kecukupan Kategori
Energi 2646 Kkal 1100,4 Kkal 41,58 % Defisit
Protein 99,2 gr 34,0 gr 34,27 % Deficit
Lemak 58,8 gr 45,0 gr 76,53 % Kurang
KH 429,97 gr 135,5 gr 31,51 % Defisit
Serat 32 gr 8,6 gr 26,87 % Deficit
Kategori :
Lebih : > 105 %
Cukup : 90-105 %
Kurang : < 90 %
Defisit : < 70 %
Antropometri
Data
Hasil Normal Keterangan
Antropometri
BB (kg) 65 58,5 kg
IMT (kg/m2) 20,22 18,5-25,0 Berat badan normal
kg/𝑚2
121
Biokimia
Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Normal Ket
Leukosit 4,3 × u/l 5-10 × u/l Rendah
B. NUTRITIONAL DIAGNOSIS
1. Domain Asupan
Problem Etiologi Syhintom
Asupan Oral tidak Penurunan kemampuan Asupan E : 1100,4 Kkal
adekuat (NI 2.1) untuk mengkonsumsi energy P : 34,0 gram
dan zat gizi yang cukup. L : 45,0 gram
KH : 135,5 gram
2. Domain Klinis
Problem Etiologi Syhintom
- - -
3. Domain Prilaku
Problem Etiologi Syhintom
Kurang pengetahuan Pemahaman yang Pasien sangat suka
terkait makanan dan zat kurang tentang asupan mengkonsumsi kopi
gizi (NB.1.1) makanan yang baik dan dan pasien perokok
sehat aktif
C. INTERVENSI GIZI
Penatalaksanaan Diet
Berdasarkan diagnosa penyakit pasien, yaitu Hernia Inguinalis, diet
yang diberikan berupa diet TKTP. Diberikan bentuk makanan Biasa karena
kemampuan pasien yang sudah membaik, dan makanan diberikan melalui
oral.
a. Jenis Diet : TKTP
b. Bentuk Makanan : Biasa
c. Metode Pemberian : Oral
d. Frekuensi : 3x makanan utama, 2x makan selingan.
𝐵𝐵 (𝑘𝑔) 55 55
Status Gizi : 𝑇𝐵2 (𝑚)
=1,652 = 2,72 = 20,22 kg/𝑚2
Kebutuhan Energi
BMR :
10 (BBI) + 6,25 (TB) – 5 (usia) + 5
10 (58,5) + 6,25 (165) – 5 (24) + 5
585+ 1031,25 – 120 + 5
1501,25
30
FS = 100 × 1501,25 = 450,37
20
Akt = 100 × 1951,62 = 390,32
13
SDA = 100 × 2341,94 = 304,45
1. Tujuan Diet
Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit
serta daya terima pasien.
Meningkatkan asupan makanan sesuai dengan kebutuhan
Memperbaiki pola makan dan kebiasaan makan yang salah
Mengupayakan perubahan sikap dan prilaku sehat terhadap makanan oleh
pasien dan keluarganya.
2. Prinsip Diet :
Energi Cukup
Karbohidrat cukup
Protein cukup
Lemak cukup
123
3. Syarat Diet
Energi 2646 Kkal
Protein 99,22 gram
Lemak 58,8 gram
Karbohidrat 429,97 gram.
Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara
kekuatan otot saluran cerna
Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.
Asupan serat tinggi, yaitu 30-35 g/hari dengan mengutamakan serat tidak
larut air yang terdapat di beras tumbuk, beras merah, roti, sayur dan buah.
Edukasi
1. Konseling Gizi
Memberikan/menginformasikan pengetahuan dan pemahaman tentang
penyakit Hernia
Memberikan contoh bahan makanan dan menu gizi seimbang yang
dianjurkan dan yang tidak dianjurkan
Menyarankan kepada pasien agar dapat mengkonsumsi makanan sesuai
dengan kebutuhan pasien.
2. Evaluasi
Asupan Makanan
- Hari pertama asupan zat gizi pasien masih kurang dari kebutuhan hal ini di
sebabkan karena pasien dalam keadaan puasa karna akan melakukan operasi.
E : 247,5 Kkal, KH : 41,4 gram, L : 2,7 gram, P : 12,6 gram
- Hari kedua asupan zat gizi pasien masih kurang dari kebutuhan hal ini di
sebabkan karena pasien masih dalam keadaam lemah karna baru melakukan
operasi, tetapi ada peningkatan dari hari sebelumnya.
E : 995,7 Kkal, KH : 133,8 gram, L : 33,0 gram, P : 36,4 gram
- Hari ketiga asupan zat gizi pasien sudah mulai membaik dan terjadi
peningkatan dari hari-hari sebelumnya. Tetapi asupan makan pasien masih
kurang dari kebutuhan yaitu :
E : 1489,5 Kkal, KH : 225,9 gram, L : 37,6 gram, P : 57,3 gram
- Dapat disimpulkan ada peningkatan asupan makananan dari hari sebelumnya
sehingga kondisi fisik semakin membaik, dan pasien sudah diizinkan untuk
pulang.
Biokimia
Dari data biokimia dapat diketahui, hanya hasil lab leukosit yang rendah yaitu
4,3 x/ul.
Fisik
Keadaan fisik pasien hari pertama dan kedua sedang, di hari ke tiga keadaan
pasien berangsur membaik dari hari pertama dan kedua.
125
No Status : 34-98-78
Nama Sampel : Tn. Ks
Umur : 24 tahun
Alamat : Cot Semerang
Hari Pertama (1)
No Status : 34-98-78
Nama Sampel : Tn. Ks
Umur : 24 tahun
Alamat : Cot Semerang
Hari Kedua (2)
No Status : 34-98-78
Nama Sampel : Tn. Ks
Umur : 24 tahun
Alamat : Cot Semerang
Hari Ketiga (3)
No Status : 34-98-78
Nama Sampel : Tn. Ks
Umur : 24 tahun
Alamat : Cot Semerang
No Status : 34-98-78
Nama Sampel : Tn. Ks
Umur : 24 tahun
Alamat : Cot Semerang
DAFTAR PUSTAKA
https://makalahkeperawatan.wordpress.com/2012/10/23/makalah-hernia/
Brunner & Sudarth, 2002. “Keperawatan medikal bedah” edisi 8,volume 2, Jakarta :
EGC