Anda di halaman 1dari 11

GERHANA BULAN GERHANA MATAHARI DAN

PASANG SURUT AIR LAUT

OLEH:

KELOMPOK 6

1. RICKY CHAN SIMAMORA


2. SARI PAGANDA SINAMBELA
3. WISNU ABDURAZAK
FISIKA EKSTENSI 2015

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

T.P. 2017/2018
Gerhana Bulan

Syarat terjadinya gerhana bulan :

1. Harus dalam posisi bulan Purnama atau penuh


2. Bulan harus berada pada salah satu sumpulnya.

Pada umumnya terjadi dua gerhana bulan pada setiap tahun. Akan tetapi jika terjadi suatu
gerhana bulan pada salah satu tahu pertama dalam setahun, terjadi gerhana ketiga pada
Desember.

a. Bidang Lintas bulan


Ini merupakan faktor terjadinya gerhana tersebut, lintasan bulan keliling bumi
membentuk bidang dengan ekllipstika. Eklipstika merupakan lintasan bumi mengelilingi
matahari.
Bulan mengelilingi bumi dengan lintasannya yang berbentuk elips dan bumi terletak
pada salah satu titik api elips itu sehingga pada bulan pun sudah ada bagian terjauh dan
terdekat kebumi. Bagian terjauh dinamakan opogea dan yang terdekat prigea
Lintasan bumi dan eklipstika membentuk sudut sebesar 50 garis sekuru antara kedua
bidang tersebut disebut simpul.
b. Gerhana bulan parsial
Gerhana ini hanya terjadi jika bulan dan matahari hanya sebagian tertutup, artinya bulan
hanya melalui bayangan inti
Telah kita ketahui bahwa bulan merupakan benda langit yang gelap. Bulan tampak
karena cahaya dari matahari dipantulkan bulan dan pantulannya itu mengenai mata kita.
Matahari sebagai sumber cahaya yang mempunyai lingkaran lebih besar dari bumi
maupun bulan. Oleh karena itu bayangan bumi dan bulan akan terbentuk kerucut.
Kerucut bayangan bumi lebih panjang dari paa kerucut bayangab bulan. Krucut
bayangan yang gelap biasa di sebut umbra. Dan bagian yang tidak terlalu gelap disebut
penumbra.
c. Gerhana bulan penumbra
Ini merupakan gerhana dimana bulan memasuki bagian yang tidak terlalu gelap yang
dimiliki oleh bumi relatif terhadap matahari. Pada saat ini bulan dalam posisi purnama,
dan fase ini merupakan fase awal dari gerhana bulan parsial.
d. Gerhana bulan total
Gerhana sempurna terjadi bila bulan masuk seluruhnya ke bagian inti bumi yang
gelap atau dibagian umbra. Setiap gerhana bulan yang sempurna pasti diawali dan
diakhiri dengan gerhana bulan penumbra.
Jika pada suatu malam ketika bulan purnama terjadi gerhana total atau gerhana penuh
keadaan yang dapat dinikmati berturut-turut ialah
Gerhana penumbra Gerhana bulan Sebagian Gerhana bulan totalGerhana bulan
SebagianGerhana bulan penumbra
Gerhana bulan akan terjadi jika pada bulan purnama, bulan berada pada dalam jarak yang
dekat dari simpul. Pada gergana bulan bagian bulan yang tertutup dahulu ialah bagian
kirinya dan berakhir pada bagian sebelah kanan dengan katalain berjalan dari timur ke
barat.
Dalam satu bulan hanya satu kali adanya kemungkinan gerhana bulan. Pada gerhana total
seluruh peristiwa berlangsung paling lama 220 menit, yaitu 2x 60 menit untuk 2 kali
gerhana parsial dan dan 100 menut untuk gerhana total.

GERHANA MATAHARI (SOLAR ECLIPSE)

Gerhana matahari terjadi pada waktu bulan berkonjungsi tepat pada atau sekurang-
kurangnya dekat simpul dan kejadiannya siang hari.

Bagian bumi yang dijatuhi umbra bulan yang secara langsung tidak dapat mendapat
cahaya matahari dikatakan orang daerah tersebut sedang mengalami gerhana matahari total.
Bagian inti meliputi daerah berbentuk lingkaran dengan diameter paling besar 270 km.
Orang-orang di daerah itu melihat matahari tertutup seluruhnya oleh bulan. Yang tampak
hanya kolona dan prominences di bagian luar bulan yang waktu itu sedang gelap dan
menutupi fotosfer. Pada saat seperti itu kita dapat memandang ke arah matahari tanpa filter.
Akan tetapi, kita memandang dalam waktu sebentar saja, jangan sampai ketika fotosfer ke
luar dari batik bulan, kita masih memandang ke arah matahari, karena dapat menyebabkan
kebatasan. Gerhana total yang paling lama terjadi tahun 1955 selama 7.2 menit. Gerhana ini
melalui daerah Srilangka, Thailand dan Filipina. Ketika gerhana yang melalui wilayah
Indonesia pada tanggal 11 Juni 1983 gerhana totalnya hanya 5 menit 11 detik.

Daerah yang agak luas di sekelilingi daerah gerhana total itu hanya dijatuhi penumbra
bulan. Daerah ini hanya mengalami gerhana matahari partikal. Orang –orang di daerah ini
melihat sebagian matahari terhalang bulan.
Selain kedua macam gerhana matahari yang tersebut diatas, terdapat macam lain,
yaitu gerlian cincin. Seperti telah dibicarakan pada bagian terdahulu, lintasan bumi maupun
lintasan bulan berbentuk ellips. Oleh karena itu, ada kemungkinan pada saat tterjadi gerhana,
letak bumi dan bulan sedemikian rupa, sehingga kerucut bayang-bayang inti bulan tidak
mengenai bumi, kerucut bayang-bayang inti bulan lebih pendek daripada jarak bumi-bulan.

Orang di permukaan bumi tepat di bawah kerucut umbra bulan, melihat matahari
terhalang oleh bulan yang ukurannya lebih kecil tepat di tengah-tengah matahari, sehingga
matahari tampak berbentuk cincin. Itulah sebabnya gerhana seperti itu dinamakan gerhana
cincin.

Jika pada waktu bulan baru, bulan berada di titik simpul atau di dekatnya, cahaya
matahari yang akan datang di muka bumi akan terhalang olehnya. Tenpat – tempat di bumi
yang menerima bayang – bayang (kerucut bayangan) bulan akan mengalami gerhana
matahari (solar eclipse).

Menurut perhiitungan, panjang bayangan inti bulan mencapai 60 kali jari-jari bumi. Jarak
ini sama panjangnya dengan jarak antara bulan dan bumi. Karena lintasan – lintasan bumi
dan bulan itu masing – masing merupakan elips, jarak antara bulan dan bumi tidak tetap.
Karena berubahnya jarak itu (begitu juga panjang kerucut bayangan), ada kemungkinan suatu
tempat di bumi berada :

1. Di dalam bayangan inti bulan (umbra) yang tba di Bumi (keadaan A1B1).\
2. Di dalam perpanjangn bayangan inti (A3B3)
3. Di dalam bayangan tambahan (penumbra)
Pada keadaan 1, tempat itu mengalami gerhana matahari sempurna (total solar eclipse).
Pada keadaan 2, tempat itu mengalami gerhana yang berbentuk cincin.
Pada keadaan 3, tempat itu mengalami gerhana sebagian (gerhana parsial = partial solar
eclipse).

Suatu gerhana matahari dapat terjadi hanya (1) ketika bulan berada pada fase bulan baru dan
(2) ketika bulan berada di dekat salah satu simpul orbitnya. Terdapat tiga jenis gerhana
matahari, yaitu gerhana matahari sempurna (total solar eclipse), cincin, dan gerhana matahari
sebagian.
1. Gerhana Matahari Total
Jarak terpendek dari bumi ke bulan (per-goun) ada 363.310 km. Apabila
kebetulan bayangan bulan (umbra) jatuh di Bumi dan menimbulkan lingkaran hitam
di permukaan bumi, tempat-tempat yang berada di lingkaran hitam itu mengalami
gerhana total. Lingkaran total ini berpindah-pindah karena bumi berotasi serta bulan
dan bumi berevolusi.
Bagian permukaan bumi yang dijatuhi umbra bulan yang secara langsung
tidak mendapat cahaya matahari. Dikatakan bahwa daerah tersebut sedang mengalami
gerhana matahari total. Bagian ini meliputi daerah berbentuk lingkaran dengan
diameter paling besar 270km. Orang-orang di daerah itu melihat matahari tertutup
seluruhnya oleh bulan. Yang tampak hanya korona dan prominences di bagian bulan
yang waktu itu sedang gelap dan menutup fotosfer. Pada saat seperti itu, kita dapat
memandang ke arah matahari tanpa filter. Akan tetapi, kita memandang dalam waktu
sebentar saja, jangan sampai ketika fotosfer ke luar dari balik bulan, kita masih
memandang kea rah matahari, karena dapat menyebabkan kebutaan. Gerhana
matahari total yang paling lama terjadi tahun 1955 selama 7.,2 menit. Gerhana ini
melalui daerah Sri Lanka, Thailand, dan Filipina. Ketika gerhana matahari melalui
wilayah Indonesia pada 11 Juni 1983, gerhana totalnya hanya 5 menit 11 detik.
2. Gerhana Matahari Sebagian
Di sekitar daerah totalitas terletak tenpat-tempat yang hanya disinggung oleh
bayangan tambahan bulan. Tempat-tempat ini mengalami gerhana matahari parsial.
Daerah berbentuk lingkaran di sekeliling daerah gerhana cincin juga
mengalami gerhana parsial. Daerah gerhana parsial bergaris tengah sekitar 10.000 km.
Daerah gerhana matahri partial di sekitar gerhana matahari cincin ternyata lebih luas
daripada daerah sekitar gerhana matahari total.
3. Gerhana Matahaari Cincin
Jarak terbesar bulan ke bumi (appegoun) ialah 405.530 km. Dalam kedudukan
ini, kerucut bayangan bulan tidak cukup panjang untuk mencapai bumi. Yang jatuh di
bumi ialah perpaanjangan bayangan itu. Daerah-daerah yang berada di perpanjangan
bayangan ini mengalami gerhana matahari cincin (annular eclips).
Menurut perhitungan, selama 31 hingga 38 hari terdapat kemungkinan
terjadinya gerhaana matahari. Karena waktu itu lebih lama daripada waktu peredaran
sinodis, selama itu harus ada bulan baru satu kali. Mungkin juga dua kali. Dengan
begitu, harus terjadi gerhana matahari sedikit-dikitnya sekali atau dua kali dalam ½
tahun dengan selisih satu bulan. Dengan demikian, ada kemungkinan sampai 4 kali
terjadi gerhana matahari setiap tahun. Bahkan, bila diperhitungkan pula pergerakan
garis hubung simpul-simpulnya (garis simpul), mungkin dapat terjadi gerhana sampai
lima kali dalam setahun.
Daerah yang agak luas di sekeliling daerah gerhana total itu hanya dijatuhi
penumbra bulan. Daaerah ini hanya mengalami gerhana matahari parsial. Orang-
orang di daerah ini melihat sebagian matahari terhalang bulan.
Selain kedua macam gerhana matahari yang tersebut di atas, terdapat macam
lain yaitu gerhana cincin. Seperti telah dibicarakan pada bagian terdahulu, lintasan
bumi maupun lintasan bulan berbentuk elips. Oleh karena itu, ada kemungkinan saat
terjadi gerhana, letak bumi dan bulan sedemikan rupa sehingga kerucut bayang-
bayang inti bulan tidak mengenal bumi, kerucut bayang-bayang inti bulan lebih
pendek daripada jarak Bumi-bulan.
Orang di permukaan bumi, tepat di bawah kerucut umbra bulan, melihat
matahari terhalang oleh bulan yang ukurannya lebih kecil tepat di tengah-tengah
matahari sehingga matahari tampak berbentuk cincin. Itulah sebabnya gerhana seperti
itu dinamakan gerhana cincin.
Suatu gerhana matahari di suatu tempat dapat dialami paling lama 2 jam (dari
awal sampai akhir). Akan tetapi, bila dihitung dari tempat gerhana matahari itu mulai
sampai ke tempat akhir waktunya, dapat mencapai 6 jam.
Gerhana matahari di seluruh permukaan bumi lebih sering daripada gerhana
bulan dalam satu periode. Akan tetapi, gerhana yang lebih panjang dapat dilihat oleh
penduduk ½ bumi yang saat itu sedang mengalami malam, sedangkan gerhana
matahari hanya dialami oleh orang yang daerahnyaa dilalui bayang-bayang bulan.
Bagian ini hanya sebagian kecil saja dari daerah yang sedang siang pada saat itu.

PERBEDAAN ANTARA GERHANA MATAHARI DAN GERHANA BULAN


Perbedaan antara gerhana matahari dan gerhana bulan yaitu sebagai berikut.
a. Gerhana matahari kemungkinan terjadinya pada saat bulan baru, sedangkan gerhana
bulan waktu bulan purnama.
b. Waktu terjadi gerhana matahari, matahari masih tetap bersinar seperti biasa, tetapi
sebagian sinarnya terhalang oleh bulan sebelum sampai di bumi.
Waktu terjadi gerhana bulan, bulan (atau sebagai dari bulan) tidak bersinar sama
sekali karena tidak menerima dan tidak memantulkan sinar matahari.
c. Gerhana matahari hanya dialami (dilihat) oleh sebagian dari bumi pada siang hari.
Gerhana bulan dialami (dilihat) oleh seluruh bagian bumi yang sedang mengalami
malam.
d. Gerhana matahari untuk suatu tempat paling lama berlangsung dalam 2 jam dan untuk
seluruh bagian yang dapat mengalami gerhana itu paling lama 6 jam.
Gerhana bulan berlangsung tidak lebih dari 4 jam.
e. Kemungkinan terjadinya gerhana matahari lebih besar daripada terjadinya gerhana
bulan.
f. Jumlah banyaknya terjadi gerhana matahari lebih besar daripada jumlah banyaknya
gerhana bulan pada suatu periode di seluruh bumi, tetapi untuk suatu tempat tertentu,
jumlah gerhana matahari lebih kecil daripada jumlah gerhana bulan.
Gerhana matahari dapat terjadi :
1) Berbangun tak sempurna (kemudian selesai);
2) Mula-mula tak sempurna, kemudian sempurna, lalu tak sempurna, selesai.
3) Mula-mula tak sempurna, kemudian berbentuk gelang, lalu tak sempurna lagi, selesai.
Gerhana bulan mungkin :
1) Berbangun tak sempurna (kemudian selesai)
2) Mula-mula tak sempurna, sempurna, dan kemudian tak sempurna, selesai.

PASANG SURUT AIR LAUT


A. Pengertian Pasang Surut Air Laut
Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan
air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik
menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh
benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih
kecil. Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara
bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah
gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang
rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu
antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya.
Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.
Pasang surut air laut di bedakan menjadi dua yaitu:
1. Pasang Laut Purnama (spring tide)
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi
dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan
baru dan bulan purnama.
2. Pasang Laut Perbani (neap tide)
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang
surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan
tigaperempat
B. Teori dan Faktor Penyebab Pasang Surut
1. Teori kesetimbangan( Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh Sir Isaac Newton (1642-1727).
Teori ini menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal
yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia)
diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Untuk memahami gaya
pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi-
bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi matahari.
Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan
densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit
pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya tarik bulan dan
gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik,
bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua
lokasi dan air rendah pada dua lokasi (Gross, 1987).
2. Teori Pasut Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen
masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-
gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan
konstitue-konstituennya. Gelombang pasut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP,
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori
ini pertama kali dikembangkan oleh Laplace (1796-1825). Teori ini melengkapi teori
kesetimbangan sehingga sifat-sifat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut
teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang
periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya gelombang,
maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.

Menurut Defant(1958), faktor-faktor tersebut adalah :


a) Kedalaman perairan dan luas perairan
b) Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
c) Gesekan dasar
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori
kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari,
revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah
kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar.
Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu
perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga
berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961).
C. Tipe-Tipe Pasang Surut
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi
air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap
lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut.

Menurut Romimohtarto dan Juwana (2007), dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang
surut di Indonesia dapat di bagi menjadi empat yaitu :

1) Pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali surut dalam 24
jam), Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. misalnya di perairan selat
Malaka
2) Pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam 24 jam),
Periode pasangsurut adalah 24 jam 50 menit, misalnya di sekitar selat Karimata;
3) Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal)
merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi
terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan
waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
4) Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal)
merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi
terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu
yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur
DAFTAR PUSTAKA
Derlina dan Eva Ginting, 2011, Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa, Medan : Unimed
Press
Endarto, Danang, 2014, KOSMOGRAFI, Yogyakarta: Penerbit Ombak
www.artikelsiana.com diakses pada 13 oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai