Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TENTANG RABIES
I. LATAR BELAKANG
Seperti yang kita ketahui bersama masyarakat Bali memiliki suatu
kebiasaan memelihara anjing ataupun kucing, yang sebenarnya memiliki suatu
resiko yang cukup fatal bagi kehidupan terutama dalam bidang kesehatan yakni
berkaitan dengan penularan penyakit Rabies.
Berdasarkan data terbaru dari Dinas Kesehatan Bali, kasus Rabies di bali
memang telah mengalami penurunan. Berdasarkan data yang ada, sepanjang 2011,
di mana jumlah korban meninggal sebanyak 26 orang, turun drastis sejak tahun
2010 sebanyak 83 orang. Angka itu setidaknya sudah kembali seperti saat dua
tahun pertama Rabies menyerang Bali, di mana korban meninggal pada 2009
sebanyak 22 orang dan tahun 2008 hanya 4 orang. Begitu juga angka gigitan
anjing, telah menurun pada 2011 sebanyak 50.628 kasus dibandingkan tahun 2010
mencapai 67.021 kasus. Sementara tahun 2009, tercatat 21.806 kasus gigitan.
Sutedja mengakui masih banyak korban gigitan anjing yang belum memperoleh
vaksin.
Pada 2011 dari 50.628 warga yang digigit anjing, hanya 47.827 yang
mendapat VAR. Sementara tahun 2010, tercatat 9.586 dari 67.021 warga digigit
anjing tidak memperoleh vaksin dan pada 2009 ada 3.181 warga yang tidak
mendapat vaksin dari 21.806 orang yang digigit anjing.
Hasil pemantauan petugas lapangan, menunjukkan saat ini tinggal empat
desa yang masih masuk dalam kategori desa penularan Rabies di Bali, terdiri atas
2 desa di Jembrana, 1 desa di Bangli,dan 1 desa lagi di Kabupaten Klungkung.
Padahal hingga akhir November 2011, kasus Rabies masih menyebar di 239 desa
dari 722 desa yang ada di Bali.
Meskipun angka KLB Rabies sudah mengalami penurunan, namun kita
sebagai masyarakat harus tetap waspada untuk mencegah maupun penanganan
kasus Rabies. Maka perlu diadakannya penyuluhan kesehatan tentang Rabies di
Banjar Dinas Tebola Desa Sidemen Kabupaten Karangasem, Bali, agar nantinya
masyarakat lebih sigap jika terjadi kasus Rabies ini.

II. TUJUAN
A. TUJUAN INTRUKSIONAL UMUM (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, sasaran dapat memahami
dan mampu melaksanakan penanggulangan Rabies.
B. TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, sasaran mampu :
1. Menjelaskan pengertian Rabies dengan tepat.
2. Menguraikan penyebab penularan dan hewan-hewan yang berpotensi
menularkan Rabies.
3. Menguraikan ciri seekor hewan yang terinfeksi virus Rabies serta tanda dan
gejala seseorang yang dicurigai terinfeksi virus Rabies dengan tepat.
4. Menjelaskan cara pencegahan penularan Rabies dengan tepat.
5. Demonstrasi cara penanganan pertama jika tergigit hewan yang dicurigai
terinfeksi Rabies dengan benar.

III. MATERI
Adapun materi yang akan disajikan meliputi :
1. Pengertian Rabies
2. Penyebab dan hewan perantara Rabies
3. Ciri hewan yang terinfeksi Rabies serta tanda gejala seseorang yang dicurigai
terinfeksi Rabies
4. Pencegahan penularan penyakit Rabies
5. Penanganan dan mendemonstrasikan cara menangani gigitan anjing Rabies

IV. METODE
Adapun metode yang digunakan dalam Penyuluhan tentang Pencegahan
dan Penanganan Rabies ini antar lain :
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi

V. ALAT, MEDIA, dan SUMBER


A. Alat dan Media
1. Meja
2. Kursi
3. LCD
4. Layar
5. Microphone
6. Laptop
7. Sound system

B. Media
1. Slide
2. Leaflet
3. Print out
4. Lembar balik

C. Sumber
Anonim. (2012). Bali, Nias dan Maluku Tenggara Barat terjadi KLB
Rabies (online) (www.depkes.go.id diakses tanggal 11 September
2013 Pukul 13.45 Wita)
Anonim. (2011). Mengenal Penyakit Rabies dan Metode Pencegahannya (online)
(www.berbagaihal.com diakses tanggal 11 September 2013 Pukul 13.55
Wita)
Anonim. (2012). Kasus Rabies di Bali mulai menurun (online)
(www.indosurflife.comdiakses tanggal September 2013 Pukul 14.02
Wita)
Anonim. (2011). Apa Ciri-Ciri Hewan yang Terkena Rabies (online)
(www.lampung.tribunnews.com diakses tanggal 11 September 2013
Pukul 14.22 Wita)

VI. SASARAN
Adapun sasaran dalam penyuluhan ini ialah warga Banjar Dinas Tebola Desa
Sidemen Kecamatan Sidemen Kabupaten Karangasem, Bali

VII. WAKTU
Hari / Tanggal : Senin, 26 Maret 2018
Pukul : 08.00 WITA s/d selesai
Durasi : 30 menit

VIII. TEMPAT
Penyuluhan dilaksanakan di Puskesmas.

Setting Tempat

Slide Penyuluh

Audien Audien

Audien Audien Audien


IX. RENCANA EVALUASI
A. Struktur
1. Persiapan media dan alat
Media dan alat yang digunakan dalam penyuluhan kesehatan semua lengkap atau
dalam kondidi baik dan bisa digunakan saat ceramah dan tanya jawab.
 Media :
1. Meja
2. Kursi
3. LCD
4. Layar
5. Microphone
6. Laptop
7. Sound system
 Media
1. Slide
2. Leaflet
3. Print out
4. Lembar balik

2. Persiapan Materi
Materi yang disiapkan dalam bentuk makalah, dan ditulis dalam bentuk slide dan
leaflet untuk mempermudah dalam penyampaiannya.
3. Undangan / peserta penyuluhan
Para warga di Banjar Dinas Tebola Desa Sidemen Kecamatan Sidemen
Kabupaten Karangasem, Bali.

B. Proses Penyuluhan
1. Kehadiran minimal 80% mengingat pentingnya pemahaman terhadap Rabies
dikalangan masyarakat
2. Minimal 60% peserta aktif mendengarkan materi yang disampaikan
3. Didalam proses penyuluhan diharapkan terjadi interaksi antara penyuluh dan
peserta
4. Peserta yang hadir diharapkan tidak ada yang meninggalkan tempat
penyuluhan
5. Minimal 20% peserta mengajukan pertanyaan mengenai materi yang diberikan

C. Hasil Penyuluhan
1. Jangka Pendek
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, peserta :
a. Minimal 60% dapat menjelaskan pengertian Rabies dengan benar
b. Minimal 50% dapat menyebutkan penyebab dan hewan-hewan
yang berpotensi menularkan Rabies dengan benar
c. Minimal 50% dapat menjelaskan ciri seekor hewan yang terinfeksi
virus Rabies serta tanda dan gejala seseorang yang dicurigai
terinfeksi virus Rabies dengan tepat
d. Minimal 50% dapat menjelaskan cara pencegahan penularan
Rabies dengan tepat
e. Minimal 50% dapat mendemonstrasikan cara penanganan pertama
jika tergigit hewan yang dicurigai terinfeksi Rabies dengan benar.
2. Jangka Panjang
Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai Rabies dan cara
penananganan jika terkena gigitan hewan yang terinfeksi virus Rabies sehingga
meningkatkan taraf hidup masyarakat menjadi lebih tanggap dan siaga terhadap
bahaya Rabies.
Lampiran 1

MATERI SATUAN ACARA PENYULUHAN RABIES

A. PENGERTIAN RABIES
Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan
peradangan otak dan medulla spinalis. Penyakit Rabies atau dikenal juga dengan
penyakit anjing gila merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit hewan
yang dapat menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang akut dari
susunan syarat pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas serta manusia
yang disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit Rabies menular pada manusia
melalui gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui luka karena air liur
hewan penderita Rabies. Hewan utama sebagai penyebar/penular Rabies adalah
anjing, oleh karenanya perhatian utama dalam upaya pemberantasan penyakit
Rabies adalah terhadap hewan tersebut. Penyakit Rabies disebabkan oleh virus
lyssa dari family rhabdo-viride.
Penyakit Rabies bisa menular dari hewan ke hewan dan dari hewan ke
manusia melalui:
a. Luka gigitan hewan penderita Rabies
b. Luka yang terkena air liur penderita Rabies

B. PENYEBAB PENYAKIT RABIES


Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk ke keluarga
Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Karakteristik utama virus
keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak
bersegmen.Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai
perantara penularan. Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah
terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari sampai lebih dari 1
tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang yang digigit pada kepala
atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila gigitan terdapat di banyak
tempat.
Pada 20% penderita, Rabies dimulai dengan kelumpuhan pada tungkai
bawah yang menjalar ke seluruh tubuh. Tetapi penyakit ini biasanya dimulai
dengan periode yang pendek dari depresi mental, keresahan, tidak enak badan dan
demam. Keresahan akan meningkat menjadi kegembiraan yang tak terkendali dan
penderita akan mengeluarkan air liur.
Kejang otot tenggorokan dan pita suara bisa terasa sakit luar biasa. Kejang
ini terjadi akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan dan
pernafasan. Angin sepoi-sepoi dan mencoba untuk minum air bisa menyebabkan
kekejangan ini. Oleh karena itu penderita Rabies tidak dapat minum. Karena hal
inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga disebut hidrofobia (takut air).
Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-
hewan yang diketahui dapat menjadi perantara Rabies antara lain rakun (Procyon
lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes
vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan
Amerika Latin memiliki tingkat Rabies yang masih tinggi. Hewan perantara
menginfeksi inang yang bisa 7berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan.
Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka.
Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang
belakang dan otak dan bereplikasi di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi
melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air
liur.
Selain itu, Rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang
tercemar virus Rabies tetapi ini sangat jarang terjadi. Dua pekerja laboratorium
telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang mengandung
virus Rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus Rabies terjadi pada
penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan
kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena
tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar.
C. CIRI-CIRI HEWAN YANG TERINFEKSI RABIES
Hewan yang terinfeksi bisa mengalami Rabies ganas ataupun Rabies jinak.
Pada Rabies ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan
menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah
kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada Rabies jinak, hewan yang terinfeksi
mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat
gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan.
Secara umum, hewan yang terinfeksi Rabies akan mengalami 3 tahapan, yaitu :
1. Fase Prodormal: Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi dapat
menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap tubuh kaku
(tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase Prodormal
dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase Paralisa.
2. Fase Eksitasi: Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada di
sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata menjadi
keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya masuk ke fase
Paralisa.
3. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh dan
berakhir dengan kematian.
Sedangkan pada manusia yang terinfeksi Rabies akan mengalami 4 stadium sakit,
yaitu :
a. Stadium Prodromal: Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada
penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang
meliputi demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan
pening, dan lain sebagainya.
b. Stadium Sensoris: Dalam stadium sensori penderita umumnya akan
mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup,
kebingungan, keluar banyak air liur, pupil membesar, hiperhidrosis,
hiperlakrimasi.
c. Stadium Eksitasi: Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah,
mudah kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga
terjadi ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya
(fotofobia), dan ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi
akibat adanya gangguan daerah otak yang mengatur proses menelan
dan pernapasan. Hidrofobia yang terjadi pada penderita Rabies
terutama karena adanya rasa sakit yang luar biasa di kala berusaha
menelan air.
d. Stadium Paralitik: Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga
stadium sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini
menunjukkan tanda kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang
progresif.
D. PENCEGAHAN PENULARAN RABIES
Adapun cara-cara untuk mencegah penularan Rabies antara lain:
a. Vaksin Anti Rabies (VAR), agar tubuh lebih kebal terhadap penyakit
Rabies
b. Jadilah pemelihara hewan yang baik
c. Selalu ingat untuk memvaksinasi hewan peliharaan seperti anjing,
kucing dan kera. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari
penyakit Rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga
anda.
d. Jaga selalu kebersihan hewan peliharaan
e. Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan
hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh
hewan liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
f. Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang
liar yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda.
g. Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.
h. Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.
i. Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit Rabies, segeralah ke
pusat pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi
Rabies.
E. PENANGANAN PERTAMA JIKA TERGIGIT HEWAN RABIES
Bila terinfeksi Rabies, segera cari pertolongan medis. Rabies dapat diobati,
namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum menginfeksi otak dan
menimbulkan gejala. Bila gejala mulai terlihat, tidak ada pengobatan untuk
menyembuhkan penyakit ini. Kematian biasanya terjadi beberapa hari setelah
terjadinya gejala pertama. Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan yang diduga
terinfeksi Rabies atau berpotensi Rabies (anjing, sigung, rakun, rubah, kelelawar)
segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir
selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin. Orang-orang
yang belum diimunisasi selama 10 tahun terakhir akan diberikan suntikan tetanus.
Lampiran 2

Pertanyaan :
1. Apakah pengertian dari Rabies ?
2. Apa yang menyebabkan penyakit Rabies ?
3. Bagaimana ciri-ciri hewan dan manusia yang terinfeksi Rabies ?
4. Bagaiman pencegahan terhadap penularan penyakit Rabies ?
5. Bagaimana penanganan pertama untuk korban yang tergigit hewan yang
Rabies ?

Jawaban :
1. Rabies adalah suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan
peradangan otak dan medulla spinalis. Penyakit Rabies atau dikenal juga
dengan penyakit anjing gila merupakan salah satu penyakit zoonosa (penyakit
hewan yang dapat menular ke manusia) dan penyakit hewan menular yang
akut dari susunan syarat pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas
serta manusia yang disebabkan oleh virus Rabies. Penyakit Rabies menular
pada manusia melalui gigitan hewan penderita atau dapat pula melalui luka
karena air liur hewan penderita Rabies. Hewan utama sebagai
penyebar/penular Rabies adalah anjing.
2. Rabies disebabkan oleh virus Rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae
dan genus Lysavirus. Karakteristik utama virus
keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang
tidak bersegmen.Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan
sebagai perantara penularan. Gejala biasanya mulai timbul dalam waktu 30-
50 hari setelah terinfeksi, tetapi masa inkubasinya bervariasi dari 10 hari
sampai lebih dari 1 tahun. Masa inkubasi biasanya paling pendek pada orang
yang digigit pada kepala atau tempat yang tertutup celana pendek atau bila
gigitan terdapat di banyak tempat.
3. Secara umum, hewan yang terinfeksi Rabies akan mengalami 3 tahapan,
yaitu:
a. Fase Prodormal: Hewan mencari tempat dingin dan menyendiri, tetapi
dapat menjadi lebih agresif dan nervus, pupil mata meluas dan sikap
tubuh kaku (tegang). Fase ini berlangsung selama 1-3 hari. Setelah fase
Prodormal dilanjutkan fase Eksitasi atau bisa langsung ke fase Paralisa.
b. Fase Eksitasi: Hewan menjadi ganas dan menyerang siapa saja yang ada
di sekitarnya dan memakan barang yang aneh-aneh. Selanjutnya mata
menjadi keruh dan selalu terbuka dan tubuh gemetaran, selanjutnya
masuk ke fase Paralisa.
c. Fase Paralisa: Hewan mengalami kelumpuhan pada semua bagian tubuh
dan berakhir dengan kematian.
Sedangkan pada manusia yang terinfeksi Rabies akan mengalami 4 stadium sakit,
yaitu :
a. Stadium Prodromal: Dalam stadium prodomal sakit yang timbul pada
penderita tidak khas, menyerupai infeksi virus pada umumnya yang meliputi
demam, sulit makan yang menuju taraf anoreksia, pusing dan pening, dan
lain sebagainya.
b. Stadium Sensoris: Dalam stadium sensori penderita umumnya akan
mengalami rasa nyeri pada daerah luka gigitan, panas, gugup, kebingungan,
keluar banyak air liur, pupil membesar, hiperhidrosis, hiperlakrimasi.
c. Stadium Eksitasi: Pada stadium eksitasi penderita menjadi gelisah, mudah
kaget, kejang-kejang setiap ada rangsangan dari luar sehingga terjadi
ketakutan pada udara (aerofobia), ketakutan pada cahaya (fotofobia), dan
ketakutan air (hidrofobia). Kejang-kejang terjadi akibat adanya gangguan
daerah otak yang mengatur proses menelan dan pernapasan. Hidrofobia
yang terjadi pada penderita Rabies terutama karena adanya rasa sakit yang
luar biasa di kala berusaha menelan air.
d. Stadium Paralitik: Pada stadium paralitik setelah melalui ketiga stadium
sebelumnya, penderita memasuki stadium paralitik ini menunjukkan tanda
kelumpuhan dari bagian atas tubuh ke bawah yang progresif.
4. Cara Pencegahan penularan penyakit Rabies yaitu :
a. Vaksin Anti Rabies (VAR), agar tubuh lebih kebal terhadap penyakit Rabies
b. Jadilah pemelihara hewan yang baik
c. Selalu ingat untuk memvaksinasi hewan peliharaan seperti anjing, kucing
dan kera. Tindakan ini tidak hanya melindungi hewan anda dari penyakit
Rabies tetapi juga melindungi diri anda sendiri dan keluarga anda.
d. Selalu awasi binatang peliharaan anda. Kurangi kontak mereka dengan
hewan atau binatang liar. Jika binatang peliharaan anda digigit oleh hewan
liar, segera ke dokter hewan untuk diperiksa keadaannya.
e. Jaga selalu kebersihan hewan peliharaan
f. Hubungi dinas peternakan setempat bila anda menjumpai ada binatang liar
yang mencurigakan di lingkungan tempat tinggal anda.
g. Hindari kontak dengan hewan liar yang tidak jelas asal usulnya.
h. Nikmati hewan liar seperti rakun, serigala dari tempat yang jauh. Jangan
coba coba memberi mereka makan ataupun membelai mereka.
i. Cegah kelelawar memasukan rumah atau tempat anda beraktifitas.
j. Jika anda bepergian ke daerah yang terjangkit Rabies, segeralah ke pusat
pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan vaksinasi Rabies.
5. Rabies dapat diobati, namun harus dilakukan sedini mungkin sebelum
menginfeksi otak dan menimbulkan gejala. Jika terjadi kasus gigitan oleh hewan
yang diduga terinfeksi Rabies atau berpotensi Rabies (anjing, rubah, kelelawar)
segera cuci luka dengan sabun atau pelarut lemak lain di bawah air mengalir
selama 10-15 menit lalu beri antiseptik alkohol 70% atau betadin.

Anda mungkin juga menyukai